Kingdom
Plantae
Divisi
Divisi
Mycota (Fungi)
Protophytha
Subdivisi
Subdivisi
Myxomycotina
Klas Phytomycetes
Klas Ascomycetes
Klas Basidiomycetes
Klas Deuteromycetes
G. Candida
G. Mycosporum
G. Trychophyton
G. Epidermophyton
-2-
MIKOSIS SUPERFISIALIS
1. Dermatofitosis
2. Pitiriasis Vesikolor
3. Kandidosis
4. Piedra
5. Tinea Nigra Palmaris et Plantaris
Fungi (jamur)
Yeast (ragi)
Moulds (kapang)
- Chlamydospora
- Artrospora
Dermatophyta
b. Konidiospora
-3-
c. Sporangiospora
.
.
.
Moulds: jamur multiseluler
hifa miselium.
.
Ex: Dermatophytosis.
.
Yeast: - uniseluler, bertunas
- pseudohifa
- ex: Tinea versikolor P. Ovale
Moulds + yeast Dimorphic Candida sp.
Spora
Ada dua macam:
1. Spora aseksual Deuteromycotina (Fungi imperfecti) Dermatophyte
2. Spora seksual Zygomycotina dan Ascomycotina
LABORATORIUM
1. Pemeriksaan langsung
KOH 10 % - 30 % (Potassium Hydroxy)
KOH + DMSO (Dimetyl Sulfoxide) 10 %
KOH + Tinta Parker Superkhrom = 9 : 1
Kemudian diperiksa dengan menggunakan:
Mikroskop biasa hifa/ pseudohifa tidak berwarna
Mikroskop fluorescent hifa kuning terang
2. Biakan = kultur
Media Saubourauds + Chloramphenicol/ gentamisin
3. Slide kultur
MEKANISME PERTAHANAN TUBUH
-4-
-5-
6. Higiene rendah.
Epidemiologi
Insiden penyakit jamur di Indonesia tinggi. Mikosis superfisialis menempati
urutan II terbanyak, antara lain Tinea vesikolor (TV), dermatofitosis, dan kandidiasis
kutis. Mikosis sistemik banyak, tetapi data tidak akurat, antara lain kandidiasis
sistemik dan aspergilosis.
Obat anti jamur banyak, selain itu perlu usaha untuk menghindari dan
menghilangkan faktor predisposisi.
KLASIFIKASI INFEKSI JAMUR (Rippon 1989)
1. Superfisialis
Dermatofitosis
Kandidiasis
Tinea versikolor
Piedra
2. Subkutaneus
Kandidiasis
Khromomikosis
Nocardiosis
Sporothrichosis
3. Sistemik
Kandidiasis
Aspergilosis
Kriptokokosis
Histoplasmosis
PEMERIKSAAN LANGSUNG
1. Pembinaan langsung
Lampu Wood
-6-
-7-
-8-
skuama halus, batas tegas, bentuk bulat/ oval. Cara sederhana untuk menunjukkan
skuamasi dilakukan garukan dengan kuku, jelas batas lesi dan kulit normal (Finger
Nail Sign). Hipopigmentasi pada lesi disebabkan oleh M. furfur bersifat kompetitif
inhibitor terhadap enzim tirosinase, berefek sitotoksik terhadap melanosit.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan lampu Wood
yang berfluoresensi warna kuning muda/ emas pada lesi bersisik, dengan KOH 10 %
didapatkan gambaran kelompok sel ragi berdinding tebal dan miselium kasar pendekpendek, pada biakan tidak dapat dilakukan diagnosis karena M. furfur merupakan
flora normal di kulit. Diagnosa banding dengan vitiligo, kloasma, dermatitis seboroik,
pitiriasis rosca, sifilis sekunder, pinta dan tinea korporis.
Pengobatannya ada 2 macam:
1. Topikal: untuk lesi minimal
Golongan Azol: - Ketokonazole, Bifonazole, Tiokonazole selama 2-3 minggu
dalam bentuk krim.
- Shampo Ketokonazole 2 %, oleskan seluruh badan,
diamkan selama 10-15 menit kemudian cuci, digunakan
2-3 kali/minggu selama 2-4 minggu.
Selenium sulfida 1,8 % dalam bentuk shampo, oleskan di seluruh tubuh
sebelum tidur dan cuci pada pagi harinya, 1-2 kali/minggu selama 2-4
minggu. Sebelum mandi 15-30 menit dibilas. Sol sodium tiosulfan 20 %.
2. Sistemik
Ketokonazole: 200 mg/hari selama 7-10 hari, 400 mg dosis tunggal.
Itrakonazole: 200 mg/hari selama 5-7 hari dan untuk kasus kambuhan atau
tidak responsif dengan terapi lain.
PENCEGAHAN
Propilenglikol 50 %.
Ketokonazole 200 mg/3 hari setiap bulan.
Itrakonazole 200 mg/bulan.
Selenium sulfida 1 kali/minggu.
-9-
Pitirosporum Folikulitis
Penyebabnya sama dengan tinea versikolor, lokalisasinya pada punggung,
dada dan ekstremitas. Gejala kliniknya berupa lesi papula, pustula dengan diameter 23 mm, perifolikuler dan eritematous.
Faktor predisposisinya DM, pemakaian kortikosteroid dan antibiotik yang
lama. Diagnosa bandingnya adalah folikulitis bakterial.
3. KANDIDOSIS
Etiologinya adalah Candida albicans atau Candida sp.Genus Candida lebih
dari 100 spesies, antara lain: C. stellatoidia, C. tropicalis, C. crusei, C. glabraca, C.
pakarsilom.Candida termasuk jamur dimorphickarena mempunyai 2 bentuk yaitu
hifa dan pseudohifa. Candida menyerang kulit, membran mukosa, menyebabkan
infeksi sistemik, endocandidiasis, peritonitis, septikemia, dan UTI (Urinary Tract
Infection). Kandidosis termasuk penyakit menular seksual.
Faktor predisposisi antara lain virulensi spesies Candida, faktor host
(pejamu) dan faktor imunologi.
Kandidosis digolongkan ke dalam:
1. Kandidosis Oral (KO)
Gejala klinisnya mirip dengan stomatitis akuta, yaitu bercak putih
kekuningan, dasar mukosa kemerahan (pseudomembran). Meluas ke lidah, faring,
dan Cholitis. Terutama pada bayi, orang tua pakai gigi palsu.
2. Kandidosis Intertriginosa
Menyerang daerah aksila, perineum, lipatan buah dada dan gluteus.
Gejala klinisnya kulit berwarna merah, maserasi, erosi, tepi ireguler dan
banyak lesi satelit.
3. Kandidosis Interdigital
Lokasi yang diserang adalah interdigital tangan dan kaki.
- 10 -
Gejala klinisnya berupa lesi kulit basah, skuama melingkar (colored), erosi
warna putih.
4. Paronikia dan Onikomikosis
Insidennya dewasa lebih banyak daripada anak-anak, wanita 2-3 kali daripada
pria.
Etiologinya
adalah
C.
albicans,
C.
guilermondi,
C.
tropicalis
- 11 -
Topikal:
-
Kandidosis oral:
Nystatin suspensi oral ditetesi di mulut, telan (bayi 2 mL 4 kali 1 hari).
Gentian violet 1-2 %, 2 kali/hari sampai 3 hari.
Mikonazole gel.
- 12 -
Kandidosis kutis:
Krim Imidazole (Mikonazole, Ketokonazole, dan klotrimazole)
Oral:
-
Kandidosis vulvoganitis:
Ketokonazole 2 x 200 mg/hari selama 5 hari.
Itrakonazole 2 x 100 mg/hari.
Flukonazole 2 x 150 mg dosis tunggal.
Kandidosis oral:
Ketokonazole 200-400 mg (2-4 minggu), kronis 3-5 minggu.
Itrakonazole 100-200 mg selama 4 minggu.
Flukonazole 50-100 mg selama 1-2 minggu.
Kandidosis kutis:
Idem dengan Kandidosis vulvovaginitis.
4. PIEDRA
Ada 2 tipe piedra, yaitu piedra putih yang disebabkan oleh Trichosporon
beigelii dan piedra hitam yang disebabkan oleh Piedra hortai. Piedra adalah infeksi
mikosis superfisialis pada batang rambut berupa benjolan sepanjang batang rambut.
Piedra Putih
Banyak pada iklim sub tropik, dan tidak panas (USA). Disebabkan oleh
Trichosporon beigelii, predileksinya adalah rambut kepala, alis, bulu mata, aksila dan
perineum. Bersifat tidak menular.
- 13 -
Gejala klinisnya berupa nodul kecil, lunak, putih/ krem pada batang rambut,
mudah dilepaskan dan rambut mudah patah. Diagnosis bandingnya adalah pediculosis
capitis dan piedra hitam.
Pengobatannya dengan cara mencukur rambut, topikal (salep amoniak
merkuri, sampo ketokonazole) dan oral (ketokonazole).
Piedra Hitam
Etiologinya adalah Piedra hortai, terdapat pada daerah tropis dan sumber
penularan melalui tanah dan sayur-sayuran.
Gejala kliniknya berupa nodule 1-2 mm, hitam, keras, melekat erat sepanjang
rambut dan rambut mudah patah.
Predileksinya
terutama
menyerang
rambut
epidermis.
Etiologinya
adalah
Phaeomycellomyces
werneckii
- 14 -
Ectothric
Eritema
Endothric
Reaksi radang <<
Favic
Reaksi radang (+)
Skuama
Skuama (+)
Kerontokan
1-3 mm di atas
Krusta (+)
Kulit tidak putus
rambut
Sumber penularan
kulit
Binatang
Anak
Anak
Pemeriksaan
Anak
Spora di luar
Spora di dalam
Udara
mikroskopik
batang rambut
Spora di dalam
- 15 -
Gejala klinisnya berupa rambut patah tepat muara folikel, 2-3 rambut lalu
meluas tersebar di seluruh kepala, tampak ujung rambut (Black Dot) dan spora
banyak.
3. Kerion
Etiologinya adalah M. canis dan M. gypseum.
Gejala klinisnya berupa radang akut dan limfadenitis regional, pada perabaan
dirasakan bengkak, nyeri, keluar pus dari folikel rambut rontok lalu menjadi
alopecia permanen.
Pemeriksaan pembantu yang dilakukan adalah menyinari dengan lampu
Woods (sinar UV) dan filter (NiO2 dan Barium silikat), merupakan gelombang
365 A, yang berfluoresent pada M. canis, M. audini, M. ferrugenium, M.
schoenleini (berwarna hijau terang); sedangkan pada T. tonsurans, T. violaceum
dan T. veruccosum tidak berfluoresent.
Diagnosa bandingnya adalah psoriasis, dermatitis seborrhoik, impetigo
krustosa, LED, AA, dan trikotilomania.
7. TINEA PEDIS
Sinonimnya adalah Ringworm of the Foot.
Merupakan infeksi dermatofitosis pada kaki, baik di sela jari kaki maupun di
telapak kaki. Insidennya terutama pada usia muda sampai pertengahan, dan berkaitan
dengan tinea kruris.
Gejala klinisnya:
1. Tipe Interdigital
Merupakan bentuk kronis dan banyak ditemukan. Gejalanya adalah maserasi
pada sela jari berwarna putih, fisura, berbau tidak enak yang disebabkan oleh
kuman diphteroid, menyebar ke bagian bawah jari-jari atau telapak kaki dan juga
dijumpai hiperhidrosis. Lokalisasi yang sering dijumpai yaitu di jari IV-V, III-IV.
2. Tipe Vesikular/ Vesikobulus
Merupakan bentuk subakut, gejala yang dijumpai berupa vesikel-pustula,
kadang-kadang bula pada telapak kaki, perluasan dari tipe interdigital.
- 16 -
Tipe vesikobulosa
Tipe moccasin
Etiologi
T. rubrum
Perjalanan
penyakit
kronis
Gejala klinis
Hiperhidrosis
T. mentagrophytes
Pruritis
E. floccosum
T. mentagrophytes
T. rubrum
Bau
Infeksi sekunder
Onychomychosis
Subakut
kronis
8. TINEA KRURIS
Sinonimya adalah eczema marginatum, ringworm of the groin, tinea
inguinalis. Penyebabnya adalah E. Floccosum, T. rubrum, dan T. mentagrophytes.
Lokalisasinya adalah lipat paha, bokong dan mons pubis. Insidennya laki-laki lebih
banyak daripada wanita.
Gejala kliniknya adalah bilateral, tidak selalu simetris, dijumpai reaksi radang,
bercak eritem, berbatas tegas, lebih aktif menjadi eczema marginatum. Pada kasus
berat dijumpai garukan, geseran baju, bersih berlebihan dengan reaksi radang berat
dan pruritus ++. Pada bentuk kronis, dijumpai hiperpigmentasi dan tidak berbatas
tegas. Diagnosa bandingnya adalah candidosis dan psoriasis.
9. TINEA KORPORIS
- 17 -
multipel, tepi lesi lebih jelas, gatal, lebih berfluoresens dan berbentuk polisiklis.
BENTUK KHUSUS
1. TINEA FAVOSA
Insidennya terutama pada anak-anak, dapat menetap sampai dewasa dengan
higiene rendah. Gejala klinisnya pada kepala dijumpai lesi berukuran mm-cm,
folikuler, menjadi krusta dengan rambut kusut, berbentuk seperti cawan terbalik,
menjadi skutula dan limfepidermitis dengan radang yang berat,berbau tidak enak
(mousy odor). Komplikasinya sikatriks permanen menyebabkan alopecia permanen.
Dapat menyebar ke kulit dan kuku dengan reaksi radang minimal. Penyebabnya
adalah T. schoenleini (sebagian besar) dan M. canis (sebagian kecil).
2. TINEA IMBRIKATA
Etiologinya adalah T. cosentricum. Epidemik di Asia dan Amerika Tengah, di
Indonesia pada kelompok penduduk tertentu dengan ras yang berbeda, diduga
suseptibilitasnya besar pada warisan gen autosomal resesif. Penularannya melalui
kontak langsung lama. Insidennya antara laki-laki dan wanita sama. Lokalisasinya
pada kulit glabrosa, muka, kepala, dan rambut. Gejala klinisnya berupa bercak
makula-papula, skuama tebal keras dan kosentris, soliter, atau berkelompok,
bergabung menjadi polisiklik dan senter-senter skuama. Skuama dominan, eritem
minimal kadang hipopigmentasi dan radang minimal.
3. TINEA BARBAE
Sinonimnya adalah tinea sycosis. Insidennya banyak pada laki-laki dewasa
dengan lokalisasi pada rambut wajah atau leher. Gejala klinisnya berupa gatal,
terdapat massa, nyeri tekan, akut, radang dominan, dan dibagi ke dalam 2 tipe, yaitu:
1. Tipe superfisial
- 18 -
dan T.
- 19 -
Jarang ditemukan, kuku kaki lebih sering daripada kuku tangan. Gejala
klinisnya berupa lesi pada eponikium berupa titik putih kekuningan, meluas
menyerang lempeng kuku dan lunula, kuku distal utuh dan proksimal rusak.
3. Tinea unguium alba superfisialis
Jarang ditemukan, menyerang lempeng kuku, tersering pada kuku ibu jari
kaki. Gejala klinisnya berupa bintik putih buram, opak, ke lempeng kuku
beberapa tempat tengah, lunula, ujung bebas, lalu meluas mengenai telunuk kuku,
kemudian kuku hancur dan tumbuh kasar dan berwarna kuning.
Diagnosis bandingnya adalah onikomikosis (kandida dan kapang lain) dan
psoriasis.
- 20 -
Karakteristik
Spektrum
Antijamur
AmpB
5FC
Mik
Ket
Flu
Itr
Gris
Ter
++++
++
++
++
+++
++
++
++
terapetik
antijamur
Diabsorbsi
peroral/
distribusi ke
jaringan
Pengurangan
absorbsi pada
pasien yang
mengkonsumsi
sitotoksik
Dalam bentuk
Intravena
-
Keperluan
pengawasan
level obat
dalam serum
Keterangan: AmpB = amfoterisin B, 5FC = 5 flourositosin, Mic = mikonazole,
Ket = ketokonazole, Flu = flukonazole, Itr = itrakonazole, Gris = griseofulvin,
Ter = terbinafin.
Antijamur
- 21 -
AmpB
++
5FCa
-
Mic
-
Ket
-
Flua
-
Itr
-
Gris
+
Terb
-
- Ginjal
- Hati
++
- SSP
++
++
++
Efek endokrin
Interaksi obat
Anemia
Lekopeni
Phlebitis/ sakit pada
+
+
++
++
-
+
+
++
++
++
-
+
-
+
-
+
+
+
-
+
-
+
+
-
+
+
++
++
-
+
+
+
+
+
+
+
+
++
++
+
?
Toksisitas:
Gangguan
pencernaan
teratogenik/fetotoksik
a = formulasi oral
b = tersedia sedikit informasi mengenai efek samping
Keterangan: AmpB = amfoterisin B, 5FC = 5 fluorositosin, Mic = mikonazole,
Ket = ketokonazole, Flu = flukonazole, Itr = itrakonazole, Gris = griseofulvin, Ter =
terbinafin.
+ = efek samping ringan atau tidak umum
++ = efek samping yang paling umum dan serius
PENDAHULUAN
Lokasi lesi
Faktor pencetus
Imunitas penderita
Lingkungan
- 22 -
Squalene
Allinamines
Lanosterol
Cytochrome
Azoles
P - 450
- 23 -
Ergosterol
Cell membrane
Polyenes
? Other sites
Penatalaksanaan
I.
kelembaban
3. Faktor penderita:
Kepatuhan penderita
Pengetahuan penderita
4. Faktor obat:
- 24 -
A.
Efektifitas obat
Keamanan obat
OBAT TOPIKAL
2. Cyclopiroxolamin
-
3. Golongan Azole
-
4. Golongan Alinamin
- 25 -
Generasi I:
Naflitine;
>>
>>
>>
Bulenafine; >>
Turunan benzilamine
>>
>>
81,61%,
tingkat
kenyamanan
&
B.
OBAT ORAL
1. Golongan Griseofulvin
-
Bersifat fungistatik
Dosis:
Efek samping: sakit kepala, nausea, mual, nyeri abdomen, radang rash
atau urtikaria.
- 26 -
2.
Golongan Azole
A. Ketokonazole
-
B. Golongan Itraconazole
-
Berseptrum anti jamur luas terhadap dermatofit, PV, kandidosis oral, vagina,
mikosis sistemik.
C. Golongan Fluconazole
-
3. Derivat alinamine
Terbenafine
-
Berikatan dengan protein plasma distribusi; >> str korneum, sebum & rambut
Absorbsi + Rifampisin
+ Cimetidine
- 27 -
Lama pemakaian
Griseofulvin
-
Microsize
Ultramicrosize
20 25 mg/kg/hari
15
8 12 minggu
mg/kg/hari
8 12 minggu
Terbenafine
-
BB 10 20 kg
6,25 mg/kg/hari
1 4 minggu
BB 20 40 kg
125 mg/kg/hari
BB
250 mg/kg/hari
4 6 minggu
> 40 kg
Itraconazole
-
Anak-anak
Dewasa
mg/kg/hari
200400 mg/kg/hari
4 6 minggu
Fluconazole
-
6 mg/kg/hari
20
hari
5 mg/kg/hari
4 6 minggu
Pencegahan:
Untuk mencegah Rekuren:
- 28 -
/ hari)
-
Hindari
obat
anti
jamur
kombinasi
dengan
imonocomfrimised (DM)
Pencegahan:
Tinea kruris;
-
Obat oral yang dapat diberikan pada Tinea korpris & Tinea kruris
Jenis obat
Dosis
Griseofulvin
3.
Lama pengobatan
2 4 minggu
Ketokonazole
200
mg / hari
2 4 minggu
Terbenafine
250
mg / hari
minggu
Itraconazole
200
mg / hari
minggu
Fluconazole
150
mg / hari
2 4 minggu
Onimikosis
-
Itraconazole:
- 29 -
KS
pada
Pencegahan
Berikan bedak anti jamur tabur pada sela jari, sepatu, kaus kaki
secara teratur.
Kesimpulan
Dalam penatalaksanaan:
1.
Diagnosa pasti
2.
3.
Memilih obat:
- 30 -
- 31 -
- 32 -