Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Penuaan adalah bagian yang tidak dapat terhindarkan dari kehidupan dan
membawa serta dua peristiwa yang tak nyaman, yaitu penurunan fungsi fisiologis
dan penyakit. Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting dalam tingkat
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, terutama pada orang tua. Hipertensi
merupakan penyakit kronis dan sering tanpa gejala, yang membutuhkan kontrol
optimal dan kepatuhan untuk menjalani terapi demi mengurangi risiko
kardiovaskular, serebrovaskular dan penyakit ginjal (1).
Orang tua merupakan kelompok penduduk yang paling berkembang pesat
di dunia. Data yang dikumpulkan selama periode 30 tahun terakhir telah
menunjukkan peningkatan prevalensi hubungan hipertensi dengan usia. Risiko
penyakit arteri koroner, stroke, penyakit jantung kongestif, insufisiensi ginjal
kronis dan demensia juga meningkat pada kelompok orang tua dengan hipertensi.
Hipertensi pada pasien lanjut usia merupakan dilema untuk manajemen dari
spesialis jantung dan praktisi lainnya (2).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan
darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah
normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi

pembuluh darah perifer dan kardiak output (3).


Hipertensi bukanlah penyakit kronis, tetapi sangat terkait dengan penyakit
kardiovaskular pada orang tua, dan merupakan salah satu faktor yang paling
sering untuk penyakit serebrovaskular, sehingga merupakan faktor yang perlu
diintervensi (4).
Hipertensi di Eropa diperkirakan bertanggung jawab atas 17% dari total
sekitar 680 ribu kematian setiap tahunnya. Menurut Layanan Statistik Nasional
Yunani, pada tahun 2003, dari 1.226 kematian yang berhubungan dengan
hipertensi, dilaporkan 1158 terjadi dalam kelompok usia >65 tahun (5).
Data dari Framingham Heart Study, pada pria dan wanita yang bebas dari
hipertensi pada usia 55 tahun menunjukkan bahwa risiko untuk terjadinya
hipertensi pada umur lebih dari 80 tahun adalah 93% dan 91%. Prevalensi
hipertensi lebih sedikit pada wanita dibandingkan pada pria sampai 45 tahun. Pada
usia 45-64 tahun sama antara pria dan wanita, dan jauh lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria pada usia di atas 65 tahun. Tingkat keparahan hipertensi
meningkat tajam dengan usia lanjut pada wanita juga. Setelah usia 60 tahun,
sebagian besar perempuan (usia 60-79 tahun: 48,8%, umur 80 tahun: 63%)
mengalami hipertensi grade 2 (BP 160/100 mmHg) atau menerima terapi
antihipertensi (6,7,8).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (3).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus
menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90
mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan
kardiak output (3).

2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu (3):
1. Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan
arteri

yang

dihasilkan

oleh

ketidakteraturan

mekanisme

kontrol

homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan


mencakup + 90% dari kasus hipertensi.
2. Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar
kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan
ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi.

Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu hipertensi diastolic, campuran, dan


sistolik. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada
anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang
meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol. Hipertensi
sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa
diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut (9).
Grade

SBP (mmHg)

Optimum

DBP (mmHg)

<120

Dan/atau

<80

Average Normal

120-129

Dan/atau

80-84

High Normal

130-139

Dan/atau

85-89

Mild (Grade I)

140-159

Dan/atau

90-99

Moderate (Grade II)

160-179

Dan/atau

100-109

>180

Dan/atau

>110

Severe (Grade III)

Tabel 1. Kriteria hipertensi berdasarkan guideline European Society of


Hypertention (ESH)

3. Etiologi hipertensi
Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup
dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga
variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan
kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau
hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung
kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan

denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau


TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi (10).
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi
apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran
darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik
akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik (10).
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat
terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal
tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan
Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan
demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah
melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam
afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin
mulai mengalami hipertrifi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel
akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa
darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi,
serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada

akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup (10).

4. Hipertensi pada Orang Tua


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi (10).
Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi (10).

Hipertensi yang terjadi pada orang tua patofisiologi yang berperan adalah
kekakuan arteri, disregulasi neurohormonal dan saraf autonomik, serta penuaan
ginjal.
a. Kekakuan Arteri
Elastisitas arteri memiliki dua perubahan fisik yang berhubungan
besar dengan usia, yaitu melebar dan kaku. Aorta dan arteri-arteri
proximal yang elastis melebar sekitar 10% setiap kali jantung berdetak
pada pemuda, sementara arteri yang lebih berotot hanya 3% setiap
denyutan. Perbedaan derajat kekakuan tersebut menjadi berpengaruh pada
penuaan, yakni antara arteri proximal dan arteri distal berdasarkan tingkat
kelelahan. Pada penuaan terdapat kerusakan lamella yang terlihat dalam
aorta yang mengakibatkan pembuluh darah menjadi kaku dan melebar
(11).
b. Disregulasi Hormonal
Mekanisme neurohormonal seperti sistem renin-angiotensinaldosteron akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia.
Aktivitas renin plasma pada usia 60 tahun adalah 40% sampai 60%
dibandingkan pada individu yang lebih muda. Ini telah dikaitkan dengan
efek terkait usia nephrosclerosis pada aparattus juxtaglomerular. Kadar
aldosteron plasma juga menurun sesuai dengan usia. Akibatnya, pasien
lanjut usia dengan hipertensi lebih rentan terhadap obat-induced
hiperkalemia. Konsentrasi norepinefrin plasma perifer pada orang tua
adalah dua kali lipat tingkat yang ditemukan pada orang yang lebih muda.

Kenaikan terkait usia untuk pemberian norepinefrin plasma dianggap


mekanisme kompensasi untuk penurunan respon -adrenergik dengan
penuaan (12-13).
c. Penuaan ginjal
Penuaan ginjal ditandai dengan glomerulosklerosis dan fibrosis
interstitial, yang berhubungan dengan penurunan Glomerulus Filtration
Rate (GFR) dan penurunan mekanisme homeostatis lainnya. Penuaan
berhubungan dengan menurunnya fungsi dan aktivitas dari membran
natrium / kalium dan pompa kalsium adenosin trifosfat yang menyebabkan
kelebihan kalsium dan natrium intraseluler, sehingga meningkatkan
vasokonstriksi dan resistensi vaskuler. Peningkatan sensitivitas tehadap
garam ditandai dengan peningkatan tekanan darah dalam menanggapi
natrium yang berlebihan ketika terjadi pada orang yang lebih tua dan
obesitas sebagai akibat dari kemampuan ginjal yang terbatas untuk
mengeluarkan natrium yang berlebihan (14,15).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan

kemampuan

distensi

dan

daya

regang

pembuluh

darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam


mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (10).

5. Tanda dan Gejala Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus) (16).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh

darah

bersangkutan.

Perubahan

patologis

pada

ginjal

dapat

bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan


azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien
yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau
gangguan tajam penglihatan (16).
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahuntahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, Penglihatan kabur akibat kerusakan
retina akibat hipertensi, Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat, Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus, Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal dan lain-lain (17).

6. Diagnosa Hipertensi
Diagnosa hipertensi berdasarkan berdasarkan kriteria dari guideline
European Society of Hypertention (ESH), tekanan darah terbagi atas optimal,
normal, normal-tinggi, hipertensi ringan (grade I), hipertensi sedang (grade II),
dan hipertensi berat (Grade III). Diagnosa hipertensi setidaknya berdasarkan
sekurang-kurangnya 3 kali pemeriksaan tekanan darah pada pertemuan yang
terpisah (18).

7. Komplikasi Hipertensi pada Orang Tua


a. Penyakit serebrovaskular
Hipertensi pada orang tua merupakan faktor risiko utama pada stroke
iskemik dan cerebral hemoragik (2).
b.

Demensia
Prevalensi anatara hipertensi disertai demensia meningkat pada usia lanjut.

Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting pada vaskular demensia dan
penyakit Alzheimer. Kontrol tekanan darah yang minim berhubungan
langsung dengan kelainan kognitif parah lainnya (2).
c. Penyakit ginjal kronis
Hipertensi dan penuaan memberikan dampak bagi fungsi ginjal. Tekanan
darah sistolik merupakan prediktor indipenden yang kuat dari kelainan fungsi
ginjal pada pasien usia lanjut dengan hipertensi yang menetap. 75 % penyakit
ginjal kronis terjadi pada pasien dengan usia >65 tahun (2).
d. Perubahan retina
Prevalensi lesi retina meningkat pada tekanan darah sistolik yang tinggi.

10

Peningkatan tekanan darah yang menetap menghasilkan penebalan tunika


intima, hyperplasia medial, dan degenerasi hyaline (sklerosis). Penuaan sendiri
juga berhubungan pada kebanyakan perubahan patologi retina pada pasien
usia tua dibandingkan dengan usia muda (2).
e. Penyakit kardiovaskular
Pada pasien usia tua dengan hipertensi memiliki prevalensi yang lebih
tinggi untuk penyakit infark miokard dibandingkan orang tua tanpa hipertensi.
83% dari kematian pada penyakit kardiovaskular muncul pada pasien dengan
usia >65 tahun (2).

8. Manajemen Hipertensi pada Orang Tua


Pada populasi berusia 60 tahun atau lebih, pengobatan farmakologis
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah sistolik (SBP >150mmHg) atau
tekanan darah diastolik (DBP >90 mmHg) menjadi di bawah dari 150 mmHg
(SBP) dan 90 mmHg (DBP). Pada pengobatan terhadap tekanan darah tinggi
populasi yang berusia 60 tahun atau lebih yang berhasil menurunkan tekanan
darah di bawah 150/90, akan menurunkan stroke, gagal jantung, dan kelainan
jantung koroner (19).
Hipertensi pada orang tua, direkomendasikan kombinasi antara dua obat,
perlu dipertimbangkan untuk pengobatan lini pertama kapanpun pasien
mengalami hipertensi dengan tekanan darah yang tinggi atau diklasifikasikan
sebagai risiko tinggi kardiovaskular. Hasil penelitian menunjukkan tercapainya
hasil yang diinginkan pada kombinasi antara diuretik dengan ACE-Inhibitor atau
Angiotensin Reseptor Blocker (ARB) , dan penelitian terakhir menunjukkan

11

kombinasi antara ACE-Inhibitor/Calcium Channel Blocker (CCB) atau ARB


dengan CCB juga efektif (18, 19).
Diuretik yang direkomendasikan adalah thiazid, sebagai terapi awal.
Thiazide mengontrol hipertensi dengan menghambat reabsorbsi natrium dan
klorida dari tubulus contortus distal pada ginjal. Thiazide lebih dipilih karena
banyak data yang menunjukkan bahwa thiazide dapat menurunkan risiko stroke
dan mortalitas kardiovaskular pada pasien usia tua, mudah didapat dan harga yang
murah. Dosis yang digunakan adalah 25-50 mg/d untuk hidroklorothiazid, 2,5
mg/d untuk indapamid, dan 12,5-25 mg/d untuk chlorthalidone (20).
ACE-Inhibitor juga dapat dipertimbangkan untuk terapi lini pertama atau
kombinasi, terutama jika terdapat diabetes, gagal jantung, post myocardial infark,
ataupun penyakit kronis lainnya jika ada. ACE-Inhibitor menghambat perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II pada jaringan sehingga mengurangi total
resistensi vaskular perifer lalu menurunkan tekanan darah tanpa reflex
menstimulasi denyut jantung dan curah jantung. Pada penuaan, jumlah
angiotensin lebih rendah dan secara teori ACEI tidak seefektif terapi lain, tepi
sejumlah studi memperlihatkan kebalikannya (19).
Pemberian ACEI dapat dipilih antara captopril, enalapril, atau lisinopril.
Captopril dapat diberikan 50 mg pada dosis awal dengan pemberian dua kali
sehari. Enalapril dapat diberikan 5 mg pada dosis awal dengan pemberian satu
hingga dua kali sehari. Sedangkan lisinopril dapat diberikan 10 mg pada dosis
awal dengan pemberian dosis tunggal per hari (19).
Penghambat

reseptor

angiotensin

II

(ARB)

secara

langsung

12

mengakibatkan vasodilatasi, mengurangi sekresi dari vasopressin, dan mengurangi


produksi dan sekresi aldosteron. Kombinasi dengan thiazid berefek mengurangi
tekanan darah dan komplikasi yang mungkin akan muncul (18). Preparat yang
digunakan dapat dipilih salah satu dari jenis ARB berikut : Candesartan (4 mg 1 x
1), Eprosartan (400 mg 1-2 x 1), Losartan (50 mg 1-2 x 1), Valsartan (40-80 mg 1
x 1) atau irbesartan (75 mg 1 x 1) (19).
Calsium Channel Blocker (CCB) dapat ditoleransi pada orang tua, berefek
mendilatasikan arteri koroner dan perifer pada dosis yang tidak berefek kuat pada
kontraktilitas jantung dan otot skelet. Pada pemberian CCB dikatakan dapat
mengurangi komplikasi kardiovaskular pada orang tua dengan hipertensi menetap
(19).
Pemberian CCB biasanya menggunakan preparat amlodipine dengan dosis
awal 2,5 mg satu kali per hari. Selain itu ada juga diltiazem (120-180 mg 1 x 1)
atau nitrenidipine (10 mg 1-2 x 1). Pemberian amlodipine pada penelitian clinicaltrial oleh Jamerson dkk tahun 2008 menyarankan terapi amlodipine tanpa
pemberian thiazid akan lebih baik pada sebagian populasi. Hanya saja, hasil
penelitian tersebut meragukan dalam penurunan risiko penyakit kardiovaskular.
Pada penelitian Hypertention in the Very Elderly Trial, mortalitas dapat
diturunkan pada terapi yang menggunakan kombinasi antara diuretik dengan
ACEI dibandingkan dengan placebo. Tetapi, perlu diperhatikan efek samping dari
ACEI seperti hipotensi, batuk kering kronis, dan angioedema atau rash. Gagal
ginjal dapat muncul pada pasien dengan stenosis arteri renalis. Hiperkalemi dapat
muncul pada pasien dengan insufisiensi ginjal, sehingga memerlukan monitoring

13

ketat pada bulan pertama terapi (19,22,23).


Sementara itu, pemberian Beta-Blocker yang berefek dalam mengurangi
denyut jantung dan curah jantung, menghambat sekresi renin, dan membentuk NO
serta mengurangi irama vasomotor, sebagai terapi lini pertama hipertensi pada
orang tua masih dipertanyakan. Meskipun sudah digunakan bertahun-tahun pada
pasien usia tua, tidak didapatkan keuntungan yang menjanjikan dalam hal terapi
jangka panjang. Terapi beta-bloker tidak dapat dijadikan pilihan terapi lini
pertama dibandingkan ARB atau CCB. Efek sampingnya antara lain efek-efek
dari blokade reseptor beta adrenergic seperti bronkospasme, gagal jantung,
hipoglikemi berkepanjangan, bradikardi, blok jantung, klaudikasio intermitten,
dan Raynauds phenomenon. Penggunaan beta-bloker bisa menggunakan atenolol
(25-50 mg 1 x 1), atau metoprolol (50 mg 1-2 x 1) (19,24).

14

BAB III
KESIMPULAN

Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting pada mortalitas dan


morbiditas kardiovaskular, terutama pada orang tua. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa keuntungan yang didapat jika mengobati hipertensi pada
orang tua, seperti menurunkan risiko stroke, gagal jantung, infark miokard dan
semua penyebab mortalitas lainnya.
Pengobatan hipertensi juga mengurangi angka kejadian penurunan kognitif
dan demensia pada orang tua. Gaya hidup sehat adalah salah satu batu pijakan
yang penting dalam manajemen hipertensi. Banyak obat anti-hipertensi yang
efektif dalam mencegah kejadian penyakit kardiovaskular, tetapi biasanya tidak
ada pengobatan monoterapi yang adekuat untuk mengontrol tekanan darah pada
kebanyakan orang tua dengan hipertensi. Pengobatan hipertensi pada orang tua
lebih baik jika menggunakan terapi kombinasi.

15

DAFTAR PUSTAKA
1. Abrass IB. The biology and physiology of aging. West J Med.
1990;153:641-645
2. Lionakis N, Mendrinos D, Sanidas E, et al. Hypertention in elderly. World
J Cardiol. 2012 May 26; 4(5): 135-147.
3. Sheps. 2005. Mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta : Intisari Mediatama.
4. Babatsikou F, Zavitsanou A. Epidemiology of hypertention in the elderly.
Health Science Journal. 2010; 4: 24-28.
5. Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, et al. Selected major risk factors and
global and regional burden of disaease. Lancet. 2002; 360: 1347-1360
6. Levy D, Larson MG, Vasan RS, Kannel WB, Ho KK. The progression
from hypertension to congestive heart failure. JAMA. 1996;275:15571562.
7. Wassertheil-Smoller S, Anderson G, Psaty BM, Black HR, Manson J,
Wong N, Francis J, Grimm R, Kotchen T, Langer R. Hypertension and its
treatment in postmenopausal women: baseline data from the Women's
Health Initiative. Hypertension. 2000;36:780-789
8. Ong KL, Tso AW, Lam KS, Cheung BM. Gender difference in blood
pressure control and cardiovascular risk factors in Americans with
diagnosed hypertension. Hypertension. 2008;51:1142-1148.
9. Gunawan L. 2001. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta :
Percetakan Kanisus.
10. Corwin EJ. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
11. O'Rourke MF, Hashimoto J. Mechanical factors in arterial aging: a clinical
perspective. J Am Coll Cardiol. 2007;50:1-13.
12. Seals DR, Esler MD. Human ageing and the sympathoadrenal system. J
Physiol. 2000;528:407-417.
13. Kario K, Eguchi K, Nakagawa Y, Motai K, Shimada K. Relationship
between extreme dippers and orthostatic hypertension in elderly
hypertensive patients. Hypertension. 1998;31:77-82.

16

14. Beck LH. The aging kidney. Defending a delicate balance of fluid and
electrolytes. Geriatrics. 2000;55:26-28, 31-32
15. Davis BR, Langford HG, Blaufox MD, Curb JD, Polk BF, Shulman NB.
The association of postural changes in systolic blood pressure and
mortality in persons with hypertension: the Hypertension Detection and
Follow-up Program experience. Circulation. 1987;75:340-346.
16. Wijayakusuma,H.M. 2000. Ramuan Tradisional untuk pengobatan Darah
Tinggi. Jakarta: Swadaya.
17. Wiryowidagdo,S. 2002. Obat tradisional untuk penyakit jantung, darah tinggi
dan kolestrol. Jakarta : Agromedia Pustaka.
18. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL,
Jones DW, Materson BJ, Oparil S, Wright JT. The Seventh Report of the
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA.
2003;289:2560-2572.
19. James PA, Oparil S, Carter BL, et al. 2014 Evidence-based guideline for the
management of high blood pressure in adults, report from the panel members
appointed to the eighth Joint National Committee (JNC 8). American Medical
Association. 2013.
20. Frishman WH, Jaigobin C. ACCF/AHA 2011 expert consensus document
on hypertension in the elderly: a report of the American College of
Cardiology Foundation Task Force on Clinical Expert Consensus
documents developed in collaboration with the American Academy of
Neurology, American Geriatrics Society, American Society for Preventive
Cardiology, American Society of Hypertension, American Society of
Nephrology, Association of Black Cardiologists, and European Society of
Hypertension. J Am Coll Cardiol. 2011;57:2037-2114
21. Mancia G, Laurent S, Agabiti-Rosei E, Ambrosioni E, Burnier M,
Caulfield MJ, Cifkova R, Clment D, Coca A, Dominiczak A. Reappraisal
of European guidelines on hypertension management: a European Society
of Hypertension Task Force document. J Hypertens. 2009;27:2121-2158
22. Jamerson K, Weber MA, Bakris GL, Dahlf B, Pitt B, Shi V, Hester A,
Gupte J, Gatlin M, Velazquez EJ. Benazepril plus amlodipine or
hydrochlorothiazide for hypertension in high-risk patients. N Engl J Med.
2008;359:2417-2428.
23. Bulpitt CJ, Beckett NS, Cooke J, Dumitrascu DL, Gil-Extremera B,
Nachev C, Nunes M, Peters R, Staessen JA, Thijs L. Results of the pilot
study for the Hypertension in the Very Elderly Trial. J Hypertens.
2003;21:2409-2417
17

24. Lindholm LH, Carlberg B, Samuelsson O. Should beta blockers remain


first choice in the treatment of primary hypertension? A meta-analysis.
Lancet. 2005;366:1545-1553.

18

Anda mungkin juga menyukai