Anda di halaman 1dari 5

1

PENGARUH SUHU DALAM PENGOLAHAN LIMBAH PLASTIK HIGH


DENSITY POLYETHILEN (HDPE) MENJADI MINYAK DENGAN
METODE PIROLISIS
Syaiful Amri(1), Joko Susanto(2), dan Suciningtiyas Purbasari(3)
1
Kimia, Fakultas MIPA UNY
email : amriipul4@gmail.com
2
Kimia, Fakultas MIPA UNY
email : jokosusanto@gmail.com
3
Pendidikan IPA, Fakultas MIPA UNY
email : suciningtiyas@gmail.com

Abstrak
Plastik banyak digunakan dalam kalangan industri maupun rumah. Apabila
plastik tersebut langsung dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan maka akan
menimbulkan masalah bagi lingkungan. Oleh karena itu diperlukan pengolahan yang
tepat untuk mengurangi dampak negatif dari plastik yang mencemari lingkungan. Salah
satu yang bisa dilakukan adalah mengubah plastik tersebut ke dalam bentuk minyak
dengan proses pirolisis. Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu
tinggi tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh suhu reaktor pirolisis terhadap minyak yang dihasilkan dari proses
pirolisis plastik High Density Polyethylene (HDPE). Plastik HDPE merupakan jenis
plastik yang bertanda tiga anak panah melingkar dan terdapat angka 2 didalamnya.
Untuk mengetahui pengaurh suhu maka dibuat variasi suhu pada 4000C, 5000C, dan
6000C. Sedangkan berat sampel yang digunakan adalah 500 gram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu reaktor maka minyak
pirolisis yang dihasilkan semakin banyak. Hasil minyak pirolisis HDPE terbanyak
terjadi pada suhu reaktor 6000C yaitu 398 gram. Sedangkan hasil minyak pirolisis HDPE
paling sedikit terjadi pada suhu reaktor 4000C yaitu 356 gram. Hal ini berbanding
terbalik dengan jumlah padatan yang diperoleh dimana pada suhu 6000C jumlah padatan
yang diperoleh adalah 20 gram. Sedangkan pada suhu 4000C jumlah padatan yang
diperoleh adalah 76 gram. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu reaktor
maka jumlah padatan yang diperoleh semakin sedikit.
Kata Kunci: Pirolisis, Suhu, Plastik HDPE

1. PENDAHULUAN
Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu sama lain.
Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Istilah plastik
mencakup produk polimerisasi sintetik atau semisintetik, namun ada beberapa polimer
alami yang termasuk plastik. Plastik terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan
polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi
(Wikipedia, 2009; Azizah, 2014).
Pada tingkat bandar, lapak, dan sebagainya, masih saja kesulitan dalam
membedakan jenis plastik sebab secara fisik banyak sekali kemiripan fisik walaupun
sebenarnya berupa jenis plastik yang berbeda. Untuk kemasan produk yang dapat didaur
ulang terdapat tanda tiga anak panah melingkar dan didalamnya memiliki nomor tertentu
dari angka 1 sampai 7 sesuai dengan jenis masing-masing plastik (Bachriansyah, S.
1997). Untuk itu disini akan didentifikasi atas produk yang ada berdasarkan jenis polimer
pembentuknya, yaitu:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

PET (Polyethylene Terephtalate), dengan tanda angka 1.


HDPE (High Density Polyethylene), dengan tanda angka 2.
LDPE (Low Density Polyethylene), dengan tanda angka 3.
PVC (Polyvinyl Chloride), dengan tanda angka 4.
PP (Polypropylene), dengan tanda angka 5.
PS (Polystyrene), dengan tanda angka 6.
Multilayer, dengan tanda angka 7.
Plastik banyak digunakan dalam kalangan industri maupun rumah. Penggunaan
plastik yang begitu banyak tidak terlepas dari keunggulan sifat plastik, diantaranya
besifat kuat, mudah dibentuk, ringan, dan stabil. Sayangnya, di balik segala kelebihan itu,
limbah plastik yang tidak diolah dengan benar dapat menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Penyebabnya tidak lain sifat plastik yang tidak dapat diuraikan dalam tanah
dalam waktu yang singkat. Perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk tanah menguraikan
limbah-limbah dari bahan plastik tersebut. Akibatnya semakin banyak yang
menggunakan plastik, akan semakin meningkat pula pencemaran lingkungan seperti
pencemaran tanah. Oleh karena itu diperlukan pengolahan yang tepat untuk mengurangi
dampak negatif dari plastik yang mencemari lingkungan. Salah satu yang bisa dilakukan
adalah mengubah plastik tersebut ke dalam bentuk minyak dengan proses pirolisis.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu reaktor pirolisis terhadap
minyak yang dihasilkan dari proses pirolisis plastik High Density Polyethylene (HDPE).
Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi tanpa adanya
udara atau dengan udara terbatas. Proses dekomposisi pada pirolisis ini juga sering
disebut dengan devolatilisasi. Produk utama dari pirolisis yang dapat dihasilkan adalah
arang (char), minyak, dan gas. Arang yang terbentuk dapat digunakan untuk bahan bakar
ataupun digunakan sebagai karbon aktif. Sedangkan minyak yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai zat additif atau campuran dalam bahan bakar. Sedangkan gas yang
terbentuk dapat dibakar secara langsung (A.S Chaurasia., B.V Babu.,2005).
Pirolisis plastik yang pernah dilakukan oleh Purwanti Ani dan sumarni (2008)
adalah dari 100 gram kantung plastik yang diolah pada suhu 4000C dalam waktu dua jam,
diperoleh cairan mirip minyak bumi sekitar 75 gram. Adapun gas bakar yang didapat
mencapai 116 ml per gram plastik bekas. Adanya kelemahan sistem batch, maka
dikembangkan sistem "sinambung", dengan konstruksi agak berbeda. Pemanasan
dilakukan dengan listrik, dibantu dengan nyala gas hasil pirolisis, dan sistem pendingin
ditingkatkan. Pada proses ini, hasil cair yang diperoleh 79%-83% dari berat plastik yang
dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis, dengan panas dari luar yang dapat dikurangi 10%15%. Purwanti Ani dan Sumarni, (2009) telah melakukan pirolisis potongan plastik
LDPE. Suhu operasi pirolisis berkisar antara 400-6000C. Jumlah produk yang dihasilkan
berbanding lurus dengan kenaikan suhu serta lama proses berlangsung. Sedangkan
padatan atau arang kan semakin sedikit dengan adanya kenaikan suhu dan waktu proses.
2. METODE
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober November 2014 di Laboraturium
Perpindahan Massa dan Energi Jurusan Teknik Universitas Gajah Mada. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah plastik jenis HDPE (High Density Poliethylene)
yang diperoleh dari botol oli bekas. Sedangkan peralatan utama yang digunakan adalah
seperangkat alat pirolisis, timbangan, dan alat pemotong.
Tahapan dalam pembuatan pirolsis dimulai dengan merangkai alat pirolsis,
kemudian menimbang plastik sebanyak 500 gram dengan timbangan analitik,
memasukkan plastik yang telah ditimbang ke dalam reaktor pirolsis. Kemudian
menyalakan reaktor pirolsisis dan mengatur suhu hingga 4000C. Setelah proses selesai
maka reaktor dibersihkan dan mempersiapkan untuk proses pirolisis kedua dengan suhu

5000C dan ketiga dengan suhu 6000C. Langkah terakhir adalah menimbang minyak
pirolisis dan padatan yang dihasilkan.

Gambar 1. Reaktor Pirolisis


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan proses pirolisis pada plastik jenis HDPE pada reaktor 4000C,
500 C, dan 6000C, dengan sampel yang digunakan adalah 500 gram dan waktu yang
digunakan untuk pirolisis adalah ketika sampel tidak menghasilkan produk cair dan gas
maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Minyak hasil pirolisis
Produk Pirolisis
Suhu 0C
4000C
5000C
6000C
Padat (gram)
76
49
20
Gas (gram)
68
73
82
Cair (gram)
356
378
398
0

398

378

356
minyak pirolisis (gram)

400
300
200
100

padat

68

73

76

82

gas
cair

49
20

0
400

cair

gas
padat

500

600

Suhu Reaktor C

Gambar 2. Hasil Pirolisis plastik HDPE

Pada pirolisis plastik jenis HDPE didapatkan data bahwa jumlah cairan
tertinggi pada saat suhu reaktor sebesar 6000C dan terendah pada suhu 4000C,
masing masing sebesar398 gram dan 356 gram. Jumlah gas yang dihasilkan
mencapai persentase terendah pada suhu 4000C dan mencapai persentase tertinggi

pada suhu 6000C yaitu masing-masing sebesar 82 gram dan 68 gram. Sedangkan
padatan yang dihasilkan tertinggi pada saat suhu reaktor 4000C dan terendah pada suhu
6000C masing-masing sebesar 76 gram dan20 gram. Hal ini dapat dilihat pada Gambar2.
Dari Gambar2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu dinding reaktor maka minyak
yang dihasilkan juga semakin meningkat. Sedangkan jumlah padatan yang tersisa hasil
pirolisis semakin menurun dengan meningkatnya suhu dinding tabung reaktor. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pirolisis maka minyak
yang dihasilkan juga semakin banyak dan padatan yang dihasilkan akan semakin turun.
Hal ini sesui dengan yang telah dilakukan oleh Purwanti Ani dan Sumarni, (2008)
yang telah meneliti proses pirolisis menggunakan bahan baku berupa plastik polyethylene
jenis LDPE pada suhu 4000C-6000C dimana jumlah minyak yang dihasilkan meningkat
dengan peningkatan suhu dinding reaktor, sedangkan jumlah padatan yang tersisa
menurun dengan semakin meningkatnya suhu dinding reaktor. Hal ini terjadi karena
dengan semakin meningkatnya suhu dinding reaktor maka kecepatan reaksi pembentukan
molekul yang lebih kecil juga semakin meningkat.
Menurut penelitian dari C-Tech Innovation Ltd (2003) dekomposisi PE terjadi
dengan cepat pada temperatur 4000C-6000C, sehingga jumlah padatan yang tersisa paling
rendah terjadi pada temperatur mulai 4000C. Menurut penelitian dari lembaga C-Tech
Innovation Ltd (2003) bahwa produksi gas meningkat antara 3000C-4200C dan kemudian
konstan. Hasil tersebut konsisten dengan data dari penelitian yang telah dilakukan ini
bahwa pada suhu 3000C- 4000C terjadi kenaikan jumlah gas, sementara pada suhu 4500C
hasil penelitian ini menunjukkan penurunan jumlah gas yang diimbangi dengan kenaikan
cairan. Menurut penelitian dari lembaga C-Tech Innovation Ltd (2003) jumlah cairan
minyak pirolisis yang tertinggi terjadi pada suhu 4800C setelah itu terjadi penurunan,
sehingga apabila suhu dinaikkan dari 4000C menjadi 4500C akan terjadi kenaikan jumlah
cairan sementara itu jumlah hasil padatan 4onstant. Dengan demikian jumlah gas yang
terbentuk semakin menurun.

Gambar 3. Hasil Pirolisis HDPE


Minyak yang dihasilkan kemungkinan masih beupa campuran dan masih belum
murni. Hal ini ditunjukkan dengan adanya lapisan-lapisan yang membedakan antara
minyak yang satu dengan yang lain. Minyak yang dihasilkan sebagian membeku pada
saat suhunya turun dan sebagian lagi masih dalam fasa cair. Minyak yang dihasilkan
bersifat mudah terbakar dan memiliki karakteristik seperti minyak tanah. Hal ini perlu
dilakukan pengujian lebih lanjut.
4. KESIMPULAN
Dari peneltian yang telah dilakukan berupa pirolisis plastik jenis HDPE dapat
diambil kesimpulan bahwa hasil minyak pirolisis HDPE terbanyak adalah pada suhu
reaktor 6000C yaitu sebesar 398 gram dari 500 gram sampel. Selain itu semakin tinggi
suhu reaktor yang digunakan maka minyak pirolisis plastik yang dihasilkan juga semakin
banyak, dan padatan yang dihasilkan akan semakin turun. Adapun saran dalam peneltian
selanjutnya adalah perlu dilakukan uji sifat fisik dan sifat kimia terhadap minyak hasil
pirolisis dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai zat-zat penyusun bahan
bakar minyak pirolisis dengan menggunakan gas chromatography and mass spectrometry
(GC-MS) analysis).

5. REFERENSI
A.S Chaurasia., B.V Babu., 2005, Modeling & Simulation of Pyrolysis of Biomass:
Effect of Thermal Conductivity, Reactor Temperatur and Particle Size on Product
Consentrations, Pilani, India.
Azizah. plastik. www.wikipedia.org. diaskes pada tanggal 19 April 2014.
Bachriansyah, S. Identifikasi Plastik. Makalah Pelatihan Teknologi Pengemasan Industri
Makanan dan Minuman, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Bogor 29
November 1997.
C-Tech Innovation Ltd, 2003, Thermal Method of Municipal Waste Treatmen.
Capenhurst Technology Park, Chester, UK
Purwanti Ani dan Sumarni, 2008, Kinetika Reaksi Pirolisis Plastik Low Density
Polyethylene (LDPE). AKPRIND. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai