Abstrak
Plastik banyak digunakan dalam kalangan industri maupun rumah. Apabila
plastik tersebut langsung dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan maka akan
menimbulkan masalah bagi lingkungan. Oleh karena itu diperlukan pengolahan yang
tepat untuk mengurangi dampak negatif dari plastik yang mencemari lingkungan. Salah
satu yang bisa dilakukan adalah mengubah plastik tersebut ke dalam bentuk minyak
dengan proses pirolisis. Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu
tinggi tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh suhu reaktor pirolisis terhadap minyak yang dihasilkan dari proses
pirolisis plastik High Density Polyethylene (HDPE). Plastik HDPE merupakan jenis
plastik yang bertanda tiga anak panah melingkar dan terdapat angka 2 didalamnya.
Untuk mengetahui pengaurh suhu maka dibuat variasi suhu pada 4000C, 5000C, dan
6000C. Sedangkan berat sampel yang digunakan adalah 500 gram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu reaktor maka minyak
pirolisis yang dihasilkan semakin banyak. Hasil minyak pirolisis HDPE terbanyak
terjadi pada suhu reaktor 6000C yaitu 398 gram. Sedangkan hasil minyak pirolisis HDPE
paling sedikit terjadi pada suhu reaktor 4000C yaitu 356 gram. Hal ini berbanding
terbalik dengan jumlah padatan yang diperoleh dimana pada suhu 6000C jumlah padatan
yang diperoleh adalah 20 gram. Sedangkan pada suhu 4000C jumlah padatan yang
diperoleh adalah 76 gram. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu reaktor
maka jumlah padatan yang diperoleh semakin sedikit.
Kata Kunci: Pirolisis, Suhu, Plastik HDPE
1. PENDAHULUAN
Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu sama lain.
Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Istilah plastik
mencakup produk polimerisasi sintetik atau semisintetik, namun ada beberapa polimer
alami yang termasuk plastik. Plastik terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan
polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi
(Wikipedia, 2009; Azizah, 2014).
Pada tingkat bandar, lapak, dan sebagainya, masih saja kesulitan dalam
membedakan jenis plastik sebab secara fisik banyak sekali kemiripan fisik walaupun
sebenarnya berupa jenis plastik yang berbeda. Untuk kemasan produk yang dapat didaur
ulang terdapat tanda tiga anak panah melingkar dan didalamnya memiliki nomor tertentu
dari angka 1 sampai 7 sesuai dengan jenis masing-masing plastik (Bachriansyah, S.
1997). Untuk itu disini akan didentifikasi atas produk yang ada berdasarkan jenis polimer
pembentuknya, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
5000C dan ketiga dengan suhu 6000C. Langkah terakhir adalah menimbang minyak
pirolisis dan padatan yang dihasilkan.
398
378
356
minyak pirolisis (gram)
400
300
200
100
padat
68
73
76
82
gas
cair
49
20
0
400
cair
gas
padat
500
600
Suhu Reaktor C
Pada pirolisis plastik jenis HDPE didapatkan data bahwa jumlah cairan
tertinggi pada saat suhu reaktor sebesar 6000C dan terendah pada suhu 4000C,
masing masing sebesar398 gram dan 356 gram. Jumlah gas yang dihasilkan
mencapai persentase terendah pada suhu 4000C dan mencapai persentase tertinggi
pada suhu 6000C yaitu masing-masing sebesar 82 gram dan 68 gram. Sedangkan
padatan yang dihasilkan tertinggi pada saat suhu reaktor 4000C dan terendah pada suhu
6000C masing-masing sebesar 76 gram dan20 gram. Hal ini dapat dilihat pada Gambar2.
Dari Gambar2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu dinding reaktor maka minyak
yang dihasilkan juga semakin meningkat. Sedangkan jumlah padatan yang tersisa hasil
pirolisis semakin menurun dengan meningkatnya suhu dinding tabung reaktor. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pirolisis maka minyak
yang dihasilkan juga semakin banyak dan padatan yang dihasilkan akan semakin turun.
Hal ini sesui dengan yang telah dilakukan oleh Purwanti Ani dan Sumarni, (2008)
yang telah meneliti proses pirolisis menggunakan bahan baku berupa plastik polyethylene
jenis LDPE pada suhu 4000C-6000C dimana jumlah minyak yang dihasilkan meningkat
dengan peningkatan suhu dinding reaktor, sedangkan jumlah padatan yang tersisa
menurun dengan semakin meningkatnya suhu dinding reaktor. Hal ini terjadi karena
dengan semakin meningkatnya suhu dinding reaktor maka kecepatan reaksi pembentukan
molekul yang lebih kecil juga semakin meningkat.
Menurut penelitian dari C-Tech Innovation Ltd (2003) dekomposisi PE terjadi
dengan cepat pada temperatur 4000C-6000C, sehingga jumlah padatan yang tersisa paling
rendah terjadi pada temperatur mulai 4000C. Menurut penelitian dari lembaga C-Tech
Innovation Ltd (2003) bahwa produksi gas meningkat antara 3000C-4200C dan kemudian
konstan. Hasil tersebut konsisten dengan data dari penelitian yang telah dilakukan ini
bahwa pada suhu 3000C- 4000C terjadi kenaikan jumlah gas, sementara pada suhu 4500C
hasil penelitian ini menunjukkan penurunan jumlah gas yang diimbangi dengan kenaikan
cairan. Menurut penelitian dari lembaga C-Tech Innovation Ltd (2003) jumlah cairan
minyak pirolisis yang tertinggi terjadi pada suhu 4800C setelah itu terjadi penurunan,
sehingga apabila suhu dinaikkan dari 4000C menjadi 4500C akan terjadi kenaikan jumlah
cairan sementara itu jumlah hasil padatan 4onstant. Dengan demikian jumlah gas yang
terbentuk semakin menurun.
5. REFERENSI
A.S Chaurasia., B.V Babu., 2005, Modeling & Simulation of Pyrolysis of Biomass:
Effect of Thermal Conductivity, Reactor Temperatur and Particle Size on Product
Consentrations, Pilani, India.
Azizah. plastik. www.wikipedia.org. diaskes pada tanggal 19 April 2014.
Bachriansyah, S. Identifikasi Plastik. Makalah Pelatihan Teknologi Pengemasan Industri
Makanan dan Minuman, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Bogor 29
November 1997.
C-Tech Innovation Ltd, 2003, Thermal Method of Municipal Waste Treatmen.
Capenhurst Technology Park, Chester, UK
Purwanti Ani dan Sumarni, 2008, Kinetika Reaksi Pirolisis Plastik Low Density
Polyethylene (LDPE). AKPRIND. Yogyakarta