Fitnah Dan Suara Wanita
Fitnah Dan Suara Wanita
Mar'ah Muslimah
22/6/2012 | 02 Shaban 1433 H | Hits: 1.988
Ilustrasi (inet)
sebagaimana disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama. Bahkan AlQuran menegaskan bahwa Adamlah orang pertama yang dimintai
pertanggungjawaban (lihat kembali surat Thaha: 115-122).
Namun, sangat disayangkan masih banyak umat Islam yang
merendahkan kaum wanita dengan cara mengurangi hak-haknya
serta mengharamkannya dari apa-apa yang telah ditetapkan syara.
Padahal, syariat Islam sendiri telah menempatkan wanita pada
proporsi yang sangat jelas, yakni sebagai manusia, sebagai
perempuan, sebagai anak perempuan, sebagai istri, atau sebagai ibu.
Yang lebih memprihatinkan, sikap merendahkan wanita tersebut
sering disampaikan dengan mengatasnamakan agama (Islam),
padahal Islam bebas dari semua itu. Orang-orang yang bersikap
demikian kerap menisbatkan pendapatnya dengan hadits Nabi SAW
yang berbunyi: Bermusyawarahlah dengan kaum wanita kemudian
langgarlah (selisihlah).
Hadits ini sebenarnya palsu (maudhu). Tidak ada nilainya sama
sekali serta tidak ada bobotnya ditinjau dari segi ilmu (hadits).
Yang benar, Nabi SAW pernah bermusyawarah dengan istrinya,
Ummu Salamah, dalam satu urusan penting mengenai umat. Lalu
Ummu Salamah mengemukakan pemikirannya, dan Rasulullah pun
menerimanya dengan rela serta sadar, dan ternyata dalam pemikiran
Ummu Salamah terdapat kebaikan dan berkah.
Mereka, yang merendahkan wanita itu, juga sering menisbatkan
kepada perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa Wanita itu jelek segalagalanya, dan segala kejelekan itu berpangkal dari wanita.
Perkataan ini tidak dapat diterima sama sekali; ia bukan dari logika
Islam, dan bukan dari nash.
Bagaimana bisa terjadi diskriminasi seperti itu, sedangkan Al-Quran
selalu menyejajarkan muslim dengan muslimah, wanita beriman
dengan laki-laki beriman, wanita yang taat dengan laki-laki yang taat,
dan seterusnya, sebagaimana disinyalir dalam Kitab Allah.
Suara Wanita
Mereka telah salah paham. Kata fitnah dalam hadits di atas mereka
artikan dengan wanita itu jelek dan merupakan azab, ancaman, atau
musibah yang ditimpakan manusia seperti ditimpa kemiskinan,
penyakit, kelaparan, dan ketakutan. Mereka melupakan suatu
masalah yang penting, yaitu bahwa manusia difitnah (diuji) dengan
kenikmatan lebih banyak daripada diuji dengan musibah. Allah
berfirman:
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) . (QS. al-Anbiya: 35)
Al-Quran juga menyebutkan harta dan anak-anak yang merupakan
kenikmatan hidup dunia dan perhiasannya sebagai fitnah yang
harus diwaspadai, sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu) (QS. at-Taghabun: 15)
Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan (QS. al-Anfal: 28)
Fitnah harta dan anak-anak itu ialah kadang-kadang harta atau anakanak melalaikan manusia dari kewajiban kepada Tuhannya dan
melupakan akhirat. Dalam hal ini Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anakanakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang
membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS.
al-Munaafiqun: 9)
Sebagaimana dikhawatirkan manusia akan terfitnah oleh harta dan
anak-anak, mereka pun dikhawatirkan terfitnah oleh wanita, terfitnah
oleh istri-istri mereka yang menghambat dan menghalangi mereka
dari perjuangan, dan menyibukkan mereka dengan kepentingankepentingan khusus (pribadi/keluarga) dan melalaikan mereka dari
kepentingan-kepentingan umum. Mengenai hal ini Al-Quran
memperingatkan:
Hai orang-orang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah
kamu terhadap mereka (QS. at-Taghabun: 14)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/21222/fitnah-dan-suarawanita/#ixzz1yxc4Y500