Disusun oleh :
J500090003
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2014
CASE REPORT
J500090003
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase Ilmu Penyakit Obstetri
dan Ginekologi Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pembimbing:
Dr. dr. Jaya Massa, Sp.OG (K) FM
(..................................)
Dipresentasikan dihadapan:
Dr. dr. Jaya Massa, Sp.OG (K) FM
(..................................)
(.................................)
BAB II
STATUS PENDERITA
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Alamat
: Jaten, Karanganyar
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah
Lama Perkawinan
: 2 tahun
Tanggal pemeriksaan
: 11 desember 2014
ANAMNESIS
Keluhan Utama : pasien mengeluh mual dan muntah setiap makan dan
minum
Riwayat Penyakit Sekarang
HMRS
Pasien seorang wanita, usia 22 tahun, G2P1A0 datang ke Ponek
RSUD Karanganyar dengan keluhan mual dan muntah yang dirasakan
sejak 2 minggu SMRS. Pasien mengalami muntah sebanyak > 5x dalam
sehari berupa makanan yang dimakan dan cairan berwarna kekuningan
dan tidak terdapat darah. Keluhan ini memberat sejak 1 hari SMRS.
Pasien mengatakan mual dan muntah dialami setelah makan, minum,
setiap mencium bau makanan pasien merasa mual dan keluhan ini
memburuk saat pagi hari. Pasien mengatakan mual dan muntah
menyebabkan pasien merasa lemas, pusing, tidak nafsu makan dan tidak
dapat beraktivitas seperti biasanya.
Pasien juga merasa bibir dan lidah terasa kering serta mengeluh
perut pasien di sebelah ulu hati terasa nyeri. Mual dirasakan berkurang
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat Asma/alergi
: disangkal
: disangkal
Riwayat Keputihan
: disangkal
Riwayat Menstruasi
Menarche
: 14 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 9 hari
Riwayat Perkawinan
Jumlah perkawinan
: 1 kali
: 1 tahun
Riwayat Kehamilan
G2P1A0
HPMT
: 10 Oktober 2014
HPL
: 17 Agustus 2015
Usia Kehamilan
: 8 minggu +3
tidur(-),
mengantuk
yang
- Sistem Respirasi
- Sistem reproduksi
- Sistem Integumen
2. Vital sign :
Tekanan Darah
: 110/70mmHg
Nadi
: 96 x/mnt
Respirasi
: 20 x/mnt
: 36,7C
3.
Keadaan umum
: Baik
4.
Kesadaran
B. Status Generalis
1. Kepala
2. Kulit
3. Mata
4. Hidung
5. Telinga
6. Mulut
7. Leher
8. Dada
Jantung :
- Inspeksi
-
Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Paru :
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen :
-
Inspeksi
Auskultasi
: Peristaltik dbn
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas :
-
Inferior
V.
Tidak dilakukan
Hasil
1.
Leukosit
7,39 x 103
5000-11.000
2.
Eritrosit
4,68
4.000.000-5.000.000
3.
Hemoglobin
13,1
12 18
4.
Platelet
236000
150.000-400.000
HCT
35,2
6.
HBsAg
PP test : positif
2.
ANAMNESIS:
a.
b.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Vital sign didapatkan Tekanan Darah 110/70mmHg, nadi 92
x/menit, respirasi 20 x/menit suhu 36,7oC.
b. Abdomen : TFU belum terapa, Nyeri tekan suprapubik (-), nyeri
ulu hati (+)
3.
PEMERIKSAANVAGINAL TOUCHER
Tidak dilakukan
4.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :Dalam batas normal
PP test
: positif
VIII. PENATALAKSANAAN
-
USG
Rehidrasi
IX. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat,
sehingga menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari hari (Arief,
2009). Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang
berat selama kehamilan, yang terjadi pada 1 %-2 % dari semua
kehamilan atau 1-20 pasien per 1000 kehamilan.
2. Etiologi
Hiperemesis gravidarum atau mual dan muntah yang dirasakan ibu
hamil belum diketahui penyebabnya secara pasti, tetapi terdapat beberapa
teori yang mengajukan keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan
psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar
hormon selama kehamilan (Gunawan et al., 2011).
Teori yang dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis hiperemesis
gravidarum yaitu faktor endokrin dan faktor non endokrin. Faktor
endokrin antara lain Human Chorionic Gonodotrophin, estrogen,
progesteron,
Thyroid
Stimulating Hormone,
Adrenocorticotropine
3. Faktor risiko
Faktor-faktor
risiko
yang
berhubungan
dengan
hiperemesis
4. Klasifikasi
Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi
hiperemesis gravidarum tingkat I, II dan III.
a. Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh :
Berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat.
10
5. Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas
membuang isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang
berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks terintegratif dan efektor
yang bersifat otonom somatik. Rangsangan saluran cerna dihantarkan
melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat
muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi
pada serebral, dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area postrema
dan dari aparatus vestibular via serebelum. Signal-signal perifer melewati
trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus solitarius.
Pusat muntah berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari
medula oblongata. Pusat muntah berdekatan dengan pusat pernafasan dan
pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui
saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui
saraf spinal ke diafragma, otot iga, dan otot abdomen.
Teori terbaru menjelaskan bahwa peningkatan kadar
human
11
mekanismenya
belum
jelas.
Hiperemesis
gravidarum
6. Diagnosis
Hiperemesis gravidarum dimulai dengan menegakkan diagnosis
kehamilan terlebih dahulu. Anamnesis dapat ditemukan keluhan
amenorea, serta mual dan muntah berat yang mengganggu aktivitas
sehari-hari. Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan untuk menemukan
tanda-tanda kehamilan, yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan
dengan konsistensi lunak dan serviks yang livid. Pemeriksaan penunjang
kadar
Pemeriksaan
ultrasonografi
perlu
dilakukan
untuk
12
13
adalah istirahat
dan
menghindari makanan
yang
Perubahan pola
diet
yang sederhana,
yaitu
kebutuhan
kalori.
Menu
makanan
yang
banyak
14
reticular
15
tablet bukal dengan efek samping sedasi yang lebih kecil. Penelitian
lain menyebutkan bahwa metoklopramid dan prometazin intravena
memiliki efektivitas yang sama untuk mengatasi hiperemesis, tetapi
metoklopramid memiliki efek samping mengantuk dan pusing yang
lebih ringan.
Studi
kohort
telah
menunjukkan
bahwa
penggunaan
sebagai
sebuah
glukokortikoid
juga
patut
16
oleh
karena
itu,
penggunaan
glukokortikoid
setiap
tahap,
nutrisi
enteral
atau
parenteral
dapat
dan
penghentian
makanan
peroral
adalah
magnesium,
pyridoxine,
atau
tiamin
perlu
dipertimbangkan.
Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Pasien
dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum
pemberian cairan dekstrosa. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai
pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan
hasil laboratorium.
2) Pengaturan Diet
17
Pasien hiperemesis
gravidarum
hiperemesis I. Makanan yang diberikan berupa roti kering dan buahbuahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
setelah makan. Diet hiperemesis kurang mengandung zat gizi, kecuali
vitamin C, sehingga diberikan hanya selama beberapa hari.
Pasien diberikan diet hiperemesis II jika rasa mual dan muntah
berkurang. Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet
hiperemesis IIrendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Pemberian minuman dapat diberikan bersama
makanan. Diet ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.
3) T erapi Alternatif
T erapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk
penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe
(Zingiber
officinale
Roscoe)
adalah
salah
satu
pilihan
mendukung
18
selama
kehamilan
meningkatkan
risiko
sepsis
dan
perbaikan
tanda-tanda
vital
dan
dehidrasi.
Parameter
laboratorium yang perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan asambasa dan elektrolit.
19
8. Komplikasi
Ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih
dari 3 kg atau 5% berat badan adalah komplikasi yang dapat terjadi pada
hiperemesis gravidarum (Gunawan, 2011).
Berat badan menurun, dehidrasi, acidosis akibat dari gizi buruk,
alkalosis akibat dari muntah-muntah, hipokalemia, kelemahan otot,
kelainan elektrokardiografi dan gangguan psikologis dapat terjadi.
Komplikasi yang mengancam nyawa meliputi ruptur esofagus yang
disebabkan muntah-muntah berat, Wernicke's encephalopathy (diplopia,
nystagmus, disorientasi, kejang, coma), perdarahan retina, kerusakan
ginjal, pneumomediastinum spontan, IUGR dan kematian janin. Pasien
dengan hiperemesis gravidarum pernah dilaporkanmengalami epistaxis
pada minggu ke-15 kehamilan karena intake vitamin K yang
tidakadekuat yang disebabkan emesis berat dan ketidakmampuannya
mentoleransi makanan padat dan cairan. Penggantian vitamin K,
parameter-parameter koagulasi kembali normal dan penyakit sembuh.
Vasospasme
arteri
cerebral
yang
terkait
dengan
hiperemesis
9. Prognosis
Hiperemesis
gravidarum
secara
umum
dapat
disembuhkan.
20
BAB III
ANALISA KASUS
A. Ringkasan Kasus
Pasien seorang wanita, usia 22 tahun, G2P1A0 datang dengan
keluhan mual dan muntah yang dirasakan sejak 2 minggu SMRS. Pasien
mengalami muntah sebanyak > 5x dalam sehari berupa makanan yang
dimakan dan cairan berwarna kekuningan dan tidak terdapat darah.
Keluhan ini memberat sejak 1 hari SMRS. Pasien mengatakan mual dan
muntah dialami setelah makan, minum, setiap mencium bau makanan
pasien merasa mual dan keluhan ini memburuk saat pagi hari. Pasien
mengatakan mual dan muntah menyebabkan pasien merasa lemas,
pusing, tidak nafsu makan dan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.
Pasien juga merasa bibir dan lidah terasa kering serta mengeluh
perut pasien di sebelah ulu hati terasa nyeri. Mual dirasakan berkurang
dengan beristirahat dengan minum teh hangat. Pasien mengaku
mengalami penurunan berat badan dari 50 kg menjadi 48 kg sejak
keluhan mual dan muntah muncul. Pasien mengalami menstruasi terakhir
sekitar dua bulan yang lalu. Keluhan lain seperti demam disangkal,
buang air kecil dan buang air besar dalam batas normal.
Vital sign didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 92x/menit,
respirasi 18x/menit, dan suhu 36,7oC. Pemeriksaan Pptest didapatkan
tanda 2 garis merah (positif hamil)
B. Analisis Kasus
Pasien seorang wanita, usia 22 tahun, G2P1A0 datang dengan
keluhan mual dan muntah yang dirasakan sejak 2 minggu SMRS. Pasien
mengalami muntah sebanyak > 5x dalam sehari berupa makanan yang
dimakan dan cairan berwarna kekuningan dan tidak terdapat darah.
Keluhan ini memberat sejak 1 hari SMRS. Pasien mengatakan mual dan
21
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, K., manengkei, Paul S.K., Ocviyanti, D.,2011. Diagnosis dan T ata
Laksana Hiperemesis Gravidarum. Departemen Obstetri Ginekologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Pusat
Cipto Mangunkusumo. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta. J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 11.
Mochtar, R., 1998. Hiperemesis Gravidarum dalam Sinopsis Obstetri. Edisi 2.
Cetakam pertama. EGC. Jakarta.
Wibowo, B., Soejono, A., 2005. Hiperemesis Gravidarum dalam Ilmu
Kebidanan. Edisi ketiga. Cetakan letujuh. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. Prof.dr. DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 2007 : 302-312
24