Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NURRAHMAN SAPUTRA

NIM : F1G112029
PRODI : TEKNOK GEOLOGI

Pembentukan Pulau Papua


Papua Barat terletak pada 1-9 LS dan 129-141 BT. Geologi Papua sangat
kompleks melibatkan interaksi antara lempeng Australia dengan lempeng Pasifik.
Hampir seluruh evolusi tektonik Kenozoikum merupakan hasil interaksi
konvergen antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik (Hamilton, 1979;
Dow et al., 1988). Papua Nugini dan Pegunungan Central Range merupakan hasil
tumbukan antara kontinen dan busur kepulauan (Dewey and Bird, 1970).
Pegunungan Central Range terbentuk dari batuan Mesozoikum yang terlipat dan
tersesarkan serta lapisan Kenozoikum yang terendapkan pada batas Kontinental
pasif. Di batasi oleh:

Utara : Samudra Pasifik

Timur : Sedaratan Papua Nugini

Selatan : Laut Arafuru

Barat

: Laut Banda

Papua, bagian barat dari Pulau New Guinea adalah ekspresi permukaan dari batas
utara deformasi blok kontinen Australia dan lempeng Pasifik. Secara topografi,
Papua dianalogikan berbentuk seperti bagian tubuh burung dan di bagi menjadi :
A. Tubuh burung: didominasi struktur berarah barat-baratlaut sepanjang Central
Range. Diakhiri sesar mendatar berarah Barat-Timur. Didominasi oleh
pegunungan tengah masif dan central range. Daratan di sebelah utara berupa
cekungan intramountain yang dinamakan Meervlakte yang dibatasi di bagian
utara oleh pegunungan yang dibentuk oleh metamorfisme dengan relief yang
sedang.

Central range: berupa plateau dengan lebar sampai dengan 100 km yang
memanjang dari danau Paniai di barat sampai daerah perbatasan Papua Nugini.
Dilihat dari peta geologi, terlihat bahwa sebagian besar terdiri dari batuan yang
terlipat dan Grup Batuganping Nugini.

Glasiasi: gejala erosi glasiasi berupa cirques dan lembah berbentuk U. Banyak
ditemui moraines di bagian utara main range dan mungkin juga diendapkan di
sayap selatan tetapi sudah terpindahkan oleh erosi yang intensif di daerah yang
terjal.

Danau Paniai: dibentuk oleh sesar dan berasosiasi


perlengkungan yang membendung air dari sungai Jawee.

dengan

bidang

NAMA : NURRAHMAN SAPUTRA


NIM : F1G112029
PRODI : TEKNOK GEOLOGI

Pegunungan Ofiolit: terletak di antara Central Range dan Meervlakte


berkomposisi batuan plutonik basa dan ultra basa sepanjang lebih dari 300 km.

Meervlakte: merupakan cekungan intramountain dan dataran aluvial sepanjang


300 km dan lebar 50 km yang mengalami subsiden aktif sejak Miosen Tengah
sampai sekarang, dengan kecepatan subsiden lebih cepat daripada sedimentasi
Umumnya berupa swamp yang disalurkan oleh sungai Idenburg dan meander
Ruffaer.
B. Leher burung: ditandai dengan perubahan arah struktur dari barat timur
(tubuh) menjadi N-NW (leher).

Lengguru Fold Belt: punggungan membentuk sabuk yang umumnya tersesarkan


dan berupa antiklin.

Semenanjung Wandamen: adalah bagian utara dekat punggungan batuan


metamorf. Punggungan memiliki sistem drainase tertutup mengikuti sayap
punggungan.

Weyland Range: berupa pegunungan masif yang menghubungkan bagian leher


dengan tubuh burung.
C. Kepala burung: terdiri dari batuan metamorf dan batuan granit. Bagian batuan
metamorf terpotong di bagian utara dan NE oleh lembah linier bidang erosi di
Sorong dan sesar Ransiki. struktur sesar berarah barat-timur.
Secara geomorfologi di bagi menjadi:

1. Satuan morfologi perbukitan: daerah tengah dan utara, penampakan morfologi:


bagian yang bergelombang.
2. Satuan morfologi perbukitan dengan pola kelurusan dan gua-gua: bagian
tengah peta, berupa karst.
3. Satuan morfologi dataran: daerah datar hingga agak bergelombang lemah
dengan ketinggian kurang dari 100 m dpl.
Geologi Papua dapat dibagi menjadi 3 mandala geologi utama, yaitu Kontinental,
Oceanik dan Transisional.
1. Mandala Kontinental tersusun atas sedimen kraton Australia
2. Mandala Oceanik tersusun atas batuan ofiolit dan kompleks volkanik busur
kepulauan sebagai bagian dari Lempeng Pasifik.

NAMA : NURRAHMAN SAPUTRA


NIM : F1G112029
PRODI : TEKNOK GEOLOGI

3. Mandala Transisional merupakan daerah yang mengandung batuan metamorf


regional dan terdeformasi kuat, sebagai produk interaksi antara dua lempeng.
Secara litotektonik, Papua dapat dibagi menjadi 4 mandala, yaitu:

New Guinea foreland/foreland basin (Arafura Platform): mencakup Laut


Arafura dan dataran pantai selatan yang terletak pada Lempeng Australia. Terdiri
dari sedimen Pliosen marin dan non-marin yang tidak termetamorfkan dan
sedimen Holosen silisiklastik yang menutupi karbonat Kenozoikum dan batuan
silisiklastik Mesozoikum.

Jalur perlipatan dan sesar naik Central Range: tersusun atas jalur orogenik
yang memanjang Barat-Timur. Jalur perlipatan dan sesar naik melibatkan batuan
Paleozoikum sampai Tersier yang berasal dari benua Australia.

Jalur metamorfik Ruffaer dan jalur ofiolit: jalur ofiolit Irian Jaya dan jalur
metamorfik Ruffaer dipisahkan oleh jalur sesar, jalur ofiolit Irian Jaya ditutupi
oleh aluvium yang berasal dari Depresi Meervlakte.

Kompleks busur kepulauan Melanesia: Depresi Meervlakte/cekungan pantai


utara dan Jalur sesar naik Mamberamo.
Ada 3 model struktur dan tektonisme yang diajukan untuk menjelaskan tentang
Papua:

1. Model pembalikan polaritas subduksi (pembalikan busur) (Dewey and Bird,


1970; Hamilton, 1979; Milsom, 1985; Dow et al. 1988; Katili, 1991)yang
menyatakan bahwa lempeng benua Australia menunjam ke arah utara, diikuti
tumbukan (collision) dan penunjaman Lempeng Pasifik ke arah selatan pada
Palung New Guinea.
2. Model Zippering (Ripper and McCue, 1983; Cooper and Taylor, 1987) yang
menyatakan bahwa di bagian timur pulau Papua, terdapat dua subduksi lempeng
samudera yang merupakan kemenerusan ke arah barat dari subduksi lempeng
Solomon.
3. Model perubahan sudut penunjaman yang menyatakan bahwa subduksi
Lempeng Australia berubah sudut penunjaman menjadi vertikal tanpa
pembalikan arah subduksi.
Persamaan ketiga model tersebut di atas adalah bahwa semua menyatakan bahwa
bagian selatan dari Pulau Irian disusupi oleh batas lempeng pasif utara dari benua
Australia yang mengandung sedimen tebal dari sedimen silisiklastik Mesozoikum
berubah secara berangsur menjadi lapisan karbonat Kenozoikum.

NAMA : NURRAHMAN SAPUTRA


NIM : F1G112029
PRODI : TEKNOK GEOLOGI

Orogenesis Kepulauan pada Eosen-Oligosen terjadi pada daerah Ekor Burung


pada bagian paling Timur dari Pulau Papua (Nugini). Pembentukan dan erosi
yang tercatat selama Oligosen dan sedimen klastik yang lebih muda pada Aure
Trough.

Orogenesis Central Range dimulai pada Miosen Tengah dan menyebabkan


penyebaran sedimen klastik yang luas. Orogenesis ini dibagi menjadi tahap
sebelum tumbukan dan tahap tumbukan. Tahap sebelum tumbukan berkaitan
dengan metamorfisme pada sedimen batas pasif, sedangkan tahap tumbukan
terjadi ketika pengapungan (buoyancy) litosfer Australia menghentikan
subduksi, deformasi melibatkan basement kristalin dari lempeng benua
Australia. Dilaminasi tumbukan terjadi antara 7-3 juta tahun yang lalu,
menyebabkan aktivitas magma tahap akhir dan pengangkatan pegunungan
sebanyak 1-2 km. Proses ini memicu pergerakan sesar mendatar mengiri dengan
arah Barat-Timur yang mendominasi tektonik resen pada Pulau Papua bagian
Barat.
Secara umum struktur regional Papua dapat dibagi menjadi 3 zona struktur, yaitu:

1. Tubuh Burung: didominasi oleh struktur berarah Barat-Barat Laut sepanjang


Central Range (Jalur Mobil Nugini). Diakhiri oleh sesar mendatar dengan arah
Barat-Timur (Zona Sesar Tarera-Aiduna, TAFZ) pada Leher Burung.
2. Leher Burung: didominasi oleh struktur berarah Utara- Barat Laut (Jalur
Perlipatan Lengguru, LFB), yang berhenti pada tinggian Kemum pada daerah
Kepala Burung.
3. Kepala Burung: didominasi oleh struktur sesar berarah Barat-Timur.
STRATIGRAFI
1. Formasi Awigatoh: tersingkap di Mapenduma dan antiklin Digul. Terdiri dari
batuan metabasals, metavulkanik, batugamping, serpih, mudstone. Ditemui
struktur lava bantal endapan laut
2. Formasi Kariem: struktur sedimen: laminasi, ripple, paralel laminasi, cross
bedding. Bagian bawah formasi teridi dari 30% siltstone dan 60% mudstone,
sedangkan bagian atas >80% batupasir halus. Merupakan endapan turbidit
submarine.
3. Formasi Tuaba: terdiri dari batupasir halus s/d kasar, perselingan dengan
konglomerat dan serpih, siltstone, mudstone. Diendapkan pada lingkungan
marine dekat pantai, dan bagian offshore shelf menuju daerah pasang surut.

NAMA : NURRAHMAN SAPUTRA


NIM : F1G112029
PRODI : TEKNOK GEOLOGI

4. Formasi Modio: bagian atas didominasi batuan klastik halus dengan struktur
cross bedding dan laminasi paralel. Bagian bawah didominasi karbonat. Fosil:
gastropoda, Crinoid, Brachiopoda, koral. Endapan daerah pasang susut hingga
marine shelf.
5. Formasi Aiduna: terdiri dari batubara, batupasir konglomeratan dengan
perselingan batupasir karbonatan, siltstone, serpih. Ditemui struktur cross
bedding, ripple, load cast, bioturbasi. Fosil Brachiopoda. Diendapkan pad daerah
fluvial s/d delta.
6. Formasi Tipuma: umur Trias Jura awal. Didominasi mudstone dan siltstone,
bagian bawah formasi ditemui perselingan batupasir halus dengan batupasir
kasar. Diendapkan pada lingkungan fluvial.
7. Unit Kembelengan: mengandung siltstone karbonan dan mudstone di bagian
bawah, batupasir glaukonitan, batupasir berbutir seragam, dan sedikit serpih di
bagian top.

Formasi Kupai

Formasi Woniwogi

Pynia

Formasi Ekmai

NAMA : NURRAHMAN SAPUTRA


NIM : F1G112029
PRODI : TEKNOK GEOLOGI

REFERENSI
Darman, Herman dan F.Hasan Sidi. An Outline of Geology of Indonesia. IAGI.
2000.
Dow, Robinson, et al. Preliminary Geological Report: Geology of Irian
Jaya.Departemen of Mines and Energy Indonesia & The Australian International
Development Assistance Bureau.1988.
Hamilton, Warren. Tectonic of The Indonesian Region. United State Government
Printing Office. Washington. 1979.

Anda mungkin juga menyukai