Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FARMASI KLINIK
PENGGUNAAN OBAT PADA USIA LANJUT

DISUSUN OLEH :
NUR ASMI
FLORA
NURJANNAH
NUR APRYANA
SAI FITRIA
ARMAWANTI
NURMIYATI.M
INDRIATI
KURNIAH

PROGRAM PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009

BAB I
PENDAHULUAN

Penduduk dengan usia di atas 65 tahun hanya merupakan sebagian kecil dari populasi
penduduk di Indonesia yaitu 4,3 % (Economist,1998) tetapi jumlahnya terus meningkat dan
mereka merupakan pengguna obat yang paling utama, timbulnya penyakit yang menetap,
seperti arthritis, penyakit kardiovaskuler, penyakit Parkinson dan diabetes, akan meningkat
dengan bertambahnya usia. Penyakit-penyakit tersebut biasanya ditangani dengan
penggunaan terapi obat. Oleh karena itu, pasien lanjut usia memerlukan lebih banyak obat,
terutama bagi mereka yang menderita bermacam-macam penyakit yang menetap. Perubahan
dalam penatalaksanaan obat sering kali terjadi akibat factor-faktor farmakokinetik dan
farmakodinamik yang terkait dengan bertambahnya usia.
Banyaknya obat yang diresepkan untuk pasien lanjut usia akan menimbulkan banyak
masalah termasuk polifarmasi,peresepan yang tidak tepat dan juga kepatuhan pasien

BAB II
PERUBAHAN PENATALAKSANAAN OBAT

Sejumlah perubahan yang terjadi dengan bertambahnya usia, termasuk anatomi,


fisiologi, psikologi juga sosiologi. Meskipun semua perubahan tersebut berperan penting
dalam pelayanan untuk pasien lanjut usia, namun yang paling utama adalah menitik-beratkan
pada perubahan-perubahan yang memberikan efek secara langsung pada penatalaksanaan
obat.
Perubahan fisiologi yang terkait lanjut usia akan memberikan efek serius pada
banyak proses yang terlibat dalam penatalaksanaan obat. Perubahan fisiologi yang terkait
lanjut usia akan memberikan efek serius pada banyak proses yang terlibat dalam
penatalaksanaan obat. Efek pada saluran pencernaan, hati dan ginjal dapat dilihat pada table
dibawah ini :
Reduksi sekresi asam lambung
Penurunan motilitas gastrointestinal
Reduksi luas permukaan total absopsi
Reduksi aliran darah jaringan
Reduksi ukuran hati
Reduksi aliran darah hati
Reduksi filtrasi glomerulus
Reduksi filtasi tubuler ginjal

2.1 Farmakokinetik
Obat harus berada pada tempat kerjanya dengan konsentrasi yang tepat untuk mencapai
efek terapeutik yang diharapkan. Perubahan-perubahan farmakokinetik pada pasien lanjut
usia memiliki peranan penting dalam bioavailabilitas obat tersebut.
Absorpsi
Penundaan pengosongan lambung, reduksi sekresi asam lambung dan aliran
darah jaringan, semuanya secara teoritis berpengaruh pada absorbsi. Tetapi pada

kenyataannya, perubahan perubahan yang terkait dengan usia ini tidak berpengaruh
secara bermakna terhadap bioavaibilitas total obat yang terabsorbsi. Beberapa
pengecualian termasuk digoksin maupun obat atau subtansi lain dengan mekanisme
aktif yang absorbsinya berkurang, contohnya adalah tiamin, kalsium, besi dan
beberapa jenis gula.
Distribusi
Faktor-faktor yang menentukan distribusi obat termasuk komposisi tubuh,
ikatan plasma-protein dan aliran darah organ. Semuanya akan mengalami perubahan
dengan bertambahnya usia, akibatnya konsentrasi obat akan berbeda pada pasien
lanjut usia jika dibandingkan dengan pasien yang lebih muda pada pemberian dosis
obat yang sama
Komposisi tubuh
Total air dalam tubuh dan massa tubuh tanpa lemak mengalami penurunan
dengan bertambahnya usia sehingga menyebabkan penurunan volume distribusi
obat yang larut air. Akibatnya, konsentrasi obat tersebut dalam plasma akan
meningkat sebagai contohnya adalah digoksin dan simetidine. Sebaliknya,
peningkatan total lemak dalam tubuh akan mengakibatkan meningkatnya volume
distribusi obat yang larut lemak.selanjutnya, konsentrasi obat dalam plasma akan
turun, tetapi lama kerja obat akan diperpanjang, contohnya, golongan
bensodiazepin seperti diazepam.
Ikatan plasma-protein
Jumlah albumin plasma berkurang dengan bertambahnya usia. Obat-obat yang
bersifat asam (contoh : simetidine, furosemid, walfarin ) berikatan dengan
protein tersebut, jika konsentrasi obat-obat tersebut dalam keadaan bebas akan
meningkat pada pasien lanjut usia. Jumlah asam

1-

glikoprotein plasma (dimana

obat-obat basa, seperti lidokain, terikat) tidak berubah atau meningkat sampai
jumlah yang tidak bermakna secara klinis.
Aliran darah organ
Perubahan aliran darah organ akan mengakibatkan penurunan perpusi pada
anggota gerak, hati, mesenterium, otot jantung dan otot. Perpusi menurun sampai
dengan 45 % pada psien lanjut usia. Jika dibandingkan dengan pasien usia 25

tahun. Bukti klinis tidak meunjukkan secara jelas tentang adanya perubahan
dalam distribusi obat tetapi secara teotritis setidaknya penurunan kecepatan
distribusi kejaringan harus diperhitungkan.
Eliminasi
Metabolism hati dan ekskresi ginjal adalah mekanisme penting yang terlibat
dalam pemindahan obat dari tempat kerjanya. Efek

dosis obat tunggal akan

diperpanjang dan konsentrasi keadaan jenuh akan meningkat jika kedua proses
tersebut menurun.
Metabolisme hati
Setelah diabsorbsi, obat-obat yang diberikan secara oral akan melewati sirkulasi
portal kehati. Subtansi yang larut lemak akan termetabolisme secara ektensif
disini. Sehingga mengakibatkan penurunan bioavaibilitas sistemik. Oleh karena
itu, adanya penurunan metabolism disini (metabolism lintas pertama) akan
meningkatkan bioavaibilitas sistemik obat. Pada pasien lanjut usia tampak
adanya gangguan metabolism lintas pertama untuk beberapa macam obat,
terutama klormetiazol, labetolol, nivedipin, nitrat, propanolol dan verapamil .
Terdapat reduksi massa hati sebanyak 35 % mulai usia 30 90 tahun, sehingga
menurunkan kapasitas metabolism interinsik hati pada pasien lanjut usia.
Keadaan tersebut bersama-sama dengan penurunan aliran darah hati, menjadi
penyebab utama dalam peningkatan bioavailabilitas obat yang mengalami
metabolime lintas pertama. Sebagai contonhnya adalah efek hipotensif

dan

nifedipin yang meningkat secara bermakna pada lanjut usia. Factor utama lain
yang berpengaruh pada metabolism obat oleh hati terkait dengan perubahan
enzimatik yang muncul dengan bertambahnya usia. Contohnya, kecepatan
metabolisme oleh system sitokrom P450 dapat menurun sampai dengan 40 % jika
dibandingkan dengan dewasa muda. Pada obat obat dengan indeks terapeutik
sempit, perubahan seperti ini dapat bermakna secara klinis.
Eliminasi ginjal
Penurunan aliran darah ginjal, ukuran organ, filtrasi glomeruler dan fungsi
tubuler, semuanya merupakan perubahan yang terjadi dengan tingkat yang
berbeda pada lanjut usia. Kecepatan filtrasi glomeruler menurun sekitar 1 % per

tahun dimulai pada usia 40 tahun. Perubahan perubahan tersebut


mengakibatkan beberapa obat dieliminasi lebih lambat pada lanjut usia, seperti
pengaruhnya pada fungsi ginjal. Beberapa bukti menunjukkan bahwa konsentrasi
obat dalam jaringan meningkat sebanyak 50 % sebagai akibat perubahan
perubahan tersebut.
Pada prakteknya, fungsi ginjal sangat bervariasi pada lanjut usia. Oleh karena
itu, dosis obat obatan yang diekskresi secara primer oleh ginjal harus disesuaikan untuk
masing masing individu. Obat-obatan dengan indeks terapeutik sempit harus diberikan
dengan pengurangan dosis, contohnya adalah digoksin dan aminoglikosida dan
pengurangan dosis sebanyak 50 % sebagai dosis awal dianjurkan pada banyak kasus.
Penyesuaian dosis dapat tidak diperlukan untuk obat dengan indeks terapeutik yang luas,
contoh penisilin.
2.2. farmakodinamik
Perubahan-perubahan farmakodinamik pada pasien lanjut usia dapat merubah respon
terhadap obat. penurunan dalam kemanpuan dalam menjaga keseimbangan homoestatik
perubahan pada reseptor-reseptor spesifik dan tempat sasaran akan dipertimbangkan
disini.
Penurunan kemanpuan dalam menjaga keseimbangan homeostatik
Kemampuan pengaturan yang memadai dan tepat mengenai keadaan fisiologi tubuh
sangat diperlukan dalam homeostatic. Endokrin, transmisi neuromuscular dan
respons organ, semuanya akan menurun dengan bertambahnya usia, yang berakibat
pada ketidakmampuan untuk menjaga keseimbangan homeostatic. System yang
biasanya mengalami gangguan termasuk :
-

Pengaturan temperatur
Hipotermia yang tidak diharapkan dapat terjadi pada pasien lanjut usia yang
mendapat beberapa macam obat. Yang terlibat adalah obat-obatan yang
menyebabkan sedasi, gangguan kepekaan subjektif terhadap temperature,
penurunan mobilitas maupun aktivitas otot dan vaso dilatasi. Obat-obat yang

dimaksudkan disini termasuk benzodiazepine. Opioid, alcohol dan anti depresan


trisilklik.
-

Fungsi usus dan kandung kemih


Konstipasi sering muncul pada lanjut usia sebagai akibat penurunan motilitas
gastrointestinal.obat-obat antikolinergik, antihistamin dan antidepresan trisiklik
dapat memperburuk masalah tersebut. Obat-obat antikolinergik juga dapat
mengakibatkan resitensi urin pada pria lanjut usia, terutama yang dengan
hipertrofi prostat. Ketidak stabilan kandung kemih juga sering terjadi terutama
pada wanita lanjut

usia dengan difungsi uretra. Diuretika kuat dapat

mengakibatkan incontinence pada pasien-pasien tersebut.


-

Pengaturan tekanan darah


Pada pasien lanjut usia terdapat penumpulan refleks takikardia yang normal
terlihat pada pasien dewasa muda ketika berdiri. Oleh karena itu, hipotensi
postunal merupakan masalah yang sering terjadi pada lanjut usia. Hal ini
mengakibatkan obat-obat dengan efek antihipertensi cenderung memperparah
masalah ini.

Keseimbangan cairan/elektrolit
Pada lanjut usia terjadi penurunan kemampuan untuk mengeskresikan kelebihan
air. Obat-obat yang dapat mengakibatkan retensi cairan, seperti kortikosteroid
dan anti inflamasi.

Non steroid (AINS), dapat menyebabkan masalah pada

pasien lanjut usia.


-

Fungsi kongnitif
System saraf pusat mengalami sejumlah perubahan struktur dan kimiawi saraf
dengan bertambahnya usia. aktivitas enzim kholin asetiltransferase menurun pada
lanjut usia dan hal ini mengindikasikan penurunan transmisi kolinergik.
Transmisi ini sangat berkaitan dengan fungsi kongnitif normal. Obat-obat seperti
antikolinergik, hipnotik dan penghambat adrenoseptor beta dapat memperburuk
efek tersebut sehingga menimbulkan kebingungan pada pasien lanjut usia.

Perubahan pada reseptor-reseptor spesifik dan tempat sasaran.


Sebagaian besar obat akan memberikan efek setelah berikatan dengan reseptor yang
spesifik. Perubahan densitas reseptor atau afinitas molekul obat pada reseptor akan
merubah responya terhadap obat. Gangguan aktivitas enzim atau perubahan respon
jaringan sasaran itu sendiri juga dapat menyebabkan perubahan respon terhadap obat.
Adrenoseptor alfa
Responsivitas adrenoseptor alfa-1 tidak mengalami perubahan pada lanjut
usia, sebaliknya terjadi penurunan responsivitas pada adrenoseptor alfa-2.
Adreneseptor beta
Fungsi adreneseptor beta menurun dengan bertambahnya usia. Oleh karena
itu, terapi beta bloker pada lanjut usia dapat menjadi kurang efektif, kemungkinan
akibatnya adalah penurunan efek antihipertensi. Ada juga berapa bukti yang
mengarah pada penurunan densitas adrenoseptor beta.
Benzodiazepin
Pasien lanjut usia lebih sensitive terhadap efek sedasi obat golongan
benzosiazepin jika dibandingkan dengan pasien yang lebih muda. Penelitian yang
pernah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan jumlah atau afinitas
tempat ikatan benzodiazepine. Mekanisme efek ini tidak diketahui.

3. PERESEPAN YANG TIDAK TEPAT DAN POLIFARMASI


Diperkirakan bahwa setidaknya 25% obat yang diresepkan untuk pasien
lanjut usia tidak efektif atau tidak diperlukan. Seringkali dijumpai obat sekunder
yang kemungkinan diresepkan untuk mengatasi efek samping obat yang alin.
Contohnya, peresepan L-dopa untuk mengatasi tremor pada pemberian obatobatan yang menginduksi tremor, atau fenotiazin untuk mengatasi pusing yang
disebabkan hipotensi postural akibat penggunaan obat lain. Praktek ini sangat
bertolak belakang dengan praktek kefarmasian yang baik dan dalam hal ini,
farmasis memiliki peran penting dalam mengatasi persoalan tersebut. Peranan
farmasis dalam pemantauan peresepan, karena merupakan hal yang sangat
penting.

Beberapa masalah yang dijumpai pada evaluasi pengobatan pasien

lanjut usia dapat dilihat pada tabel :


Ketidaksesuaian dalam jumlah yang diresepkan
Item yang sebenarnya sudah tidak diperlukan
Petunjuk yang tidak memuaskan
Frekuensi, interval atau kekuatan dosis yang tidak tepat
Duplikasi dalam terapi
Interaksi obat-obat

Polifarmasi merupakan problem utama dalam kelompok pasien ini.


Semakin banyak jumlah obat yang diterima pasien, maka semakin besar pula
resiko efek samping obat, interaksi obat obat dan interaksi obat penyakit.
Resiko tingkat kepatuhan pasien juga meningkat. Sejumlah besar obat
menimbulkan masalah masalah tertentu pada pasien lanjut usia dan peresepan
obat obat tersebut dapat menambah masalah yang telah didiskusikan
sebelumnya. Tabel diatas memaparkan daftar beberapa obat yang harus
digunakan secara hati hati sekaligus juga masalah yang mungkin timbul

4. TUJUAN TERAPI OBAT


Ada beberapa hal yang perlu dibahas dalam rangka optimalisasi terapi
obat pada pasien lanjut usia.
Daftar tabel obat yang menimbulkan masalah pada pasien lanjut usia
Kelompok obat

Alasan meningkatnya resiko masalah

Antidepresan trisilklik

Menyebabkan gangguan kognitif


Peningkatan distribusi ke adipose
Reduksi metabolism

Anti psikotik

Menyebabkan gangguan kognitif


Reduksi metabolisme

Opioid

Menyebabkan gangguan kognitif

Digoksin

Reduksi eksresi

Peninghambatan ACE

Reduksi eksresi

Warfarin

Peningkatan sensitifitas

Levodopa

Reduksi sensitifitas

Benzodiazepine aksi panjang

Reduksi metabolisme

B-bloker

Reduksi khasiat
Reduksi eksresi ginjal

Kortikosteroid

Ganggauan kognitif
Peningkatan toksisitas terhadap lambung

Antimuskarinik

Peningkatan sensitifitas

Beberapa cefalosporin

Reduksi eksresi ginjal

Deuretika

Tidak efek pada gangguan ginjal

Hindari terapi obat yang tidak diperlukan


Perlu

dicermati

adanya

kemungkinan

alternative

terapi

tanpa

penmggunaan obat contoh pada hipertensi ringan mungkin dapat diberi petunjuk
tentang polahidup sehat terlebih dahulu, misalnya berhenti merokok. Petunjuk
diet juga dapat menjadi alternative . hal ini terutama berguna bagi pasien dengan
hiperlipidemia yang ringan. Pada kasus yang lain, pemberian obat obatan

tidak diperlukan sama sekali, salah satu contoh yang baik adlah peresepan obat
obatan hipnotik. Pasien lanjut usia sering kali mengharapkan tidur melebihi
kebutuhannya. Hal ini dapat mendorong mereaka untuk mencapai terapi
hipnotik yang tidak tepat. Dalam usaha meningkatkan kualitas tidur sebenarnya
ada beberapa cara sederhana yang dpat dilakukan, termasuk buang air kecil
sebelum tidur atau optimalisasi keadaan dalam ruang tidur.

Kualitas hidup
Sangatlah muda untuk melihat tujuan pemberian obat pada pasien lanjut
usia, yaitu memperpanjang masa harapan hidup. Walaupun demikian, tanggung
jawab untuk memperbaiki kualitas hidup pasien tetap ada. Sebagai contohnya,
seorang wanita lanjut usia dengan osteoporosis dipinggulnya, akan paling baik
diatasi dengan operasi pinggul daripada terapi jangka panjang dengan obat
AINS dan resiko efek sampingnya.

Mengobati penyebab bukan sekedar gejala


Ketika seorang pasien lanjut usia menunjukkan suatu gejala, sangatlah
penting mencari penyebabnya. Merupakan tindakan yang tidak tepat jika hanya
mengobati gejalanya yang malah mungkin menutupi masalah sebenarnya yang
lebih serius. Seorang pasien dapat menunjukkan gejala gangguan pencernaan
tetapi ternyata menderita tukak lambung. Mengobati pasien ini dengan antasida
jelas tidak tepat dan potensial menimbulkan bahaya karena penyakit yang lebih
serius tidak diobati. Oleh karena itu, penyebab dari gejala tersebut harus
diketahui terlebih dahulu, kemudian pengobatan diberikan secara tepat.

Riwayat pengobatan
Mengetahui riwayat pengobatan pasien akan sangat membantu dalam
seleksi obat. Dari sini dapat diketahui jika pasien mengalami alergi atau
toleransi terhadap obat tertentu pada masa lalu. Disamping itu, efek samping
obat dan interaksi obat yang potensial terjadi juga lebih muda untuk dihindari.

Titrasi dosis
Perubahan perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik pada lanjut
usia biasanya menjadi sebab mengapa dosis yang lebih rendah diperlukan untuk
memperoleh efek terapeutik yang dikehendaki. Pada sebagian besar kasus

merupakan hal yang rasional untuk memulai terapi dengan dosis serendah
mungkin, kemudian jika diperlukan dapat ditingkatkan secara bertahap dosis
atau frekuensi pemberiannya.

Penyakit medis yang bersamaan


Pasien lanjut usia sering kali menderita lebih dari satu kondisi medis. Hal
ini dapat mengakibatkan kontra-indikasi atau perlunya perhatian khusus
terhadap obat obat tertentu. Gangguan fungsi ginjal dan disfungsi hati
merupakan kondisi kondisi yang sering muncul pada pasien lanjut usia
sehingga diperlukan perhatian khusus dalam pemilihan terapi obat.

Pemilihan obat dan bentuk sediaan yang tepat


Jika telah diputuskan untuk melakukan terapi obat, selanjutnya sangatlah
penting untuk memastikan bahwa obat terpilih adalah obat yang tepat. Dalam
hal ini yang perlu diperhatikan adalah efek samping yang mungkin terjadi dan
kondis medis pasien pada saat itu. Juga termasuk pertimbangan bentuk sediaan
yang akan digunakan. Pasien lanjut usia sering kali lebih tepat untuk mendapat
syrup, suspensi, atau tablet terlarut. Untuk menelan tablet atau kapsul yang
besar sering kali menimbulkan kesulitan atau kecemasan tersendiri yang
nantinya dapat mengurangi tingkat kepatuhan.

5. EFEK SAMPING OBAT


Telah terbukti dengan jelas bahwa efek samping obat muncul dengan
frekuensi yang lebih tinggi pada populasi lanjut usia. Sejumlah penelitian yang
mempelajari kecenderungan ini pada akhirnya membuat beberapa kesimpulan :
-

Pasien lanjut usia 3 kali lebih besar kemungkinannya untuk masuk kerumah sakit
karena efek samping obat
laporan tentang efek samping obat yang serius pada pasien lajut usia ditemukan
dua kali lebih sering dari pada mereka yang masih dibawah usia 40 tahun

Efek samping obat juga telah terbukti sebagai alasan bermakna untuk masuk
kerumah sakit, dan menjadi satu-satunya alasan bagi 2,8 % pasien lanjut usia
untuk masuk RS. Efek samping obat juga menjadi factor pada 7,7% berikutnya
untuk masuk rumah sakit.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan pasien lanjut usia cenderung


mengalami efek samping obat. Polifarmasi, penggunaan bermacam macam terapi
obat, sering terjadi pada pasien lanjut usia dan memberikan pengaruh yang besar
pada insiden efek samping obat. Bagaimanapun juga ada faktor faktor lain yang
turut terlibat, misalnya keadaan patologi yang bermacam macam, penatalaksanaan
obat dan mekanisme homeostatik akan meningkatkan sensitivitas pasien lanjut usia
terhadap efek terapi obat yang mereka peroleh. Oleh karena itu, pada pasien lanjut
usia proporsi efek samping yang tergantung dosis sangat tinggi.
Ditemukan bahwa dua pertiga efek samping obat pada pasien lanjut usia
disebabkan oleh dua kelompok obat, yaitu obat obat kardiovaskular dan obat obat
yang bekerja disistem saraf pusat. Oleh karena itu, perlu diberikan perhatian khusus
penggunaan obat obat seperti : digoksin, diuretic, anti-hipertensi, hipnotik, antipsikotik dan anti-depresan.
Walaupun telah diketahui bahwa efek samping obat lebih sering terjadi pada
populasi lanjut usia, namun ada beberapa faktor yang mempersulit deteksinya. Pasien
lanjut usia sering kali menderita beberapa penyakit bersamaan sehingga lebih sulit
untuk mengorelasikan gejala yang tampak dengan penyebab yang spesifik. Masalah
yang sama juga muncul pada pasien yang mendapat bermacam macam terapi obat.
Hal ini yang membuat pendeteksian penyebabnya menjadi lebih sulit.
6. KEPATUHAN PASIEN
Meskipun telah dibuat rencana pelayanan kefarmasian terbaik dan peresepan
paling tepat, tetapi jika pasien tidak patuh terhadap pengobatannya maka hasil terapi
yang optimal tidak akan tercapai. Penelitian menunjukkan, apabila tidak ada
penurunan kemampuan maka tingkat kepatuhan pasien lsnjut usia akan sama halnya
dengan pasien dewasa muda. Tetapi kenyataanya, penurunan itu terjadi pada
kebanyakan pasien lanjut usia. Sebagaian besar pasien lanjut usia mengalami
penurunan kemampuan kognitif dan kemungkinan untuk mendapat bermacammacam pengobatan dengan aturan dosis yang rumit. Hal ini dapat mengakibatkan
persoalan kepatuhan yang rendah sehingga menjadi kemungkinan penyebab

pengobatan dan memperpanjang waktu pengobatan. Pada penyakit-penyakit yang


menetap seperti epilepsy atau hipertensi yang parah, diperlukan tingkat kepatuhan
sampai dengan 90% atau lebih untuk mendapat hasil pengobatan yang memuaskan.
Factor-faktor yang menjadi penyebab ketidakpatuhan pasien lanjut usia dapat
disimpulkan sebagai berikut :
-

Tidak memahami tujuan pengobatan.

Hanya memperoleh sedikit atau tidak memperoleh manfaat dari terapi


pengobatan sebelumnya.

Kemungkinan efek samping tidak dijelaskan dan sangat menganggu bagi pasien

Aturan dosis yang rumit

Ketika melakukan pengobatan sendiri, tidak memahami instruksi dosis. Hal ini
dapat disebabkan kesulitan dalam membaca, bahasa atau mendengar.
Ketidaknmanpuan dalam membuka kemasa juga menjadi masalah bagi pasien
yang mengalami penurunan ketangkasan misalnya penderitan atritis.

Factor ketidakpatuhan tidak hanya mempengaruhi hasil pengobatan pada pasien,


tetapi juga mempengaruhi secara financial. Laporan yang berasal dari Amerika
serikat menyimbulkan bahwa lebih dari 11 5 alasan masuk rumah sakit terkait
langsung dengan ketidak patuhan. Hal ini melibatkan 2 juta alas an masuk rumah
sakit yang bernilai lebih dari $7 milyar.
Jadi jelaslah bahwa masalah kepatuhan perlu diperhatikan, baik dari segi
terapeutik maupun dari segi financial. Farmasis dapat memegang peranan penting
disini, yaitu dengan memberikan informasi yang benar kepada pasien, seringkali
melalui orang yang membawanya, untuk mendorong kepatuhan yang benar pula.
-

Motivasi pasien
Farmasis harus menunjukkan ketertarikan yang nyata terhadap kesehatan
pasien. Dalam hal ini nantinya akan melibatkan atmosfer empati, pengertian
tentang problem-problem yang dihadapi pasien dan memperbolehkan pasien

untuk ikut ambil ambil bagian dalam mengambil keputusan tentang


pengobatannya.
-

Informasi tentang obat


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembekalan beberapa informasi
tertentu kepada pasien akan membantu meningkatkan kepatuhan :nama obat
,untuk apa. Mengapa diberikan, bagaiman dan kapan harus diberikan, apa
efeknya, efek samping apa yang dapat terjadi, dan apa yang harus dilakukan jika
ada dosis yang terlewatkan. Informasi secara lisan dari farmasis akan
memperkuat informasi yang telah ada secara tertulis. Jawaban yang diberikan
farmasis untuk pertanyaan pasien harus ringkas dan jelas, sehingga pasien atau
orang yang merawatnya akan lebih mudah untuk mengigatnya.

Aturan pemberian obat


Aturan pemberian obat yang sederhana akan berakibat pada kepatuhan yang
lebih baik. Sebagai bagian dari aktivitas pemantauan peresepan, farmasis
idealnya menempatkan diri sebagai penasihat dokter dalam hal perbaikan aturan
pemakaian obat yang ada. Sebagai contohnya adalah modifikasi aturan
pemakaian fenitoin dari satu tablet tiga kali sehari menjadi tiga tablet pada
malam hari. Hal ini tidak akan mengurangi jumlah frekuensi pemberian, tetapi
juga akan mengurangi kemungkinan terjadinya efek sedasi sepanjang hari.
Table 13.4 sarana bantu kepatuhan
Sarana bantu kepatuhan (compliance aids)
Catatan harian peresepan (prescription diaries)
System dosis yang terpantau (monitored dosage system)
Peralatan audio, alarm
Penandaan warna pada wadah
Konseling oleh farmasis
Mengubah rute pemberian obat
Evaluasi aturan dosis
Alat bantu mekanik, contohnya : haleraid, autodrop

7. DAFTAR PERIKSA DALAM PERESEPAN


Suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap proses pemantauan peresepan
untuk pasien lanjut usia hanya dapat meningkatkan layanan kefarmasian mereka.
Di bawah ini adalah contoh daftar yang dapat digunakan dalam praktek :
Pastikan bahwa peresepan sudah tepat
Hindarkan polifarmasi
Pertimbangkan penanganan obat yang berubah
Pemeriksaan kepatuhan
Pencatatan dan pelaporan efek samping obat
Evaluasi peresepan secara teratur
Apakah tujuan terapi obat sedang dicapai .

BAB III
KESIMPULAN

Sebagai akibat dari meningkatnya populasi lanjut usia secara terus-menerus,


maka kebutuhan khusus kelompok pasien ini akan terapi obat perlu diperhatikan.
Farmasis harus memahami perubahan-perubahan terkait usia yang memiliki efek
bermakna terhadap hasil terapi obat, seperti perubahan-perubahan farmakokinetik dan
farmakodinamik. Evaluasi pengobatan, bersama-sama dengan pencegahan polifarmasi
yang tidak perlu terjadi, sangatlah penting untuk meningkatkan layanan kefarmasian
pada pasien lanjut usia.

Anda mungkin juga menyukai