FARMASI KLINIK
PENGGUNAAN OBAT PADA USIA LANJUT
DISUSUN OLEH :
NUR ASMI
FLORA
NURJANNAH
NUR APRYANA
SAI FITRIA
ARMAWANTI
NURMIYATI.M
INDRIATI
KURNIAH
BAB I
PENDAHULUAN
Penduduk dengan usia di atas 65 tahun hanya merupakan sebagian kecil dari populasi
penduduk di Indonesia yaitu 4,3 % (Economist,1998) tetapi jumlahnya terus meningkat dan
mereka merupakan pengguna obat yang paling utama, timbulnya penyakit yang menetap,
seperti arthritis, penyakit kardiovaskuler, penyakit Parkinson dan diabetes, akan meningkat
dengan bertambahnya usia. Penyakit-penyakit tersebut biasanya ditangani dengan
penggunaan terapi obat. Oleh karena itu, pasien lanjut usia memerlukan lebih banyak obat,
terutama bagi mereka yang menderita bermacam-macam penyakit yang menetap. Perubahan
dalam penatalaksanaan obat sering kali terjadi akibat factor-faktor farmakokinetik dan
farmakodinamik yang terkait dengan bertambahnya usia.
Banyaknya obat yang diresepkan untuk pasien lanjut usia akan menimbulkan banyak
masalah termasuk polifarmasi,peresepan yang tidak tepat dan juga kepatuhan pasien
BAB II
PERUBAHAN PENATALAKSANAAN OBAT
2.1 Farmakokinetik
Obat harus berada pada tempat kerjanya dengan konsentrasi yang tepat untuk mencapai
efek terapeutik yang diharapkan. Perubahan-perubahan farmakokinetik pada pasien lanjut
usia memiliki peranan penting dalam bioavailabilitas obat tersebut.
Absorpsi
Penundaan pengosongan lambung, reduksi sekresi asam lambung dan aliran
darah jaringan, semuanya secara teoritis berpengaruh pada absorbsi. Tetapi pada
kenyataannya, perubahan perubahan yang terkait dengan usia ini tidak berpengaruh
secara bermakna terhadap bioavaibilitas total obat yang terabsorbsi. Beberapa
pengecualian termasuk digoksin maupun obat atau subtansi lain dengan mekanisme
aktif yang absorbsinya berkurang, contohnya adalah tiamin, kalsium, besi dan
beberapa jenis gula.
Distribusi
Faktor-faktor yang menentukan distribusi obat termasuk komposisi tubuh,
ikatan plasma-protein dan aliran darah organ. Semuanya akan mengalami perubahan
dengan bertambahnya usia, akibatnya konsentrasi obat akan berbeda pada pasien
lanjut usia jika dibandingkan dengan pasien yang lebih muda pada pemberian dosis
obat yang sama
Komposisi tubuh
Total air dalam tubuh dan massa tubuh tanpa lemak mengalami penurunan
dengan bertambahnya usia sehingga menyebabkan penurunan volume distribusi
obat yang larut air. Akibatnya, konsentrasi obat tersebut dalam plasma akan
meningkat sebagai contohnya adalah digoksin dan simetidine. Sebaliknya,
peningkatan total lemak dalam tubuh akan mengakibatkan meningkatnya volume
distribusi obat yang larut lemak.selanjutnya, konsentrasi obat dalam plasma akan
turun, tetapi lama kerja obat akan diperpanjang, contohnya, golongan
bensodiazepin seperti diazepam.
Ikatan plasma-protein
Jumlah albumin plasma berkurang dengan bertambahnya usia. Obat-obat yang
bersifat asam (contoh : simetidine, furosemid, walfarin ) berikatan dengan
protein tersebut, jika konsentrasi obat-obat tersebut dalam keadaan bebas akan
meningkat pada pasien lanjut usia. Jumlah asam
1-
obat-obat basa, seperti lidokain, terikat) tidak berubah atau meningkat sampai
jumlah yang tidak bermakna secara klinis.
Aliran darah organ
Perubahan aliran darah organ akan mengakibatkan penurunan perpusi pada
anggota gerak, hati, mesenterium, otot jantung dan otot. Perpusi menurun sampai
dengan 45 % pada psien lanjut usia. Jika dibandingkan dengan pasien usia 25
tahun. Bukti klinis tidak meunjukkan secara jelas tentang adanya perubahan
dalam distribusi obat tetapi secara teotritis setidaknya penurunan kecepatan
distribusi kejaringan harus diperhitungkan.
Eliminasi
Metabolism hati dan ekskresi ginjal adalah mekanisme penting yang terlibat
dalam pemindahan obat dari tempat kerjanya. Efek
diperpanjang dan konsentrasi keadaan jenuh akan meningkat jika kedua proses
tersebut menurun.
Metabolisme hati
Setelah diabsorbsi, obat-obat yang diberikan secara oral akan melewati sirkulasi
portal kehati. Subtansi yang larut lemak akan termetabolisme secara ektensif
disini. Sehingga mengakibatkan penurunan bioavaibilitas sistemik. Oleh karena
itu, adanya penurunan metabolism disini (metabolism lintas pertama) akan
meningkatkan bioavaibilitas sistemik obat. Pada pasien lanjut usia tampak
adanya gangguan metabolism lintas pertama untuk beberapa macam obat,
terutama klormetiazol, labetolol, nivedipin, nitrat, propanolol dan verapamil .
Terdapat reduksi massa hati sebanyak 35 % mulai usia 30 90 tahun, sehingga
menurunkan kapasitas metabolism interinsik hati pada pasien lanjut usia.
Keadaan tersebut bersama-sama dengan penurunan aliran darah hati, menjadi
penyebab utama dalam peningkatan bioavailabilitas obat yang mengalami
metabolime lintas pertama. Sebagai contonhnya adalah efek hipotensif
dan
nifedipin yang meningkat secara bermakna pada lanjut usia. Factor utama lain
yang berpengaruh pada metabolism obat oleh hati terkait dengan perubahan
enzimatik yang muncul dengan bertambahnya usia. Contohnya, kecepatan
metabolisme oleh system sitokrom P450 dapat menurun sampai dengan 40 % jika
dibandingkan dengan dewasa muda. Pada obat obat dengan indeks terapeutik
sempit, perubahan seperti ini dapat bermakna secara klinis.
Eliminasi ginjal
Penurunan aliran darah ginjal, ukuran organ, filtrasi glomeruler dan fungsi
tubuler, semuanya merupakan perubahan yang terjadi dengan tingkat yang
berbeda pada lanjut usia. Kecepatan filtrasi glomeruler menurun sekitar 1 % per
Pengaturan temperatur
Hipotermia yang tidak diharapkan dapat terjadi pada pasien lanjut usia yang
mendapat beberapa macam obat. Yang terlibat adalah obat-obatan yang
menyebabkan sedasi, gangguan kepekaan subjektif terhadap temperature,
penurunan mobilitas maupun aktivitas otot dan vaso dilatasi. Obat-obat yang
Keseimbangan cairan/elektrolit
Pada lanjut usia terjadi penurunan kemampuan untuk mengeskresikan kelebihan
air. Obat-obat yang dapat mengakibatkan retensi cairan, seperti kortikosteroid
dan anti inflamasi.
Fungsi kongnitif
System saraf pusat mengalami sejumlah perubahan struktur dan kimiawi saraf
dengan bertambahnya usia. aktivitas enzim kholin asetiltransferase menurun pada
lanjut usia dan hal ini mengindikasikan penurunan transmisi kolinergik.
Transmisi ini sangat berkaitan dengan fungsi kongnitif normal. Obat-obat seperti
antikolinergik, hipnotik dan penghambat adrenoseptor beta dapat memperburuk
efek tersebut sehingga menimbulkan kebingungan pada pasien lanjut usia.
Antidepresan trisilklik
Anti psikotik
Opioid
Digoksin
Reduksi eksresi
Peninghambatan ACE
Reduksi eksresi
Warfarin
Peningkatan sensitifitas
Levodopa
Reduksi sensitifitas
Reduksi metabolisme
B-bloker
Reduksi khasiat
Reduksi eksresi ginjal
Kortikosteroid
Ganggauan kognitif
Peningkatan toksisitas terhadap lambung
Antimuskarinik
Peningkatan sensitifitas
Beberapa cefalosporin
Deuretika
dicermati
adanya
kemungkinan
alternative
terapi
tanpa
penmggunaan obat contoh pada hipertensi ringan mungkin dapat diberi petunjuk
tentang polahidup sehat terlebih dahulu, misalnya berhenti merokok. Petunjuk
diet juga dapat menjadi alternative . hal ini terutama berguna bagi pasien dengan
hiperlipidemia yang ringan. Pada kasus yang lain, pemberian obat obatan
tidak diperlukan sama sekali, salah satu contoh yang baik adlah peresepan obat
obatan hipnotik. Pasien lanjut usia sering kali mengharapkan tidur melebihi
kebutuhannya. Hal ini dapat mendorong mereaka untuk mencapai terapi
hipnotik yang tidak tepat. Dalam usaha meningkatkan kualitas tidur sebenarnya
ada beberapa cara sederhana yang dpat dilakukan, termasuk buang air kecil
sebelum tidur atau optimalisasi keadaan dalam ruang tidur.
Kualitas hidup
Sangatlah muda untuk melihat tujuan pemberian obat pada pasien lanjut
usia, yaitu memperpanjang masa harapan hidup. Walaupun demikian, tanggung
jawab untuk memperbaiki kualitas hidup pasien tetap ada. Sebagai contohnya,
seorang wanita lanjut usia dengan osteoporosis dipinggulnya, akan paling baik
diatasi dengan operasi pinggul daripada terapi jangka panjang dengan obat
AINS dan resiko efek sampingnya.
Riwayat pengobatan
Mengetahui riwayat pengobatan pasien akan sangat membantu dalam
seleksi obat. Dari sini dapat diketahui jika pasien mengalami alergi atau
toleransi terhadap obat tertentu pada masa lalu. Disamping itu, efek samping
obat dan interaksi obat yang potensial terjadi juga lebih muda untuk dihindari.
Titrasi dosis
Perubahan perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik pada lanjut
usia biasanya menjadi sebab mengapa dosis yang lebih rendah diperlukan untuk
memperoleh efek terapeutik yang dikehendaki. Pada sebagian besar kasus
merupakan hal yang rasional untuk memulai terapi dengan dosis serendah
mungkin, kemudian jika diperlukan dapat ditingkatkan secara bertahap dosis
atau frekuensi pemberiannya.
Pasien lanjut usia 3 kali lebih besar kemungkinannya untuk masuk kerumah sakit
karena efek samping obat
laporan tentang efek samping obat yang serius pada pasien lajut usia ditemukan
dua kali lebih sering dari pada mereka yang masih dibawah usia 40 tahun
Efek samping obat juga telah terbukti sebagai alasan bermakna untuk masuk
kerumah sakit, dan menjadi satu-satunya alasan bagi 2,8 % pasien lanjut usia
untuk masuk RS. Efek samping obat juga menjadi factor pada 7,7% berikutnya
untuk masuk rumah sakit.
Kemungkinan efek samping tidak dijelaskan dan sangat menganggu bagi pasien
Ketika melakukan pengobatan sendiri, tidak memahami instruksi dosis. Hal ini
dapat disebabkan kesulitan dalam membaca, bahasa atau mendengar.
Ketidaknmanpuan dalam membuka kemasa juga menjadi masalah bagi pasien
yang mengalami penurunan ketangkasan misalnya penderitan atritis.
Motivasi pasien
Farmasis harus menunjukkan ketertarikan yang nyata terhadap kesehatan
pasien. Dalam hal ini nantinya akan melibatkan atmosfer empati, pengertian
tentang problem-problem yang dihadapi pasien dan memperbolehkan pasien
BAB III
KESIMPULAN