Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu keadaan yang terjadi pada kondisi fisik
maupun psikis seseorang.Seseorang dikatakan sehat apabila tidak terjadi
gangguan pada dirinya baik secara mental ataupun fisiknya dan dapat
beraktifitas seperti biasa.Akan tetapi adanya kebiasaan buruk setiap orang
membuat kondisinya buruk sehingga menimbulkan berbagai macam
penyakit.Kadang mereka mengkonsumsi berbagai macam obat untuk
menyembuhkan penyakitnya atau meningkatkan stamina tubuh. Tanpa
disadari

penggunaan

obat-obatan

tersebut

secara

berlebihan

akan

menyebabkan gangguan tersendiri pada kemampuan seksualnya.


Kondisi di mana fungsi seksual melemah dan tidak dapat bekerja
secara optimal hal ini yang disebut dengan disfungsi seksual apabila hal ini
dibiarkan akan sangat mengganggu keharmonisan rumah tangga. Disfungsi
seksual bisa di sebabkan karena faktor usia ketika usia semakin tua seperti
yang kita ketahui fungsi organ tubuh pun berkurang termasuk aktivitas
seksual hal ini yang biasanya memicu disfungsi seksual.
Selain alasan fisik dan psikologis, disfungsi seksual dapat disebabkan
oleh obat.Setiap obat dari obat resep sampai obat-obatan terlarang memiliki
potensi untuk menyebabkan libido rendah dan ketidakmampuan untuk
menjadi terangsang atau mencapai orgasme.

1.2

Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui


tentang bagaimana pengaruh obat-obatan terhadap disfungsi seksual.
1.2.2

Tujuan Khusus
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana dampak obat-obatan terhadap fungsi
seksual
2. Mengetahui bagaimana pencegahan terhadap disfungsi seksual pria
akibat obat-obatan
3. Mengetahui bagaimana penanganan atau penatalaksanaan jika
terjadi disfungsi seksual akibat pengaruh obat-obatan.

1.3

Manfaat Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi:
1. Masyarakat khususnya pria agar lebih memahami dan dapat mencegah
terjadinya disfungsi seksual pada dirinya
2. Penulis untuk menambah wawasan tentang pengaruh obat-obatn terhadap
fungsi seksual pada pria.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Sistem Reproduksi Pria

2.1.1

Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Pria


Organ reproduksi pria terbagi menjadi dua yaitu genetalia eksterna dan

interna.Genitalia eksterna terdiri dari penis, glans penis dan skrotum.


Sedangkan genetalia interna terdiri dari testis (pelir), epidydimis, vas deferens
(saluran sperma) , uretra (saluran kencing), ostium uretra, dan vesica urinaria
(kandung kemih).
1. Genetalian eksterna
a. Penis
Yaitu merupakan alat kelamin luar yang berfungsi sebagai alat
persetubuhan serta alat senggama dan juga sebagai saluran untuk
pembuangan atau pengeluaran sperma dan air seni (urine).
Waktu lembek dengan mengukur dari pangkal dan ditarik sampai
ujung sekitar 9-12 cm. Sebagian ada yang lebih pendek dan juga ada yang
lebih panjang. Pada saat ereksi yang penuh, penis akan memanjang dan
membesar sehingga menjadi sekitar 10-14 cm. Pada orang Caucasian
(barat) atau orang timur tengah lebih panjang dan lebih besar sekitar 12,215,4 cm.
Penis terdiri dari 3 bagian utama yaitu dua yang besar di atas ialah
corpora cavernosa berfubngsi ketika ereksi dan satu bagian yang lebih
kecil di bawah (corpus spongiosum) berfungsi sebagai saluran air seni
ketika kencing dan saluran untuk sperma ketika ejakulasi.
Penis sebagai alat penting dalam hubungan seks baik untuk kreasi
atau prokreasi.Struktur anatominya terdapat bagian yang disebut kapernus
yang dapat membesarkan dan memberikan ketegangan pada penis.
b. Glans
Merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf.Kulit yang menutupi glans disebut
foreskin

(preputium).Di

beberaa

Negara

memiliki

kebiasaan

membersihkan daerah sekitar preputium ini atau dikenal dengan yang


namanya sunat.
c. Skrotum
Merupakan sebuah kantung kulit yang menggantung di bawah
penis.Skrotim ini berfungsi untuk melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipat lipat.Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak jauh
testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relative
tetap.Biasanya skrotum sebelah kiri tergantung lebih rendah dari yang
kanan karena saluran sperma sebelah kiri lebih panjang.
Skrotum (kandung buah pelir) ini merupakan sebuah struktur
berupa kantong yang terdiri atas kulit tanpa lemak subkutan, berisi sedikit
jaringan otot.Testis (buah pelir) berada di dalamnya, setiap testis berada
dalam pembungkus yang bernama tunika vaginais, yang dibentuk
peritoneum.

2. Genitalia Interna
a. Testis (pelir)
Testis berjumlah dua buah berbentuk oval yang berisi tubulus
seminiferus.Pada tubulus seminiferus ini terdiri dari atas dua jenis sel
yaitu, sel sertoli atau penyokong dan sel yang membawa sifat atau garis
turunan spermatogenik.
Organ kecil ini berdiameter sekitar 5cm pada orang dewasa.Saat
melewati masa pubertas, saluran khusus berbentuk kuil di dalam testis
mulai membuat sel sel sperma. Testis juga memiliki tanggung jawab lain
yaitu

membuat

hormone

testosterone.

Testis

merupakan

spermatozoa dibentuk dan hormone kelamin laki laki.

tempat

Organ kelamin ini berkembang di dalam rongga abdomen sewaktu


janin dan turun melalui saluran inguinal kanan dan kiri masuk ke dalam
skrotum menjelang akhir kehamilan.Testis ini terletak oblik menggantung
pada urat urat spermatic di dalam skrotum.
Testosterone atau hormone kelamin laki laki yang di bentuk
testis disekresikan oleh sel interstisiil yaitu sel sel yang terletak di dalam
ruang anatara tubula tubula seminiferus testis dibawah rangsangan
hormone perangsang sel interstisiil ( ICSH) dari hipofisis yang sebenarnya
adalah bahan yang sama dengan hormne luteinizing (LH). Pengeluaran
testoteron bertamabah dengan nyata pada masa pubertas dan bertanggung
jawab atas pengembangan sikap sikap kelamin sekunder yaitu
pertumbuhan jenggut, sura lebih berat dan pembesaran genitalia.

b. Saluran Reproduksi
b.a

Epydidimis
Yaitu merupakan saluran saluran yang lebih besar dan berkelok

kelok yang membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan


oleh testis akan berkumpul di epydidimis. Organ kecil ini terletak di
belakang testis serta terkait padanya.Terdiri atas sebuah tabung sempit
yang sangata panjang dan meliku liku di belakang testis.Melalui tabung
ini sperma berjalan dari testis masuk ke dalam vas deferens.
Epydidimis akan mengantarkan sperma (yang di produksi oleh
testis) keluar. Perjalanan yang cukup panjang harus ditempuh oleh sperma
sekitar 4 - 6 minggu perjalanan dalam epydidimis.Lebih sederhana lagi
epydidimis tempat pematangan sperma lebih lanjut dan tempat
penyimpanan sperma sementara.
b.b

Vas Deferens ( Saluran Sperma)

Yaitu saluran yang menyalurkan dari testis menuju ke vesikula


seminalis ( kantong sperma). Vas deferens panjangnya kurang lebih 4,5
cm dengan diameter kurang lebih 2,5 mm.
Arah vas deferens ini ke atas, kemudian melingkar di salah satu
ujungnya berakhir pada kelenjar prostat.Vas deferens adalah sebuah
saluaran yang berjalan dari bagian bawah epydidimis. Naik di belakang
testis, masuk ke tali mani ( funikulus spermatikus), dan mencapai rongga
abdomen melalui saluran inguinal, dan akhirnya berjalan masuk ke dalam
pelvis. Vas deferens merupakan kelanjutan dari saluran epydidimis yang
dapat diraba dari luar.Kontap (kontrasepsi mantap) pria di lakukan dengan
memotong saluran ini, sehingga tidak mungkin memberikan kehamilan.
Sistem hormonal pria yang kompek sama dengan wanita, tetapi
terdapat perbedaan pada beberapa hal yaitu pada sistem hubungan panca
indera, pusat pubertas inhibitor, hypotalamus, hipofise, dan kelenjar testis.
Melalui rangsangan panca indera diteruskan dalam sistem hypothalamus
hipofise testis sehingga berangsur angsur dapat menerima
rangasangan.hypotalamus

mengeluarkan

gonadotropik

stimulating

hormone melalui sistem portal, sehingga hipofise anterior mengeluarkan


hormone gonadotropik. Interstitial cell stimulating hormone ( ICSH)
mrangsang sel leydig. Sekitar umur 13-14 tahun terdapat perubahan suara
sebagai tanda akil baligh dan mengeluarkan saat tidur ( nuchturnal
orgasm ). Pembentukan spermatozoa melalui proses spermatogenesis yang
berasal dari sel sartoli pada tubulus testis, merupakan mata rantai yang
panjang. Sel leydig yang berperan aktif sehingga akhirnya terbentuk dua
spermatozoa X dan spermatozoa Y.

Dalam berhubungan seks pria bereran aktif untuk memberikan


rangsangan sehingga dapat menimbulkan keinginan seks wanita, dengan

sentuhan halus di daerah erogen.Dengan melakukan sentuhan halus


sebagian besar pria telah menimbulkan pada dirinya sendiri pada
keinginan seks.
Factor yang menyebabkan pembagian ini bersumber dari konsep
dasar fenomena orgasme yang meliputi vasokongesti ( penimbunan darah
) dan miotonik ( peningkatan tonus otot ). Siklus seksualisme lengkap ini
bukan merupakan batas tegas tetapi merupakan mata rantai.
c. Uretra (Saluran Kencing)
Yaitu saluran untuk mengeluarkan air mani dan air seni.
d. Mulut Uretra
Adalah awal dari saluran kencing / uretra.
e. Kandung Kencing
Kandung kencing merupakan tempat penampungan sementara air yang
berasal dari ginjal (air seni).
3. Kelenjar Kelamin
Saluran kelamin laki-laki dilengkapi 3 kelenjar yang dapat
mengeluarkan secret / semen.
a. Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis sering juga di sebut dengan kandung mani
yaitu dua buah kelenjar tubuler yang terletak kanan dan kiri di belakang
leher kandung kencing. Salurannya bergabung dengan vasa deferentia,
untuk membentuk saluran eyakulator (ductus ejaculatorius communis).
Secret vesika seminalis adalah komponen pokok dari air mani.
Vesikula seminalis berjumlah sepasang dan letaknya di atas dan di
bawah kandung kencing.Vesikula seminalis panjangny 5-10 cm, berupa
kantong seperti huruf S berbelok-belok. Bermuara pada ductus deferens
pada bagian yang hamper masuk prostat, dindingnya tipis mengandung
serabut otot dan mokusa.
b. Kelenjar Prostat

Besar kelenjar prostat kira-kira sbesar buah walnut atau buah


kenari besar, letaknya di bawah kandung kencing, mengelilingi uretra dan
terdiri atas kelenjar majemuk, saluran-saluran, dan otot polos.Prostat
mengeluarkan sekret cairan yang bercampur dengan secret dari testis.
Pembesaran prostat akan membendung uretra dan menyebabkan retensio
urine.
Kelenjar prostat merupakan pembentuk cairan yang akan bersamasama keluar saat ejakulasi dalam hubungan seksual. Kelenjar ini berada di
bagian dalam dan berfungsi membentuk cairan pendukung spermatozoa.
Kelenjar ini terletak di bawah vesika urinaria.Panjangnya kurang
lebih 3 cm.
c. Kelenjar Cowper
Kelenjar kecil ini berjumlah sepasang dan terletak di sepanjang uretra.
2.1.2. Anatomi dan fisiologis Saluran Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita secara umum dibagi dua, yaitu organ
reproduksi wanita yang terdapat di luar dan di dalam tubuh. Organ reproduksi
wanita ada di dalam rongga pelvis.
1). RONGGA PELVIS
Terletak di bawah,berhubungan dengan rongga abdomen, dibentuk
oleh os iski dan os pubis pada sisi samping dan depan, os sakrum dan os
koksigis membentuk batas belakang dan pinggiran pelvis dibentuk oleh
promontorium sakrum di belakang iliopektinal sebelah sisi samping dan
depan dari tulang sakrum (Syaifudin,1997).
2). PINTU KELUAR PELVIS (PINTU BAWAH)

Dibatasi oleh os koksigis dibelakang simfisis pubis, di depan lengkung


os pubis,os iski, serta ligamentum yang berjalan dari os iski dan os sakrum
disetiap sisi, pintu keluar ini membentuk lantai pelvis (Syaifudin,1997).
3). ISI PELVIS
Kandung kemih dan dua buah ureter terletak dibelakang simfisis,
kolon sigmoid sebelah kiri fosa iliaka dan rektum terletak di sebelah belakang
rongga mengikuti lengkung sakrum. Kelenjar limfe, serabut saraf fleksus
lumbosakralis untuk anggota gerak bawah cabang pembuluh darah a.iliaka
interna dan v.iliaka interna berada di dalam pelvis (Syaifudin,1997).
Genetalia pada wanita terpisah dari urethra, dan mempunyai saluran
tersendiri. Alat reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a.

ALAT GENITALIA LUAR (VULVA)

Vulva terbagi atas sepertiga bagian bawah vagina,klitoris, dan


labia.Hanya mons dan labia mayora yang dapat terlihat pada genetalia
eksterna wanita. Arteri pudenda interna mengalirkan darah ke vulva. Arteri ini
berasal dari arteri iliaka interna bagian posterior, sedangkan aliran limfatik
dari vulva mengalir ke nodus inguinalis.
Alat genetalia luar terdiri dari :
1). Mons veneris/pubis (Tundun)
Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak yang besar terletak di di
atas simfisis pubis. Area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas
(Syaifudin, 1997).
2). Labia Mayora (bibir besar)

Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas. Labia mayora
banyak mengandung urat syaraf (Syaifudin, 1997). Labia mayora merupakan
struktur terbesar genetalia eksterna wanita dan mengelilingi organ lainnya,
yang berakhir pada mons pubis.
3) Labia Minora (bibir kecil)
Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk memeriksa labia
minora, harus membuka labia mayora terlebih dahulu.
4). Klitoris (Kelentit)
Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji kacang hijau
yang dapat mengeras dan tegang (erectil) yang mengandung urat saraf
(Syaifudin, 1997), jadi homolog dengan penis dan merupakan organ
perangsang seksual pada wanita.
5). Vestibulum (serambi)
Merpakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora),
muka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum. Dalam vestibulum
terdapat muara-muara dari : liang senggama (introitus vagina),urethra,kelenjar
bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan (Syaifudin, 1997).

6). Himen (selaput dara)


Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar dari liang
senggama, ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada
yang seperti bulan sabit. Konsistensinya ada yang kaku, dan ada yang lunak,
lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari

(Syaifudin,1997). Himen mungkin tetap ada selama pubertas atau saat


hubungan seksual pertama kali.
7). Perineum (kerampang)
Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah garis yang
menyambung kedua tuberositas iski, daerah depan segitiga kongenital dan
bagian belakang segitiga anal, titik tengahnya disebut badan perineum terdiri
dari otot fibrus yang kuat di sebelah depan anus
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya lebih kurang 4 cm
(Syaifudin, 1997).

2.1.3

Hormon-Hormon pada Pria

1. Hormon Testosteron
Dihasilkan oleh sel interstitial yang terletak antara tubulus seminiferus.Sel
ini berjumlah sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria
dewasa.
Setelah pubertas, sel interstitial banyak menghasilkan hormon testosteron
yang disekresi oleh testis.Sebagian besar testosteron berikatan longgar dengan
protein plasma yang terdapat dalam darah dan sebagian terikat pada jaringan
yang dibuahi dalam sel menjadi dehidrasi testosteron.Testosteron yang tidak
terikat pada jaringan dengan cepat diubah oleh hati menjadi aldosteron dan
dehidroepialdosteron.Konjugasi ini disekresi dalam usus melalui empedu ke
dalam urin.
Fungsi hormon testosteron :
a. Efek desensus (penempatan) testis.

Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal yang penting


untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan merupakan
factor keturunan.
b. Perkembangan seks pria dan sekunder.
Sekresi testosteron setelah pubertas menyebabkan penis, testis, dan
skrotum membesar sampai usia 20 tahun serta mempengaruhi pertumbuhan
sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.
2. Hormon Gonadotropin
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon, yaitu Lutein
Hormon (LH) dan Folikel Stimulating Hormon (FSH).Bila testis dirangsang
oleh LH dari kelenjar hipofisis, maka sekresi testosteron selama kehidupan
fetus penting untuk peningkatan pembentukan organ seks pria.
3. Hormon Estrogen
Dibentuk dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang
folikel.Hormon ini memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein
pengikat endogen untuk mengikat testosteron dan estrogen serta membawa
keduanya ke dalam cairan lumen tubulus semininferus untuk pematangan
sperma.
4. Hormon Pertumbuhan
Diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis
secara khusus dan untuk meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis
sendiri. Bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, maka spermatogenesis
sangat berkurang atau tidak ada sama sekali.
2.1.4 . Hormon-Hormon Reproduksi
1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi
yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna
untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga

berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium,


menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai
untuk penetrasi sperma.

2. Progesteron
Hormon

ini

diproduksi

oleh

korpus

luteum.

Progesterone

mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi


zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal
kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG.

3. Gonadotropin Releasing Hormone


GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak.
GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di
hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah,
begitupun sebaliknya.

4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)


Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi
oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan
pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum.
Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk
waktu tertentu oleh LH.

5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating


Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH
berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa)
dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge).
Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi

korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya


juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus,
waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan
singkat.

6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan
trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan
10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada
trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir
trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid
terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi
imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda
kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin


Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu /
meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di
ovarium,

prolaktin

ikut

mempengaruhi

pematangan

sel

telur

dan

mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga


diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen). Fungsi
laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi /
pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH
hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat
terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid
berupa amenorhea.

2.1.5

Fungsi Reproduksi Pria dan Kegiatan Seksual Pria

Menurut (Kolodny, Master, Johnson, 1979):


1. Fase Perangsangan (Excitement Phase).
Perangsangan terjadi sebagai hasil dari pacuan yang dapat
berbentuk fisik atau psikis.Kadang fase perangsangan ini berlangsung
singkat, segera masuk ke fase plateau.pada saat yang lain terjadi lambat
dan berlangsung bertahap memerlukan waktu yang lebih lama.
Pemacu dapat berasal dari rangsangan erotik maupun non erotik,
seperti pandangan, suara, bau, lamunan, pikiran, dan mimpi.
Kenikmatan

seksual

subjektif

dan

tanda-tanda

fisiologis

keterangsangan seksul pada laki-laki, penis yang membesar (peningkatan


aliran darah yang memasuki penis.
2. Fase Plateau
Pada fase ini, bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu
sebelum mencapai ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya
orgasme (periode singkat sebelum orgasme).
3. Fase Orgasme
Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan
psikologik dalam aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknya
ketegangan seksual (sexual tension) setelah terjadi fase rangsangan yang
memuncak pada fase plateau.
Pada laki-laki, perasaan akan mengalami ejakulasi yang tak
terhindarkan yang diikuti dengan ejakulasi.
4. Fase Resolusi
Pada fase ini perubahan anatomik dan faal alat kelamin dan luar alat
kelamin yang telah terjadi akan kembali ke keadaan asal.
2.2.

Disfungsi seksual Pria


Yang termasuk kedalam faktor fisik adalah semua gangguan atau
penyakit yang berkaitan dengan gangguan hormon, pembuluh darah, dan
saraf.

Disfungsi seksual pria pada umumnya adalah disebabkan karena


disfungsi ereksi. Salah satu penyebab fisik utama disfungsi ereksi adalah
aterosklerosis arteri arteri penis. Pada aterosklerosis, aliran darah ke penis
berkurang dan terjadi penurunan kemampuan arteri arteri penis untuk
berdilatasi sewaktu perangsangan seksual , yang menyebabkan terbatasnya
pembengkakan. Penyebab fisik lainnya adalah penayakit penyakit sistemik
misalnya hipotiroidisme, akromegali dan yang tersering diabetes mellitus.
Diabetes terutama dihubungkan dengan aterosklerosis serta neuropati (
kerusakan saraf ). Pada tingkat sel , gangguan patofisiologis yang berperan
pada ED

(Erectile dysfunction, ED) adalah hipersensitivitas otonom,

penurunan pembentukan nitrat oksida oleh prostat dan otot otot polos
pembuluh darah penis dan disfungsi sel sel endotel. Serta penyakit
gangguan fungsi hati, gangguan kelenjar gondok, kolesterol tinggi, tekanan
darah tinggi, tekanan darah rendah, penyakit jantung dan penyakit ginjal yang
dapat menyebabkan disfungsi ereksi.

2.2.1

Obat-Obatan Psikotropika
1.

Antipsikotik adalah obat psikotropika yang diresepkan untuk

mengobati psikosis, misalnya, pada pasien dengan gangguan bipolar atau


skizofrenia. Obat dalam kelompok ini termasuk clozapine (atau Clorazil),
haloperidol (atau Haldol), klorpromazin (atau Thorazine) dan thioridazine
(atau Mellaril). Mereka bekerja dengan memblokir reseptor dopamin di otak,
tetapi mereka juga dapat bekerja dengan bertindak pada berbagai jenis
reseptor.
Kemungkinan efek samping dari antipsikotik termasuk mengantuk,
ruam, disfungsi seksual, kejang, gerakan tak terkendali dari kepala dan
anggota badan (juga dikenal sebagai kehitam-hitaman dyskinesia), dan gejala

mirip dengan penyakit Parkinson, termasuk kekakuan pada otot, air liur dan
postur membungkuk.
2.

Barbiturat, termasuk thiopental (dijual dengan nama dagang

Pentothal), secobarbital (atau Seconal) dan saya barbital (atau amytal) adalah
obat-obat psikotropika yang dapat digunakan dalam pengobatan kecemasan,
meskipun mereka sebagian besar telah digantikan oleh benzodiazepin lebih
aman.
Barbiturat bekerja dengan mencegah sinyal dari merangsang wilayah
otak yang dikenal sebagai sistem aktivasi retikuler.Ini bagian dari otak
bertanggung jawab untuk mengontrol gairah, perhatian dan keadaan
sadar.Barbiturat memiliki efek samping serupa dengan benzodiazepin, tetapi
mereka biasanya lebih parah.Pasien juga dapat menjadi kecanduan
barbiturat.Overdosis barbiturat sangat serius dan bisa berakibat fatal.
3.

Benzodiazepines digunakan untuk mengobati kecemasan dan

insomnia. Mereka termasuk diazepam (Valium atau), Lorazepam (Ativan


atau), Clonazepam (atau Klonopin), Triazolam (atau Halcion) dan alprazolam
(Xanax atau). Mereka bekerja dengan meningkatkan aktivitas GABA,
neurotransmitter. Kemungkinan efek samping yang dapat dialami oleh pasien
yang memakai benzodiazepin meliputi mulut kering, apatis, mengantuk,
disfungsi seksual dan penambahan berat badan.
Beta-blocker seperti propranolol (atau Inderal) dapat diresepkan untuk
mengobati masalah jantung dan tekanan darah tinggi, tetapi mereka juga
mengurangi kecemasan dan dapat digunakan sebagai peningkat kinerja.Betablocker juga dapat diresepkan untuk pengobatan gangguan stres pasca
trauma.Kemungkinan efek samping dari obat ini termasuk depresi, insomnia,
halusinasi, mati rasa, tekanan darah rendah, disfungsi seksual dan gagal
jantung.
3.1

Persepsi Yang Salah Tentang Narkoba

Meskipun bisnis narkoba terus diberantas dan pabrik narkoba terbesar, baik di
Tangerang, Batu Malang, dan Batam dibongkar, tapi hal itu tidak menyurutkan para
pengedar dan pengguna narkoba untuk terus mengkonsumsi. Bahkan penyalahgunaan
narkoba akhir-akhir ini menunjukkan angka peningkatan dari tahun ke tahun.
Penggunanya pun juga semakin meluas, bukan hanya orang dewasa saja, tapi remaja
dan

anak-anak

juga

telah

menggunakan

narkoba.

Penelitinan yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


Indonesia menemukan bahwa satu dari lima anak yang mencoba narkoba akan
menjadi pecandu. Walaupun tidak semua anak yang mencoba akan menjadi pecandu,
sesungguhnya, ketika meraka beberapa kali menggunakan narkoba, toleransi mereka
terhadap narkoba tersebut akan semakin meningkat. Dengan begitu, mereka akan
semakin sering mengonsumsi kerena tidak lagi sanggup bertahan tanpa memasukkan
narkoba itu kedalam tubuhnya. Demikian besarnya presentase bahwa seseorang akan
segera menjadi pecandu setelah satu kali saja mencoba mengonsumsi narkoba, yaitu
sampai sekitar 20 persen, maka menjadi semakin kecil pula kemungkinan bahwa ia
akan selamat dari jeratan narkoba walau hanya

satu

kali

mencoba.

Berdasarkan data yang ada di Badan Narkotika Nasional jumlah pecandu


narkoba sudah 1,5 persen dari populasi 3,2 juta jiwa penduduk Indonesia dan itu
harus

mendapat

penanganan

serius

dari

pemerintah.

Banyak alasan mengapa sebagian orang menggunakan bahan terlarang dan


mematikan ini, salah satunya sebagai gaya hidup yang modern. Bisa juga karena
pengaruh teman, sebagai pelarian dari suatu masalah. Yang lebih ironis lagi, banyak
orang yang beranggapan, mengkonsumsi narkoba sebelum melakukan hubungan
seksual bisa menambah kemampuan dan kekuatan. Sehingga sering kita dengar
adanya pesta narkoba yang kemudian dilanjutkan dengan pesta seks. Atau ada suatu
anggapan

yang

mengatakan

komplek

pelacuran

identik

dengan

narkoba.

Sebenarnya merupakan suatu tipu daya jika ada orang yang mengatakan bahwa
narkoba dapat meningkatkan kemampuan dan kenikmatan seks. Bisa juga pandangan

ini adalah cara yang dipakai oleh para pengedar narkoba untuk merayu pembeli,
karena sekali orang merasakan narkoba, mereka akan ketagihan dan terus ketagihan.

Mengkonsumsi narkoba bukannya akan menambah kekuatan, namun


sebaliknya justru akan menimbulkan masalah dan berakibat buruk terhadap fungsi
seksual. Gangguan fungsi seksual karena menggunakan barang haram ini, tergantung
dari jenis narkoba yang digunakan. Narkoba yang terdiri dari beragam jenis ini
memiliki pengaruh tersendiri terhadap tubuh dan jiwa pemakainya, diantaranya:

HEROIN

Pada pria akan terjadi adalah penurunan kadar hormon testosteron, menurunnya
gairah seksual, disfungsi ereksi dan hambatan ejakulasi. Sedangkan pada wanita,
menurunnya dorongan seksual, kegagalan orgasme, terhambatnya menstruasi,
gangguan kesuburan dan mengecilnya payudara Masalah seksual tersebut muncul
karena

pengaruh

heroin

yang

menghambat

fungsi

hormon

seks.

MARIJUANA
Bahan yang diisap seperti rokok ini memiliki kandungan tar yang jauh lebih tinggi
daripada rokok. Sehingga bagi pria akan berakibat mengecilnya ukuran testis dan
menurunnya kadar hormon testosteron. Juga akan berakibat pembesaran payudara,
dorongan seksual menurun, disfungsi ereksi dan gangguan sperma. Sementara bagi
wanita akan berpengaruh terjadinya gangguan sel telur, hambatan untuk hamil dan
terhambatnya proses kelahiran disamping dorongan seksual yang menurun.

ECSTASY
Ecstasy dapat meningkatkan pelepasan Neurotransmitter Dopamine di dalam otak.
Dopamine merupakan Neurotransmitter yang bersifat merangsang, termasuk perilaku

seksual. Maka peningkatan Dopamine sebagai akibat pengaruh ecstasy dapat


menyebabkan hilangnya kemampuan untuk mengontrol perilaku seksual, yaitu
melakukan aktivitas seksual yang tidak mungkin dilakukan dalam keadaan normal.

DEPRESAN
Depresan atau lebih dikenal sebagai obat penenang akan mengganggu metabolisme
hormon testosteron jika digunakan secara berlebihan, yang mengakibatkan penurunan
dorongan seksual dan disfungsi ereksi pada pria. Sedangkan pada wanita akan
mengganggu

menstruasi

dan

juga

menurunnya

dorongan

seksual.

Jika ada orang yang mengaku fungsi seksualnya menjadi lebih baik setelah
mengkonsumsi narkoba, itu hanya disebabkan pengaruh negatif narkoba. Karena
setelah mengkonsumsi narkoba, ecstasy misalnya, akan merasa lebih segar dan
merasa fungsi seksualnya menjadi lebih baik. Sehingga tak takut melakukan
hubungan seksual yang beresiko tinggi. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah
proses gangguan fungsi seksual dan reproduksi. Anggapan narkoba dapat
meningkatkan fungsi seksual harus diluruskan, bukan kekuatan, justru kekecewaan
yang didapat. Tetapi apapun alasannya, jauhi barang haram tersebut jika tak ingin
menyesal di kemudian hari.

3.2Narkoba, Kenikmatan Sesaat dan Bisa Berdampak Impoten


Ada yang beranggapan, narkoba menambah kejantanan. Saat pakai shabu,
orang merasa bersemangat, banyak bergerak, lalu melampiaskan lewat hubungan
seks. Namun ingat, kenikmatan itu hanyalah sesaat. Shabu memang merangsang
sistem syaraf pusat. Salah satu bagian dari sistem syaraf itu adalah yang mengatur
orgasme. Fakta ini yang dijadikan alasan pengguna shabu untuk urusan seksual.

Ekstasi mempengaruhi tubuh melalui syaraf simpatis. Tiap kali menggunakan


ekstasi, orang menjadi aktif, gembira, bersemangat, dan ingin bergerak. Ini juga
membuat orang merasa sangat kuat seks dalam waktu lama. Narkoba jenis ini bisa
meningkatkan pelepasan dopamine dalam otak. Dopamine adalah neurotransmiter
bersifat merangsang. Jika yang dirangsang perilaku seksual, penggunanya akan
merasa makin jantan. Namun, harus diingat, pengaruh demikian itu ada batasnya.
Paling-paling Cuma beberapa jam. Jika diukur dari dampak jangka panjang, narkoba
lebih menghancurkan urusan seksual daripada memperbaikinya. Mitos bahwa
beberapa jenis narkoba meningkatkan gairah seksual itu keliru. Yang benar, narkoba
membikin impoten. Ekstasi berefek pada syaraf simpatis. Agar bisa melakukan
hubungan seksual, pengguna ekstasi biasanya menenggak obat antidisfungsi ereksi.
Jika tidak, mereka tak kuat atau di tengah permainan. Jika penggunaan ini
berlangsung terus, lama kelamaan itu bisa berlanjut ke impotensi. Shabu bekerja pada
syaraf parasimpatis. Ini membuat penggunanya merasa tenang, kalem, dan pasif.
Akibatnya, mereka jadi merasa tidak memerlukan hubungan seksual. Saat shabu
sudah merangsang syaraf pusat orgasme, orang tanpa melakukan hubungan seksual
pun sudah merasakan nikmat dan orgasme. Ini membuat orang lambat laun jadi
impoten.
Heroin menimbulkan dampak euforia. Namun, dampak negatif heroin juba
buruk bagi fungsi seksual. Heroin bisa menghambat fungsi hormon seks, menurunkan
kadar testosteron, dorongan seksual, menghambat ejakulasi, dan lama kelamaan jadi
disfungsi ereksi. Dalam jangka menengah, narkoba tertentu bisa memancing
masuknya berbagai penyakit seksual. Ekstasi, saat merangsang meningkatnya
pelepasan dopamine dalam otak, merangsang perilaku seksual berlebihan. Ini bisa
membuat penggunanya kehilangan kontrol atas perilaku seksual mereka. Tanpa
kontrol, mereka akan melakukan hubungan seksual tanpa memikirkan risiko. Ini
membuat mereka beresiko tinggi terjangkit penyakit menular seksual, seperti
HIV/AIDS atau hepatitis C.
Narkoba Dan Pengaruhnya Pada Fungsi Seksual

Banyak yang mengatakan bahwa narkoba dapat membantu performa seksual.


Benarkah anggapan tersebut?

Secara keseluruhan, gangguan fungsi seksual dan

reproduksi justru bisa terjadi. Dan ini tergantung pada jenis narkoba yang digunakan,
dan jangka waktu menggunakan bahan yang berbahaya itu. Bisa dilihat satu per satu
seperti

ini:

Ekstasi

Walaupun memberikan pengaruh yang bersifat merangsang otak, tidak berarti


ekstasi menimbulkan pengaruh yang positif bagi fungsi seksual. Ekstasi akan
meningkatkan pelepasan dopamine di otak. Peningkatan dopamine ini dapat
menyebabkan hilangnya kemampuan untuk mengontrol perilaku seksual, hingga
akhirnya menjadi berani, tanpa kontrol, melakukan hubungan seksual tanpa
memikirkan

Depresan

risiko

yang

mungkin

terjadi.

Depresan yang populer disalahgunakan adalah obat penenang dan heroin.


Obat penenang yang digunakan di luar indikasi medis secara berlebihan dapat
menimbulkan akibat buruk bagi fungsi seksual, karena dapat mengganggu
metabolisme hormon testosteron dan estrogen. Banyak ragam obat penenang yang
sering disalahgunakan dengan label dekstro, dumolid, dan lainnya. Semua itu justru
beredar lower class, karena murah harganya. Obat-obat ini dapat mengakibatkan
penurunan dorongan seksual dan disfungsi ereksi. Heroin pun sama, tidaklah
memberikan pengaruh positif bagi fungsi seksual dan reproduksi. Justru sebaliknya,
akan terjadi penurunan kadar hormon testosteron, menurunnya dorongan seksual,
disfungsi

Ganja

ereksi,

dan

hambatan

ejakulasi.

Seperti juga halusinogenik lain seperti LSD, magic mushroom, dan lainnya,
ganja juga menimbulkan akibat buruk bagi fungsi seksual. Kandungan tar dalam
ganja jauh lebih tinggi dari rokok. Berbagai akibatnya pun bisa terjadi. Mengecilnya
ukuran Mr. P, dan menurunnya kadar hormon testosteron, dorongan seksual yang
menurun, disfungsi ereksi, sampai pada gangguan sperma dapat terjadi.

Jadi jangan bermain-main dengan narkoba, kecuali Anda benar-benar


membutuhkannya atas indikasi medis.

Narkoba dan Fungsi Seksual


Banyak alasan orang menyalahgunakan obat-obatan dan bahan berbahaya, lalu tidak
mampu melepaskan diri lagi. Sering kali alasannya adalah sebagai suatu gaya hidup,
ikut-ikutan, terbujuk orang lain untuk merasakan rasanya, termasuk juga alasan
melepaskan diri dari stres. Tetapi ada juga alasan populer lain yang dihubungkan

dengan manfaatnya yaitu dianggap dapat meningkatkan fungsi seksual. Jadi bukan
hal rahasia lagi, sering dijumpai pasangan remaja atau pasangan dewasa yang
menggunakan narkoba, bahkan sejumlah pasangan terlibat dalam pesta seks. Apakah
ini benar? Apa tidak malah sebaliknya justru narkoba dapat menimbulkan akibat
buruk terhadap fungsi seksual dan organ reproduksi, bahkan bisa mengakibatkan hal
fatal,

dapat

menimbulkan

kematian.

Masing-masing kelompok mempunyai pengaruh tersendiri terhadap fisik dan psikis


penggunanya. Golongan stimulan tentu saja menimbulkan pengaruh yang bersifat
merangsang sistem saraf pusat sehingga menimbulkan rangsangan secara fisik dan
psikis. Ekstasi, menyebabkan pengguna merasa terus bersemangat tinggi, ingin
bergerak

terus,

sampai

tidak

ingin

tidur

dan

makan.

Sebaliknya golong depresan menimbulkan efek menenangkan. Obat-obat penenang


berdasarkan indikasi yang benar sesuai petunjuk dokter banyak digunakan untuk
orang yang merasa cemas, gelisah atau tidak bisa tidur. Tetapi bila obat penenang
digunakan tidak sesuai dengan indikasi dan petunjuk dokter, apalagi digunakan dalam
dosis yang berlebihan, justru dapat menimbulkan akibat buruk lainnya. Golongan
Opiat, seperti heroin dengan nama jalanan putauw menimbulkan perasaan
menenangkan, melayang senang sesaat, euforia dan bisa melenyapkan rasa sakit di
badan. Tetapi rasa nyeri yang dimunculkan saat putus heroin justru mengakibatkan
ketergantungannya sangat tinggi dan akhirnya paling sering menyebabkan kematian.

Ganja, yang termasuk all arounders atau halusinogenik, mengakibatkan timbulnya


halusinasi sehingga pengguna tampak senang melamun dan menghayal. Tetapi jangan
salah, banyak pengguna justru merasakan efek yang tidak menyenangkan, misalnya
muntah, sakit kepala, gemetar, otot terasa lemah, bingung, cemas, emosi dan
beberapa

akibat

lainnya.

Akibat

fisik

karena

penggunaan

narkoba sudah terlalu sering disebutkan. Kerusakan otak, gangguan hati, ginjal, paruparu hingga penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik bergantian. Akibat lain
juga timbul karena akibat penggunaan narkoba melalui suntikan, misalnya infeksi
pembuluh darah dan penyumbatan pembuluh darah. Sedangkan akibat psikis yang
mungkin terjadi adalah sikap apatis, emosi labil, depresi, kehilangan kontrol perilaku,
sampai

gangguan

sakit

jiwa.

Lalu, bagimana, benarkah narkoba dapat meningkatkan fungsi seksual? Dilihat dari
efek langsungnya, maka jawabannya adalah tidak benar. Tidak ada satu jenis narkoba
yang secara langsung dan manfaat dapat meningkatkan fungsi seksual. Dilihat dari
pengaruh yang ditimbulkan oleh semua jenis narkoba, baik secara fisik maupun
psikis, justru pengaruh negatif yang dapat terjadi. Tetapi sayang banyak informasi
salah yang beredar dan mensugesti banyak orang menjadi sebuah kebenaran. Banyak
yang tersugesti bahwa narkoba dapat meningkatkan gairah seksual dan dapat
memperkuat kemampuan seksual. Tentu saja ini akan berbahaya, mengingat akibat
buruk

penggunaan

jangka

panjang

dan

efek

ketergantungannya.

Secara keseluruhan malah gangguan fungsi seksual dan reproduksi yang bisa terjadi,
dan ini tergantung pada jenis narkoba yang digunakan dan jangka waktu
menggunakan bahan yang berbahaya itu. Bisa dilihat beberapanya seperti ini:

Ekstasi.
Sebagai stimulan, ekstasi menyebabkan pengguna merasa terus bersemangat tinggi,

dan ingin bergerak terus. Walaupun memberikan pengaruh yang bersifat merangsang
otak, tidak berarti ekstasi menimbulkan pengaruh yang positif bagi fungsi seksual.
Ekstasi akan meningkatkan pelepasan dopamine di otak. Peningkatan dopamine ini
dapat menyebabkan hilangnya kemampuan untuk mengontrol perilaku seksual
akhirnya menjadi berani, tanpa kontrol, melakukan hubungan seksual tanpa
memikirkan risiko yang mungkin terjadi. Akibatnya Infeksi Menular Seksual
termasuk

infeksi

HIV

pun

bisa

datang.

Depresan.
Depresan yang populer disalahgunakan adalah obat penenang dan heroin. Obat
penenang yang digunakan di luar indikasi medis secara berlebihan dapat
menimbulkan akibat buruk bagi fungsi seksual, yang dapat mengganggu metabolisme
hormon testosteron dan estrogen. Banyak ragam obat penenang yang sering
disalahgunakan dengan sering beredar di lapangan dengan label dekstro, dumolid,
dan lainnya yang justru di kalangan lower class karena murah harganya sering
disebut dengan pil koplo. Pada perempuan dapat mengakibatkan gangguan
menstruasi dan menurunnya dorongan seksual hingga hambatan dalam mencapai
orgasme. Pada laki-laki dapat mengakibatkan penurunan dorongan seksual dan
disfungsi ereksi. Sedangkan pada pengguna heroin juga sama, tidaklah memberikan
pengaruh positif bagi fungsi seksual dan reproduksi. Justru menimbulkan pengaruh
buruk bagi fungsi seksual. Jelas akan terjadi penurunan kadar hormon testosteron,
menurunnya dorongan seksual, disfungsi ereksi, dan hambatan ejakulasi pada lakilaki. Pada perempuan bisa mengakibatkan menurunnya dorongan seksual, kegagalan
orgasme, gangguan kesuburan, termasuk mengecilnya payudara. Pengaruh heroin
yang menghambat fungsi hormon seks, baik pada laki-laki dan perempuan memang
cukup

kuat.

Ganja.
Ganja adalah golongan halusinogenik

yang paling populer. Seperti juga

halusinogenik lain seperti LSD, magic mushroom dan lainnya ganja juga

menimbulkan akibat buruk bagi fungsi seksual. Bahan Kandungan tar dalam ganja
jauh lebih tinggi dari rokok. Berbagai akibatnya pun bisa terjadi. Mengecilnya ukuran
buah pelir dan menurunnya kadar hormon testosteron, dorongan seksual menurun,
disfungsi ereksi, sampai pada gangguan sperma pada laki-laki. Gangguan produksi
sel telur, hambatan menjadi hamil, dan terhambatnya proses kelahiran, di samping
dorongan

seksual

yang

menurun

bisa

terjadi

pada

perempuan.

Tetapi kenapa sebagian orang mengaku fungsi seksualnya lebih baik saat
menggunakan narkoba? Sebenarnya itu pengakuan yang palsu tetapi tidak disadari.
Perasaan bahwa fungsi seksualnya lebih baik, terutama justru disebabkan oleh
pengaruh negatif narkoba. Misalnya, pengguna ekstasi karena efek perangsangan
saraf otak akan merasa sepertinya diri menjadi lebih segar dan kuat yang akhirnya
merasa juga fungsi seksualnya juga lebih baik. Juga jadi lebih berani karena
kehilangan kontrol sehingga tidak takut melakukan hubungan seksual, termasuk
hubungan seksual yang berisiko sekalipun. Demikian juga yang menggunakan
depresan akan merasa lebih tenang, merasa terbang sehingga merasa tidak takut
lagi dan lebih berani melakukan hubungan seksual, bahkan dengan siapa saja. Jadi
semua pengakuan ini sebenarnya adalah pengakuan palsu yang tidak mereka ketahui.
Ini adalah efek palsu, karena sesungguhnya saat itu fungsi seksualnya tidaklah sedang
meningkat. Justru yang sedang berjalan perlahan terjadi sebenarnya adalah proses
gangguan fungsi seksual dan reproduksi. Dan ingatlah bahaya ketergantungan.
Kematian bisa menjadi ujungnya.

Anda mungkin juga menyukai