PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu keadaan yang terjadi pada kondisi fisik
maupun psikis seseorang.Seseorang dikatakan sehat apabila tidak terjadi
gangguan pada dirinya baik secara mental ataupun fisiknya dan dapat
beraktifitas seperti biasa.Akan tetapi adanya kebiasaan buruk setiap orang
membuat kondisinya buruk sehingga menimbulkan berbagai macam
penyakit.Kadang mereka mengkonsumsi berbagai macam obat untuk
menyembuhkan penyakitnya atau meningkatkan stamina tubuh. Tanpa
disadari
penggunaan
obat-obatan
tersebut
secara
berlebihan
akan
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana dampak obat-obatan terhadap fungsi
seksual
2. Mengetahui bagaimana pencegahan terhadap disfungsi seksual pria
akibat obat-obatan
3. Mengetahui bagaimana penanganan atau penatalaksanaan jika
terjadi disfungsi seksual akibat pengaruh obat-obatan.
1.3
Manfaat Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi:
1. Masyarakat khususnya pria agar lebih memahami dan dapat mencegah
terjadinya disfungsi seksual pada dirinya
2. Penulis untuk menambah wawasan tentang pengaruh obat-obatn terhadap
fungsi seksual pada pria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
(preputium).Di
beberaa
Negara
memiliki
kebiasaan
2. Genitalia Interna
a. Testis (pelir)
Testis berjumlah dua buah berbentuk oval yang berisi tubulus
seminiferus.Pada tubulus seminiferus ini terdiri dari atas dua jenis sel
yaitu, sel sertoli atau penyokong dan sel yang membawa sifat atau garis
turunan spermatogenik.
Organ kecil ini berdiameter sekitar 5cm pada orang dewasa.Saat
melewati masa pubertas, saluran khusus berbentuk kuil di dalam testis
mulai membuat sel sel sperma. Testis juga memiliki tanggung jawab lain
yaitu
membuat
hormone
testosterone.
Testis
merupakan
tempat
b. Saluran Reproduksi
b.a
Epydidimis
Yaitu merupakan saluran saluran yang lebih besar dan berkelok
mengeluarkan
gonadotropik
stimulating
Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas. Labia mayora
banyak mengandung urat syaraf (Syaifudin, 1997). Labia mayora merupakan
struktur terbesar genetalia eksterna wanita dan mengelilingi organ lainnya,
yang berakhir pada mons pubis.
3) Labia Minora (bibir kecil)
Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk memeriksa labia
minora, harus membuka labia mayora terlebih dahulu.
4). Klitoris (Kelentit)
Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji kacang hijau
yang dapat mengeras dan tegang (erectil) yang mengandung urat saraf
(Syaifudin, 1997), jadi homolog dengan penis dan merupakan organ
perangsang seksual pada wanita.
5). Vestibulum (serambi)
Merpakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora),
muka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum. Dalam vestibulum
terdapat muara-muara dari : liang senggama (introitus vagina),urethra,kelenjar
bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan (Syaifudin, 1997).
2.1.3
1. Hormon Testosteron
Dihasilkan oleh sel interstitial yang terletak antara tubulus seminiferus.Sel
ini berjumlah sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria
dewasa.
Setelah pubertas, sel interstitial banyak menghasilkan hormon testosteron
yang disekresi oleh testis.Sebagian besar testosteron berikatan longgar dengan
protein plasma yang terdapat dalam darah dan sebagian terikat pada jaringan
yang dibuahi dalam sel menjadi dehidrasi testosteron.Testosteron yang tidak
terikat pada jaringan dengan cepat diubah oleh hati menjadi aldosteron dan
dehidroepialdosteron.Konjugasi ini disekresi dalam usus melalui empedu ke
dalam urin.
Fungsi hormon testosteron :
a. Efek desensus (penempatan) testis.
2. Progesteron
Hormon
ini
diproduksi
oleh
korpus
luteum.
Progesterone
prolaktin
ikut
mempengaruhi
pematangan
sel
telur
dan
2.1.5
seksual
subjektif
dan
tanda-tanda
fisiologis
penurunan pembentukan nitrat oksida oleh prostat dan otot otot polos
pembuluh darah penis dan disfungsi sel sel endotel. Serta penyakit
gangguan fungsi hati, gangguan kelenjar gondok, kolesterol tinggi, tekanan
darah tinggi, tekanan darah rendah, penyakit jantung dan penyakit ginjal yang
dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
2.2.1
Obat-Obatan Psikotropika
1.
mirip dengan penyakit Parkinson, termasuk kekakuan pada otot, air liur dan
postur membungkuk.
2.
Pentothal), secobarbital (atau Seconal) dan saya barbital (atau amytal) adalah
obat-obat psikotropika yang dapat digunakan dalam pengobatan kecemasan,
meskipun mereka sebagian besar telah digantikan oleh benzodiazepin lebih
aman.
Barbiturat bekerja dengan mencegah sinyal dari merangsang wilayah
otak yang dikenal sebagai sistem aktivasi retikuler.Ini bagian dari otak
bertanggung jawab untuk mengontrol gairah, perhatian dan keadaan
sadar.Barbiturat memiliki efek samping serupa dengan benzodiazepin, tetapi
mereka biasanya lebih parah.Pasien juga dapat menjadi kecanduan
barbiturat.Overdosis barbiturat sangat serius dan bisa berakibat fatal.
3.
Meskipun bisnis narkoba terus diberantas dan pabrik narkoba terbesar, baik di
Tangerang, Batu Malang, dan Batam dibongkar, tapi hal itu tidak menyurutkan para
pengedar dan pengguna narkoba untuk terus mengkonsumsi. Bahkan penyalahgunaan
narkoba akhir-akhir ini menunjukkan angka peningkatan dari tahun ke tahun.
Penggunanya pun juga semakin meluas, bukan hanya orang dewasa saja, tapi remaja
dan
anak-anak
juga
telah
menggunakan
narkoba.
satu
kali
mencoba.
mendapat
penanganan
serius
dari
pemerintah.
yang
mengatakan
komplek
pelacuran
identik
dengan
narkoba.
Sebenarnya merupakan suatu tipu daya jika ada orang yang mengatakan bahwa
narkoba dapat meningkatkan kemampuan dan kenikmatan seks. Bisa juga pandangan
ini adalah cara yang dipakai oleh para pengedar narkoba untuk merayu pembeli,
karena sekali orang merasakan narkoba, mereka akan ketagihan dan terus ketagihan.
HEROIN
Pada pria akan terjadi adalah penurunan kadar hormon testosteron, menurunnya
gairah seksual, disfungsi ereksi dan hambatan ejakulasi. Sedangkan pada wanita,
menurunnya dorongan seksual, kegagalan orgasme, terhambatnya menstruasi,
gangguan kesuburan dan mengecilnya payudara Masalah seksual tersebut muncul
karena
pengaruh
heroin
yang
menghambat
fungsi
hormon
seks.
MARIJUANA
Bahan yang diisap seperti rokok ini memiliki kandungan tar yang jauh lebih tinggi
daripada rokok. Sehingga bagi pria akan berakibat mengecilnya ukuran testis dan
menurunnya kadar hormon testosteron. Juga akan berakibat pembesaran payudara,
dorongan seksual menurun, disfungsi ereksi dan gangguan sperma. Sementara bagi
wanita akan berpengaruh terjadinya gangguan sel telur, hambatan untuk hamil dan
terhambatnya proses kelahiran disamping dorongan seksual yang menurun.
ECSTASY
Ecstasy dapat meningkatkan pelepasan Neurotransmitter Dopamine di dalam otak.
Dopamine merupakan Neurotransmitter yang bersifat merangsang, termasuk perilaku
DEPRESAN
Depresan atau lebih dikenal sebagai obat penenang akan mengganggu metabolisme
hormon testosteron jika digunakan secara berlebihan, yang mengakibatkan penurunan
dorongan seksual dan disfungsi ereksi pada pria. Sedangkan pada wanita akan
mengganggu
menstruasi
dan
juga
menurunnya
dorongan
seksual.
Jika ada orang yang mengaku fungsi seksualnya menjadi lebih baik setelah
mengkonsumsi narkoba, itu hanya disebabkan pengaruh negatif narkoba. Karena
setelah mengkonsumsi narkoba, ecstasy misalnya, akan merasa lebih segar dan
merasa fungsi seksualnya menjadi lebih baik. Sehingga tak takut melakukan
hubungan seksual yang beresiko tinggi. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah
proses gangguan fungsi seksual dan reproduksi. Anggapan narkoba dapat
meningkatkan fungsi seksual harus diluruskan, bukan kekuatan, justru kekecewaan
yang didapat. Tetapi apapun alasannya, jauhi barang haram tersebut jika tak ingin
menyesal di kemudian hari.
reproduksi justru bisa terjadi. Dan ini tergantung pada jenis narkoba yang digunakan,
dan jangka waktu menggunakan bahan yang berbahaya itu. Bisa dilihat satu per satu
seperti
ini:
Ekstasi
Depresan
risiko
yang
mungkin
terjadi.
Ganja
ereksi,
dan
hambatan
ejakulasi.
Seperti juga halusinogenik lain seperti LSD, magic mushroom, dan lainnya,
ganja juga menimbulkan akibat buruk bagi fungsi seksual. Kandungan tar dalam
ganja jauh lebih tinggi dari rokok. Berbagai akibatnya pun bisa terjadi. Mengecilnya
ukuran Mr. P, dan menurunnya kadar hormon testosteron, dorongan seksual yang
menurun, disfungsi ereksi, sampai pada gangguan sperma dapat terjadi.
dengan manfaatnya yaitu dianggap dapat meningkatkan fungsi seksual. Jadi bukan
hal rahasia lagi, sering dijumpai pasangan remaja atau pasangan dewasa yang
menggunakan narkoba, bahkan sejumlah pasangan terlibat dalam pesta seks. Apakah
ini benar? Apa tidak malah sebaliknya justru narkoba dapat menimbulkan akibat
buruk terhadap fungsi seksual dan organ reproduksi, bahkan bisa mengakibatkan hal
fatal,
dapat
menimbulkan
kematian.
terus,
sampai
tidak
ingin
tidur
dan
makan.
akibat
lainnya.
Akibat
fisik
karena
penggunaan
narkoba sudah terlalu sering disebutkan. Kerusakan otak, gangguan hati, ginjal, paruparu hingga penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik bergantian. Akibat lain
juga timbul karena akibat penggunaan narkoba melalui suntikan, misalnya infeksi
pembuluh darah dan penyumbatan pembuluh darah. Sedangkan akibat psikis yang
mungkin terjadi adalah sikap apatis, emosi labil, depresi, kehilangan kontrol perilaku,
sampai
gangguan
sakit
jiwa.
Lalu, bagimana, benarkah narkoba dapat meningkatkan fungsi seksual? Dilihat dari
efek langsungnya, maka jawabannya adalah tidak benar. Tidak ada satu jenis narkoba
yang secara langsung dan manfaat dapat meningkatkan fungsi seksual. Dilihat dari
pengaruh yang ditimbulkan oleh semua jenis narkoba, baik secara fisik maupun
psikis, justru pengaruh negatif yang dapat terjadi. Tetapi sayang banyak informasi
salah yang beredar dan mensugesti banyak orang menjadi sebuah kebenaran. Banyak
yang tersugesti bahwa narkoba dapat meningkatkan gairah seksual dan dapat
memperkuat kemampuan seksual. Tentu saja ini akan berbahaya, mengingat akibat
buruk
penggunaan
jangka
panjang
dan
efek
ketergantungannya.
Secara keseluruhan malah gangguan fungsi seksual dan reproduksi yang bisa terjadi,
dan ini tergantung pada jenis narkoba yang digunakan dan jangka waktu
menggunakan bahan yang berbahaya itu. Bisa dilihat beberapanya seperti ini:
Ekstasi.
Sebagai stimulan, ekstasi menyebabkan pengguna merasa terus bersemangat tinggi,
dan ingin bergerak terus. Walaupun memberikan pengaruh yang bersifat merangsang
otak, tidak berarti ekstasi menimbulkan pengaruh yang positif bagi fungsi seksual.
Ekstasi akan meningkatkan pelepasan dopamine di otak. Peningkatan dopamine ini
dapat menyebabkan hilangnya kemampuan untuk mengontrol perilaku seksual
akhirnya menjadi berani, tanpa kontrol, melakukan hubungan seksual tanpa
memikirkan risiko yang mungkin terjadi. Akibatnya Infeksi Menular Seksual
termasuk
infeksi
HIV
pun
bisa
datang.
Depresan.
Depresan yang populer disalahgunakan adalah obat penenang dan heroin. Obat
penenang yang digunakan di luar indikasi medis secara berlebihan dapat
menimbulkan akibat buruk bagi fungsi seksual, yang dapat mengganggu metabolisme
hormon testosteron dan estrogen. Banyak ragam obat penenang yang sering
disalahgunakan dengan sering beredar di lapangan dengan label dekstro, dumolid,
dan lainnya yang justru di kalangan lower class karena murah harganya sering
disebut dengan pil koplo. Pada perempuan dapat mengakibatkan gangguan
menstruasi dan menurunnya dorongan seksual hingga hambatan dalam mencapai
orgasme. Pada laki-laki dapat mengakibatkan penurunan dorongan seksual dan
disfungsi ereksi. Sedangkan pada pengguna heroin juga sama, tidaklah memberikan
pengaruh positif bagi fungsi seksual dan reproduksi. Justru menimbulkan pengaruh
buruk bagi fungsi seksual. Jelas akan terjadi penurunan kadar hormon testosteron,
menurunnya dorongan seksual, disfungsi ereksi, dan hambatan ejakulasi pada lakilaki. Pada perempuan bisa mengakibatkan menurunnya dorongan seksual, kegagalan
orgasme, gangguan kesuburan, termasuk mengecilnya payudara. Pengaruh heroin
yang menghambat fungsi hormon seks, baik pada laki-laki dan perempuan memang
cukup
kuat.
Ganja.
Ganja adalah golongan halusinogenik
halusinogenik lain seperti LSD, magic mushroom dan lainnya ganja juga
menimbulkan akibat buruk bagi fungsi seksual. Bahan Kandungan tar dalam ganja
jauh lebih tinggi dari rokok. Berbagai akibatnya pun bisa terjadi. Mengecilnya ukuran
buah pelir dan menurunnya kadar hormon testosteron, dorongan seksual menurun,
disfungsi ereksi, sampai pada gangguan sperma pada laki-laki. Gangguan produksi
sel telur, hambatan menjadi hamil, dan terhambatnya proses kelahiran, di samping
dorongan
seksual
yang
menurun
bisa
terjadi
pada
perempuan.
Tetapi kenapa sebagian orang mengaku fungsi seksualnya lebih baik saat
menggunakan narkoba? Sebenarnya itu pengakuan yang palsu tetapi tidak disadari.
Perasaan bahwa fungsi seksualnya lebih baik, terutama justru disebabkan oleh
pengaruh negatif narkoba. Misalnya, pengguna ekstasi karena efek perangsangan
saraf otak akan merasa sepertinya diri menjadi lebih segar dan kuat yang akhirnya
merasa juga fungsi seksualnya juga lebih baik. Juga jadi lebih berani karena
kehilangan kontrol sehingga tidak takut melakukan hubungan seksual, termasuk
hubungan seksual yang berisiko sekalipun. Demikian juga yang menggunakan
depresan akan merasa lebih tenang, merasa terbang sehingga merasa tidak takut
lagi dan lebih berani melakukan hubungan seksual, bahkan dengan siapa saja. Jadi
semua pengakuan ini sebenarnya adalah pengakuan palsu yang tidak mereka ketahui.
Ini adalah efek palsu, karena sesungguhnya saat itu fungsi seksualnya tidaklah sedang
meningkat. Justru yang sedang berjalan perlahan terjadi sebenarnya adalah proses
gangguan fungsi seksual dan reproduksi. Dan ingatlah bahaya ketergantungan.
Kematian bisa menjadi ujungnya.