Anda di halaman 1dari 12

9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran
Saripudin (1997:78) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Joyce dan Weill (dalam Saripudin,
1997:83) mengemukakan bahwa setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Sintakmatik adalah tahap-tahap kegiatan dari model. Sintakmatik
menggambarkan secara sistematis pelaksanaan suatu model pembelajaran mulai
dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup.
2. Sistem sosial adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model
tersebut. Misalnya dalam pelaksanaan suatu model sistem sosial yang diharapkan
adalah tercipta suasana belajar yang aktif dalam kelas, siswa bebas
mengemukakan pendapatnya, dan sebagainya.
3. Prinsip reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya
guru melihat dan memperlakukan para pelajar, termasuk bagaimana seharusnya
pengajar memberikan respon terhadap mereka. Prinsip reaksi menggambarkan
hal-hal yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
suatu model secara sistematis.
4. Sistem pendukung adalah segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk
melaksanakan model. Misalnya kondisi kelas yang cocok untuk pembelajaran

10

dengan menggunakan suatu model, alat-alat praktikum, media pembelajaran, dan


sebagainya.
5. Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara
mengarahkan para pelajar pada tujuan yang diharapkan. Dampak instruksional
menggambarkan perubahan perilaku yang sudah ditargetkan atau yang seharusnya
terjadi dalam pembelajaran materi dengan pelaksanaan model tersebut.
6. Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses
belajar mengajar, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami
langsung oleh para pelajar tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dampak
pengiring menggambarkan perubahan perilaku yang tidak ditargetkan tetapi
kemungkinan muncul saat pembelajaran berlangsung.
Seorang guru harus mampu menentukan model mengajar yang akan dipilih
dalam menyampaikan suatu materi, agar siswa dapat dengan mudah menyerap yang
disampaikannya. Model yang dipilih harus disesuaikan dengan keadaan siswa, sarana
dan prasarana yang mendukung dan proses belajar yang dihasilkan antar siswa dan
guru.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
fisika adalah bentuk rangkaian konsep yang sistematis sebagai pedoman dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
B. Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang,
melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk
memecahkan masalah. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata
sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan
ketrampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan
konsep- konsep penting, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu

11

siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah


penggunaannya di dalam tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi
pada masalah, termasuk bagaimana belajar.
Problem Based Learning meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah,
memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan
menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang
untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada siswa.
Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa
mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah (Ibrahim
2002 : 5).
Model Problem Based Learning (PBL) memiliki unsur-unsur model belajar
mengajar sebagai berikut:
a. Sintakmatik
Tabel 2.1 Tabel Sintakmatik Model Problem Based Learning (PBL)
Fase

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

Fase 1. Orientasi
siswa terhadap
masalah autentik

Guru mrnyampaikan tujuan Siswa mendengarkan


belajar, menjelaskan
tujuan belajar yang
logistik yang diperlukan, disampaikan oleh guru dan
dan memotivasi
mempersiapkan logistik
menggunakan
yang diperlukan.
kemampuannya
memecahkan maslah.

Fase 2.
Mengorganisasi
siswa dalam
belajar

Guru membantu siswa


mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang diangkat.

Fase 3.
Membantu siswa
secara individual
atau kelompok
dalam
melaksanakan

Guru mendorong siswa


Siswa mengumpulkan
untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai,
informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen,
melaksanakan eksperimen, dan berusaha menemukan
untuk memperoleh jawaban jawaban atas masalah yang

Siswa mendefinisikan dan


mengorganisasikan tugas
belajar yang di angkat.

12

penelitian

yang sesuai atas masalah.

di angkat.

Fase 4.
Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya

Guru membantu siswa


dalam merencanakan dan
menyiapkan karya seperti
laporan, video, modelmodel dan membantunya
untuk menyampaikan
kepada teman lain.

Siswa merencanakan dan


menyiapkan karya, video,
dan menyampaikannya
pada teman lain.

Fase 5. Analisis
dan evaluasi
proses pemecahan
masalah.

Guru membantu siswa


Siswa melakukan refleksi
melakukan refleksi
kegiatan penyelidikannya
kegiatan penyelidikannya dan proses yang dilakukan.
dan proses yang telah
dilakukan

b. Sistem Sosial
Sistem sosial yang berlaku dalam model ini adalah pembentukan kelompok
dengan kondisi siswa yang heterogen. Siswa diberikan kebebasan untuk
mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi terbuka. Dalam pembelajaran ini siswa
diajarkan berani untuk mengemukakan pendapatnya dihadapan umum.
c. Prinsip reaksi
Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan konselor yang memberikan kritik yang
bersahabat. Dalam kerangka ini pengajar sebaiknya membimbing dan mencerminkan
kelompok melalui tiga tahap:
1) Tahap pemecahan masalah, berkenaan dengan proses menjawab, pertanyaan, apa
yang menjadi hakikat dan fokus masalah.
2) Tahap pengelolaan kelas, berkenaan dengan cara mengorganisasi kelompok agar
memperoleh informasi.
3.) Tahap pemaknaan secara perorangan, berkenaan dengan proses pengkajian cara
yang dilakukan kelompok dalam menghayati jawaban yang diperoleh hingga kriteria
yang didapatnya dalam bersaing dengan kelompok lain.
d. Sistem Pendukung

13

Suasana kelas yang berupa diskusi kelompok dan sarana pendukung yang diperlukan
untuk melaksanakan model ini adalah lembar kegiatan siswa (LKS).
e. Dampak instruksional
Dampak instruksional yang diperoleh dari model pembelajaran PBM ini, yaitu:
1) Siswa lebih memahami dan menguasai materi yang telah diberikan
2) Siswa mampu memecahkan dan menyelesaikan soal dari materi yang dipelajari.
f. Dampak pengiring
Dampak pengiring dari penerapan model pembelajaran PBM ini, yaitu:
1. Berani menyumbangkan ide untuk memecahkan permasalahan kelompok;
2. Siswa belajar menghargai pendapat teman;
3. Meningkatkan kerja sama antar siswa dengan membantu teman dalam kelompok
untuk memahami meteri dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan;
4. Saling memberi dorongan pada teman untuk maju;
5. Mengembang tanggung jawab untuk mengelola dan saling memeriksa hasil kerja
teman dalam kelompok;
6. Mengurangi tingkat kesenjangan sosial siswa dikelas, siswa yang pandai
menyadari bakat yang dimilikinya untuk mau membaginya kepada siswa lain. Joice
dan Weil (dalam Winataputra, 2000:83)
2.3.1 Ciri-ciri Problem Based Learning (PBL)
1)

Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pengajaran berdasarkan masalah diawali dengan guru mengajukan pertanyaan dan


masalah yang secara sosial dianggap penting dan secara pribadi bermakna untuk
siswa.

14

2)

Terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain

Meskipun PBL berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmuilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah ditentukan secara pasti agar dalam
pemecahannya siswa meninjau dari banyak mata pelajaran.
3)

Penyelidikan autentik

PBL menuntut siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian


nyata terhadap masalah nyata.
4)

Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya

PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk yang mewakili bentuk pemecahan
masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video,
maupun program komputer.
5)

Kerjasama

PBL mempunyai ciri khusus yaitu siswa bekerja sama dalam kelompok kecil. Adapun
keuntungan bekerja sama dalam kelompok kecil di antaranya siswa dapat saling
memberikan motivasi dalam tugas-tugas kelompok dan dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
2.3.2 Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL)
Pelaksanaan model Problem Based Learning (PBL) meliputi beberapa tahap antara
lain:
1)

Orientasi siswa pada masalah

Guru menyajikan masalah dengan jelas, sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat
dalam identifikasi masalah. Masalah diajukan oleh guru merupakan masalah yang
dalam penyelesaiannya memungkinkan siswa untuk melihat, merasakan dan
menyentuh sesuatu yang dapat memunculkan ketertarikan dan memotivasi inkuiri.

15

Orientasi siswa pada masalah menentukan tahap selanjutnya sehingga masalah harus
menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu.
2)

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan memperhatikan tingkat kemampuan


yang didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
3)

Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah secara bebas dalam


kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan

penyelidikan

sampai

mereka

benar-benar

memahami

situasi

masalahnya. Kemudian siswa mengajukan penjelasan dalam berbagai hipotesis dan


pemecahan masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru mendorong semua ide,
memerima sepenuhnya ide tersebut dan membetulkan konsep-konsep yang salah.
4)

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa dituntut untuk menghasilkan sebuah produk baik berupa laporan, model fisik,
video, maupun program komputer.
5)

Manganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu menganalisis proses berpikir siswa, keterampilan penyelidikan dan


keterampilan intelektual siswa, kemudian guru menyimpulkan materi pembelajaran
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Kelebihan PBL

PBL memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pengajaran lainnya, di


antaranya sebagai berikut:
1)

Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas

2)

Mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain.

16

3)

Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan


siswa menjelaskan dan membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena
tersebut.

4)

Membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Bimbingan guru kepada


siswa secara berulang-ulang, mendorong dan mengarahkan siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri.
Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri
dalam hidupnya kelak.

Kekurangan PBL

Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, PBL juga memiliki beberapa
kelemahan/hambatan dalam penerapannya (Ricard I Arends dan Ibrahim dalam
Rusmiyati, 2007: 17). Kelemahan dari pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut:
1) Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk model PBL. Dalam
pelaksanaannya, PBL memerlukan sarana dan prasarana yang tidak semua
sekolah memilikinya. Sebagai contoh, banyak sekolah yang belum memiliki
fasilitas laboratorium cukup memadai untuk kelengkapan pelaksanaan PBL.
2) Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang cukup lama. Standar 40-50 menit
untuk satu jam pelajaran yang banyak dijumpai di berbagai sekolah tidak
mencukupi standar waktu pelaksanaan PBL yang melibatkan aktivitas siswa di
luar sekolah.
3) Model PBL tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar.
Siswa tidak dapat memperoleh pemahaman materi secara keseluruhan. Hal ini
disebabkan karena standar satu jam pelajaran di sekolah yang tidak mencukupi untuk
pelaksanaan PBL
C. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas Belajar

17

Sardiman (2000 : 96), menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan


prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, tanpa adanya
aktivitas proses belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas belajar siswa dengan siswa
yang lain akan selalu berbeda sesuai dengan kemampuan pada diri siswa.
Pembentukan kebiasaan-kebiasaan belajar yang aktif perlu mendapatkan perhatian
yang serius untuk penguasaan materi pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar aktivitas siswa sebagai subyek didik sangat
diperlukan sebab belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa bukan sesuatu
yang dilakukan terhadap siswa. Rohani (2004 : 6) mengungkapkan bahwa belajar
yang berhasil tentu melalui berbagai macam aktivitas, baik fisik maupun psikis.
Aktivitas fisik adalah peserta didik aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,
bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau
hanya pasif. Peserta didik memiliki aktivitas psikis atau banyak berfungsi dalam
rangka pengajaran.
Suatu aktivitas akan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku pada
individu yang bersangkutan sebagai hasil dari proses belajar, hal ini sama dengan
prinsip dari belajar melalui pengalaman, yaitu pengalaman yang didapat seorang
siswa selama proses belajar. Proses belajar akan menghasilkan perubahan tingkah
laku seseorang yang dalam hal ini, perubahan tingkah laku yang dilakukan dari
adanya aktivitas belajar tidak hanya dipengaruhi oleh siswa saja, melainkan oleh
beberapa komponen penting lainnya. Pengajaran yang efektif tidak hanya didominasi
oleh murid saja ataupun guru saja, tetapi pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas dengan disertai bimbingan oleh guru
(Hamalik, 2008 :171).

18

Menurut Winkel (2005 : 99) seorang guru harus dapat berusaha sedapat
mungkin untuk menanamkan dan mengembangkan mtivasi belajar siswa. Guru perlu
memberikan dorongan pada siswa untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif
sehingga aktivitas siswa selama berdiskusi dapat mencapai hasil yang maksimal.
Siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Risk (dalam Rohani, 2004 :
6) mengemukakan tentang belajar mengajar sebagai pengalaman, pengalaman itu
sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri
bereaksi terhadap lingkungannya. Dengan demikian, belajar yang berhasil mesti
melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Dua aktivitas
tersebut memang harus dipandang sebagai hubungan yang erat.
Diedrich (dalam Rohani, 2004 : 9) membagi aktivitas belajar menjadi 8
kelompok sebagai berikut.
1.) Visual activities.
Membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan
orang lain dan sebaginya.
2.) Oral activities.
Menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan
pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.
3.) Listening activities.
Mendengarkan pendapat, uraian, percakapan diskusi, music, pidato, dan
sebagainya.
4.) Writing activities.
Menulis cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya.
5.) Drawing activities.
Menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.
6.) Motor activities.
Melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain,
berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
7.) Mental activities.
Menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat
hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

19

8.) Emotional activities.


Menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan
sebagainya.
b. Azas Aktivitas Belajar
Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode
dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Hanya saja penggunaannya
dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai dan disesuaikan pula pada orientasi sekolah yang menggunakan jenis
kegiatan itu (Hamalik, 2008 : 176).
Menurut Hamalik (2008 : 175), penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi
pengajaran para siswa, dikarenakan sebagai berikut.
1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
3)
4)
5)
6)

integral.
Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua

dengan guru.
7) Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis.
8) Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di
masyarakat.
Prinsip aktivitas belajar didasarkan pada pandangan psikologis bahwa segala
pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan
sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri. Jiwa itu dinamis, memiliki energi
sendiri, dan dapat menjadi aktif sebab didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Guru
hanyalah merangsanag keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran,
sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai

20

kemampuan, kemauan, bakat, dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah


suatu proses di mana peserta didik harus aktif (Rohani, 2004 : 9).
Lebih jauh Rohani (2004 :10) juga menjelaskan implikasi penerapan aktivitas
belajar sebagai berikut.
1) Untuk membangkitkan keaktifan jiwa peserta didik, guru perlu untuk :
a) Mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi peserta didik.
b) Memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah, menganalisis,
pengambilan keputusan, dan sebagainya.
c) Menyelenggarakan berbagai macam percobaan dengan menyimpulkan
keterangan, memberikan pendapat, dan sebagainya.
2) Untuk membangkitkan keaktifan jasmani, maka guru perlu untuk :
a) Menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan keterampilan di bengkel,
laboratorium, dan sebagainya.
b) Mengadakan pameran, karyawisata, dan sebagainya.
Sebagai orang kedua dalam proses belajar mengajar, peranan seorang guru
dalam kegiatan pembelajaran tidak lepas dari prinsip belajar tersebut. Peranan utama
guru terutama di bidang kognitif dalam aktivitas belajar siswa yaitu meningkatkan
kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru, disamping itu guru juga
bertugas untuk menganalisis proses belajar siswa.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
dipengaruhi oleh keempat komponen penting. Keempat komponen tersebut adalah
siswa, materi pelajaran, metode pembelajaran, serta guru. Perpaduan keempat
komponen tersebut nantinya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik didalam
sekolah maupun di luar sekolah.

Anda mungkin juga menyukai