3612100042
Bayu Arifianto M.
3612100052
M Faridz Nazalaputra
3612100056
Ahmad Ramdhan M.
3612100066
3612100072
Abstrak
Makalah ini mengambil topik mengenai analisis pendanaan proyek PT. PLN (Persero) dengan studi
kasus Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Indramayu . Makalah ini membahas mengenai
komponen biaya dan sumber-sumber pembiayaan yang digunakan dalam pengadaan PLTU tersebut.
Pendanaan proyek sebesar 184.125.42 juta Yen atau setara dengan 85,51% dari total biaya proyek
menggunakan pendanaan yang bersumber dari pinjaman JICA. Hasil analisis pendanaan proyek
mendapatkan proporsi sisa pendanaan proyek yaitu sebesar 14,49% atau setara dengan 31.211.62
juta Yen yang didapatkan melalui pinjaman perbankan. Sumber-sumber pembiayaan yang digunakan
dalam pembangunan PLTU Indramayu ini terbagi menjadi dua yaitu Sumber Pembiayaan
Konvensional yang berupa DAK (Dana Alokasi Khusus) dan Fiskal, serta Sumber Pembiayaan Non
Konvensional berupa Peminjaman komersial perbankan (Kredit) dan Investasi ekuitas berhubungan
dengan pembelian dan penyimpanan saham modal pada suatu pasar modal oleh investor baik
perorangan (individu) maupun perusahaan (institusi)
Key word : Pembiayaan Pembangunan, PLTU Indramayu, Pembiayaan Konvensional dan Non
Konvensional
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah atau paper yang berjudul Strategi
Pembiayaan Pembangunan Sarana Listrik , Studi Kasus Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Indramayu, Jawa Barat dengan tepat waktu.
Makalah ini adalah bagian dari rangkaian dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Pembiayaan Pembangunan sebagai dasar ilmu tentang pembiayaan pembangunan yang
merupakan bekal untuk semester selanjutnya. Tugas ini merupakan aplikasi dari teori dan
konsep pembiayaan pembangunan pada suatu kasus, baik berupa kasus perencanaan tata
ruang maupun perencanaan sektoral.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dan berkontribusi aktif dalam menyelesaikan makalah ini dari awal hingga selesai. Ucapan
terima kasih yang sangat besar kami tujukan kepada dosen pembimbing Mata Kuliah
Pembiayaan Pembangunan yang telah membimbing penulisan makalah ini.
Kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa Allah SWT, maka dari itu sangat kami
butuhan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini agar lebih baik dan bermanfaat
kedepannya serta dapat dijadikan suatu referensi dalam .
Penulis
Daftar Isi
Abstrak ..................................................................................................................... 2
Kata Pengantar .......................................................................................................... 3
Daftar Isi ................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 6
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 6
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 8
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................. 8
1.4 Metode............................................................................................................. 9
1.4.1 Tahap Pengumpulan Data ............................................................................ 9
1.4.2 Tahap Analisa ............................................................................................. 9
1.5 Ruang Lingkup .................................................................................................. 9
BAB II STUDI KASUS ................................................................................................ 10
2.1 Deskripsi objek ............................................................................................... 10
2.2 Sumber Pembiayaan ........................................................................................ 10
2.2.1 Pembiayaan Konvensional .......................................................................... 10
2.2.2 Pembiayaan Non-Konvensional ................................................................... 12
2.3 Review Konsep Pembiayaan ............................................................................. 12
BAB III EKSPLORASI INSTRUMEN BIAYA ..................................................................... 1
3.1 Kajian Struktur Anggaran Daerah dan Pusat ........................................................ 1
3.2 Komponen Biaya ............................................................................................... 3
3.3 Eksplorasi Sumber sumber pembiayaan............................................................ 3
3.3.1 Sumber Pembiayaan Konvensional................................................................ 3
3.3.2 Sumber Pembiayaan Non-Konvensional......................................................... 6
BAB IV SKEMA PENANGANAN KASUS ........................................................................... 8
4.1 Analisis Finansial Sederhana ............................................................................... 8
4.1.1 Cost of Debt ............................................................................................... 8
4.1.2 Weight Average Cost of Capital (WAAC) ........................................................ 9
4.1.3 Internal Rate of Return (IRR) ....................................................................... 9
4.1.4 Net Present Value (NPV) ............................................................................ 10
4.2 Pemilihan Sumber Pembiayaan ......................................................................... 10
4.2.1 DIPA APBN (PMN) ..................................................................................... 11
Pembiayaan Pembangunan 2014 | 4
BAB I PENDAHULUAN
Indonesia Barat
Jawa Bali
Indonesia Timur
9,2%
10,2%
8,97%
10,6%
Sumber : Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) 2010-2019
Penambahan pembangkit listrik untuk seluruh Indonesia sampai dengan 2019
diperkirakan mencapai 55.484 Mega Watt, dengan rata-rata penambahan pembangkit per
tahunnya sebesar 5.500 Mega Watt. Sebagian besar penambahan pembangkit berasal dari
PLTU. Dari total penambahan pembangkit ini, 31.958 Mega Watt berasal dari pembangkit
PT. PLN (Persero) dan 23.525 Mega Watt berasal dari IPP (Independent Power Producer)
Akan tetapi, PT. PLN (Persero) mengalami permasalahan dalam penyediaan
anggaran pendanaan untuk investasi proyek maupun untuk operasional perusahaan. PT.
PLN (Persero) mengalami defisit karena pendapatan dari harga jual listrik (Tarif Dasar
Listrik/TDL) ke pelanggan lebih rendah daripada harga pokok penjualan (HPP) . PT. PLN
(Persero) tidak dapat menetapkan tarif dasar listrik karena hal tersebut oleh regulasi
pemerintah.
Dalam menjalankan usaha penyediaan listrik, PT. PLN (Persero) menjalankan
kegiatan pendanaan untuk belanja operasional (operating expenditure) dan belanja modal
(capital expenditure) . Belanja operasional (operating expenditure) terdiri dari biaya bahan
bakar dan pelumas, pembelian atau sewa listrik swasta, biaya pemeliharaan, biaya
pegawai,depresiasi, biaya administrasi dan lainnya dan bunga operasi. Pendanaan untuk
belanja operasional dihasilkan melalui penjualan listrik ke pelanggan. Sedangkan pendanaan
untuk belanja modal (capital expenditure) dihasilkan melalui penjualan listrik ke pelanggan.
Sedangkan pendanaan untuk belanja modal dilakukan karena PT. PLN (Persero) harus
melakukan investasi untuk membangun pembangkit,transmisi, dan distribusi.
Kebutuhan PT. PLN (Persero) untuk pendanaan dan investasi pada tahun 2011
adalah sebesar Rp. 66.615.217 juta. Sumber pendanaan untuk belanja modal (capital
expenditure) dihasilkan melalui APBN sebagai penyertaan modal pemerintah, pnjaman baru,
dana internal, dan rencana IPO anak perusahaan (PT. PLN Enjiniring).
Rincian anggaran kebutuhan perusahaan untuk pendanaan dan investasi adalah sebagai
berikut :
Tabel 2. Anggaran Kebutuhan Sumber Dana Eksternal
No.
Total Kebutuhan
1.
DIPA SLA
2.
Perbankan Asing
Perbankan Lokal
3.
4.
Jumlah
mampu
melakukan
analisis
pembiayaan
pada
kasus
Pembiayaan
mampu
menyusun
strategi
pembiayaan
pada
kasus
Pembiayaan
1.4 Metode
Adapun metode pendekatan dalam penyusunan laporan ini ditempuh melalui 2 (dua)
tahapan , yaitu :
1.4.1 Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan kegiatan indentifikasi terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan kasus pembiayaan pembangunan Prasarana Listrik PLTU Indramayu, Jawa Barat.
Tahap pengumpulan data ini meliputi kegiatan pengumpulan data sekunder dari berbagai
sumber relevan dalam bentuk data dokumen meupun data statistik (angka dan gambar)
1.4.2 Tahap Analisa
Tahap analisa merupakan prediksi terhadap pembiayaan yang dilakukan, biaya yang
dikeluarkan , penentuan alternatif pendanaan proyek, serta analisis strategi-strategi yang
tepat terhadap proses pengembalian modal
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan makalah ini adalah pembiayaan pembangunan yang
dilakukan dalam pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Indramayu , Jawa Barat
yang meliputi konsep , instrumen, dan strategi pembiayaannya .
listrik yang
mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari
pembangkit listrik ini ialah generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakan oleh
tenaga kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan berbagai
macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFO untuk start up awal.
Pemilik proyek pembuatan PLTU Indramayu Jawa Barat ialah PT. PLN persero yang bekerja
sama dengan Tokyo Electric Power Service.
2.2 Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan pembangunan terdiri dari dua jenis, yakni sumber pembiayaan
konvensional dan non-konvensional. Secara teoritis, modal bagi pembiayaan pembangunan
perkotaan dapat diperoleh dari 3 sumber dasar:
pemerintah/publik
swasta/private
dan
tugas
dikelompokkan
menjadi:
pembantuan).
Belanja
Pegawai,
Belanja
Belanja
Pemerintah
Barang,
Pusat
Belanja
dapat
Modal,
Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja
Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.
b. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk
kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja
Daerah meliputi:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Dana Otonomi Khusus
2. Pembiayaan. Pembiayaan meliputi:
a. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang
Negara, serta penyertaan modal negara.
b. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman
Proyek.
2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan
Moratorium.
2.2.1.2 Struktur Anggaran Dana Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun,
mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.Ada punAPBD terdiri atas:
1. Anggaran pendapatan, terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.
b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus
c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan di daerah.
3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
Struktur biaya
Di dalam implementasi dan pembangunan proyek PLTU Indramayu, proyeksi
perhitungan estimasi biaya berdasarkan struktur biaya sangat perlu diperhatikan
dalam pembiayaan proyek tersebut. Dan diuraian struktur biaya pada PLTU
Indramayu sebagai berikut:
Pembiayaan Pembangunan 2014 | 12
Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi digunakan untuk melakukan proyeksi pertumbuhan keseluruha biaya
implementasi dan pembangunan proyek PLTU Indramayu dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2042.
Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapatkan rata rata tingkat inflasi Indonesia
adalah sebesar 6,46%, Amerika dan Jepang sebesar 2,40% dan -0,0151% yang
kemudian kedua rata rata tingkat inflasi dari kedua negara tersebut dirata
ratakan kembali untuk mendapatkan foreign general inflation rate sebesar 1,19%.
Investment Cost
EPC Cost (Engineering Procurement and Construction)
EPC
cost
pada
proyek
PLTU
Indramayu
dialokasikan
untk
pekerjaan
Dari perhitungan ketiga kompone dalam investment cost tersebut, didapatkan total biaya
investasi proyek PLTU Indramayu adalah sebesar Y 215,337 juta atau setara dengan Rp.
23.406.195.650. Dan biaya tersebut belum termasuk dengan biaya Interest During
Construction (IDC), grace period (IDC), biaya bahan bakar, biaya operasional dan
pemeliharaan, dan lainnya sehingga total biaya yang dibutuhkan ialah sebesar Y 224,788
juta.
kegiatan
pembangunan
Pemerintah
Pusat,
baik
untuk
yang
kemudian
masuk
dalam
pendapatan
APBD
daerah
yang
bersangkutan
Pembiayaan. Pembiayaan meliputi:
a. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi,
Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
b. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi: Penarikan Pinjaman Luar Negeri,
terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek. Pembayaran Cicilan
Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium.
Menurut tinjauan diatas, dapat dilihat bila proses pembiayaan pembangunan PLTU di
Indramayu merupakan hasil investasi yang dilakukan dengan menggunakan sebagian dana
dari pemerintah. Dan sebagian dari kerjasama antar pemerintah Indonesia dengan
pemerintah Jepang melalui JICA (Japan International Cooperation Agency)
eksternal
dan
juga
pekerjaan
khusus.
Komponen
pembiayaan
pada
pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Indramayu memiliki asumsi struktur biaya
pembangunan PLTU dengan periode selama tahun 2010-2018
Tabel 3. Struktur Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Indramayu
Breakdown
Cost
of Original (P/M)
Total
JICA Portion
Others
2010
2011
242
28
214
2012
4.586
233
4.354
2013
36.207
30.296
5.912
2014
53.574
44.636
8.937
2015
54.960
46.198
8.762
2016
46.547
42.362
4.185
2017
27.703
25.658
2.045
2018
968
179
790
Total
224.788
189.589
35.199
Calender Year
Note : Exchange Rate : USD 1 = JPY 90,9 = Rp 9017 (July 2010) , Sumber : Pre Appraisal
Mission PLTU Indramayu, 2010
miliki oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara tersebut guna pemenuhan kebutuhan
akan kelistrikan demi meningkatnya prekonomian suatu daerah/wilayah
Sumber
pembiayaan
konvensional
yang
dapat
diterapkan
dalam
proyek
tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan pemerintah daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional. Berdasarkan Peraturan Daerah Indramayu Nomor 1 Tahun
2012 tentang RTRW Indramayu, Kabupaten Indramayu yang merupakan lokasi dari
pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap, dimana untuk memenuhi kebutuhan listrik
Jawa-Bali. Melihat kondisi tersebut, pemerintah setempat yaitu pemerintah propinsi maupun
pemerintah kabupaten dapat mengalokasikan anggaran belanjanya untuk membiayai
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang merupakan salah satu prioritas
perencanaan di Propinsi Jawa Barat.
Fiskal
Salah satu peluang penerapan sumber pembiayaan konvensional dalam pembiayaan
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap, salah satunya adalah melalui kebijakan fiskal.
Pemerintah telah menetapkan program Kerjasama Pemerintah dan Swasta (Public Private
Partnership) sebagai salah satu kebijakan utama dalam menarik investasi di sektor
infrastruktur (Brodjonegoro, 2012). Program KPS ini dapat membantu Pemerintah dalam
penyediaan infrastruktur dengan fleksibilitas anggaran yang lebih baik dan peningkatan nilai
uang, tak terkecuali untuk sektor listrik. Investasi infrastruktur dengan skema KPS
merupakan strategi dari Pemerintah Indonesia untuk mencapai pertumbuhan PDB yang
tinggi dan berkesinambungan serta meletakkan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan di
masa depan.
Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur (Perpres 56/2010).
Pemerintah telah menyiapkan fasilitas fiskal dalam rangka mendukung program KPS
dalam penyediaan infrastruktur. Terdapat tiga fasilitas kunci yang telah disediakan, yaitu: (i)
Dana Tanah (the Land Funds), (ii) Pembiayaan Infrastruktur (the Infrastructure Fund), (iii)
Dana Penjaminan (the Guarantee Fund) (Brodjonegoro, 2012). Ketiga fasilitas tersebut telah
berdiri dan beroperasi secara penuh dalam mendukung program KPS. Berikut penjelasan
dari ketiga fasilitas tersebut:
Dana Tanah (Land Fund)
Merupakan dana yang dialokasikan untuk membantu investor dalam pembiayaan
pengadaan tanah dan untuk mengatasi masalah ketidakpastian harga tanah. Dana Tanah
(the Land Funds) terdiri dari:
Land Revolving Fund, merupakan dana bergulir untuk pembebasan tanah bagi
pembangunan jalan tol, dimana Pemerintah akan membiayai pembebasan tanah
terlebih dahulu dan selanjutnya akan dikembalikan oleh Badan Usaha yang
ditetapkan sebagai pemegang hak konsesi.
Land Capping, merupakan dukungan Pemerintah atas kenaikan harga tanah bagi
pembangunan jalan tol. Dana Land Capping saat ini dikelola oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan diberikan untuk 28 ruas jalan tol dengan nilai sebesar Rp4,89
Triliun yang dialokasikan sejak tahun anggaran 2008 sampai dengan tahun 2013.
to-Government) dengan pemerintah Jepang dalam hal ini adalah JICA (Japan
International Cooperation Agency) untuk proyek pembangunan PLTU Indramayu
dimana pinjaman dengan tingkat bunga 1% p.a kepada pemerintah Indonesia, baru
kemudian pemerintah Indonesia memberikan pinjaman kepada PT. PLN (Persero)
dengan tingkat bunga 1% + 0.5% untuk pinjaman valas.
makalah
ini
menggunakan
sumber
pembiayaan
non-konvensional
dalam
Kredit
Peminjaman komersial perbankan (Kredit) adalah salah satu alternatif sumber
pendanaan yang diperhitungkan di dalam sisa pendanaan Proyek PLTU Indramayu.
Pinjaman komersial perbankan terdiri dari dua sumber, yaitu pinjaman komersial
perbankan dengan mata uang rupiah dan pinjaman perbankan mata uang asing.
Pembiayaan Pembangunan 2014 | 6
Suku bunga kredit korporasi untuk pinjaman komersial perbankan dalam negeri
mempunyai rata-rata tingkat suku bunga tahunan pada tahun 2011 sebesar 12,32%
untuk Bank Persero, 13,60% untuk Bank Pemerintah Daerah, 12,83% untuk Bank
Swasta Nasioanal, 9,41% untuk Bank Swasta Asing, dan 12,47% untuk Bank Umum
Ekuitas
Investasi
ekuitas
berhubungan
dengan
pembelian
dan
penyimpanan
saham modal pada suatu pasar modal oleh investor baik perorangan (individu)
maupun
perusahaan
(institusi)
dalam
mengantisipasi
pendapatan
dari deviden dan keuntungan modal sebagaimana nilai saham tersebut yang
meningkat. Berdasarkan laporan yang didapatkan, sebagian besar kebutuhan biaya
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Indramayu dengan menggunakan
daftar isian pelaksanaan anggaran dalam anggaran pendapatan dan belanja Negara
melalui penanaman modal pemerintah atau disingkat dengan DIPA APBN
of Return.
4.1.1 Cost of Debt
Penggunaan pinjaman sebagai biaya modal menimbulkan beban tetap yang akan
mengurangi laba dari biaya operasi. Beban tetap tersebut berupa bunga pinjaman (interest),
yang harus dibayarkan perusahaan tanpa melihat profit perusahaan.Beban bunga ini
merupakan kewajiban yang harus dilakukan olehperusahaan karena meminjam sejumlah
uang dari investor.
PT. PLN (Persero) mengadakan kerjasama pendanaan secara G-to-G(Government-to-
Government) dengan pemerintah Jepang dalam hal ini adalah JICA (Japan International
Cooperation Agency) untuk proyek pembangunan PLTU Indramayu.Dengan rumus Cost of
Debt, maka diperoleh persentase jumlah peminjaman sebagai berikut:
No
JICA
1,08%
1. Dalam Negeri
a. Bank Persero
8,88%
9,79%
9,24%
6,78%
e. Bank Umum
8,98%
2. Luar Negeri
1,073%
6,98%
7,49%
A
6
7,50% - 8,40%
7,50% - 8,40%
JICA sebesar 184,125.42 juta atau setara 85,51% dari total biaya proyek yang
menghasilkan cost of debt after tax sebesar 1,08%. Komersial perbankan mendapatkan
proporsi sisa pendanaan proyek sebesar 14,49% atau setara 31,211.63 juta. Komersial
perbankan luar negeri sebesar 0,72% atau setara 1,555.51 juta yang menghasilkan cost
of debt tax sebesar 1.073%. Komersial perbankan dalam negeri dengan bank asing sebesar
13,77% atau setara 29,656.12 juta yang menghasilkan cost of debt tax sebesar 6,78%.
4.1.2 Weight Average Cost of Capital (WAAC)
Metode Weight Average Cost of Capital (WAAC)
dapat
digunakan
dalam
menghitung nilai sebuah proyek dimana pendekatan dengan menggunakan metode WACC
dimulai dengan pemahaman bahwa proyek-proyek dari perusahaan dengan leverage secara
simultan dibiayai dengan dua jenis pembiayaan baik dibiayai dengan utang maupun dengan
akuitas.
WACC yang digunakan pada perhitungan pre-appraisal PT. PLN (Persero) adalah
sebesar 2,21%.
Internal Rate of Return adalah tingkat imbal hasil dari sebuah investasi yang akan
mendiskontontikan aliran kas sehingga mendapatkan nilai bersih saat ini (Net
Present
Value) adalah nol. Pada dasarnya IRR menghitung tingkat return dibandingkan dengan
biaya bunga atau biaya modal. Sehingga apabila IRR lebih besar daripada biaya bunga atau
biaya modal, maka proyek tersebut layak dilakukan.
Keterangan:
IRR = Internal Rate of Return
CF1= Cash low tahun ke-i
I = Tahun ke-i
Pada dasarnya IRR adalah menghitung tingkat return dibandingkan dengan biaya
bunga atau biaya modal. Sehingga apabila IRR lebih besar daripada biaya bunga atau biaya
modal, maka proyek tersebut layak dilakukan. Pada perhitungan pre apprasial,nilai IRR
8,5%, bila dibandingkan dengan dengan biaya modal (WACC) 2,21%, maka nilai IRR lebih
besar daripada biaya modal yang artinya proyek layak untuk dijalankan
4.1.4 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NVP) merupakan salah satu metode discounted cash flow yang
menghitung dampak waktu terhadap uang. Metode ini menghitung nilai uang yang akan
diterima pada masa datang dengan mempertimbangkan tingkat bunga yang berlaku
sekarang. Dengan kata lain NPV merupakan selisih antara present value dari investasi
dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang, tingkat bunga yang relevan juga perlu ditentukan untuk menghitung nilai
sekarang.
Perhitungan total aliran kas untuk kegiatan operasional didapatkan dengan
mengurangi sales revenue, operating cost, dan tax Komponen sales revenue didapatkan
melalui perkalian antara prediksi tariff listrik yang dihasilkan proyek dengan energy listrik
yang diproduksi oleh proyek. Dari hasil perhitungan incremental cash flow proyek PLTU
Indramayu
yang
didiskontokan
dengan
menggunakan
tingkat
diskonto
dengan
salah
satu
sektor
potensial
dalam
mengembangakan
sumber
daya
Penerbitan Obligasi
Penerbitan obligasi dapat dijadikan salah satu sumber pendanaan dan investasi PT.
PLN (Persero).PT. PLN (Persero) telah beberapa kali menerbitkan obligasi sebagai
sumber pendanaan dan investasi perusahaan. Dalam melakukan penerbitan obligasi,
PT. PLN (Persero) selalu mengacu kepada yield surat utang Negara sebagai acuan
ditambah dengan 1,5%-2,75% yang disesuaikan dengan nilai emisi dan jangka
waktu yang dibutuhkan untuk pendanaan kegiatan investasi operasional perusahaan.
dana
internal
digunakan
sebagai
alternative
sumber
pendanaan
terakhir
dikarenakan PT. PLN (Persero) mempunyai sumber dana internal yang terbatas untuk
kegiatan pendanaan dan investasi. Seluruh aktivitas pendanaan dan kegiatan investasi yang
dilakukan oleh PT. PLN (Persero) diprioritaskan menggunakan sumber dana eksternal
terlebih dahulu baru menggunakan sumber dana internal perusahaan.
4.2.6 IPO PT. PLN Enjiniring
PT. PLN (Persero) berencana untuk melakukan IPO anak perusahaan yaitu PT Prima
Layanan Nasional Enjiniring (PLN Enjiniring) di kuartal I-2012. PT. PLN (Persero)
mengusulkan untuk melepaskan 20% saham anak usahanya tersebut dalam IPO dengan
dana mencapai Rp 200-250 milyar. Namun, berdasarkan hasil keputusan direksi PT. PLN
(Persero), dana yang akan diperoleh melalui IPO PT. PLN Enjiniring akan digunakan untuk
pengembangan dan pendanaan investasi PT PLN Enjiniring itu sendiri, tidak untuk sebagai
sumber pendanaan dan investasi PT. PLN (Persero). Jadi berdasarkan hasil keputusan
direksi PT. PLN (Persero) mengenai tujuan rencana IPO PT. PLN Enjiniring, alternative
sumber pendanaan dengan menggunakan dana yang dihasilkan melalui IPO PT. PLN
Enjiniring tidak dapat dijadikan sebagai sumber pendanaan proyek PLTU Indramayu.
kerangka
strategi-startegi yang
permasalahan
berfikir
dapat
yang
digambarkan
dirumuskan
dalam
pada
rangka
diagram
mengatasi
diatas
sehingga
permasalahan-
bawah ini:
STRATEGI
Pemanfaatan pasar modal, lembaga keuangan
bilateral/multilateral dan APBN dalam pendanaan
proyek PLTU Indramayu
Secara
periodic
memperbaharui
pertumbuhan
(tahunan)
mereview
perhitungan
listrik
dengan
dan
perkiraan
menggunakan
Peningkatan
pemerintah
komunikasi
agar
proses
dengan
DPR
penyesuaian
dan
tariff
adanya
perhatian
dalam
pembiayaan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kondisi infrastruktur listrik di Indonesia sangat mengkhawatirkan dan perlu segera
mendapatkan perhatian serius. Salah satu langkah nyata pemerintah dengan
membangun PLTU berkapasitas 1x1000 Mega Watt di Wilayah Indramayu Jawa
Barat. Investasi yang dibutuhkan Y 215,337 juta atau setara dengan Rp.
23.406.195,65 juta.
2. Sumber pembiayaan pembangunan proyek PLTU Indramayu terdiri dari dua jenis,
yakni sumber pembiayaan konvensional dan non-konvensional.
3. Pembiayaan konvensional merupakan sumber-sumber pembiayaan yang diperoleh
dari anggaran Negara. Sumber Pembiayaan Konvensional antara lain DAK (Dana
Alokasi Khusus), Fiskal, dan Utang Luar Negeri.
4. Sumber pembiayaan non-konvesional merupakan sumber-sumber pembiayaan yang
diperoleh dari kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Sumber
Pembiayaan Non-Konvensional antara lain Kredit dan Ekuitas
5. Pada perhitungan pre apprasial, nilai IRR 8,5%, bila dibandingkan dengan dengan
biaya modal (WACC) 2,21%, maka nilai IRR lebih besar daripada biaya modal yang
artinya proyek layak untuk dijalankan
6. Alternatif sumber biaya pembiayaan proyek pembangunan PLTU Indramayu yang
telah dirancang antara lain DIPA APBN (PMN), JICA (Japan International Cooperation
Agency), Penerbitan surat utang untuk APLN PT. PLN (Persero) terdiri penerbitan
obligasi dan penerbitan suku ijara, dan Dana internal.
5.2 Rekomendasi
1.
PT. PLN (Persero) harus memperhitungkan dampak pergerakan nilai tukar mata uang,
tingkat inflasi, dan kenaikan harga energi primer. Sehingga perhitungan di dalam
valuasi proyek dapat tercermin dengan kondisi yang terjadi pada saat pembangungan
dan pengoperasian sebuah proyek.
2.
3.
Project financing dapat digunakan sebagai media untuk mencari alternatif pendanaan
yang paling murah untuk pendanaan proyek PT. PLN (Persero), sehingga PT. PLN
(Persero) dapat menjadi perusahaan BUMN yang mandiri tanpa harus mengandalkan
subsidi dari pemerintah untuk pendanaan kegiatan investasi dan operasi yang akan
memberatkan APBN.
4.
PT. PLN harus membuat program mitigasi proyek secara berkala, khususnya analisis
resiko proyek PLTU Indramayu.
5.
Pemerintah Indonesia harus memberikan loan guarantee kepada PT. PLN (Persero)
sehingga perusahaan dapat dengan mudah mendapatkan pendanaan dari pihak-pihak
yang akan memberikan pinjaman kepada perusahaan. Selain itu pula apabila
perusahaan tidak dapat membayar pinjaman tersebut, pemerintah dapat membantu PT.
PLN (Persero) dalam bentuk pinjaman atas dasar PT. PLN (Persero) merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditunjuk dan ditugaskan oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik di Indonesia.