BAB I
PENDAHULUAN
1. A.
Latar Belakang
Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan
metode yang efisien sesuai dengan situasi (Salusu, 1996: 47). Proses ini untuk menemukan
dan menyeleseikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil
keputusan memerlukan satu seri tindakan, memerlukan beberapa langkah. Dapat saja
langkah-langkah tersebut terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya
berfikir sistematis. Dalam dunia manajemen proses atau seri tindakan itu lebih banyak
tampak dalam kegiatan diskusi.
Kehidupan sehari-hari seorang eksekutif, manajer, kepala, ketua, direktur, rektor, bupati,
gubernur, menteri, panglima, presiden, atau pejabat apapun, sesungguhnya adalah kehidupan
yang selalu bergumul dengan keputusan. Sering kali ia merasa hampa apabila dalam satu hari
tidak mengmbil suatu keputusan. Tidak menjadi soal apakah keputusan itu benar atau
mengandung kelemahan. Oleh sebab itu banyak manajer yang berpendapat bahwa lebih baik
membuat enam kesalahan dari sepuluh keputusan yang ia buat daripada sama sekali tidak
membuat keputusan. Bagi pejabat tersebut yang paling penting timbul rasa kepuasan karena
dapat mengmbil keputusan hari itu.
Ilustrasi itu menggambarkan bahwa pengambilan keputusan adalah aspek yang paling
penting dalam aspek manajemen. Keputusan merupakan kegiatan sentral dari manajemen,
merupakan kunci kepemimpinan, atau inti kepemimpinan (Siagian, 1988), sebagai suatu
karakteristik yang fundamental, sebagai jantung kegiatan administrasi (Mitchell, 1978), suatu
saat kritis bagi tindakan administrasi (Robins, 1978). Bahkan Higgins (1979) melanjutkan
bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan
karena di dalamnya manajer terlibat.
Pada akhirnya, Robin Hughes dalam prakatanya pada Decision Making berkesimpulan bahwa
karena pengambilan keputusan terjadi di semua bidang dan tingkat kegiatan serta pemikiran
manusia, maka tidaklah mengherankan apabila begitu banyak disiplin yang berusaha
mengabalisis dan membuat sistematika dari seluruh proses keputusan.
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi,
terutama karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pengambilan keputusan
sekarang. Pentinya pengambilan keputusan dilihat dari segi kekuasaan untuk membuat
keputusan, yaitu mengikuti pola desentralisasi atau pola sentralisasi. Berbeda dengan hal
tersebut, beberapa ahli memberi perhatian pada pengambilan keputusan dari sudut
kehadirannya, yaitu adanya teori pengambilan keputusan administrasi, kita dapat meramalkan
tindakan-tindakan manajemen sehingga kita dapat menyempurnakan efektifitas manajemen.
1. B. Rumusan Masalah
2. Apakah pengertian pengambilan keputusan.
3. Bagaimana fungsi dan apakah tujuan pengambilan keputusan.
4. Apakah dasar-dasar pengambilan keputusan.
5. Bagaimana proses pengambilan keputusan.
6. Apakah permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan.
1. C. Tujuan
2. Mengetahui pengertian pengambilan keputusan
3. Mengetahui fungsi dan tujuan pengambilan keputusan
4. Mengetahui dasar- dasar pengambilan keputusan
5. Mengetahui proses pengambilan keputusan
6. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
Keputusan adalah hasil pemecahan yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan
merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab
Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila suatu fakta dapat diperolehnya
dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumnya atau
ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan,
tetapi itu merupakan wewenang dari hukum situasi.
1.3.
Pengambilan Keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai
cara pemecahan masalah.
1.4. Menurut Ibnu Syamsi
Pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui satu diantara alternatifalternatif yang memungkinkan.
Selain beberapa pengertian di atas, pengambilan keputusan itu juga berarti proses
memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi
(Salusu, 1996: 47). Proses ini untuk menemukan dan menyeleseikan masalah organisasi.
Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan satu seri tindakan,
memerlukan beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah tersebut terdapat dalam pikiran
seseorang yang sekaligus mengajaknya berfikir sistematis. Dalam dunia manajemen proses
atau seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam kegiatan diskusi.
Dari pengertian- pengertian pengambilan keputusan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan
masalah.
Persoalan pengambilan keputusan, pada dasarnya adalah bentuk pemilihan dari
berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilah yang prosesnya melalui mekanisme
tertentu, dengan harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang terbaik (Wahab, 2008:
163). Penyusunan model keputusan adalah salah satu cara untuk mengembangkan hubunganhubungan logis yang mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu model matematis, yang
mencerminkan hubungan yang terjadi di antara faktor- faktor yang terlibat. Apapun dan
bagaimana pun prosesnya, satu tahapan yang paling sulit dihadapi pengambilan keputusan
adalah dalam segi penerapannya karena di sini perlu meyakinkan semua orang yang terlibat,
bahwa keputusan tersebut memang merupakan pilihan terbaik. Semuanya akan merasa
terlibat dan terikat pada keputusan tersebut. Hal ini, adalah proses tersulit. Walaupun
demikian, bila hal tersebut dapat disadari, proses keputusan secara bertahap, sistematik,
konsisten, dan dalam setiap langkah sejak awal telah mengikut sertakan semua pihak, maka
usaha tersebut dapat memberikan hasil yang terbaik.
1. B. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah
memiliki fungsi antara lain sebagai pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang
sadar dan terarah, baik secara individual maupun secar kelompok, baik secara
institusionalnya maupun secara organisasional. Selain itu pengambilan keputusan juga
merupakan sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa
yang akan datang, di mana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Kegiatan- kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan
organisasinya. Yang diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancar dan tujuan dapat
tercapai dengan mudah dan efisien. Namun kerap kali terjadi hambatan- hambatan dalam
melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh pimpinan
organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut. Kerap
kali pengambilan keputusan itu hanya merupakan satu segi saja, misalnya hanya menyangkut
segi keungan saja dan kalau dipecahkan tidak menimbulkan efek sampingan atau akibat lain.
Tetapi ada kemungkinan dapat saja terjadi masalah yang pemecahannya menghendaki dua
hal kontradiksi terpecahkan sekaligus (Syamsi, 2000: 5).
Oleh karena itu tujuan pengambilan keputusan itu dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1. Tujuan yang bersifat tunggal
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang
dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada
kaitannya dengan masalah lain.
1. Tujuan yang bersifat ganda
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan
itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu
sekaligus memecahkan dua masalah (atau lebih), yang bersifat kontradiktif atau yang tidak
bersifat kontradiktif.
1. C. Dasar- Dasar Pengambilan Keputusan
Dasar pengambilan keputusan itu bermacam- macam tergantung dari permasalahannya.
Keputusan dapat diambil berdasarkan perasaan semata- mata, dapat pula keputusan dibuat
berdasarkan rasio. Tetapi tidak mustahil, bahkan banyak terjadi terutama dalam lingkungan
instansi pemerintah maupun di perusahaan, keputusan diambil berdasarkan wewenang yang
dimilikinya.
Oleh George R. Terry, disebutkan dasar- dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku
adalah sebagai berikut.
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif,
sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini
mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan.
Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.
1. D. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan merupakan tahap- tahap yang harus dilalui atau
digunakan untuk membuat keputusan. Tahap- tahap ini merupakan kerangka dasar, sehingga
setiap tahap dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa sub tahap (disebut langkah) yang
lebih khusus/ spesifik dan lebih operasional
(Hasan, 2002: 22).
Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap yaitu sebagai
berikut.
1. Penemuan masalah
Tahap ini merupakan tahap di mana masalah harus didefinisikan dengan jelas sehingga
perbadaan antara masalah satu dan bukan masalah (misalnya isu) menjadi jelas.
1. Pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap di mana masalah yang sudah ada atau sudah jelas itu kemudian
diselesaikan. Langkah- langkah yang diambil adalah sebagai berikut.
operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah
dikembangkan.
1. Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut
kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali
keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar.
Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung
jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga
memegang peranan yang penting.
Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya
suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada
artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan
hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya.
1. Evaluasi dan Pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap
bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi
perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian
didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan
mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut.
Jika keputusan tersebut kurang berhasil, di mana permasalahan masih ada, maka pengambil
keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi.
Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hatihati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan Setiap keputusan yang diambil itu merupakan
perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu analisis proses pengambilan
keputusan pada hakikatnya sama saja dengan proses kebijakan.
Diakui oleh banyak pihak, bahwa pengambilan keputusan yang benar- benar tepat itu
memeng sulit. Namun sekedar pedoman umum cara pengambilan keputusan
E. Permasalahan yang dihadapi dalam Pengambilan Keputusan
Kegiatan yang dilakukan oleh setiap organisasi itu diharapkan dapat berjalan dengan lancar,
tanpa mengalami suatu hambatan apapun. Tetapi dalam prakteknya selalu ada saja masalah
atau kendala yang dihadapi sehingga tujuan tidak selalu dapat dicapai dengan mulus.
Oleh karena itu yang pertama-tama dilakukan dalam proses pengambilan keputusan adalah
mengadakan identifikasi masalahnya lebih dahulu. Masalah adalah sesuatu yang perlu
dipecahkan, yang kerap kali membutuhkan beberapa alternatif untuk kemudian dipilih satu
yang sekiranya paling tepat untuk masalah tersebut. Apabila dihubungkan dengan kebijakan
dalam pengambilan keputusan dalam suatu organisasi maka masalah yang dihadapi itu
merupakan nilai-nilai, kebutuhan-kebutuhan yang belum sempat terealisasi namun apabila
dapat diidentifikasikan akan dapat dilaksanakan dengan baik melalui tindakan pengambil
keputusan.
Dalam menghadapi masalah, hendaknya merici terlebih dahulu permasalahannya dengan
cermat. Dari masalah yang dirinci kemudian disusun manalah yang bulat dan menyeluruh.
Dunn memberikan memberikan pendapat bahwa penyusunan masalah secara bulat melalui
tiga tahap. Pertama, mengadakan konseptualisasi permasalahannya. Kedua, mengadakan
spesifikasi permasalahan dan ketiga berusaha memehami permasalahan secara keseluruhan.
Quade mengemukakan langkah-langkah apa yang sekiranya perlu dilakukan dalam
menangani masalah: (1) mengusahakan keterangan dan penjelasan yang lebih lanjut tentang
masalah itu sendiri; (2) identifikasi sasaran dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan; (3)
mengukur tingkat keberhasilannya; (4) menentukan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan;
(5) memperhatikan sektor lingkungan; (6) meneliti satu per satu alternatif pemecahan
masalah sehingga masing-masing dikrtahui kelemahan dan keunggulannya; (7) merumuskan
model mana saja yang dimungkinkan untuk pemecahan masalah; (8) mengumpulkan data
untuk pengukuran dan pemilihan alternatif yang paling tepat untuk pemecahan masalah; (9)
mengadakan perbandingan antara model yang satu dengan model yang lain; (10) mengetes
hasil analisis untuk lebih meyakinkan; (11) mempertimbangkan juga apakah terdapat juga
segi-segi ketidakefisienan yang terjadi, dan (12) mengadakan ringkasan bilamana perlu
menyertakan juga saran-sarannya.
BAB III
PENUTUP
1. A.
Kesimpulan