Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

A. Pengertian
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal. Febris atau
demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2C.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1.

Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.

2.

Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

3.

Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

4.

Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

5.

Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti
: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali
tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek
90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus

sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada
terhadap infeksi bakterial.

B. Etiologi
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi
suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan
riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami
demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan
tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara
intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

C. Tanda Dan Gejala


1.

Suhu badan lebih 37,2 C

2.

Banyak berkeringat

3.

Pernafasan meninggil

4.

Menggigil

D. Patofisiologi
Tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap
infeksi dan peningkatan suhu tubuh memberikan suatu peluang kerja yang optimal
untuk sistem pertahanan tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam
leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal
dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi. Pirogen adalah suatu protein yang identik dengan
interkulin-1. di dalhipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat
menyebabkan suatu pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan
terjadinya vasokontriksi perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan pasien

merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi karena meningkatnya aktivitas
metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena
kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah.

E. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan
seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah,
pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam
tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.

F. Penatalaksanaan Terapeutik
1.

Antipiretik

2.

Anti biotik sesuai program

3.

Hindari kompres alkohol atau es

G. Komplikasi
1.

Takikardi

2.

Insufisiensi jantung

3.

Insufisiensi pulmonal

4.

Kejang demam

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1.

Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi : sejak kapan timbul demam,


gejala lain yang menyertai demam (misalnya : mual muntah, nafsu makan,
diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah anak menggigil, gelisah
atau lhetargi, upaya yang harus dilakukan.

2.

Melakukan pemeriksaan fisik.

3.

Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal : keadaan umum, vital sign.

4.

Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti : pemeriksaan laboratotium, foto


rontgent ataupun USG

B. Diagnosa Keperawatan
1.

Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.

2.

Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang.

3.

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
yang menurun.

C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam menujukan
temperatur dalan batas normal
Kriteria hasil :
1.

Bebas dari kedinginan

2.

Suhu tubuh stabil 36-37 C

Intervensi :
1.

Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforsis

2.

Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi

3.

Berikan kompres hangat hindari penggunaan akohol

4.

Berikan minuman sesuai kebutuhan

5.

Kolaborasi untuk pemberian antipiretik

Diagnosa Keperawatan : Resiko injuri berhubungan dengan kejang berulang


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam anak bebas dari
cidera
Kriteria hasil :
1.

menunjukan homeostatis

2.

tidak ada perdarahan mukosa dan bebas dari komplikasi lain

Intervensi :
1.

Kaji tanda-tanda komplikasi lanjut

2.

Kaji status kardiopulmonar

3.

Kolaborasi untuk pemantauan laboratorium: monitor darah rutin

4.

Kolaborasi untuk pemberian antibiotik

Diagnosa keperawatan : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake


yang kurang dan deperosis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam volume cairan
adekuat
Kriteria hasil :
1.

tanda vital dalam batas normal

2.

nadi perifer teraba kuat

3.

haluran urine adekuat

4.

tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Intervensi :
1.

Ukur/catat haluaran urine dan berat jenis. Catat ketidakseimbangan masukan dan

haluran kumulatif
2.

Pantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP

3.

Palpasi denyut perifer

4.

Kaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang baik dan rasa halus

5.

Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi

6.

Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

D. Implementasi
Sesuai intervensi
E. Evaluasi
Sesuai criteria hasil

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta


Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi
Pada Anak. PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classsification
(NIC). Mosby, St. Louise.
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Outcame Classsification
(NOC). Mosby, St. Louise.
NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002),
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai