PENDAHULUAN
1.1
yang sangat vital, walaupun pakaian itu masih bisa dipakai tetapi pada umumnya
orang-orang menginginkan model atau kualitas gaya yang terbaru.
Pakaian sebagai trade mark mode di kota Bandung, memberikan berbagai
inspirasi kalangan anak muda dengan berbagai kreatifitas yang setiap hari semakin
beragam , sampai pada akhirnya membuat culture baru.
Menciptakan sebuah bentuk usaha di bidang penjualan pakaian, hal tersebut
berawal dari penciptaan sebuah merek pada suatu produk dengan mencantumkan
nama
perusahaan
sendiri
didalamnya,
konsep
penjualanpun
mengalami
perkembangan yang cukup baik dengan menjual berbagai jenis pakaian dan aksesoris
lainnya, seiring dengan perkembangannya, sebuah istilah muncul yaitu local
clothing, local clothing adalah usaha di bidang produk fashion dengan cara retail dan
wholesale, dengan karakter produk yang unik, tumbuh di wilayah urban culture,
target utama pasar anak muda, kelas ekonomi menengah ke atas, di bangun oleh
pengusaha muda, bersemangat mandiri atau independent yang selalu mengedepankan
kreatifitas dan energitas tigggi.
Clothing atau lebih disebutkan sebagai salah satu usaha yang memproduksi
pakaian dan aksesoris-aksesoris lainnya dengan menonjolkan suatu trend fashion,
dan untuk kepentingan penelitian ini penulis melakukan salah satu penelitian di
clothing Airplane Systm Bandung.
Dengan kondisi seperti ini para pengusaha clothing khususnya dihadapkan
pada tantangan yang lebih berat dalam menjalankan usahanya yaitu dengan adanya
persaingan yang sangat ketat seperti pesaing disekitarnya antaralain clothing
ARENA, EVIL ARMY FACTORY, 347 UNKLE, ROCKMEN INSIDE, dan BLIND
WEAR yang ada di kawasan Jl. Dago dan Jl. Trunojoyo Bandung, maka hal ini
menuntut perusahaan untuk membangun usaha dengan strategi pemasaran yang tepat
sehingga dapat mengambil langkah yang sesuai bagi perusahaannya dan mampu
menarik minat konsumen untuk berbelanja di clothing Airplane Systm Bandung
tersebut,
strategi maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperbaikinya, karena kompetitor
akan mengambil kesempatan dari kekeliruan tersebut dan memenangkan pangsa
pasar.
Fenomena tersebut diatas perusahaan perlu menerapkan konsep citra merek
(brand image) karena citra merek (brand image) bagi suatu perusahaan begitu sangat
penting untuk diasosiasikan karena bisa menunjukan sebagai pemahaman, adapun
pengertian citra merek (brand image) adalah merupakan pemahaman konsumen
mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap suatu merek
tertentu, dan bagaimana konsumen memandang suatu merek.
Brand image yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk
dengan merek yang bersangkutan dikemudian hari, sedangkan bagi produsen brand
image yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran-pemasaran pesaing.
Mengingat keberadaan konsumen merupakan faktor penting untuk mencapai
tujuan perusahaan, maka perusahaan harus menyadari betapa pentingnya menjaga
citra merek (brand image) dimata konsumennya, untuk menimbulkan kepercayaan
Tabel 1.1
Jumlah Penjualan Produk Fashion Clothing Airplane Systm Bandung
Periode Tahun 2007-2009
No.
1
2
3
4
5
6
Bulan / Tahun
Januari-Juni 2007
Juli-Desember2007
Januari-Juni 2008
Juli-Desember 2008
Januari-Juni 2009
Juli-Desember 2009
Jumlah Penjualan
Rp. 145.000.000
Rp. 146.000.000
Rp. 150.000.000
Rp. 145.000.000
Rp. 147.000.000
Rp. 148.000.000
Jumlah
Persentase%
16.46%
16.57%
17.03%
16.46%
16.69%
16.80%
100
yang memiliki
dengan begitu konsumen akan tertarik dan melakukan pembelian terhadap produk
ULTRA MILK tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik utuk menyusun skripsi dengan
judul:
Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Fashion Terhadap Proses Keputusan
Pembelian Konsumen Di Clothing Airplane Systm Bandung.
1.2
1.2.1
Identifikasi Masalah
Perencanaan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan yang menjadi
salah satu perhatian pokok penulis yaitu perlunya salah satu strategi memperhatikan
citra merek (brand image) dari perusahaan, clothing Airplane Systm Bandung harus
menciptakan citra merek (brand image) yang positif dibenak pelanggannya sehingga
dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen, adapun masalah yang
dapat diidentifikasi yang berkaitan dengan citra merek (brand image)
clothing
Airplane Systm tersebut antara lain, desain gambar produk yang rata-rata konsumen
tidak mengerti maknanya, sehingga sudah tidak sama dengan perkembangan model
bahkan mengalami penurunan desain, kualitas produk dinilai oleh konsumen
mengalami penurunan, harga dinilai lebih mahal di bandingkan dengan pesaing
lainnya, merek kurang dikenal oleh konsumen dan bentuk logo kurang menarik
terlalu sederhana, hal ini membuat konsumen tidak dapat merasakan produk yang
telah dibeli apakah berpengaruh terhadap dirinya dan lingkungannya.
informasi,
Seiring
dengan
berkembangnya
teknologi,
clothing dengan jarak yang berdekatan. Dengan demikian citra merek (brand image)
itu sangat berhubungan pada masalah sikap yang berupa keyakinan terhadap suatu
merek hal ini membuktikan bahwa sebuah citra merek (brand image) bisa
mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen, dengan mengidentifikasi
masalah tersebut maka layak untuk diteliti lebih lanjut
1.2.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dan untuk lebih mengarahkan penelitian ini, maka
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini diantaranya adalah untuk
mengetahui:
1. Tanggapan responden mengenai citra merek (brand image) produk
fashion di clothing Airplane Systm Bandung.
2.
terhadap proses
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoritis
1. Bagi Penulis:
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
menjadi
sarana
untuk
10
Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini merupakan salah satu sumbang pikir bagi perusahaan yang dapat
memberikan masukan informasi mengenai pengaruh citra merek (brand image)
fashion terhadap proses keputusan pembelian konsumen sehingga dapat bermanfaat
bagi perusahaan.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
Pada kajian pustaka ini, penulis akan mengemukakan teori-teori yang
2.1.1
pertukaran potensial memerlukan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain
sesuai dengan yang dikehendakinya
Menurut Kotler & Keller yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan
(2007:6) pengertian manajemen pemasaran adalah sebagai berikut:
12
Sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan
menumbuhkan
pelanggan
dengan
menciptakan,
menyerahkan
dan
2.1.2
pendapat para ahli. Menurut Kotler & Keller (2006:19) pengertian bauran
pemasaran sebagai berikut:
Marketing mix is the set of the marketing tools the firm ases to pursue its
marketing objectives in the target market.
13
Arti dari pengertian diatas adalah bahwa bauran pemasaran adalah kelompok
kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya
dalam pasar sasarannya.
Sedangkan menurut Basu Swastha (2003:78) memberi pengertian marketing
mix sebagai berikut:
Marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni: produk, struktur, harga,
kegiatan promosi, dan distribusi.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan menurut penulis
bahwa marketing mix merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait,
dibaurkan, diorganisir, dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat
mencapai tujuan pemasaran dengan efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen.
Selanjutnya dapat dikemukakan Mc Carty yang dikutip oleh Kotler & Keller
yang di alih bahasakan oleh Benjamin Molan (2007:3) mengklasifikasikan bauran
pemasaran menjadi empat kelompok yang lebih dikenal dengan 4P yaitu:
1. Produk (Product)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi atau memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud.
14
2. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh
produ k atau Jasa.
3. Tempat (Place) / Distribusi (Distribution)
Tempat atau saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang
melakukan
semua
kegiatan
(fungsi)
yang
digunakan
untuk
15
Sarana fisik merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi
keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang
ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain
lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan,
logo, warna, dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan pelayanan
yang diberikan
7. Proses (Process)
Semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan
untuk menyampaikan jasa.
2.1.3
Produk
16
Produk adalah suatu sifat yang kompleks baik yang dapat diraba maupun
tidak diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer,
yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya.
Menurut Kotler dialih bahasakan oleh Hendra Teguh, Ronny A.Rusli dan
Benjamin Molan (2002:13) memberi pengertian produk sebagai berikut:
Produk adalah segala segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk
dapat diperhatikan, diperoleh, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi
keinginan atau kebutuhan. Termasuk didalamnya adalah barang, jasa, orang, empat,
informasi, dan gagasan..
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa produk
bukan hanya yang berbentuk barang berwujud (tangiable) saja, tetapi juga yang tidak
berwujud (intangiable), dimana didalamnya merupakan suatu kumpulan dari
karakteristik
17
2.1.4
Merek
18
Adapun pengertian merek menurut Kotler & Keller yang dialih bahasakan
oleh Benyamin Molan (2007:332) menyatakan bahwa:
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan atau
kombinasi dari semuanya, yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa
penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau
jasa pesaing.
Dengan demikian, pengertian merek menurut penulis yaitu sebagai penambah
dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain
yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang sama.
19
Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen merek menjadi
faktor paling utama dalam melakukan kegiatan pemasaran. Menurut Kotler & Keller
yang dialih bahasakan oleh Fandy Tjipto (2005:20) manfaat merek adalah:
1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan
produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan
pencatatan akuntansi.
2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.
Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual.
3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga merek
bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.
4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk
dari para pesaing.
5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,
loyalitas pelanggan dan citra unik yang terbentuk dari benak konsumen.
Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa yang
akan datang.
2.1.5
20
21
Reputation: yaitu suatu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah
merek karena lebih terbukti memiliki track record yang baik. Reputation
berhubungan dengan perceived quality.
3.
4.
Domain: yaitu menyangkut beberapa lebar scope dari suatu produk yang
mau menggunakan merek yang tersebut.
22
di pasaran. Suatu produk memiliki nilai atau kekuatan yang membuat produk tersebut
dapat bertahan dipasar atau sering disebut dengan ekuitas merek (brand equity).
Menurut David A Aaker yang dikutip oleh Kotler & Keller dialih bahasakan
oleh Benyamin Molan (2007:339) memandang ekuitas merek sebagai berikut:
Sebagai suatu perangkat dari lima kategori aset dan liabilitas merek yang
berkaitan dengan citra merek yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan
sebuah produk atau layanan kepada perusahaan atau kepada pelanggan perusahaan.
Adapun ciri-ciri merek tersebut yaitu:
1. Kesetiaan merek.
2. Kesadaran merek.
3. Mutu yang dirasakan.
4. Asosiai merek.
5. Aset kepemilikan lainnya, seperti pola, merek dagang, dan hubungan saluran.
Dari esensi pengertian ekuitas merek tersebut dapat dilihat lebih jelas
melalui gambar 2.1 dibawah ini :
Brand
Equity
Brand
Awareness
Perceived
Quality
Brand
Association
Gambar 2.1
Brand
Loyalty
Brand
Asset
23
24
25
Menurut Aaker (1998:21), asset- aset merek akan sangat bernilai ketika mereka
mampu mencegah kompetitor mengurangi loyalitas konsumen. Bentuk aset ini
misalnya hak paten, merek dagang dan channel relationship. Merek dagang akan
melindungi ekuitas merek dari pesaing yang ingin membingungkan konsumen
dengan menggunakan, symbol, atau kemasan yang mirip. Hak paten, jika kuat
dan sesuai degan pilihan konsumen dapat mencegah kompetisi secara langsung.
Hal ini jiga terhubung dengan kemudahan memperoleh produk karena
pendistribusian dan penyampaian tujuan informasi produk yang dimudahkan
oleh other proprietari brand asset yang kuat.
2.1.6
26
27
Konsumen
Individu
Pengaruh-pengaruh
Lingkungan
Pembuatan keputusan
konsumen
Penerapan dari
pada strategi
pemasaran
Tanggapan
konsumen
perilaku konsumen
pemasaran
Gambar 2.2
Model Perilaku Konsumen
Sumber (Aaker disadur oleh Sutisna 2003,15)
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen. Faktor pertama
adalah konsumen individual. Artinya, pilihan untuk membeli suatu produk dengan
merek tetentu dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen, persepsi
terhadap karakteristik merek, sikap, kondisi demografis, gaya hidup dan karakteristik
kepribadian individu akan mempengaruhi pilihan individu terhadap berbagai
alternatif merek yang tersedia.
Faktor yang kedua yaitu lingkungan yang mempengaruhi konsumen pilihanpilihan konsumen terhadap merek dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya,
ketika seorang konsumen melakukan pembelian suatu merek produk, mungkin
disadari oleh banyak pertimbangan. Mungkin saja seseorang membeli suatu merek
28
produk karena meniru teman sekelasnya, atau juga mungkin karena tetanggana telah
membeli terlebih dahulu.
Faktor ketiga yaitu stimuli pemasaran atau juga disebut strategi pemasaran.
Strategi pemasaran yang banyak adalah dibahas satu-satunya variabel dalam model
ini yang dikendalikan oleh pemasar. Dalam hal ini, pemasar berusaha mempengaruhi
konsumen dengan meggunakan stimuli-stimuli pemasaran seperti iklan dan
sejenisnya agar konsumen bersedia memilih merek produk yang ditawarkan. Strategi
pemasaran yang lazim dikembangkan oleh pemasar yaitu yang berhubungan dengan
produk apa yang akan ditawarkan, penentuan harga jual produknya, strategi
promosinya dan bagaimana melakukan ditribusi produk oleh konsumen.
2.1.6.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Keputusan pembelian merupakan suatu proses pemecahan masalah yang
paling penting, kebanyakan konsumen, apakah itu individu maupun kelompok atau
organisasi yang berjalan melalui proses mental yang serupa dalam memutuskan
produk dan merek akan pembeli.
Perilaku pembelian konsumen menurut Kotler & Amstrong (2004:200)
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, yaitu budaya, sosial, pribadi, dan
faktor psikologis. Sebagian besar dari faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan
oleh pemasar, namun mereka harus mempertimbangkannya. Masing-masing faktor
tersebut terdiri dari beberapa unsur yang lebih kecil dan membentuk suatu kesatuan
tentang bagaimana manusia berperilaku dalam kehidupan ekonominya.
29
PSIKOLOGI
a) Kultur
a) Kelompok acuan
b) Pekerjaan
a) Motivasi
b) Sub Kultur
b) Keluarga
c) Keadaan ekonomi
b) Persepsi
c) Kelas Sosial
c) Peranan Status
d) Gaya hidup
e) Kepribadian dan konsep
diri
c) Pengetahuan
d) Keyakina dan
kepribadian
PEMBELIAN
Gambar 2.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
Sumber: Kotler (2005)
1. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan memiliki pengaruh yang luas dan mendalam pada
perilaku konsumen. Peran budaya, sub budaya dan kelas sosial, sangatlah
penting ,sebagai berikut:
a) Budaya sering kali dikatakan suatu simbol dan fakta yang kompleks yang
diciptakan oleh manusia dan diturunkan dari generasi ke generasi sebagai
penentu dan pengatur dalam tingkah laku manusia dalam masyarakat yang
ada
b)
Sub Budaya, terdiri dari bangsa, agama, klompok, ras, dan daerah
geografi. Banyak sub budaya yang membentuk segmen pasar penting dan
pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen
30
c) Kelas Sosial, pada dasarnya kelas sosial memiliki strata sosial tersebut
kadang-kadang berbentuk sistem kasta dimana organisasi kasta yang berbeda
didasarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan
kasta mereka. Kelas sosial memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
a) Orang-orang dalam kelas sosial yang sama cenderung bertingkah laku
lebih seragam daripada orang-orang dari kelas sosial yang berbeda.
b) Orang-orang merasa menempati posisi yang inferior atau superior
sehubungan dengan kelas sosial mereka
c) kelas sosial seseorang ditandai oleh sekumpulan variabel seperti,
penghasilan kesejahteraan, pendidikan, dan pandangan terhadap nilai.
d) Individu dapat berpindah dari satu kelas ke kelas sosial lainnya sepanjang
hidup merek.
2. Faktor Sosial
a) Kelompok acuan, seseorang terdiri dari kelompok yang memiliki
pengaruh langsung terhadap sikap atau perilaku langsung (tatap muka) atau
tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Perusahaan yang
memiliki produk dan merek dengan pengaruh kelompok yang kuat harus
menentukan bagaimana menjangkau dan mempengaruhi para
pemimpin
31
32
33
hanya bergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu
c) Pembelajaran, meliputi perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul
dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil belajar. Ahli
teori pembelajaran yakni bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan
kerja dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan.
d) Keyakinan dan sikap, keyakinan dan sikap diperoleh dari tindakan dan
belajar yang dilakukan oleh seorang individu. Keyakinan adalah pemikiran
Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan, emosional dan kecenderungan
tindakan yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap
beberapa objek dan gagasan. deskriptif yang dianut seseorang untuk
meyakinkan tentang sesuatu hal.
2.1.6.4 Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Konsumen
Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus melihat lebih jauh bermacammacam faktor yang mempengaruhi pembeli dan mengembangkan pemahaman
mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus,
pemasar harus mengidentifikasi siapa saja yang membuat keputusan pembelian, dan
langkah-langkah dalam proses keputusan pembelian. Menurut Kotler yang dialih
bahasakan oleh Benyamin Molan (2007:220) ada lima peran yang dimainkan orang
dalam keputusan pembelian:
34
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Kepuusan
Pembelian
Gambar 2.4
Tahap-tahap proses keputusan pembelian
Perilaku Paska
Pembelian
35
Besarnya
pencarian yang
dilakukan
36
Nilai
Faktor situasi yang
tidak diantisipasi
Keputusan
Pembelian
Gambar 2.5
Tahap-tahap Evaluasi alternative Keputusan pembelian
Sumber: Kotler, Manajemen Pemasaran , Edisi Mellenium
Alih Bhasa: Benyamin Molan (2007:2004)
Dari gambar 2.5 di atas tersebut, masing-masing dapat dikelaskan sebagai
berikut:
a. Sikap orang lain, semakin gencar sikap negatif orang lain maka semakin dekat
orang lain tersebut dengan konsumen, sehingga makin besar pula konsumen akan
menyesuaikan niat pembeliannya, dan didalam keadaan sebaliknya juga berlaku
37
preferensi seseorang pembeli untuk suatu merek akan meningkat jika seseorang
disukai juga menyukai merek yang sama.
b. Faktor situasi yang tidak diantisipasi, faktor ini dapat muncul dan dapat
mengubah niat pembelian seorang konsumen. Keputusan konsumen untuk
mendefinisikan, menunda atau menghindari suatu keputusan pembelian sangat
dipengaruhi oleh resiko yang dirasakan (perceived risk). Besarnya resiko
berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertarungkan. Ketidakpastian atribut
dan kepercayaan diri konsumen, konsumen mengembangkan rutinitas tertentu
untuk mengurangi resiko, seperti, penghindaran keputusan, pengumpulan
informasi dari teman dan preferansi atau merek dalam negeri dan garansi. Dalam
menjalankan niat pembelian konsumen dapat membuat lima sub keputusan
pembelian yaitu keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kualitas,
keputusan waktu dan keputusan metode pembayaran.
38
jika sesuai harapan maka pembeli akan puas dan jika melebihi harapan pembeli
akan sangat puas.
b) Tindakan paska pembelian, keputusan dan ketidakpuasan konsumen terhadap
suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya, jika konsumen puas maka
mereka akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali
produk tersebut. Pelanggan yang tidak puas akan bertindak sebaliknya.
c) Pemakaian dan pembuangan paska pembelian. Jika mereka menjual atau
mempertukarkan produk tersebut, maka pemasar harus mengiklankan kegunaan
produk ini. Jika konsumen membuang produk ini, pemasar harus mengetahui
bagaiman mereka membuangnya apabila produk tersebut merusak lingkungan,
dan untuk lebih jelasnya atau secara singkat mengenai proses pengambilan
keputusan konsumen seperti pada gambar 2.6 dibawah ini
Pengenalan masalah
atau kebutuhan
keinginan (Need
Recognition)
Pencarian berbagai
informasi
( Information Search)
39
Evaluasi berbagai
alternative merek
(Evalution of
alternative)
Umpan Balik
Evaluasi pasca
pembelian ( Post
Purchase Behavior)
Gambar 2.6
Proses Pengambilan Keputusan
Sumber: Sutisna,(perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran 2001:16)
2.2
Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan prusahaan yang semakin pesat membuat persaingan semakin ketat,
sehingga setiap pemilik perusahaan harus dapat melihat dan memilih peluang yang
baik untuk menunjukan usaha tersebut. Disamping melihat peluang para pemilik juga
dituntut untuk dapat mencermati langkah-langkah pemasaran yang akan dilakukan.
Merek (Brand) merupakan salah satu atribut yang sangat penting bagi sebuah
perusahaan, merek (brand) tidak hanya sebuah nama bagi produknya tapi lebih dari
40
itu, yaitu merupakan identitas untuk membedakan dari produk yang dihasilkan oleh
perusahaan lain.
Dengan pentingnya merek (brand) sebagai identitas dari suatu produk atau
perusahaan maka para ahli memberi pengertian merek (brand) sebagai berikut:
Pengertian merek (brand) menurut Asosiasi Pemasaran Amerika yang dikutip
oleh Philip Kotler dan kemudian dialih bahasakan oleh Benjamin Molan
(2007:332), yaitu:
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan serta kombinasi
dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual
atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa
pesaing.
Pengertian diatas dapat diartikan bahwa sebuah merek telah diyakini, dikenal,
dan dianggap berkualitas, yang membuat konsumen terus melakukan pembelian
ulang. Sehigga menimbulkan kualitas pada diri konsumen tersebut. Citra merek yang
efektif melakukan tiga hal. Pertama, mementapkan karakter produk dan usulan nilai.
Kedua, menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak
dikacaukan dengan karakter pesaing. Ketiga, memberikan kekuatan emosional yang
lebi dari sekedar citra mental.
Dengan keyakinan tersebut maka atribut-atribut pembentuk citra merek
tersebut secara tidak langsung akan terbentuk sendiri sesuai dengan kepribadian
konsumen sendiri.
41
Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan
preferensi terhadap suatu merek, konsumen dengan citra merek positif terhadap suatu
merek lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Sutisna 2003:85).
Untuk lebih jelasnya, maka penulis mengemukakan pengertian citra merek
(brand image) menurut beberapa para ahli yaitu:
Pendapat Kotler & Keller yang dialih bahasakan oeh Benyamin Molan
(2007:344) pengertian citra merek (brand image) yaitu:
Persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen seperti tercermin
dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen.
Pendapat Ismail Solihin (2005:19) pengertian citra merek (brand image)
adalah:
Merupakan segala sesuatu tentang merek suatu produk yang dipikirkan,
dirasakan, dan divisualisasi oleh konsumen.
Jadi dapat disimpulkan citra merek (brand image) merupakan pemahaman
konsumen terhadap merek (brand) tertentu dan bagaimana konsumen memandang
atau mempunyai keyakinan dan kepercayaan terhadap apa yang mereka pikirkan dan
rasakan terhadap suatu merek sesuai dengan apa yang terlihat dari merek tersebut.
Hal ini yang sering membuat konsumen kebingungan untuk memilih merek mana
yang akan digunakan. Waktu yang cukup lamapun akan dikorbankan dalam
melakukan pembeliannya. Jadi pada umumnya konsumen menginginkan produk
yang mereka beli akan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Hal ini bisa
42
membuat para produsen saling bersaing menciptakan produk dengan merek yang
kuat agar membedakannya dengan merek produk pesaing yang lainnya.
Begitu pula dengan penjelasan manfaat merek dalam sub bab 2.1.4.3 dapat
dilihat bahwa merek merupakan unsur yang sangat penting bagi produsen dan harus
dikelola dengan baik, maka merek tersebut akan menjadi identitas bagi produk
tersebut, produsen harus dapat mengkomunikasikan kepada kosumen melalui
penentuan posisi (brand positioning).
Penentuan posisi adalah salah satu tahapan penting dalam menciptakan citra
merek (brand image) dalam benak konsumen. Hal tersebut dikarenakan semakin
tepat suatu merek diposisikan, semakin unggul merek tersebut dibandingkan dengan
merek lainnya dan dalam jangka panjang dapat membuat konsumen percaya akan
citra merek produk tersebut.
Dengan demikian, akhirnya konsumen mengasosiasikan merek berdasarkan
manfaat, harapan, dan pengalaman dimasa lalu. Maka dengan memperkuat citra
merek (brand image) dengan menciptakan citra merek (brand image) yang tepat
dimata konsumen diharapkan akan menggerakan konsumen tidak hanya sadar
(awareness) akan merek tersebut dalam keputusan pembelian konsumen. Dalam
melakukan keputusan pembelian kekuatan atau nilai dari merek menjadi salah satu
hal yang diperhatikan dalam membentuk suatu keyakinan konsumen untuk membeli
suatu produk, sehingga apa yang mereka pikirkan terhadap merek-merek yang ada
dibenak konsumen tersebut menjadi lebih berguna dalam hal pengambilan keputusan
pembelian.
43
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Kepuusan
Pembelian
Perilaku Pasca
Pembelian
Gambar 2.7
Tahap-tahap proses keputusan pembelian
Sumber Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium
Alih bahasa: Benyamin Molan (2004:204)
Dari gambar di atas yang berisi tentang tahapan proses pengambilan
keputusan konsumen, dapat dilihat bahwa dalam proses keputusan pembelian
konsumen, pada awalnya konsumen diharapkan pada suatu masalah akan pemenuhan
kebutuhan. Dalam perilaku konsumen, proses keputusan pembelian konsumen
menjadi suatu hal yang sangat penting dan dalam pelaksanaannya, keputusan
pembelian konsumen dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti yang dapat
dilihat dalam gambar 2.3. Untuk memenuhi konsumen akan mencari informasi dalam
evaluasi alternatif pemecahan. Kemudian konsumen melakukan pembelian berbagai
alternatif yang ada kemudian dilanjutkan dengan pembelian salah satu dari alternatif
yang ada.
Dalam proses keputusan pembelian konsumen terdapat sub keputusan
pembelian yang harus ditetapkan konsumen, yaitu keputusan merek, keputusan
pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan keputusan metode pembayaran,
kemudian setelah konsumen mengkonsumsi poduk tersebut maka ia akan
44
Citra Merek
(Brand Image)
Proses Keputusan
Pembelian
Gambar 2.8
Paradigma Penelitian
2.3
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran dan tujuan penelitian, maka dapat
dirumuskan suatu hipotesis utama yaitu: Citra merek (brand image) berpengaruh
signifikan terhadap proses keputusan pembelian konsumen.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
46
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditinjau dari tujuan
penelitian yang digolongkan sebagai penelitian deskriptif dan verifikatif. Dimana
penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Sedangkan penelitian
Verifikatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih (Sugiyono, 2006:11).
Jika
ditinjau
berdasarkan
pengumpulan
data,
maka
penelitian
ini
menggunakan penelitian survey yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan
hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis (Kerlinger: 1973)
yang dikutip oleh (Sugiyono, 2006:7).
3.2
3.2.1
Definisi Variabel
Sesuai dengan judul penelitian, yaitu pengaruh Citra Merek (Brand Image)
47
3.2.2
Operasionalisasi Variabel
Untuk lebih jelasnya maka, dari variabel-variabel yang akan diteliti penelitian
ini, dapat dilihat operasionalisasi variabel pada tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variebel/Konsep
Sub Variabel/
Variabel
Brand Image (X)
Brand
Image adalah
sekumpulan
asumsi merek yang
terbentuk
dibenak konsumen
Sub Dimensi
1. Recognition
Indikator
Ukuran
a. Logo
a. Tingkat kemudahan
mengenali logo
b. Bentuk
b. Tingkat kemudahan
mengenali bentuk
Skala
Ordinal
48
(Freddy
Rangkuti,2002:43)
2. Reputation
3. Affinity
4. Domain
Proses Keputusan
Pembelian
Konsumen (Y)
Proses keputusan
pembelian adalah
proses keputusan
yang diambil
seseorang
menyangkut
kepastian untuk
membeli atau
tidaknya suatu
produk tertentu
Kotler (Benyamin
Molan,2004:229)
3.3
Ordinal
b. Kualitas
a. tingkat persepsi
konsumen pada
perusahaan
b. tingkat kualitas yang
digunakan
a. kepuasan
a. tingkat kepuasan
Ordinal
b. asosiasi
a. cakupan penggunaan
merek
a. tingkat cakupan
penggunaan merek
b. jenis produk
penggunaan merek
a. pengenalan masalah
a. tingkat pengenalan
Ordinal
b. pencarian informasi
masalah
b. tingkat pencarian
informasi
Ordinal
a. persepsi konsumen
terhadap perusahaan
c. evaluasi alternatif
d. keputusan pembelian
e. perilaku pasca
pembelian
c. tingkat evaluasi
alternatif
d. tingkat keputusan
pembelian
e. tingkat perilaku pasca
pembelian
Ordinal
Ordinal
Ordinal
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:72).
49
Adapun populasi yang akan dipelajari oleh peneliti adalah jumlah konsumen
yang datang dan bertransaksi di clothing Airplane Systm Bandung .
Selama penulis melakukan penelitian dalam 1 minggu, jumlah rata-rata
konsumen yang melakukan pembelian terhadap clothing Airplane Systm Bandung
perharinya sebanyak 80 konsumen. Dalam satu minggu diakumulasikan sebanyak
560 orang konsumen.
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2005:73). Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil harus benar-benar
representatif (mewakili).
Selanjutnya untuk menghitung jumlah sampel responden dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2003:78) di bawah ini.
n=
Dimana: n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolelir sebesar
10%.
Berdasarkan penjelasan diatas maka, dengan mengunakan rumus Slovin,
maka ukuran sampel dapat dihitung sebagai berikut:
n=
= 84,84 85
50
Jadi dalam penelitian ini besar sampel yang akan digunakan sebanyak 85
responden.
3.4
Teknik Sampling
Penelitian ini merupakan penelitian sampel, karena penulis hanya akan
meneliti sebagian dari populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut atau wakil dari populasi yang diteliti, dinamakan
penelitian sampel jika kita bermaksud untuk menggeneralisasikan adalah
mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling
dan teknik sampling yang digunakan peneliti dalam pengambilan sampel dari
populasi dalam penelitian ini dalah teknik non probability sampling.
Non probability sampling, yaitu teknik sampling yang tidak memberikan
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel, secara spesifik teknik yang digunakan penelitian adalah
teknik sampling aksidental. Teknik ini menentukan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono,2006:77)
51
3.5
52
3.6
3.6.1
53
Untuk lebih jelasnya berikut ini kriteria bobot penilaian dari setiap pertanyaan
dalam kuesioner yang dijawab oleh responden dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah
ini:
Tabel 3.2
Bobot penelitian Kuesioner
Bobot Nilai Positif (+)
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
3.6.2
54
X X x X
n X X n X X
i
Dimana : r
itot
itot
tot
itot
= Koefesien Korelasi
Cov
Var
Cov
1 k 1
Var
Keterangan: k
55
Cov = covarian
Var = varian
56
Y = SV + [K]
Dimana: K = 1 + SV minimum
3.6.3
kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum
regresi linier sederhana adalah:
Persamaan regresi sebagai berikut: Y = a+bX
Dimana :
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstanta)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen berdasarkan pada variabel independen.
Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan.
X = Subjek pada variabel independent yang mempunyai nilai variabel tertentu
3.6.4
hubungan antara variabel independen (X) citra merek (brand image) dengan variabel
dependen (Y) proses keputusan pembelian konsumen secara simultan.
57
Tingkat Hubungan
0,00 0,199
Sangat rendah
0,20 0,399
Rendah
0,40 0,599
Sedang
0,60 0,799
Kuat
0,80 1,000
Sangat kuat
58
3.6.5
Uji Hipotesis
Uji Hipotesis antara variabel X (Brand Image) terhadap variabel Y (Proses
n k 1 R 2 y1x 2... Xk
K 1 R 2 yx1x 2... Xk
Dimana
r : Koefisien Korelasi ganda
k : Jumah variabel bebas
n : Jumpah sampel
Pada penelitian ini, tingkat kesalahan yang dapat ditolelir atau tingkat
signifikan ditetapkan sebesar 5% (Sugiyono, 2005:184)
*
pembelian).
*
pembelian konsumen).
Kriteria pengujian
1. Tolak Ho jika F hitung > F tabel
Ha diterima (signifikan)
59
3.7
r2 xy
determinasi adalah:
a. jika mendekati nol (0), berarti pengaruh variabel independen terhadap dependen
lemah.
b. Jika KD mendekati satu (1), berarti pengaruh variabel independen terhadap
dependen kuat.
3.8
Kerangka Analisis
Kerangka analisis merupakan penggambaran terstruktur dari variabel
60
By
By X
X
Y
Gambar 3.1
Kerangka Analisis
Keterangan :
X
By X
konsumen
By
3.9
penulis melakukan penelitian pada head office Airplane Systm yang bertempat di Jl.
Abdul rahman Shaleh No.42 Bandung dan space shop Airplane Systm di Jl.Aceh
61