Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan

energi

pertumbuhan jumlah

primer

Indonesia

meningkat

seiring

dengan

penduduk dan ekonomi.Hal ini menyebabkan

peningkatan pada kebutuhan energi primer dan listrik. Kebutuhan energi


primer tersebut sebagian disuplai oleh energi fosil, yang pada tahun 2003
terdiri dari 54,4% minyak bumi, gas alam 26,5%, batubara 14,1 % dan
sisanya adalah energi baru dan terbarukan.
Saat ini panas bumi (geotermal) mulai menjadi perhatian dunia. Beberapa
pembangkit listrik bertenaga panas bumi sudah dimanfaatkan di banyak
negara seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Italia, Swedia, Swiss,
Jerman, Selandia Baru,Australia, Jepang. Bahkan, sejak 2005 AS sudah sibuk
dengan riset besar mereka di bidang geotermal, yaitu Enhanced Geothermal
Systems (EGS). Saat harga minyak bumi melambung seperti saat ini, panas
bumi menjadi salah satu energi alternatif yang tepat bagi pembangkit listrik
di Indonesia. Panas bumi di Indonesia mudah didapat secara kontinu dalam
jumlah besar,tidak terpengaruh cuaca,dan jauh lebih murah biaya
produksinya daripada minyak bumi atau batu bara.Untuk menghasilkan 330
megawatt

(MW),pembangkit

listrik

berbahan

dasar

minyak

bumi,memerlukan 105 juta barel minyak bumi, sementara pembangkit listrik


tenaga panas bumi (PLTP) hanya mengolah sumber panas yang tersimpan di
reservoir perut bumi.
Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Republik Indonesia, Kita memiliki potensi energi panas bumi sebesar 27.000
MW yang tersebar di 253 lokasi atau mencapai 40% dari cadangan panas
bumi dunia. Dengan kata yang lebih ekstrim, kita merupakan negara dengan
sumber energi panas bumi terbesar di Dunia. Namun, hanya sekitar kurang
dari 4% yang baru dimanfaatkan. Oleh karena itu, untuk mengurangi krisis

energi nasional kita, pemerintah melalui PLN akan melaksanakan program


percepatan pembangunan pembangkit listrik nasional 10.000 MW tahap ke-II
yang salah satu prioritas sumber energi-nya adalah panas bumi (Geothermal).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah kami adalah
bagaimana energi panas bumi dapat menghasilkan listrik, komponen apa saja
yang terdapat pada PLTP, prinsip kerja PLTP, tahapan pembngunan PLTP,
kendala dan solusi pembangunan PLTP, serta kelemahan dan kelebihan
PLTP tersebut.

1.3 Tujuan
Mengetahui prinsip kerja PLTP, komponen-komponen pada PLTP,
tahapan pembangunan PLTP, kendala dan solusi pembangunan PLTP, serta
keuntungan dan kelemahan PLTP.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber Daya Panas Bumi
Menurut salah satu teori, pada prinsipnya bumi merupakan pecahan
yang terlempar dari matahari. Karenanya, bumi hingga kini masih
mempunyai inti panas sekali yang meleleh. Kegiatan-kegiatan gunumg
berapi dibanyak tempat dipermukaan bumi dipandang sebagai bukti
dari teori ini. Magma yang menyebabakan letusan-letusan vulkanik juga
menghasilkan sumbersumber uap dan air panas pada permukaan bumi.
Dibanyak tempat, air dibawah tanah bersinggungan dengan panas di
perut bumi dan menimbulkan suhu tinggi dan tekanan tinggi.Ia
mengalir kepermukaan sebagai air panas, lahar panas dan aliran uap.
Kita bisa menggunakan tidak hanya hembusan alamiah tetapi dapat
membor hingga bagian dasar uap, atau menyemprotkan air dingin
hingga bersinggungan dengan karang kering yang panas untuk
memanaskannya menjadi uap.

Gambar 2.1. isi perut bumi


Pada dasarnya bumi terdiri dari tiga bagian sebagaimana terlihat
pada Gambar 2.1. Bagian paling luar adalah lapisan kulit/kerak bumi
(crust),. Tebalnya rata-rata 30-40 Km atau lebih didaratan, dan dilaut
antara 7 dan 10 Km. Bagian berikutnya dinamakan mantel, mantel bumi

(mantle) merupakan lapisan yang semi-cair atau batuan yang meleleh


atau sedang mengalami perubahan fisik akibat pengaruh tekanan dan
temperatur tinggi disekitarnya, yang terdiri atas batu yang dalamnya
mencapai kira-kira 3000 Km, dan yang berbatasan dengan inti bumi
yang panas sekali. Bagian luar dari inti bumi (outer core) berbentuk
liquid. Inti ini terdiri atas inti cair atau inti meleleh, yang mencapai
2000 Km. Kemudian lapisan terdalam dari inti bumi (inner core)
berwujud padat. inti keras yang mempunyai garis tengah sekitar 2600
Km.
Panas inti mencapai 5000 0C lebih. Diperkirakan ada dua sebab
mengapa inti bumi itu panas. Pertama disebabkan tekanan yang begitu
besar karena gravitasi bumi mencoba mengkompres atau menekan
materi, sehingga bagian yang tengah menjadi paling terdesak. Sehingga
kepadatan bumi menjadi lebih besar sebelah dalam.
Sebab kedua bahwa bumi mengandung banyak bahan radioaktif
seperti Uranium-238, Uranium-235 dan Thorium-232. Bahan bahan
radioaktif ini membangkitkan jumlah panas yang tinggi. Panas tersebut
dengan sendirinya berusaha untuk mengalir keluar, akan tetapi ditahan
oleh mantel yang mengelilinginya. Menurut perkiraan rata-rata panas
yang mencapai permukaan bumi adalah sebesar 400kkal/m2 setahun.
Dipermukaan bumi sering terdapat sumber-sumber air panas,
bahkan sumber uap panas. Panas itu datangnya dari batu-batu yang
meleleh atau magma yang menerima panas dari inti bumi.
Gambar 2.2 memperlihatkan secara skematis terjadinya sumber
uap, yang biasanya disebut fumarole atau geyser serta sumber air panas.
Magma yang terletak didalam lapisan mantel, memanasi lapisan
batu padat. Diatas batu padat terletak suatu lapisan batu berpori, yaitu
batu mempunyai banyak lubang kecil. Bila lapisan batu berpori ini
berisi air, yang berasal dari air tanah, atau resapan air hujan, atau
4

resapan air danau maka air itu turut dipanaskan oleh lapisan batu padat
yang panas itu. Bila panasnya besar, maka terbentuk air panas, bahkan
dapat terbentuk uap dalam lapisan batu berpori. Bila diatas lapisan batu
berpori terdapat satu lapisan batu padat, maka lapisan batu berpori
berfungsi sebagai boiler. Uap dan juga air panas bertekanan akan
berusaha keluar. Dalam hal ini keatas, yaitu kearah permukaan bumi.

Gambar 2.2 skema terjadinya sumber air panas dan sumber uap

Gejala panas bumi pada umumnya tampak dipermukaan bumi


berupa mata air panas, fumarola, geyser dan sulfatora. Dengan jalan
pengeboran, uap alam yang bersuhu dan tekanan tinggi dapat diambil
dari dalam bumi dan dialirkan kegenerator turbo yang selanjutnya
menghasilkan tenaga listrik.

2.2 Langkah Konservasi Energi Panas Bumi


Langkah awal dalam mempersiapkan konservasi energi panas bumi
yang pertama yaitu studi tentang sistem panas bumi terutama
karaktersitik sumber panas bumi. Kita mulai dari dapur magma. Magma
sebagai sumber panas akan menyalurkan panas yang cukup signifikan
ke dalam batuan-batuan pembentuk kerak bumi. Makin besar ukuran

dapur magma, tentu akan makin besar sumber daya panasnya dan
semakin ekonomis untuk dikembangkan.
Selanjutnya adalah kondisi Hidrologi, kita tahu bahwa yang
dimanfaatkan pada pembangkit listrik adalah uap air dari panas bumi
dengan suhu dan tekanan tertentu. sehingga kondisi hidrologi
merupakan salah satu faktor penentu dalam hal ketersedian air.
sehingga sumber pemasok air harus diperhatikan dalam pengembangan
energi panas bumi, biasanya sumber pemasok berasal dari air tanah, air
connate, air laut, air danau, es atau air hujan.
Kemudian yang perlu diperhatikan juga adalah volume batuan
dibawah permukaan bumi yang mempunyai cukup porositas dan
permeabilitas untuk meloloskan fluida sumber energi panas bumi yang
terperangkap didalamnya, yang sering disebut sebagai Reservoir, dan
Reservoir panas bumi biasanya diklasifikasikan ke dalam dua golongan
yaitu
Reservoir yang bersuhu rendah (<150C) dan
Reservoir yang bersuhu tinggi (>150C).
Yang dapat digunakan untuk sumber pembangkit tenaga listrik dan
dikomersialkan adalah yang masuk kategori high temperature. Namun
dengan perkembangan teknologi, sumber panas bumi dengan kategori
low temperature juga dapat digunakan asalkan suhunya melebihi 50C.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat beroperasi pada suhu
yang relatif rendah yaitu berkisar antara 122 s/d 4820 0F (50 s/d 250
0C). Bandingkan dengan pembangkit pada PLTN yang akan beroperasi
pada suhu sekitar 10220 0F atau 5500 0C.
Selain hal-hal diatas, kita juga harus memperhitungkan umur panas
bumi, walaupun termasuk energi terbarukan, namun bukan berarti
panas bumi memiliki umur tidak terbatas , sehingga perhitungan umur

panas bumi juga merupakan hal yang sangat penting terutama dalam
hitungan keekonomiannya.

2.3 Prinsip Kerja PLTP Secara Umum


Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah Pembangkit Listrik
(Power generator) yang menggunakan Panas bumi (Geothermal)
sebagai energi penggeraknya.
Prinsip kerja pembangkit listik tenaga panas bumi secara singkat
adalah sebagai berikut:
a. Uap dari sumur produksi mula-mula dialirkan ke steam receiving
header (berfungsi menampung uap panas bumi). Pada steam
receiving terdapat Vent structure (katup pelepas uap) yang
berfungsi menjaga tekanan pasokan uap ke pembangkit bila terjadi
perubahan pasokan dari sumur uap atau pembebanan dari
pembangkit.
b. Karena uap panas bumi dari sumur uap tidak murni uap maka uap
kemudian disalurkan ke separator yang berfungsi memisahkan
partikel padat yang terbawa bersama uap.
c. Dari separator, masuk ke deminister. (berfungsi memisahkan
butiran air dari uap pans bumi, untuk menghindari terjadinya
vibrasi, erosi, dan pembentukan kerak pada sudu dan nozzle
turbine)
d. Uap yang sudah bersih dialirkan menuju turbine melalui main
steam valve.
e. Uap akan menggerakan turbin dan memutar generator dengan
kecepatan 3000 rpm. keluaran generator berupa energi listrik
dengan arus 3 phasa, frekuensi 50 Hz, dan tegangan 11,8 kV.

f. Uap bekas memutar turbin dikondensasikan di dalam kondenser.


Proses kondensasi terjadi akibat penyerapan panas oleh air
pendingin yang diinjeksikan lewat spray-nozzle. level air kondensat
dijaga dalam kondisi normal oleh cooling water pump, lalu
didinginkan di cooling tower sebelum disirkulasi kembali.
g. kelebihan air kondesat akan diinjeksikan kembali (reinjeksi) ke
dalam reservoir melalui injection well. Reinjeksi dilakukan untuk
mengurangi pengaruh pencemaran lingkungan, mengurangi ground
subsidence, menjaga tekanan, serta recharge water bagi reservoir.

Gambar 2.3 Skema Sistem Pembangkitan PLTPB

2.4 Jenis Teknologi dan Prinsip Kerja PLTP


Secara garis besar, Teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi
dapat dibagi menjadi 3(tiga), pembagian ini didasarkan pada suhu dan
tekanan reservoir.
Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit listrik tenaga
panas bumi (geothermal power plants), pembagian ini didasarkan pada

suhu dan tekanan reservoir.Yaitu dry steam, flash steam, dan binary
cycle. Ketiga macam teknologi ini pada dasarnya digunakan pada
kondisi yang berbeda-beda.
2.4.1 Uap Kering (Dry Steam)
Teknologi ini bekerja pada suhu uap reservoir yang sangat
panas (>235 derajat celcius), dan air yang tersedia di reservoir
amat sedikit jumlahnya. Seperti terlihat digambar, cara kerja nya
adalah uap dari sumber panas bumi langsung masuk ke turbin
melalui pipa. kemudian turbin akan memutar generator untuk
menghasil listrik. Teknologi ini merupakan teknologi yang tertua
yang telah digunakan pada Lardarello, Italia pada tahun 1904.
Jenis ini adalah cocok untuk PLTP kapasitas kecil dan untuk
kandungan gas yang tinggi.
Contoh jenis ini di Indonesia adalah PLTP Kamojang 1 x 250
kW dan PLTP Dieng 1 x 200

Gambar 2.4.1. Dry Steam Power Plant


Bilamana uap kering tersedia dalam jumlah lebih besar, dapat
dipergunakan

PLTP

jenis

condensing,

dan

dipergunakan

kondensor dengan kelengkapan nya seperti menara pendingin dan


pompa, Tipe ini adalah sesuai untuk kapasitas lebih besar. Contoh

adalah PLTP Kamojang 1 x 30 MW dan 2 x 55 MW, serta PLTP


Drajad 1 x 55 MW.
2.4.2 Flash Steam
Teknologi ini bekerja pada suhu diatas 1820C pada reservoir,
cara kerjanya adalah Bilamana lapangan menghasilkan terutama
air panas, perlu dipakai suatu separator yang memisahkan air dan
uap dengan menyemprotkan cairan ke dalam tangki yang
bertekanan lebih rendah sehingga cairan tersebut menguap
dengan cepat menjadi uap yang memutar turbin dan generator
akan menghasilkan listrik. Air panas yang tidak menjadi uap akan
dikembalikan ke reservoir melalui injection wells.
Contoh ini adalah PLTP Salak dengan 2 x 55 MW.

Gambar 2.4.2. Flash Steam Power Plant


2.4.3 Binary Cycle
Teknologi ini menggunakan suhu uap reservoir yang berkisar
antara 107-1820C. Cara kerjanya adalah uap panas di alirkan ke
salah satu pipa di heat exchanger untuk menguapkan cairan di
pipa lainnya yang disebut pipa kerja. pipa kerja adalah pipa yang
langsung terhubung ke turbin, uap ini akan menggerakan turbin
yang telah dihubungkan ke generator. dan hasilnya adalah energi

10

listrik. Cairan di pipa kerja memakai cairan yang memiliki titik


didih yang rendah seperti Iso-butana atau Iso-pentana.

Gambar 2.4.3. Binary Steam Power Plant


Keuntungan

teknologi

binary-cycle

adalah

dapat

dimanfaatkan pada sumber panas bumi bersuhu rendah. Selain itu


teknologi ini tidak mengeluarkan emisi. karena alasan tersebut
teknologi ini diperkirakan akan banyak dipakai dimasa depan.
Sedangkan teknologi 1 dan 2 diatas menghasilkan emisi
carbondioksida, nitritoksida dan sulfur, namun 50x lebih rendah
dibanding emisi yang dihasilkan pembangkit minyak.

2.5 Potensi Panas Bumi di Indonesia


Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya
panas bumi yang terbesar di Indonesia. Potensi panas bumi di Jawa Barat
mencapai 5411 MW atau 20% dari total potensi yang dimiliki Indonesia.
Sebagian potensi panas bumi tersebut dimanfaatkan untuk pembangkit
tenaga listrik, seperti :
PLTP Kamojang didekata Garut, memiliki unit 1,2,3 dengan
kapasitas total 140 MW. Potensi yang masih dapat dikembangkan
sekitar 60 MW.

11

PLTP Darajat, 60 Km sebelah tenggara Bandung dengan


Kapasitas 55 MW.
PLTP Gunung Salak di Sukabumi, terdiri dari unit 1,2,3,4,5,6
dengan kapasitas total 330 MW.
PLTP Wayang Windu di Panggalengan dengan Kapasitas 110
MW.
Walaupun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) hanya
mengolah sumber panas yang tersimpan di reservoir perut bumi, bukan
berarti tidak memerlukan biaya. Investasi untuk menggali energi panas
bumi tidak sedikit karena tergolong berteknologi dan berisiko tinggi.
Investasi untuk kapasitas di bawah satu MW, berkisar US$ 3.0005.000 per kilowatt (kW). Sementara untuk kapasitas di atas satu MW,
diperlukan investasi US$ 1.500-2.500 per kW. Karakter produksi dan
kualitas produksi akan berbeda dari satu area ke area yang lain.
Penurunan produksi yang cepat, merupakan karakter produksi yang harus
ditanggung oleh pengusaha atau pengembang, ditambah kualitas
produksi yang kurang baik, dapat menimbulkan banyak masalah di
pembangkit. Misalnya, kandungan gas yang tinggi mengakibatkan
investasi lebih besar.Dalam pembangkitan listrik, harga jual per kWh
yang ditetapkan PLN dinilai terlalu murah sehingga tak sebanding
dengan biaya eksplorasi dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi (PLTP). Dalam hal ini, PLN tidak bisa disalahkan karena
tarif dasar listrik yang ditetapkan pemerintah masih di bawah harga
komersial, yaitu tujuh sen dollar AS per kWh.

2.6 Tahapan Pembangunan PLTP di Indonesia


Dalam pelaksanaan pembangunan PLTPB akan melalui beberapa
tahapan berikut ini.

12

2.6.1 Tahap Survei Awal


Survei awal dilakukan oleh Tim Geologi, dan berdasarkan hasil
penelitian disimpulkan daerah berpotensi sebagai lokasi PLTP yang
selanjutnya diadakan survei untuk mengetahui : luas lahan, pemetaan
lahan yang akan digunakan dan aspek sosial.

2.6.2 Tahap Pra Kontruksi


Diperlukan sejumlah perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat dan daerah anatara lain Ijin penggunaan lahan, Ijin Ekplorasi
dan Ijin Mendirikan Bangunan.
Melakukan sosialisasi kemasyarakat setempat, instansi/pejabat
pemerintah mengenai rencana kegiatan pembangunan yang akan
berlangsung.
Melakukan eksplorasi dengan cara pengeboran di beberapa titik
untuk menentukan lokasi sumur produksi yang dilanjutkan dengan
pembebasan lahan.
Memenuhi kegiatan AMDAL apabila kapasitas PLTPB lebih dari
55 MW, sesuai keputusan Menteri Lingkungan hidup No. 17 tahun
2001 tentang jenis Usaha dan Kegiatan yang wajib AMDAL.

2.6.3 Tahap Kontruksi

Pembersihan dan pematangan lahan meliuti, penebangan pohon dan


cut and fill.

Mobilisasi peralatan, bahan dan personil kontruksi sipil meliputi,


pengerasan dan pengaspalan jalan utama dan tapak pengeboran,
pembuatan saluran drainase, pembuatan bak penampung brine dan
prasarana pendukung.

Kontruksi mekanik dan listrik meliputi pembangunan sumur


produksi dan pembangunan sarana penunjang produksi.

13

Dilanjutkan dengan tahap operasional meliputi: mobilisasi dan


rekruiting tenaga kerja, operasional lapangan uap dan operasional
PLTPB.

2.6.4 Tahap Pasca Opersional


Apabila masa kontrak operasional berakhir atau

kapasitas

produksi tidak memadai sebagai PLTPB, maka harus dilakukan :

Pembongkaran dan perapihan lahan.

Penutupan sumur dan revegetasi lahan.

Pelepasan tenag kerja.

2.7 Kendala dan Solusi Pembangunan PLTP


Pemanfaatan geothermal sebagai sumber energi juga tidak terlepas dari
ragam permasalahan. Menurut mantan Dirut PT Pertamina Geotermal Energi,
Abadi Poernomo, pengembangan energi panas bumi cukup rumit. Hal ini
disebabkan oleh investasi yang tidak sedikit untuk proses produksi dan juga
beresiko tinggi. Resiko yang mungkin timbul berkaitan dengan sumber daya
seperti tidak ditemukannya energi panas bumi di daerah yang sedang
dieksplorasi, cadangan atau energi listrik yang kurang komersial. Resiko
lainnya adalah kemungkinan penurunan laju produksi atau penurunan
temperature lebih cepat dari estimasi semula (Sanyal&Koenig, 1995).
Selain itu konversi energi panas bumi menjadi energi listrik dianggap
kurang menguntungkan karena harga jual per KWH yang ditetapkan PLN
terlalu murah dan tidak sebanding dengan ongkos produksi. Harga jual yang
rendah juga beririsan dengan daya tarik investasi oleh para investor.
Para investor juga kurang tertarik untuk berinvestasi pada eksplorasi panas
bumi di Indoneseia. Hal ini disebabkan oleh belum adanya kepastian hukum
atau masih adanya tarik ulur kebijakan di kementrian terkait. Peraturan
14

perundangan yang dibuat oleh kementrian ESDM belum tentu sejalan dengan
peraturan di kementrian lain.
Selain itu, lokasi sumur geothermal yang sebagian berada di kawasan
konservasi juga menjadi salah satu hambatan dalam proses produksi. Selain
akan berhadapan dengan LSM yang concern terhadap isu konservasi,
pembebasan lahan pun dinilai cukup mahal. Kendala ini diperparah dengan
perizinan yang sulit didapat. Hal ini seolah menjadi gambaran bahwa seolah
tidak adanya koordinasi di pihak pemerintah dalam menopang pembangunan
dan pengembangan teknologi panas bumi.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan komunikasi
intensif pemerintah yang terwakili oleh Kementrian ESDM dengan pihakpihak terkait. Rumuskan bersama peraturan perundangan yang memberikan
kemudahan dan akses agar para investor berminat untuk menanamkan
investasinya pada energi panas bumi di Indonesia. Lakukan kajian intensif
terhadap perubahan pasar makro yang mungkin berpengaruh pada harga jual.
Energi panas bumi tidak bisa dijadikan satu-satunya sumber energi.
Pemerintah tetap harus fokus pada upaya diversifikasi energi lainnya. Jika
kita mampu memanfaatkan setiap potensi sumber energi yang ada maka
Indonesia bisa mandiri secara energi dan tidak lagi bergantung pada negara
lain. Memang dibutuhkan waktu yang lama, energi yang ekstra, dan keuangan
yang besar namun demi energi masa depan yang lebih baik, maka harus
direncanakan dari saat ini. Karena apa yang kita investasikan sekarang akan
bermanfaat di masa depan.
Potensi panas bumi didunia sekitar 40 % (28 GW) tapi penggunaan nya
baru sebatas 4% (1200 MW) dari 40% itu. Jika melihat berbagai aspek, panas
bumi ini memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan energy lain
terutama energy fosil (Minyak Bumi, Batubara, Gas Bumi dll).
Kendala pertama ialah investasi awal yang sangat besar. Memang tidak
dapat dipungkiri, tidak jauh berbeda dengan Industri Minyak Bumi,
15

Industri panas bumi juga merupakan Industri yang padat modal. Sebagai
gambaran, untuk pengembangan energi panas bumi yang dapat
menghasilkan listrik 45 MW diperlukan investasi sekira USD105 juta.
Kendala kedua ialah letak lokasi panas bumi itu sendiri, sebagian besar
lokasi panas bumi terletak di wilayah hutan lindung, yang keberadaannya
dilindungi dan akan tergolong bentuk penebangan liar jika kegiatan
eksplorasi panas bumi ini tetap dilakukan.

Kendala ketiga, datang dari PLN yang kurang agresif terjun langsung
membeli listrik dari pengembang panas bumi

2.7.1 Contoh Permasalahan (Kendala) PLTP


Berikut ini adalah sedikit tentang kendala yang dialami dalam
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, salah satunya
yang banyak menyedot perhatian masyarakat Indonesia adalah
PembangunanPembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) di
Kawasan Bedugul.Pembangunan PLTP Bedugul, yang dibangun
bersama oleh PT. Pertaminadan Bali Energi Ltd, ini bukan tanpa
kendala. PLTP ini akan dibangun di dalamarea Hutan Lindung Primer
Batukaru seluas 53,88 ha. Padahal kawasan hutansebagai penyangga
kehidupan di Pulau Dewata ini hanya tinggal 23,19% dari batas
minimum 30% dari luas wilayah Bali. Apalagi kawasan Bedugul
selama inisudah merupakan paru-paru bagi Pulau Bali.Masalah lain
yang akan timbul dari pembangunan PLTP ini adalah berpotensi
terjadinya bentrokan dengan budaya Bali setempat. Filosofi Tri
Mandala menempatkan kawasan hulu seperti hutan, gunung dan danau
sebagaitempat suci atau sakral. Kawasan hulu oleh masyarakat setempat
dianggapsebagai

hulu

amerta

atau

sumber

kemakmuran

dan

kesejahteraan bagi daerah-daerah sekitar. Proyek pembangunan


Bedugul ini dianggap bertentangan dengannilai wanakerti dan nilai
filosofi Tri Hita Karana bagi masyarakat Bali dansekitarnya. Filosofi

16

Tri Hita Karana yang menjunjung tinggi hubungan erat antaramanusia,


Tuhan (Parahyangan) dan alam sekitarnya. Terganggunya nilainilaikesakralan kawasan suci ini dikhawatirkan akan menganggu
keseimbangan hubungan manusia dengan lingkungan alam (palemahan)
yang secara langsungakan mempengaruhi

nilai-nilai

pawongan

(masyarakat) yang terkait dengan aspek kedamaian, keamanan,


kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya.
Ancaman bentrokan horizontal antar masyarakat pun bisa terjadi
karenasalah satu desa yang berada di Kawasan Bedugul ini, yakni :
Desa Candikuningyang bermayoritas muslim, sangat mendukung
proyek pembangunan PLTPBedugul ini, sedangkan desa-desa lainnya
yang mayoritas beragama hindumenolak keras. Demikian pula dengan
akan datangnya pekerja-pekerja dari luar daerah untuk membangun
proyek PLTP dikhawatirkan akan memicukecemburuan sosial antar
penduduk

asal

dengan

pendatang

dan

gangguan

kamtibmas

diperkirakan akan terjadi di daerah sekitar akibat arus urbanisasi yang


berlangsung dalam waktu yang singkat. Semua ini akan menyumbang
benih-benih perpecahan pada proses disintegrasi bangsa yang
dikhawatirkan sudah dan sedang terjadi, semakin terakselerasi.

2.8 Kelebihan dan Kekurangan PLTP


2.8.1 Kelebihan
1. Bebas emisi (binary-cycle).
2. Mampu berproduksi secara terus menerus selama 24 jam, sehingga
tidak membutuhkan tempat penyimpanan energi (energy storage).
3. Sumber tidak fluktuatif dibanding dengan energi terbarukan lainnya
(angin, Solar cell dll).
4. Tidak memerlukan bahan bakar.

17

5. Biaya operasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) lebih


rendah dibandingkan dengan biaya operasi pembangkit listrik yang
lain.
6. Ramah lingkungan, energi yang clean.
7. Tingkat ketersediaan (availability) yang sangat tinggi yaitu diatas
95%.
2.8.2 Kekurangan
1. Cairan bersifat Korosif.
2. Effisiensi agak rendah, namun karena tidak perlu bahan bakar,
sehingga effiensi tidak merupakan faktor yang sangat penting.
3. Untuk teknologi dry steam dan flash masih menghasilkan emisi
walau sangat kecil.

18

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah Pembangkit Listrik (Power
generator) yang menggunakan panas bumi (Geothermal) sebagai energi
penggeraknya.
2. PLTP memanfaatkan uap panas bumi sebagai pemutar turbin.
3. Secara singkat Prinsip kerja PLTP :
Panas

tekanan tinggi

digunakan untuk memutar turbin muncul

beda potensial menghasilkan listrik.


4. Teknologi PLTP dibedakan menjkadi 3 yaitu dry steam, flash steam,
dan binary cycle.
5. Potensi panas bumi di Indonesia sebetulnya sangat besar, namun kurang
bisa dimaksimalkan.

3.2 Saran
1. Potensi panas bumi yang ada di Indonesia sangat besar jadi perlu
dimanfaatkan, salah satunya untuk membangun PLTP.
2. Dalam pembangunan PLTP, sebaiknya diperlukan komunikasi intensif
pemerintah yang terwakili oleh Kementrian ESDM dengan pihak-pihak
terkait.

19

DAFTAR PUSTAKA

Citrosiswoyo, Wahyudi, Tenaga Listrik Panas Bumi.pdf, ITS:Surabaya.


Kadir, Abdul, 1996, Pembangkit Tenaga Listrik, Universitas Indonesia : Jakarta.
Dunia, Listrik, 2009, pembangkit-listrik-panas-bumi-2
http://www.dunialistrik.com
Syah, Ariffudin, 2014, Potensi Energi Panas Bumi, Politeknik Negeri Jember
Wikipedia.Indonesia.2009.Energi Panas Bumi
http://www.wikipediaindonesia.com

20

Anda mungkin juga menyukai