Pengaruh Komunikasi Keluarga Terhadap Kenakalan Anak
Pengaruh Komunikasi Keluarga Terhadap Kenakalan Anak
PENDAHULUAN
B.
Salah satu hal yang sejak dulu menjadi permasalahan dalam masyarakat dan
membutuhkan perhatian khusus adalah penyalahgunaan obat-obatan. Pada awalnya
penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang terbatas pada dunia kedokteran
namun belakangan terjadi penyimpangan fungsi dan penggunaannya tidak lagi
terbatas pada dunia kedokteran (Budiarta 2000). Penggunaan berbagai macam jenis
obat dan zat adiktif atau yang biasa disebut narkoba dewasa ini cukup meningkat
terutama di kalangan generasi muda. Morfin dan obat-obat sejenis yang semula
dipergunakan sebagai obat penawar rasa sakit, sejak lama sudah mulai
disalahgunakan. Orang-orang sehat pun tidak sedikit yang mengkonsumsi obatobatan ini. Maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang diakui banyak kalangan menjadi ancaman yang berbahaya bagi bangsa
Indonesia.
tahun telah menggunakan narkoba dengan jenis yang bervariasi, yaitu pil penenang,
ganja dan morphin.
Motivasi dan penyebab mengapa orang mengkonsumsi obat-obatan tersebut
dapat bermacam-macam antara lain sebagai tindakan pemberontakan karena adanya
penolakan oleh lingkungan seperti adanya perasaan minder, latar belakang dari
keluarga yang berantakan, patah hati, atau hal-hal lain. Penyebab lain adalah sebagai
tindakan untuk mengurangi stres dan depresi, sekedar mencoba untuk mendapatkan
perasaan nyaman dan menyenangkan, sebagai tindakan agar diterima dalam
lingkungan tertentu dan adanya rasa gengsi atau sebagai tindakan untuk lari dari
realita kehidupan. Banyak kejadian dimana remaja menggunakan narkoba hanya
untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang lain, contohnya ketika
seorang anak sedang mengalami konflik, anak membutuhkan kehadiran serta
perlindungan dari orangtuanya namun ketika anak tidak pernah mendapatkan
penyelesaian dari orangtua maka dirinya mencari penyelesaian dari lingkungan dan
teman-temannya. Hal tersebut hanyalah manifestasi dari kebutuhan mereka akan
penghargaan dan pengakuan dari orangtua mereka sendiri (Staf iqeq 1998).
Disamping itu, alasan utama seseorang mencoba obat-obatan adalah karena rasa ingin
tahu mereka terhadap efek yang menyenangkan dari narkoba dan keinginan untuk
mengikuti bujukan orang lain terutama dari lingkungan pergaulan mereka (McInthosh
2002).
Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan di
sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila
dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama (Wartono,
bahkan
menghilangkan
rasa
nyeri
dan
dapat
menimbulkan
melalui
usaha-usaha
mereka
secara
terus-menerus,
orang
yang
memiliki
perasaan
self-efficacy
yang
kuat
akan
mengembangkan perhatian dan usahanya terhadap tuntutan situasi dan dipacu oleh
adanya rintangan sehingga seseorang akan berusaha lebih keras. Begitu pula halnya
pada individu yang sedang menjalani rehabilitasi atau biasa disebut dengan residen.
Menurut penulis, tingginya self-efficacy yang dimiliki oleh residen memungkinkan
dirinya memiliki motivasi untuk melakukan tindakan dan usaha untuk berhenti
sehingga pemulihannya akan semakin cepat dan nantinya akan berhasil, sebaliknya
semakin rendah self-efficacy yang dimiliki maka seseorang kurang memiliki
dorongan yang kuat dalam dirinya untuk berubah dan orang tersebut enggan untuk
berusaha melakukan tindakan-tindakan untuk melepaskan diri dari pengaruh narkoba
sehingga pemulihannya pun akan terhambat dan semakin lama.
Dari uraian diatas maka permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini
adalah apakah ada hubungan antara self-efficacy dengan pemulihan pada pengguna
narkoba?
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat diambil suatu perumusan
masalah pokok yaitu Seberapa besarkah Pengaruh komunikasi keluarga
terhadap kenakalan remaja di surabaya?.
i.
Manfaat Teoritis
Sebagai pembanding antara pengetahuan teoristis yang penulis
dapatkan
dengan
kenyataan
yang
ada,
sehingga
penulis
KERANGKA TEORI
Menurut Onong Uchjana Effendy, Istilah komunikasi atau dalam
mendalam
atau
tidaknya
seseorang
dalam
mengadakan
hubungan/kontak sosialnnya.
3. Segi Popularitas Hubungan
Yaitu banyak atau sedikitnya teman dlam hubungan sosial.
Agar bisa menerima hubungan yang baik, komunikator sebagai
penyampai pesan dengan baik, yang kemudian diterima, dimengerti
dan
pakar
komunikasi
mengemukakan
bahwa
pengaruh
Hasil
encoding
berupa
pesan
yang
kemudian
di
media/saluran. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasisituasi komunikasi tertentu, lambang-lambang yang dipergunakan
dapat berupa kial (gesture), yaitu gerak anggota tubuh, gambar, warna,
dll.
b). Sekunder (Secondary Process)
Adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan alat atau saran sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikasi dalam
proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien
karena didukung oleh teknik komunikasi yang semakin canggih yang
bisa mencapai tempat yang jauh dan banyak jumlahnya, misalnya
radio, telepon, satelit komunikasi, dsb. (Effendy, 2000:31-32)
Didalam melakukan komunikasi secara efektif itu tidaklah mudah. Bahkan
beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang
melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada juag banyak
hambatan yang bisa merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal
yang merupakan hambatan komunikasi :
1). Gangguan (Noise)
Menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai :
-
memang
sekelompok
orang
yang
asma
jenis
kelaminya,
sama
Condon menduga bahwa tidak ada isyarat, bahkan tidak ada kedipan mata,
yang bersifat acak. Setiap gerakan sinkron dengan ucapan. Salah satu cara
untuk mengetahui sinkronya gerakan dan ucapan itu adalah dengan
memperhatikan film atau telenovela asing yang telah disulisuara., yang
melukiskan banyak adegan janggal, karena bahasa kedua yang digunakan
tidak sinkron dengan gerkan yang hanya sinkron dengan bahasa aslinya.
Perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi, Paul Ekman dalam
Mulyana (2004:314) menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seprti yang
dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai :
1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki
kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, saya
tidak sungguh sungguh
2. Ilustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau
kesedihan
3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan
muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
4. Penyesuaian. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada
dalam tekanan. Itu merupakan respon yang tidak disadari yang merupakan
upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
5. Effect display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukkan
peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut,
terkejut, atau senang.
diberikan oleh orang tua (dan masyarakat). Remaja ada dalam status interim
sebagai akibat daripada posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan
sebagian diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan
prestise tertentu padanya. Status interim berhubungan dengaan masa
peralihan yang timbul sesudah pemasakan seksual (pubertas). Masa peralihan
tersebut diperlukan untuk mempelajari remaja mampu memikul tanggung
jawabnya nanti dalam masa dewasa. Makin maju masyarakat makin sukar
tugas remaja untuk mempelajari tanggung jawab ini.
Dalam publikasinya Havighurst (1976) mengemukakan sejumlah
tugas-tugas perkembangan, berasal dari data penelitian-penelitian lintasbudaya. Bagi usia 12-18 tahun tugas perkembangan adalah :
1. Perkembangan aspek-aspek biologis
2. Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat
sendiri
3. Mendapatkan emansipasional dari orang tua dan/atau orang dewasa
lainnya.
4. Mendapatkan pandangan hidup sendiri
5. Merealisasikan suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi
dalam kebudayaan pemuda sendiri.
Dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam
gerak; pertama yaitu memisahkan diri dari orang tua dan yang lainya adalah
menuju kearah teman-teman sebaya. Dua macam arah gerak ini tidak
merupakan dua hal yang berurutan meskipun yang satu dapat terkait pada
yang lain.
Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari
milieu orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya, Erikson
menamakan proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego. Sudah
barang
tentu
pembentukan
identitas,
yaitu
perkembangan
ke
arah
buruh akan tetap berada dalam kelompok buruh tadi. Anak seorang buruh
juga akan menjadi buruh.
Di indonesia terdapat keadaan yang agak lain. Berhubung mobilitas orang
meningkat maka banyak anak dari kelompok sosial ekonomi lebih rendah
dapat keluar dari kelompoknya tersebut dengan cara menuntut pendidikan
yang lebih tinggi dan akhirnya dapat menempatkan dirinya dalam status
sosial yang lebih baik.
3. Pertentangan antara sugesti mengenai kehidupann yang serba enak dengan
kenyataan yang ada : masih tergantung orang tua.
Ideal perkembangan seseorang adalah mencapai aktualisasi diri atau
perwujudan diri. Remaja masih diliputi penuh cita-cita akan kehidupan
yang lebih bebas, mandiri lepas dari ikatan rumah dan lingkungannya.
Kenyataannya adalah bahwa remaja masih terikat akan sejarah hidupnya,
masih juga meniti jalan yang sudah ditentukan baginya oleh pendidikan
dan lingkungannya. Dalam waktu luang remaja sering melamunkan
kehidupan yang lebih menyenangkan, misalnya membeli barang-barang
yang disenangi.
4. Pertentangan antara perhatian mengenai faktor ekonomi dan pembentukan
kepribadian
Pertentangan yang terjadi disini adalah pertentangan yang sungguhsungguh; numerus fixus dan pengstrukturan kembali sistem pengajaran
yang bersifat ilmiah. Makin banyak remaja yang ingin melanjutkan ke
perguruan tinggi sebagai akibat situasi hidup yang lebih baik.
b.
c.
risau, sedih, malu, sering diliputi perasaan dendam, benci sehingga anak
menjadi kacau dan liar. Di kemudian hari mereka mencari kompensasi bagi
kerisauan batin sendiri diluar lingkungan keluarga,yaitu menjadi anggota dari
suatu gang kriminal; lalu melakukan banyak perbuatan brandalan atau
kriminal.
Fakta menunjukkan bahwa tingkah-laku delinkuen tidak hanya terbatas
pada strata sosial bawah dan strata ekonomi rendah saja; akan tetapi juga
muncul pada semua kelas, khususnya di kalangan keluarga berantakan.
4.9 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2000:39), Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan permasalahan, karena sifatnya sementara maka
perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul.
Hipotesis dalam penelitian ini merupakan suatu pernyataan mengenai
hubungan antara dua variabel yang masih harus di uji kebenarannya
berdasarkan data yang terkumpul.