Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Elektrokimia adalah hubungan antara reaksi
kimia menjadi energi listrik. Jika suatu reaksi kimia
menghasilkan arus listrik disebut sel galfani atau sel
volta, sebaliknya jika arus listrik melibatkan reaksi
kimia disebut elektrolisis. Aplikasi dalam bidang
elektrokimia ini dapat dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, seperti peristiwa korosi ataupun
pemulihan logam energi yang digunakan. Dalam
proses ini tergantung dari eneri yan dihasilkan pada
proses elektrokimia.(Tim dosen,2003).
Pada sel volta maupun elektrolisis redoks
berlangsung pad elektroda-elektroda, elektroda yang
berlangsung reaksi oksidasi diseut anoda sedangkan
elektroda yang berlangsung reaksi reduksi disebut
katoda. Sel elektrokimia dari dua elektroda dan
elektrolit, kedua elektroda dihubungkan oleh
penghantar luar yang menghantarkan elektron
kedalam dan keluar setengah sel.(Tim dosen,2003).
Suatu larutan asam maupun basa dalam air
akan terionisasi menjadi ion-ion yang muatannya
berlawanan hal ini yang menyebabkan larutan asam
maupun basa bersifat sebagai konduktor dengan
adanyaarus yang mengalir dalam larutan tersebut
dan dihubungkan dengan elektroda yang berada
dalam larutan.(sukardjo,1997).
Sel elektrolisis merupakan pemanfaatan arus
listrik untuk menghasilkan reaksi redoks. Oleh
karena itu, elektrolisi adalah proses pengaliran suatu
senyawa dengan arus listrik yang mengalirinya.
Dalam elektrolisis terjadi perubahan energi listrik
menjadi energi kimia. Sel elktrolisi merupakan
kebalikan dari sel volta karena listrik digunakan
untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan.
Proses elektrolisi dimulai dari masuknya elektron dari
arus listrik searah kedalam larutan melalui kutub
negativ.(charles,1996).

1.2 MAKSUD PERCOBAAN


Mempelajari kaitan antara reaksi kimia
dengan gejala kelistrikanyang terjadi antara Barium
Hidroksida dan asam sulfat.
1.3 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan titik ekuivalen reaksi antara
Barium hidroksida dan Asam sulfatv secara
elektrokimia.
1.4 PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
pada percobaan dimana laritan Asam sulfat sebagai
larutan titer dan Barium hidroksida yang tambahkan
2-3 tetes indikator fenol ftalein yang digunakan
sebagai zat uji dengan menghubungkan zat dengan
aliran listrik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TEORI UMUM
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari
tentang perubahan zat dan komosisi zat reaksi
susunan kimia yang dapat menghantarkan arus
listrik . dalam hal ini ada hubungan timbal balik
anatara perubahan kimia dan arus listrik. Bahan
yang dapat menghantarkan arus listrik disebut
konduktor,ada dua jenis konduktor yaitu :
1. Konduktor elektrolit : disini tidak terjadi
perpindahan materi pada waktu arus dilewatkan,
hal ini disebabkan adanya aliran massa arah
misalnya hanya dalam satu arah negativ
contohnya kawat logam.
2. Kanduktor nonelektrolit : disini arus mengaliri
muatan negativ dan positiv nergerak dalam arah
berlawanan, contoh lelehan garam, larutan basa,
garam dalam air.
Suatu asam muatan basa dalam air terionisasi
menjadi ion yang muatannya berlawanan. Hal ini
menyebabkan larutan asam atau basa bersifat
indikator dengan adanya arus yang mengalir pada
larutan tersebut dihitung dengan elektroda yang
berada dalam larutan. Pada percobaan ini baik asam
sulfat
maupun
barium
hidroksida
dapat
menghantarkan arus listrik dalam artian jika larutan
tersebut dihubungkan dengan bola lampu dan
sumber arus maka lampu akan menyala dengan
adanya ion yang muatannya berlawanan.(Tim
dosen,2003).
Pada sel volta, reaksi redoks spontan
menimbulkan arus listtrik. Terjadinya arus listrk ini
tidak demikian halnya dengan sel bila kedalamannya
dialiri listrik. Arus listrik dari sumber arus searah
mengalir kedalam larutan melalui katoda atau
elektroda negativ pada katoda ini terjadi dari spesi
tertentu yang lain mengalami oksidasi dianoda
elektroda positif.(Ifan,1996).
Dalam hal tempat reaksi berlangsung sama
seperti sel volta yaitu katoda tempat tejadinya reaksi
reduksi sedangkan anoda tempat terjadinya oksidasi,

tetapi muatan katoda dalam sel elektrolisis


berlawanan dengan muatan katoda pada sel volta.
Pada sel elektrolisis berlawanan dengan dengan
muatan katoda pada sel volta. Pada sel elektrolisis
katoda merupakan elektroda negativ, sedangkan
anoda merupakann elektroda positiv.(Hartono,2009).
Sel volta banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari antara lain baterai dan aki. Baterai
tegolong sel volta primer dan aki tergolong sel volta
sekunder.
a. Baterai
Baterai termaksud sel volta primer karena
jika sumber energinya habis dapat diisi
lagi.
b. Aki
Tergolong jenis sel volta sekunder karena
jika energi di dalam aki habis maka
dengan dialiri arus listrik ke dalam sel aki
zat semula akan terbentuk kembali
sehingga sel aki dapat berfungsi kembali.
c. Baterai alkalin
Baterai alakalin memiliki energi yang lebih
besar di bandingg baterai biasa.
d. Baterai nikal-kadium
adalah
baterai
yang
dapat
diisi
kembali.(Hartono,2009)

2.2 URAIAN BAHAN


1. Aquadest (Depkes RI. 1979, Hal 96)
Nama resmi
: AQUADESTILATA
Nama lain
: Air suling
RM / BM
: H2O / 18,02
Pemerian
: cairan jernih tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: sebagai pelarut
2. Asam sulfat (Depkes RI. 1979, Hal 58)
Nama resmi
: ACIDUM SULFURICUM
Nama lain
: Asam cuka
RM / BM
: H2SO4 / 98,07
Pemerian
: Cairan kental seperti
minyak, tidak berwarna, jika
ditambahkan air menimbulkan
panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Zat tambahan
3. Barium hidroksida (Depkes RI.1979, Hal 675)
Nama resmi
: BARII HYDROXIDUM
Nama lain
: Barium Hidroksida
RM / BM
: Ba(OH)2 / 315,47
Pemeriaan
: hablur tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan
4. Indikator PP (Depkes RI.1979, Hal 656)
Nama resmi
: PHENOLFTALEIN
Nama lain
: Indikator PP
RM / BM
: C20H14O4 / 318
Pemerian
: Serbuk hablur putih atau
kekuning-kuningan,
tidak
berwarna, tidak berbau, stabil
di udara
Penyimpanan : wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai indikator

BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
1. Balon lampu
2. Buret
3. Corong
4. Gelas kimia 250 ml
5. Kabel
6. Pipet tetes
7. Pipet volume 250 ml
8. statif
3.2 Bahan
1.
2.
3.
4.

Aquades
Larutan asam sulfat 0,1 M
Larutan Barium hidroksida 0,005 M
Indikator PP

3.3 Cara kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengisi larutan asam sulfat 0,1M kedalam
buret
3. Mengisi larutan Barium hidroksida 0,005
kedalam
gelas
kimia
kemudian
ditambahkan 2-3 tetes indikator PP
4. Memasukan elektroda yang kedalam gelas
kimia yang berisi larutan
5. Menintrasi larutan barium hidroksida yang
telah ditambahkan indikator PP dengan
asam sulfat sambil diaduk
6. Menitrasi sampai terjadi perubahan pada
bola lampu(berkedip-kedip) lalu lanjutkan
titrasi sampai terjadi perubahan warna
pada indikator menjadi putih susu.
7. Melakukan titrasi sebanyak 3 kali.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 TABEL PENGAMATAN
Perc Ba(OH)2

H2SO4

p.warna

T.ekuivalen T.akhir
1

25 ml

4 ml

5,8 ml

Ungu Putih susu

25 ml

2,5 ml

3,5 ml

Ungu Putih susu

25 ml

4 ml

5,2 ml

Ungu Putih susu

4.2 Reaksi
1. H2SO4

2H+ + SO4-

2. Ba(OH)2

Ba2+ + 2(OH)-

3. H2SO4 + Ba(OH)2

BaSO4 + 2H2O

4.3 Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui
bahwa titik ekuivalen suatu reaksi elektrolit dapat
ditentukan dengan cara mengamati arus listrik
dengan menggunakan bola lampu. Pada percobaan
ini baik asam sulfat maupun barium hidroksida dapat
memghantarkan arus listrik dengan baik, yang
artinya jika larutan tersebut dihubungkan dengan
elektroda maka lampu yang terhubung dengan
sumber arus akan menyala karena adanya ion-ion
yang muatannya berlawanan yakni H+ dan SO4- dari
asam sulfat dan Ba + dan 2OH- dari narium
hidroksida.
Titik ekuivalen dari titrasi asam basa ini dapat
diamati melalui arus pada bola lampu tersebut yakni
pada titik ekuivalen lampu akan padam sebab dalam
larutan tidak ditemukan lagi ion-ion pengantar arus
setelah barium hidroksida berlebihan maka lampu
akan menyala kembali.
Barium hidroksida 0,05M sebanyak 25 ml
yang telah di titrasi dengan indikator PP dititrasi
dengan asam sulfat maka pada saat titik
ekuivalennya didapatkan, maka lampu padam hal ini
disebabkan karena didalam larutan tidak terdapat
lagi ion-ion yang berlawanan muatannya, yang
bereaksi saat titik ekuivalen adalah :
Ba(OH)2 + H2SO4 BaSO4 + H2O
Sehingga tidak ditemukan ion-ion yang berlawanan
muatannya karena yang bereaksi sudah setara pada
saat dilanjutkan titrasi larutan akan berbah warna
sempurna seperti semula warna ungu menjadi putih
susu.
Apabila titrasi berlebihan maka bola lampu
akan menyala kembali. Hal ini disebabkan larutan
kelebihan asam sulfa, sehingga muncul kembali ionion yang berlawanan muatannya oleh karena itu bola
lampu akan menyala kembali. Namun pada
percobaan ini sesuai dengan data pengamatan bola
lampu tidak pernah mati melainkan redup,
kemungkinan terjadi kesalahan pada saat melakukan
titrasi berlebihan sehingga lampu tidak bisa
dipahami.
Pada
percobaan
ini,
menurut
pada
pengamatan titik ekuivalen yang didapatkan secara
berturut-turut yaitu 4, 2,5 dan 4 ml sedangkan tiitk

akhir diperoleh secara berturut-brturut 3,8 , 3,5 dan


5,2 sementara perubahan warna dari ketiga
percobaan tersebut dari warna ungu menjadi warna
putih susu.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
titik
kesalahan
1. Kesalahan titik terbesar, untuk titik
ekuivalen sebesar 60% dan untuk titik
akhir titrasi 65,2%
2. Kesalahan terdapat pada percobaanpercobaan reaksi terlebih dahulu terjadi
perubahan warna biru kemudian lampu
padam
3. Buret yang terdapat pada statif selau
menetes atau titrasi dilakukan secara
berlebihan.

BAB IV
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Larutan Ba(OH)2 0,05M, 25 ml diperoleh
titik ekuivalen 4 ml. Tittk akhir 5,8 ml dan
perubahan warna yang terjadi yaitu dari ungu
ke putih susu.
2. Pada larutan kedua Ba(OH)2 0,05M, 25 ml
diperoleh titik ekuivalen 25 ml titik akhir 3,5 ml
dan perubahan warna yang terjadi yaitu dari
ungu ke putih susu.
3. Pada percobaan Ba(OH)2 ketiga 0,05M, 25
ml diperoleh titik ekuivalen 4 ml, titik akhir 5,2
ml dan perubahan warna dari ungu ke putih
susu.

5.2 KRITIK DAN SARAN


1. Asisten
Sebaiknya asisten yang bersangkutan dengan
materi tersebut tunggal mendampingi praktikan
didalam laboratorium.
2. Laboratorium
Sebaiknya alat-alat diperbanyak lagi dan bahanbahannya agar pada saat praktkum tidak terjadi
kekurangan.

DAFTAR PUSTAKA
Anshory, ifan.1996, ACUAN PEMBELJARAN
KIMIA SMA erlangga: bandung
Dirjen POM.1979,FARMAKOPE INDONESIA
III Depkes RI: jakarta
Harry, firman.1979,DEPERTEMEN
PENDIDIKAN KEBUDAYAAN SMA.
Eralangga: Bandung
Hartono, ari. 2009,KIMIA DASAR SMA pusat
perbukuan depertemen pendidikan
nasioal: jakarta
Charles.2006,KIMIA DASAR universitas
Gajah mada: jogjakarta
Tim dosen kimia dasar. 2010,PENUNTUN
KIMIA DASAR, uit : makassar
Tim dosen kimia dasar. 2003,KIMIA DASAR
UPT MKU UNHAS: Makassar

LAMPIRAN
A. SKEMA KERJA

Anda mungkin juga menyukai