Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama

: An.M

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 2 Tahun 1 Bulan

Alamat

: Johor Baru, Jakarta Pusat

Agama

: Islam

Tanggal Masuk RS

:8 Desember 2014

B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan di Poli klinik kulit dan kelamin RSIJ Cempaka Putih

Keluhan Utama :

Pasien datang ke poli klinik karna terdapat luka pada daerah lubang hidung sejak
3 minggu SMRS.
Keluhan Tambahan
Gatal

Riwayat Penyakit Sekarang :

4 minggu SMRS ibu pasien menyatakan pasien timbul pilek. Menurut penglihatan
ibunya sering kali pasien menggaruk garuk hidung saat hidung keluar ingus, namun
menurut ibu saat itu keadaan kulit hidung masih dalam batas normal. 2 hari kemudian
pasien sudah mulai sembuh dari pilek nya, namun ibu pasien melihat di area lubang
hidung tersebut tampak kemerahan dan terlihat lembab. Saat itu ibu pasien masih tidak
terlalu menghawatirkannya. 3 minggu SMRS luka tersebut nampak semakin lembab dan
3 hari kemudian pada area luka tersebut timbul 4 buah lenting lenting yang di dalam nya

berisi cairan. Dan pasien pun sering kali menggaruk garuk area tersebut hingga beberapa
lenting menjadi pecah. Setelah beberapa hari kemudian di area luka tersebut sering kali
basah dan mengeluarkan cairan jernih berwarna kekuningan dan setiap pagi nya cairan
tersebut menjadi kering dan berwarna kuning seperti madu, 2 minggu SMRS luka
tersebut juga tidak menjadi sembuh malah ukurannya menjadi semakin melebar sebab
menurut ibu pasien saat luka itu mengering pasien sering kali menggaruknya hingga
mengelupas. Dan setiap terkelupas cairan yang keluar menjadi lebih banyak dan setiap
kering menjadi lebih lebar. Saat ini ibu pasien belum pernah mengobati menggunakan
apapun hanya di bersihkan saat cairn di bawah hidung tersebut mulai keluar. Namun
karna luka di anggap tidak sembuh sembuh ibu pasien pun membawa pasien ke poli
klinik kulit dn kelamin. Keluar darah pada area luka (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat alergi :

Pasien baru terdiagnosa asma sejak 2 bulan yang lalu. Namun asma tersebut
hanya baru timbul 1 kali.

Pasien tidak mempunyai riwayat menggunakan obat-obatan yang pernah


menimbulkan reaksi gatal, kulit terkelupas dan sesak nafas.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Kakak pasien menderita keluhan yang sama namun keadaan nya tidak separah pasien

Riwayat Penyakit Higiene:

Pasien memiliki kebiasaan mandi 1 kali sehari.

Karna usia pasien masih kecil sehigga sulit untuk mengajarkan kebersihan pada
area luka

Riwayat Kebiasaan:
Pasien memiliki kebiasaan mengelupaskan area luka saat mengering

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

: Tampak sakit Sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda-tanda vital

o Nadi

: 110x/menit

o Pernapasan

: 24 x/menit

o Suhu

: 36,3oC

o BB

: kg

o PB

:m

Status Generalisata:
o Kepala

: Normochepal

o Mata

: konjungtiva anemis(-/-),sclera ikterik(-/-),secret (-/-

),palpebra inferior OD dan OS dalam batas normal.


o Hidung

: Septum deviasi (-), sekret (-/-), terdapat krusta pada nares

nasi debris berwarna kekuningan.


o Mulut

: mukosa bibir lembab.

o Leher

: Pembesaran KGB (-)

o Thorax

: Paru : Pergerakan dada simetris, vesikuler (+/+)

o Jantung

: Ictus cordis teraba di ICS 5, BJ I dan II normal

o Abdomen

: Tampak cembung, supel, bising usus (+) normal,


organomegali (-)

o Ekstremitas

: Deformitas (-/-), akral hangat (+/+), edema (-/-)

Status Dermatologikus:
1. Pada regio nares nasi ninistra: terdapat erosi dengan ukuran lenticular, berbentuk
anular, sirkumskrip, berkonfluens dengan lesi yang lain, serta pada bagian atas lesi
terdapat krusta tipis berwarna kekuningan. Pada bagian pinggir erosi terdapat
skuama pitiriformis berwarna putih.
2. Pada regio columella nasi : terdapat erosi dengan ukuran lenticular, berbentuk
anular, sirkumskrip, berkonfluens dengan lesi yang lain, serta pada bagian atas lesi
terdapat krusta tipis berwarna kekuningan. Pada bagian pinggir erosi terdapat
skuama pitiriformis berwarna putih.

gambar 1. Pada regio nares nasi ninistra: terdapat erosi dengan ukuran lenticular,
berbentuk anular, sirkumskrip, berkonfluens dengan lesi yang lain, serta pada bagian atas
lesi terdapat krusta tipis berwarna kekuningan. Pada bagian pinggir erosi terdapat skuama
pitiriformis berwarna putih.

gambar 2. Pada regio columella nasi : terdapat erosi dengan ukuran lenticular, berbentuk
anular, sirkumskrip, berkonfluens dengan lesi yang lain, serta pada bagian atas lesi
terdapat krusta tipis berwarna kekuningan. Pada bagian pinggir erosi terdapat skuama
pitiriformis berwarna putih.

D.RESUME
Anak laki laki 2 tahun 1 bulan di bawa oleh ibunya ke poli klinik kulit dan kelami RSIJ
Cempaka Putih dengan keluhan terdapat lesi pada area dekat nares nasi yang sudah di
alami sejak 3 minggu yang lalu. Menurut ibu pasien luka berawal semenjak pasien
mendapat keluhan berupa keluar sekret dari hidung, yang saat itu pasien juga mengeluh
prutitusa pada area nares nasi dan sering kali pasien menggaruknya hingga bagian
tersebut berubah warna menjadi eritema. Setelah beberapa hari kemuadian lesi hiperemis
tersebut menjadi lebih lembab dari biasanya, dan 1 minggu setelahnya timbul vesikel
berjumlah 4 buah dan mengalami ruptur karena pasien sering kali menggaruk area
tersebut. Hingga sejak itu pada area tersebut sering keluar cairan serose yang dimana
setiap pagi cairan tersebut sering kali mengering menjadi krusta berwarna kekuningan
seperti madu. Dan sering kali saat pasien menggaruk krusta tersebut terlepas dan
mengeluarkan cairan serose kekuningan yang berasal dari dasar lesi. Pada riwayat
keluarga kakak pasien juga mengalami keluhan yang sama namun tidak separah pasien,
serta menurut ibu pasien pasien memiliki kebiasaan mandi hanya 1 kali dalam sehari.
Dan tidak pernah mau saat area lesi di bersihkan maupun di obati.
Pada status generalisata tidak di temukan adanya kelainan. Status dermatologikus di
temukan Pada regio nares nasi ninistra: terdapat erosi dengan ukuran lenticular,
berbentuk anular, sirkumskrip, berkonfluens dengan lesi yang lain, serta pada bagian atas
lesi terdapat krusta tipis berwarna kekuningan. Pada bagian pinggir erosi terdapat skuama
pitiriformis berwarna putih. Serta, pada regio columella nasi : terdapat erosi dengan
ukuran lenticular, berbentuk anular, sirkumskrip, berkonfluens dengan lesi yang lain,
serta pada bagian atas lesi terdapat krusta tipis berwarna kekuningan. Pada bagian pinggir
erosi terdapat skuama pitiriformis berwarna putih.

E.DIAGNOSIS KERJA

Impetigo Krustosa

F.Diagnosa Banding
1. Impetigo Bullosa

G.RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Eksudat (menentukan jenis gram pada kelompok tertentu) (tinjauan


pusaka)

Pemeriksaan histopatologi

H.PENATALAKSANAAN

Non-Medikamentosa:
1. Pengobatan nonfarmakologi, menunggu renyembuhan secara alami namun
dengan perbaikan hygine.(tinjauan pustaka)

Medikamentosa:
1. Pengobatan awal berupa jika krusta sedikit, di lepaskan dan di bersihkan
menggunakan disinfektan lalu beri antibiotik topikal
2. Disinfektan topical (normal saline).
3. Antibiotik topikal (Retapamulin 2x/hari selama 5 hari)
4. Antihistami (Cetirizine 2,5 mg/PO dosis maksimal 5mg/ hari)

I.PROGNOSIS
a. Quo Ad Vitam

: Ad Bonam

b. Quo Ad Functionam

: Ad Bonam

c. Quo Ad Sanationam

: Dubia Ad Bonam

J.DISKUSI
Diagnosis Impetigo Krustosa pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan klinis.
Keluhan pasien adalah terdapat luka pada area dekat lubang hidung yang sudah di alami
sejak 3 minggu yang lalu. Menurut ibu pasien luka berawal semenjak pasien mendapat
keluhan pilek, yang saat itu pasien juga mengeluh gatal pada area lubang dan sering kali
pasien menggaruknya hingga bagian tersebut berubah warna menjadi kemerahan. Setelah
beberapa hari kemuadian lesi hiperemis tersebut menjadi lebih lembab dari biasanya, dan
1 minggu setelahnya timbul lenting berjumlah 4 buah dan pecah karena pasien sering kali
menggaruk area tersebut. Hingga sejak itu pada area tersebut sering keluar cairan serose
yang dimana setiap pagi cairan tersebut sering kali mengering menjadi krusta berwarna
kekuningan seperti madu. Dan sering kali saat pasien menggaruk krusta tersebut terlepas
dan mengeluarkan cairan kekuningan yang berasal dari dasar lesi. Pada riwayat keluarga
kakak pasien juga mengalami keluhan yang sama namun tidak separah pasien, serta
menurut ibu pasien pasien memiliki kebiasaan mandi hanya 1 kali dalam sehari..Menurut
kepustakaan, Impetigo krustosa pada perjalanan nya S.aureus menyebar dari kulit normal
bagian hidung lalu setelah 11 hari kemudian berkembang menjadi lesi kulit, lesi
kemungkinan timbul pada area wajah terutama area nares atau bisa juga mengenai daerah
ekstremitas bila area tersebut mengalami trauma.Impetigo pada hidung yang di sebabkan
S.aureus berada pada area nares anterior dan bisa mejalar ke daerah labia superior
dimana merupakan area yang berdekatan. Keluhan umum yang muncul adalah gatal pada
area tersebut. Hal tersebut menyebabkan gangguan intregitas dari kulit yang menjadikan
portal awal terjadinya impetigo. Di sini peyebab kerukan integitas tersebut bisa di
sebabkan oleh banyak faktor, di antaranya karna gigitan serangga, dermatofitosis pada
epiderms, herpes simpleks,varicella,luka termal dan luka bakar (fitz)

Pada Pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum pasien nampak tidak ada kelainan, status
gizi: cukup, suhu badan: 36,30C, tekanan darah (tidak di ukur) dan denyut nadi 110
kali/menit, pernafasan 24 kali/menit. Berdasarkan kepustakaan, Biasanya impetigo non
bulosa tidak di sertai dengan gejala sistemi seperti demam,malaise maupun
anoreksia.(fitz)
Lesi awal yang dapat di lihat berupa eritema dan vesikel,pustul yang semakin
cepat berkembang menjadi plak krusta berwarna seperti madu yang di mana ukuran nya
bisa membesar > 2cm, pada daerah sekelilingnya bisa di sertai dengan eritema. Pada
kasus di temukan pada regio nares nasi ninistra: terdapat erosi dengan ukuran lenticular,
berbentuk anular, sirkumskrip, berkonfluens dengan lesi yang lain, serta pada bagian atas
lesi terdapat krusta tipis berwarna kekuningan. Pada bagian pinggir erosi terdapat skuama
pitiriformis berwarna putih. Serta, pada regio columella nasi : terdapat erosi dengan
ukuran lenticular, berbentuk anular, sirkumskrip, berkonfluens dengan lesi yang lain,
serta pada bagian atas lesi terdapat krusta tipis berwarna kekuningan. Pada bagian pinggir
erosi terdapat skuama pitiriformis berwarna putih.(fitz) Pada kasus Diagnosis banding
penyakit ini adalah Impetigo bulosa(bukuui)
Penatalaksanaan Impetigo bulosa pada pasien ini adalah dengan Pengobatan awal berupa
jika krusta sedikit, di lepaskan dan di bersihkan menggunakan disinfektan lalu beri
antibiotik topical, disinfektan topical (normal saline), antibiotik topikal (Retapamulin
2x/hari selama 5 hari), Antihistami (Cetirizine 2,5 mg/PO dosis maksimal 5mg/ hari)
Menurut kepustakaan, pasien Impetigo krustosa bisa di berikan tata laksana dengan
Pengobatan nonfarmakologi, menunggu renyembuhan secara alami namun dengan
perbaikan hygine. Disinfektan topical (normal saline, hexachlorphone, providone iodine
dan

chlorhexidine).

Antibiotik

topikal

(seperti

neomycin,bacitracin,polymyxin

B,gentamycyn, asam fusida, mupirocin, retapamulin, atau kombinasi steroid dan


antibiotic

topikal)

Antibiotic

sistemik

(penicillin,cloxacillin,

amoxicillin/asam

clavulanax,eritromycin, dan cephalexin) Jika pruritus signifikan, antihistamin dapat


diresepkan untuk membantu meminimalkan kemungkinan menggaruk. Menghindari
trauma pada kulit dapat mencegah atau membatasi penyebaran impetigo oleh
autoinokulasi. Agen ini selektif menghambat perifer histamin H1 reseptor histamin.
(CD003)

Prognosis quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad funtionam dubia, quo ad


sanationam dubia. Menurut kepustakaan, Prognosis pada impetigo bahkan tanpa
pengobatan, impetigo biasanya sembuh dalam waktu 2-3 minggu. [18]. Uji placebo
dengan prospektif uji klinis telah mencatat tingkat resolusi 13-52% spontan. [19] Namun,
pengobatan menghasilkan angka kesembuhan yang lebih tinggi dan mengurangi
penyebaran infeksi ke bagian lain dari tubuh (melalui inokulasi) atau kepada orang lain.
[20, 21] Jaringan parut biasa, namun hiperpigmentasi pasca atau hipopigmentasi mungkin
terjadi. Lesi diobati impetigo nonbullous mungkin jarang berkembang menjadi ecthyma,
infeksi kulit dalam, setelah itu jaringan parut berikutnya dapat terjadi.

Anda mungkin juga menyukai