Anda di halaman 1dari 12

5

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Sistematika tanaman kacang hijau adalah:
Kingdom:

Plantae

Divisio :

Magnoliophyta

Class:

Magnoliopsida

Ordo:

Fabales

Family:

Fabaceae

Genus:

Vigna

Species:

Vigna radiata (L.) Wilczek

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_hijau, 2010).
Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil
akar (nodul, nodula). Makin banyak nodul akar, makin tinggi kandungan nitrogen
(N) sehingga menyuburkan tanah (Rukmana, 1997).
Jumin

(2002)

dalam

Ojimorinews

(2011)

http://www.ojimori.com/2011/06/29/proses-biokimia-dan-fisiologi-fiksasi-nitrogen/
bahwa pada tanaman legume, pembentukan bintil akar yang efektif disamping di
tentukan oleh sifat genotip, juga ditentukan oleh galur Rhizobium yang berperan.
Bintil akar diklasifikasikan dalam dua kelompok yaiu kelompok efektif dan
kelompok tidak efektif. Sifat tidak berbintil dan berbintil akar sangat berguna
untuk mengukur fiksasi nitrogen dan residunya di dalam tanah terutama dalam
mengatur sistem pola tanam, agar konsumsi pupuk dapat ditekan, tetapi
pertumbuhan dan produksi konsumsi pupuk dapat ditekan, tetapi pertumbuhan
dan produksi tetap tinggi. Mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen

Universitas Sumatera Utara

dalam akar banyak spesies yang telah teridentifikasi pada beberapa pohon tropika
adalah Chyanobakteri, tetapi pada sebagian besar spesies yang melaksanakan
proses ini adalah organisme seperti Actionomycetes (bakteri berfilamen). Pada
polongpolongan yang berperan adalah spesies bakteri dari genus Rhizobium
tertentu biasanya efektif hanya pada satu spesies polongpolongan. Rhizobium
memperoleh energi karbohidrat ini mulamula dibentuk di daun selama proses
fotosintesis dan kemudian diangkut melalui floem ke bintil akar. Sukrosa
merupakan karbohidrat yang paling umum dan banyak diangkut, seperti pada
polongpolongan beberapa elektron dan ATP yang diperoleh selama oksidasi
dalam bakteroid digunakan untuk mereduksi N2 menjadi NH4+. Faktor faktor
yang mempengaruhi proses fiksasi nitrogen adalah jumlah NH4+ didalam tanah
yang terbentuk, populasi bakteri nitrifikasi, reaksi tanah, aerasi, kelembaban
tanah, dan suhu. Jumlah NH4+ di dalam tanah lebih disukai organisme yang
mengikat N2 dibanding bentuk bentuk lain. Ada tiga hal penting dalam proses
nitrifikasi yaitu:

Reaksi ini membutuhkan oksigen, oleh sebab itu proses ini berlangsung di
tanah tanah yang aerasinya baik,

Reaksi ini membebaskan H+ yang merupakan penyebab terjadinya


pengasaman tanah bila dipupuk dengan pupuk NH4,

Kecepatan perubahan dipengaruhi oleh lingkungan.

(http://www.ojimori.com/2011/06/29/proses-biokimia-dan-fisiologi-fiksasi-nitrogen/, 2011).
Kacang hijau merupakan tumbuhan semusim yang tegak, percabangannya
bermula dari buku terbawah. Pasangan daun pertama berhadapan dan berupa daun
tunggal, daun berikutnya berseling-seling serta beranak daun tiga, anak daunnya

Universitas Sumatera Utara

bundar telur sampai berbentuk delta. Bunganya besar, berdiameter 1 2 cm


kehijauan sampai kuning cerah, terletak pada tandan ketiak yang tersusun atas 5
25 kuntum bunga, panjang tandan bunga 2 20 cm. Polongnya menyebar dan
menggantung berbentuk silinder, panjangnya mencapai 15 cm, sering lurus
berbulu atau tanpa bulu dan berwarna hitam atau coklat soga (towny brown) berisi
sampai 20 butir biji yang bundar. Biji berwarna hijau, memiliki warna yang
kusam atau berkilap. Perkecambahannya secara epigeal (Somaatmadja, 1993).
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bevariasi
antara 30 60 cm. Cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat
dan berbulu, berwarna hijau dan ada yang ungu (Suprapto, 2007).
Daun tanaman kacang hijau termasuk trifoliat (dalam satu tangkai terdapat
3 helai daun), letaknya berselingan dan berbentuk oval berwarna hijau muda
sampai hijau tua (Fachruddin, 2000).
Bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaprodite), dapat
menyerbuk sendiri, berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning. Biasanya
berbunga 30 70 hari, dan polongnya menjadi tua 60 120 hari setelah tanam.
Perontokan bunga banyak terjadi, mencapai 90%. Persilangan masih juga terjadi
sampai 5%. Bunga biasanya diserbuki pada malam hari, sebelum mekar pagi hari
berikutnya. Polong berbentuk silindris dengan panjang antara 6 15 cm dan
biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua
berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10 15 biji (Somaatmadja, 1993
dan Suprapto, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan bobot (berat) tiap butir
0.5 mg 0.8 mg atau berat per 1000 butir antara 36 g 78 g dan berwarna hijau
(Rukmana, 1997).
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan
beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau
fitohormon. Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik
dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya
hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,
sejumlah gen yang semula tidak aktif akan memulai ekspresi dan merupakan
bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon
telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai
macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami,
mencakup hasil, memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk, atau
menyeragamkan

waktu

berbunga

tanaman

buah

musiman

(http://plantshormon.blogspot.com/, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Syarat Tumbuh
Iklim
Faktor iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi surya, dan kelembaban
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman kacangkacangan membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhannya (kondisi tanah
yang lembab). Kondisi air yang berlebihan (tergenang) tidak baik bagi
pertumbuhan tanaman. Apabila air irigasi tidak tersedia, maka curah hujan
100 200 mm /bulan dinilai cukup bagi pertumbuhan tanaman (Arsyad, 2003).
Kacang hijau dapat ditanam di daerah iklim hangat dan di daerah
subtropik. Sebagian besar genotipnya memperlihatkan tanggapan terhadap hari
pendek. Kacang hijau adalah tanaman musim hangat dan tumbuh dibawah suhu
rata-rata yang berkisar 20 40 oC dengan suhu optimumnya 20 30 oC
(Somaatmadja, 1993).
Pertumbuhan yang optimum yang tercapai pada suhu 20 25 oC. Suhu
12 20 oC adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan
tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan biji.
Pada suhu yang lebih tinggi dari 30 oC, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil
fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Pada banyak jenis tanaman, khususnya pada jenis tanaman semusim suhu
memainkan peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan dan
perkembangan bunga (Barden, Halfacre and Parish, 1987).

Universitas Sumatera Utara

10

Tanah
Jenis tanah yang dikehendaki tanaman kacang hijau adalah liat
berlempung atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik, seperti
tanah podsolik merah kuning (pmk) dan latosol. Kacang hijau dapat tumbuh pada
ketinggian < 2000 m dpl, dan tumbuh subur pada tanah liat atau liat berpasir yang
cukup kering, dengan pH 5.5 7.0 (Rukmana, 1997).
Tanaman kacang hijau hampir dapat tumbuh pada semua jenis tanah yang
banyak mengandung bahan organik, dengan drainase yang baik. Namun demikian,
tanah yang paling cocok bagi tanaman kacang hijau ialah tanah liat berlempung
atau tanah lempung, misalnya podsolik merah kuning (PMK) dan latosol
(Fachruddin, 2000).
Tanah yang mempunyai pH 5.8 paling ideal untuk pertumbuhan kacang
hijau, sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik karena penyediaan makanan
terhambat. Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara fosfor,
kalium, kalsium, magnesium, dan belerang. Unsur hara ini cukup penting untuk
meningkatkan produksinya (Suprapto, 2007).
Suplai nitrogen di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting
dalam kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah. Peranan
N terhadap pertumbuhan tanaman adalah jelas, karena senyawa organik di dalam
tanaman pada umumnya mengandung N antara lain asam-asam amino, enzim dan
bahan lainnya yang menyalurkan energi (Buckman dan Brady, 1982).
Pori tanah yang lebih besar akan meningkatkan perkembangan akar dan
kemampuan akar menyerap air dan unsur hara yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi pertumbuhan serta hasil tanaman (Buckman dan Brady, 1982).

Universitas Sumatera Utara

11

Lahan yang akan ditanami tanaman kacang hijau bisa sawah beririgasi,
lahan sawah tadah hujan, lahan kering tegalan, serta lahan pasang surut dan lebak.
Lahan kacang hijau prioritas pertama (sawah beririgasi) mempunyai keuntungan
lahan lebih produktif, ketersediaan air lebih terjamin, biaya produksi relatif rendah
(karena tanpa mengolah tanah secara intensif), terhindar resiko erosi, takaran
pupuk

lebih

rendah,

dan

kualitas

biji

hasil

panen

lebih

baik

(Andrianto dan Indarto, 2004).


Keberadaan air di alam dapat menjadi pembatas pertumbuhan tanaman,
apabila jumlahnya terlalu banyak (menimbulkan genangan) sering menimbulkan
cekaman aerasi dan jika jumlahnya terlalu sedikit, sering menimbulkan cekaman
kekeringan. Besarnya kerusakan tanaman sebagai dampak genangan tergantung
pada fase tumbuhan. Fase yang peka genangan : fase perkecambahan, fase
pembungaan dan pengisian. pada tingkat yang berlebihan menyebabkan genangan
pada tanaman (Manik, dkk , 2008).
Varietas
Varietas tanaman yang selanjutnya disebut dengan varietas adalah
sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk
tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi
karakteristik genotip yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama
oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak
tidak mengalami perubahan (Mangoendidjojo, 2003).
Varietas hibrida adalah generasi F1 dari suatu persilangan sepasang atau
lebih tetua yang mempunyai sifat unggul. Dengan demikian biji varietas ini selalu
harus disediakan melalui persilangan tetua tersebut. Penanaman biji varietas

Universitas Sumatera Utara

12

hibrida pada generasi berikutnya (generasi F2 dan selanjutnya) akan menghasilkan


tanaman yang rata-ratanya tidak unggul lagi, akibat adanya segregasi tanaman F2
(Poespodarsono, 1988).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu
lingkungan untuk mendapatkan genotif ungul pada lingkungan tersebut. Pada
umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap
genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam
penampilan fenotip dari tanaman bersangkutan (Darliah, dkk, 2001).
Hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul
menerima respon terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek
budidaya lainnya. Semua kondisi input ini penting dalam mencapai produktivitas
tinggi (Nasir, 2002).
Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab
penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase
pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang
mencakup

bentuk dan fungsi tanaman

yang menghasilkan

keragaman

pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan


susunan genetik selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan
berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).
Gen-gen dari tanaman tidak akan dapat menyebabkan perkembangan suatu
karakter terkecuali apabila gen-gen tersebut berada dalam lingkungan yang sesuai
dan sebaliknya tidak akan ada pengaruh gen-gen terhadap perkembangan
karakteristik dan merubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang
diperlukan ada. Apabila keragaman penampilan tanaman timbul akibat perbedaan

Universitas Sumatera Utara

13

sifat dalam tanaman (genetik) atau perbedaan keadaan lingkungan atau keduaduanya dan apabila keragaman tanaman masih tetap timbul sekalipun bahan
tanaman dianggap mempunyai susunan genetik yang sama atau berasal dari jenis
tanaman yang sama dan ditanam pada tempat yang sama, hal ini berarti cara yang
diterapkan tidak mampu menghilangkan perbedaan sifat dalam tanaman atau
keadaan lingkungan atau kedua-duanya (Allard, 2005).
Biji
Biji merupakan alat untuk melanjutkan hidup species suatu tumbuhan
yaitu dengan cara mempertahankan dan memperpanjang kehidupan embryonic
axis. Didalam biji terdapat embryo serta cadangan makanan yang menunjang
embryo muda untuk berkecambah sampai berfotosintesis. Penyimpanan cadangan
makanan merupakan salah satu fungsi utama biji. Penyimpanan cadangan
berhubungan erat dengan proses pemasakan dan pengisian biji. Didalam proses
pemasakan dan pengisian biji terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
optimumnya proses tersebut, faktor internal dipengaruhi oleh jenis tanaman dan
keberagaman gen antar varietas dalam species, faktor ekternal yang berorientasi
pada lingkungan dipengaruhi oleh kondisi iklim, dan kondisi lahan, serta teknik
budidaya (Marufah, 2008).
Varietas kacang hijau yang berdaya hasil tinggi belum tentu memberikan
keuntungan yang tinggi kepada petani. Selera konsumen atau permintaan pasar
terhadap kualitas tertentu, seperti ukuran dan warna biji, turut menentukan harga
jual. Kriteria mutu biji kacang hijau yang baik adalah biji berukuran besar (6570
g/1000 biji), tidak mengandung biji keras, kandungan protein tinggi (> 30%),

Universitas Sumatera Utara

14

bentuk biji bundar, dan warna biji hijau kusam. Varietas unggul yang sudah
dilepas mempunyai kandungan protein berkisar antara 1826% (Suhartina 2005).
Sifat lain yang turut menentukan mutu biji kacang hijau adalah ukuran dan
warna biji. Ukuran biji berhubungan erat dengan kandungan biji keras. Varietas
kacang hijau yang berbiji kecil mengandung biji keras lebih tinggi daripada
varietas berbiji besar, makin besar ukuran biji maka kandungan biji keras makin
rendah. Oleh karena itu, kacang hijau yang berbiji besar dan biji berwarna hijau
kusam lebih disenangi petani karena rasanya lebih enak (pulen) serta harga
jualnya lebih tinggi daripada yang berbiji kecil. Karakterisasi terhadap kacang
hijau berbiji besar 7073 g/1.000 biji (Hakim, 2008).
Warna biji merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu biji
kacang hijau. Kacang hijau yang berwarna hijau kusam mempunyai mutu lebih
baik karena rasanya lebih enak (pulen) dan bila dibuat bubur lebih tahan basi
daripada yang berwarna hijau mengkilat (Hakim, 2008).
Perkecambahan
Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan
berkecambah), pengujian awal (pematahan dormansi) dan kondisi perkecambahan
seperti: air, suhu, media, cahaya dan terbebas dari hama dan penyakit. Cahaya,
suhu, dan kelembaban merupakan tiga faktor utama (Utomo, 2006).
Para ahli fisiologi menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya
radikula

menembus

kulit

benih.

Para

agronomis

menyatakan

bahwa

perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari


dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah
normal pada kondisi lingkungan yang optimum (Tohari, 1995).

Universitas Sumatera Utara

15

Proses perkecambahan merupakan suatu rangkaian kompleks dari


perubahan-perubahan morfologis, fisiologis, dan biokimia. Tahap pertama
perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih diikuti
melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Setelah biji menyerap air
maka biji akan menghasilkan hormon tumbuh seperti giberellic acid (GA) yang
menstimulir kegiatan enzim-enzim di dalam biji. Tahap kedua dimulai dengan
kegiatan sel-sel dan enzim serta naiknya respirasi benih. Tahap ketiga merupakan
terjadinya penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi bentuk melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat
merupakan assimilasi dari bahan yang telah diuraikan tadi ke daerah meristematik
untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan
pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima merupakan pertumbuhan dari
perkecambahan mulai dari proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel
pada titik-titik tumbuh. Proses pertumbuhan dan perkembangan embrio diawali
dari ujung-ujung titik tumbuh akar yang diikuti oleh titik tumbuh tunas. Daun
yang terbentuk belum dapat berfungsi optimal sebagai organ fotosintesis,
pertumbuhan kecambah sangat bergantung pada persediaan makanan yang ada
dalam biji (Utomo, 2006).
Heritabilitas
Untuk dapat menaksir peranan genotip dan lingkungan dapat dihitung
melalui keragaman fenotip pada suatu populasi. Keragaman fenotip merupakan
jumlah dari keragaman yang disebabkan genotip dan keragaman yang disebabkan
oleh pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, yang terutama ingin diketahui tentang
pengaruh genotip, maka yang perlu dihitung hanya ratio keragaman genotip

Universitas Sumatera Utara

16

terhadap keragaman fenotip. Ratio ini merupakan konsep heritabilitas.


Heritabilitas dapat diartikan proporsi keragaman teramati yang disebabkan oleh
sifat menurun. Heritabilitas dapat dinyatakan dengan :

2g
h 2
p
2

atau

2g
h 2
g 2e
2

Nilai heritabilitas dinyatakan dalam bilangan 0 dan 1. Heritabilitas dengan


nilai 0 berarti bahwa keragaman fenotip hanya disebabkan lingkungan, sedangkan
keragaman dengan 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya semakin
mendekati 0 heritabilitasnya makin rendah (Poespodarsono, 1988).
Melalui heritabilitas dapat diketahui apakah keragaman yang timbul oleh
suatu karakter didominasi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Dengan
demikian pemulia tanaman dapat memperkirakan karakter yang akan memberikan
respon terhadap usaha perbaikan yang dilakukan, yaitu karakter yang memiliki
respon terhadap usaha perbaikan yang dilakukan, yaitu karakter yang memiliki
heritabilitas tinggi (Sjamsudin, 1990).
Ragam fenotip merupakan total ragam biologis yang terdiri dari ragam
genetik, ragam lingkungan dan interaksi antara keduanya. Variasi lingkungan
ditimbulkan oleh lingkungan, diukur dengan rata-rata tangggapan tetua homozigot
dan keturunan F1 terhadap lingkungan tertentu. Variasi genetik timbul dari gengen yang sedang segregasi dan interaksinya dengan gen lain, diukur dengan
keragaman populasi F2 (Crowder, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai