Anda di halaman 1dari 15

CIRI ANATOMI TIGA KAYU PENGHASIL GAHARU

Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi-Fisologi Tumbuhan

Disusun oleh:
Athena Dinanty
140410110067

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Gaharu merupakan nama perdagangan dari produk kayu yang dihasilkan

oleh beberapa spesies pohon penghasil gaharu. Dalam perdangan internasional,


produk ini dikenal sebagai agarwood, aloeswood, atau oudh (Santoso, 2007).
Oleh karena kandungan resin yang dimilikinya, gaharu memiliki bau yang khas
sehingga sering digunakan sebagai bahan baku parfum, kosmetik, dupa, serta
pengawet berbagai jenis aksesoris (Sumarna, 2002).
Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai negara seperti,
Singapura, Cina, Korea, Jepang, dan Amerika Serikat mulai mengembangkan
gaharu sebagai bahan baku untuk obat, penghilang stress, gangguan ginjal, dan
lain lain. Di Indonesia, secara tradisional masyarakat Papua telah menggunakan
daun, kulit, dan akar gaharu sebagai obat malaria dan digunakan untuk perawatan
kulit (Sumarna, 2002).
Dengan meningkatnya pemanfaatan tumbuhan penghasil gaharu ini,
semakin meningkatn pula beberapa jenis tumbuhan yang terancam kelestariannya
akibat kegiatan pemanfaatan yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu,
disusun makalah mengenai Ciri Anatomi Tiga Jenis Kayu Penghasil Gaharu yang
diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya perlindungan tumbuhan yang
menghasilkan gaharu tersebut.

1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik beberapa identifikasi

masalah dari penyusunan makalah ini, antara lain :


1. Jenis tumbuhan apa saja yang dapat menghasilkan gaharu
2. Bagaimana cara pengamatan ciri anatomi kayu penghasil gaharu

3. Bagaimana ciri anatomi dari ketiga kayu penghasil gaharu.

1.3

Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui ciri anatomi beberapa kayu

penghasil gaharu, sehingga diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya


perlindungan jenis tumbuhan yang menghasilkan gaharu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Gaharu secara Umum


Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang

dihasilkan oleh sejumlah spesies seperti Aquilaria malaccensis, Aquilaria


cumingiana, dan Gyrinops versteegii, Resin ini digunakan dalam industri wangiwangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era
modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditi perdagangan dari
Kepulauan Nusantara ke India, Persia, Jazirah Arab, serta Afrika Timur (Marwan,
2012).
Gaharu dihasilkan oleh tanaman sebagai respon dari mikroba yang masuk
ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan
secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas,
maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya
mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel
tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap penyakit atau patogen (Anonim, 2014).
Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan
beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk
mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang
menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman, maka
gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri
bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi
lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan,
pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu
dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal,
selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan komersil, masyarakat

mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum


cendawan ke dalamnya (Anonim, 2014).
Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk
menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh
cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp.,
Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes,
Fusarium roseum, Fusarium lateritium, dan Chepalosporium sp (Anonim, 2014).
Gaharu mengandung essens yang disebut sebagai minyak essens (essential
oil) yang dapat dibuat dengan eksraksi atau penyulingan dari gubal gaharu. Essens
gaharu ini digunakan sebagai bahan pengikat (fixative) dari berbagai jenis parfum,
kosmetika dan obat-obatan herbal. Selain itu, serbuk atau abu dari gaharu
digunakan sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aroma therapy (Marwan,
2012).
Oleh masyarakat tradisional Indonesia, gaharu digunakan sebagai obat
nyamuk, kulit atau kayu gaharu dibakar sampai berasap. Aroma harum tersebutlah
yang tidak disukai nyamuk. Gaharu merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat
di negara-negara Timur Tengah yang digunakan sebagai dupa untuk ritual
keagamaan. Masyarakat di Asia Timur juga menggunakannya sebagai hio.
Minyak gaharu merupakan bahan baku yang sangat mahal dan terkenal untuk
industri kosmetika seperti parfum, sabun, lotions, pembersih muka serta obatobatan seperti obat hepatitis, liver, antialergi, obat batuk, penenang sakit perut,
rhematik, malaria, asma, TBC, kanker, tonikum, dan aroma terapi (Marwan,
2012).

2.2

Bahan dan Metode Pembuatan Preparat Anatomi Kayu Tumbuhan


Gaharu
Identifikasi kayu gaharu dapat dilakukan dengan melihat ciri anatomi kayu

dari tumbuhan penghasil gaharu tersebut. Sampel tumbuhan penghasil gaharu


yang akan dilakukan identifikasi berdasarkan ciri anatomi kayu adalah, sebagai

berikut: Aquilaria malaccensis, Aquilaria cumingiana, dan Grynopsis versteegii.


Sampel kayu diambil dari bagian pohon setinggi dada dengan ukuran kurang lebih
15 x 10 x 7,5 cm (Andianto, 2010).
Semua sampel kayu dibuat preparat sayat. Preparat sayat dibuat terlebih
dahulu dengan melunakkan contoh kayu. Contoh kayu direndam dalam aquades
selama 3 hari, lalu dipindahkan ke dalam larutan alcohol:gliserin (1:1) selama 1
minggu sebelum disayat. Pembuatan preparat sayat berdasarkan Saas (1969,
dalam Andianto, 2010). Dibuat sayatan dengan mikrotom setebal 15-25 mikron
pada penampang melintang, penampang radial, dan penampang tangensial.
Sayatan yang baik dicuci dengan aquades lalu di dehidrasi berturut-turut dengan
alcohol 96%, 75%, 50%, 25%, kemudian direndam dalam safranin, dicuci dengan
air keran dan di dehidrasi kembali menggunakan alcohol 25%, 50%, 75%, 96%
dan alkohol absolute. Selanjutnya berturut-turut direndam dalam karbolxylol dan
toluene. Sesudah itu sayatan direkat dengan entelan di atas object glass (Andianto,
2010).
Pengamatan dan pengukuran dimensi sel masing-masing dilakukan pada
preparat sayat dan maserasi dengan menggunakan mikroskop. Pembuatan preparat
maserasi dilakukan menurut petunjuk Tesoro (1989, dalam Andianto, 2010).
Sampel kayu sebesar batang korek api dipanaskan secara perlahan dalam tabung
reaksi yang berisi campuran larutan 30% hidrogen peroksida dengan 60% asam
asetat glasial (1:1). Serat dan pembuluh yang sudah terpisah dicuci bersih dengan
air keran hingga hilang bau asamnya, lalu diwarnai dengan safranin. Pembuluh
dan serat yang sudah diwarnai kemudian disimpan di atas kaca objek yang
terlebih dahulu telah ditetesi dengan gliserin, preparat sayatan pun siap diamati
(Andianto, 2010).
Pengamatan ciri anatomi kayu meliputi ciri-ciri dianjurkan oleh komite
International Association of Wood Anatomist (Wheeler et al., 1989, dalam
Andianto, 2010). Pengamatan dan analisis kuantitaf dilakukan 10 sampai 30 kali,
parameter yang diamati, antara lain: diameter pembuluh, frekuensi pembuluh per-

mm2, frekuensi jari-jari, tinggi jari-jari, panjang serat dan pembuluh, diameter dan
tebal dinding serat (Andianto, 2010).

2.3

Klasifikasi dan Ciri Anatomi Tumbuhan Penghasil Gaharu (Aquilaria


malaccensis)

Gambar 1. Aquilaria malaccensis

Gambar 2. Gaharu hasil dari


Tumbuhan A. malaccensis

Klasifikasi Tumbuhan Aquilaria malaccensis


Kingdom

Plantae

Phylum

Tracheophyta

Class

Magnoliopsida

Order

Myrtales

Family

Thymelaeaceae

Genus

Aquilaria

Species

A. malaccensis Lamk.

Aquilaria malaccensis adalah sumber utama gaharu (agarwood), Tinggi


pohon A. malaccensis dapat mencapai 40 m, dengan diameter lebih dari 60 cm.
Batangnya lurus, tidak berbanir. Kulit batangnya halus, dengan warna coklat

keputih-putihan. Tajuknya bulat, lebat, dengan percabangan horisontal. Daunnya


tunggal, berseling, tebal, bentuknya jorong hingga jorong-melanset, dan panjang.
Tajuknya lebat, bulat, percabangannya horizontal (Anonim, 2014).
Bunga berbentuk payung, membentuk cabang, tumbuh pada ketiak daun.
Bunganya kecil, berwarna hijau/kuning kotor, dan berbulu jarang. Buahnya
berbentuk telur terbalik, dan berbulu halus. Untuk pembudidayaan, pernah dicoba
dengan biji. Perkecambahan biji dapat mencapai 47%. Dalam waktu tiga tahun
saja, setelah disemai, pohon muda gaharu dapat mencapai tinggu 2,5 m (Anonim,
2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adianto (2010), A. malaccensis
memiliki ciri anatomi sebagai berikut: 1) Susunan pembuluh yang bergerombol
dan berbentuk lonjong, serta jari-jari yang heteroselular. 2) Pembuluh berganda
radial 2-3-4 sel. 3) Diameter pembuluh sebesar 169 mikron. 4) Frekuensi
pembuluh sebanyak 4 buah/mm2. Berikut merupakan gambar anatomi sayatan
penampang melintang dari batang A. malaccensis

Gambar 3. Penampang Makroskopis

Gambar 4. Penampang Mikroskopis

A. malaccensis (Perbesaran 4x, skala

A. malaccensis (Perbesaran 25x,

1mm)

skala 200m)

2.4

Klasifikasi dan Ciri Anatomi Tumbuhan Penghasil Gaharu (Aquilaria


cumingiana)

Gambar 5. Aquilaria cumingiana

Klasifikasi dari Aquilaria cumingiana


Kingdom

Plantae

Phylum

Tracheophyta

Class

Magnoliopsida

Order

Myrtales

Family

Thymelaeaceae

Genus

Aquilaria

Species

Aquilaria cumingiana (Decne) Ridley

Aquilaria cumingiana memiliki ciri morfologi setinggi 15-20 m,


berdiameter 40 cm. Batang berkulit kelabu, berserat panjangs ehingga dapat
dipakai untuk tali. Daun berseling, elips, panjang 4-10 cm, lebar 2,5-4 cm, basal
menyempit, ujung lancip, urat daun lateral berjumlah 12 pasang, tampak jelas
pada permukaan bawah daun. Perbungaan pada batang, memayung, jumlahnya
sangat banyak. Bunga berupa tabung, warna hijau, panjang sekitar 5 mm, dan
berbulu rapat. Buah bulat telur, warna hijau berubah kuning pada waktu matang,
berukuran sekitar 1,5-2 cm. Biji 2 buah. Tersebar luas di daerah Indonesia bagian
timur sampai ke daerah Sulawesi. Tumbuh baik pada iklim tropis yang basah
(Wiradinata, 2009).

Tumbuhan ini memiliki beberapa nama sinonim seperti Aquilaria


pubescens H. Hallier, Decaisnella cumingiana Kuntze, Gyrinopsis cumingiana
Decne., Gyrinopsis cumingiana var. pubescens Elmer, Gyrinopsis decemcostata
H. Hallier, dan Gyrinopsis pubifolia Quisumb. Oleh IUCN Red List, spesies ini
dikategorikan sebagai Rentan (Vulnerable).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adianto (2010), Aquilaria
cumingiana memiliki ciri anatomi sebagai berikut: 1) Susunan pembuluh gandaan
2-3-4 sel. 2) Persen soliter pembuluh 43%. 3) Diameter pembuluh sebesar 130
mikron. 4) Pada A. cumingiana juga ditemukan parenkim bentuk gelendong.
Dibawah ini merupakan gambar anatomi sayatan penampang melintang dari
batang Aquilaria cumingiana (Gambar 6 dan 7).

Gambar 6. Penampang Makroskopis

Gambar 4. Penampang Mikroskopis

A. cumingiana (Perbesaran 4x, skala

A. cumingiana (Perbesaran 25x, skala

1mm)

200m)

2.5

Klasifikasi dan Ciri Anatomi Tumbuhan Penghasil Gaharu (Gyrinops


verseteegii)

Gambar 8. Gyrinops versteegii


Klasifikasi dari Gyrinops versteegii menurut Gilg (1932):
Kingdom

Plantae

Divisi

Spermatophyta

Class

Dicotylodenae

Ordo

Thymelaeles

Family

Thymelaeaceae

Genus

Gyrinops

Species

Gyrinops versteegii (Gilg) Domke

G. versteegii dikenal juga dengan nama ketenun (Lombok), ruhu wama


(Sumba) dan seke (Flores dan Sumbawa) (CITES, 2004). Pohon tinggi hingga 25
m, diameter 40 cm. Daun elips memanjang, urat daun lateral sejajar, berukuran
10-20 cm, lebar 2-3 cm, hijau licin. Perbungaan terminal mendukung 6-8 bunga.
Bunga berupa tabung, berukuran sekitar 3,5 mm, warna putih kotor kehijauan,
benangsari berjumlah 5. Buah bulat telur berukuran 1 cm, biji satu buah. Tersebar
di daerah Lombok, Sumbawa, Sumba, Maluku, hingga Papua. Tumbuh dengan
optimal pada hutan dataran rendah (Wiradinata, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adianto (2010), Gyrinops


versteegii memiliki ciri anatomi sebagai berikut: 1) panjang pembuluh 314
mikron. 2) Diameter pembuluh 76 mikron. 3) Frekuensi pembuluh 19 buah/mm2
dan jari-jari 1 seri dengan 1 jalur sel tegak dan/bujur sangkar marjinal. 4) susunan
pembuluh ganda dengan susunan 2-3-4 sel. 5) Persen soliter pembuluh G.
versteegii adalah sebesar 28%, dan merupakan persen soliter terkecil yang
teramati.
Dibawah ini merupakan gambar anatomi sayatan penampang melintang
dari batang Gyrinops versteegii.

Gambar 9. Penampang Makroskopis

Gambar 10. Penampang Mikroskopis

G. versteegii (Perbesaran 4x, skala

G. versteegii (Perbesaran 25x, skala

1mm)

200m)

2.6

Perbandingan

Ciri

Anatomi

Aquilaria

malaccensis,

Aquilaria

cumingiana, dan Gyrinops versteegii.


Penelitian yang dilakukan oleh Adianto tahun 2010, bertujuan untuk
membandingkan ciri anatomi ketiga kaynu penghasil gaharu tersebut. Dari hasil
penelitian yang didapatkan, dapat terlihat pada (Tabel. 1) perbandingan ciri
anatomi ketiga kayu penghasil gaharu tersebut.

Tabel 1. Perbandingan Ciri Anatomi Aquilaria malaccensis, A. cumingiana,


dan Gryiops versteegii.

Sumber: Adianto, 2010

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai ciri anatomi tiga kayu yang


menghasilkan gaharu, dapat ditarik kesimpulan:
1.

Terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan gaharu,


antara lain: Aquilaria malaccensis, Aquilaria cumingiana, dan
Gyrinops versteegii.

2.

Pengamatan ciri anatomi ketiga kayu tersebut dapat dilakukan dengan


membuat preparat sayatan kayu dengan metode pembuatan preparat
permanen.

3.

Secara garis besar, ciri anatomi dari ketiga kayu tersebut adalah
sebagai berikut:
A. malaccensis memiliki ciri anatomi sebagai berikut: 1) Susunan
pembuluh yang bergerombol dan berbentuk lonjong, serta jari-jari
yang heteroselular. 2) Pembuluh berganda radial 2-3-4 sel. 3)
Diameter pembuluh sebesar 169 mikron. 4) Frekuensi pembuluh
sebanyak 4 buah/mm2.
B. Aquilaria cumingiana memiliki ciri anatomi sebagai berikut: 1)
Susunan pembuluh gandaan 2-3-4 sel. 2) Persen soliter pembuluh
43%. 3) Diameter pembuluh sebesar 130 mikron. 4) Pada A.
cumingiana juga ditemukan parenkim bentuk gelendong.
C. Gyrinops versteegii memiliki ciri anatomi sebagai berikut: 1)
panjang pembuluh 314 mikron. 2) Diameter pembuluh 76 mikron.
3) Frekuensi pembuluh 19 buah/mm2 dan jari-jari 1 seri dengan 1
jalur sel tegak dan/bujur sangkar marjinal. 4) susunan pembuluh
ganda dengan susunan 2-3-4 sel. 5) Persen soliter pembuluh G.
versteegii adalah sebesar 28%, dan merupakan persen soliter
terkecil yang teramati.

DAFTAR PUSTAKA

Andianto. 2010. Ciri Anatomi Lima Jenis Kayu Penghasil Gaharu dan Dua Jenis
Kerabatnya. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol(28). No(2). Hal: 169-183.
Anonim. 2014. Gaharu. Dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Gaharu. (Diakses
pada 24/11/14, 11.40 WIB)
Anonim.

2014.

Gaharu

(Aquilaria

malaccensis).

Dalam:

http://id.wikipedia.org/wiki/Gaharu_(pohon). (Diakses pada 24/11/14,


11.40 WIB)
CITES. 2004. Significant trade in plants. Implementation of Resolution Conf.
12.8. Progress with the implementation of species review (PC 14 Doc.
9.2.2).
Marwan.

2012.

Pengertian

Gaharu.

Dalam:

http://gaharu-

sumatera.blogspot.com/2012/03/pengertian-gaharu.html. (Diakses pada


24/11/14, 11.40 WIB)
Santoso, E, Luciasih Agustini, Imayuli R. Sitepu, dan Maman Turjaman. 2007.
Efektivitas Pembentukan Gaharu dan Komposisi Senyawa Resin pada
Aquilaria spp. Bogor. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.
Vol(IV). No(6). 543-551.
Sumarna, Y. 2002. Budidaya Gaharu. Swadaya. Jakarta.
Wiradinata,

Harry.

Para

Pemilik

Keharuman.

Dalam:

http://www.biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/mTemplate.php?h=3&id_berit
a=66. (Diakses pada 24/11/14, 15.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai