Anda di halaman 1dari 58

DRILLING ENGINEER

PENGANTAR TEKNIK PERMINYAKAN

CONTENT
Sejarah Pemboran
Tipe-Tipe Rig
Sistem Di Rig
a. Sistem Putar
b. Sistem Angkat
c. Sistem Sirkulasi
d. Sistem Tenaga
e. BOP System
Casing
Lumpur Pemboran

SEJARAH PEMBORAN
Pengusahaan secara modern minyak bumi dunia terjadi
pada saat pemboran minyak bersejarah yang dilakukan
oleh Kolonel William Drake di Titusvile, Pennsylvania,
Amerika Serikat pada tahun 1859, yang menemukan
minyak pada kedalaman 69 kaki.
Pemboran minyak pertama di Indonesia telah dilaksanakan
pada tahun 1871 di desa Maja, Majalengka, Jawa Barat
oleh seorang pengusaha Belanda benama Jan Reerink,
namun sumur ini gagal menghasilkan minyak.

Titik balik Industri minyak di Indonesia terjadi ketika pada


tahun 1885, A.J. Zijkler, seorang pemimpin perkebunan
tembakau Belanda berhasil menemukan sumur Telaga
Tunggal I yang bernilai komersial di daerah Telaga Said,
Pangkalan Brandan, Sumatera Utara.

Inilah yang menjadi titik pangkal pendirian perusahaan


raksasa yang terkenal dengan nama The Royal Dutch pada
Tanggal 16 Juli 1890
Segeralah berdiri pabrik penyulingan di Pangkalan Brandan
dan pipa-pipa serta tangki-tangki dan kapal-kapal tanker.
Pada Tanggal 1 Maret 1892 pabrik mulai berproduksi dan
hasilnya mulai dijual dan bersaing di pasaran bebas dunia
dengan Minyak Amerika, Rusia dan Cina.
Penemuan ini pada tahun 1902 melahirkan suatu
perusahaan minyak Belanda yang bernama "Bataafsche
Petroleum Maatschappij", disingkat B.P.M, yang kemudian
lebih dikenal sebagai perusahaan SHELL, salah satu dari
tujuh perusahaan minyak terbesar di dunia.
Hampir pada waktu yang sama di Jawa Timur beroperasi
suatu perusahaan Belanda lain yang benama "Dordtsche
Petrolewn Maatschappif' yang pada tahun 1893 melakukan
pemboran sumur Ledok yang menghasilkan lapangan
minyak Ledok. Perusahaan "Dordtsche" kemudian diambil
alih oleh B.P.M

Sebelum perang dunia II meletus, pada tahun 1939,


jumlah produksi minyakbumi Indonesia adalah rata-rata
perhari adalah sebesar 170.000 barrel . Angka ini mulai
menurun selama kurun waktu 1942-1948 menjadi
dibawah 100.000 barrel perhari karena disebabkan
peperangan-peperangan di Indonseia.

Setelah menyerahnya Jepang dan Lahirnya


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, era baru Industri Perminyakan bagi
Republik Indonesia dimulai, Tambang-tambang
minyak yang tadinya dikuasai Jepang segera diambil
alih. Tambang minyak yang pertama kali dikuasai
oleh Republik Indonesia adalah tambang minyak
Pangkalan Brandan, Sumatera Utara, dengan
upacara serah terima antara pihak Jepang dengan
pihak Republik Indonesia.

SEJARAH TEKNOLOGI PEMBORAN


Kolonel William Drake di Titusvile, Pennsylvania, Amerika
Serikat pada tahun 1859, menemukan minyak pada
kedalaman 69 kaki dengan menggunakan teknologi
pemboran tumbuk (Seperti mengebor air saat ini).
Pemboran dilakukan dengan menggunakan bambu/kayu
sampai menembus kedalaman 21 meter di bawah
permukaan bumi. Pemboran dilakukan setelah
ditemukan indikasi adanya minyak bumi di bawah
permukaan.
Setelah itu banyak pemboran sumur minyak dilakukan di
seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pemboran ini
berlangsung sampai adanya teknologi pembuatan besi
dan baja di awal tahun 1900-an.

Teknologi pemboran kemudian


berkembang pesat menjadi pemboran
berputar (rotary drilling) yang kita kenal
sampai saat ini.

We Drill Into It ! ! !

Persiapan Tempat

Pengiriman Peralatan Pada Lokasi


Penunjukkan Pekerja/Manpower
TAHAP
PERSIAPAN
PEMBORAN

Persiapan Rig dan Pendiriannya

Peralatan Penunjang dan Pemasangannya


Persiapan Akhir

Persiapan :

lokasi
sumur air/persediaan air
peralatan pendukung

Pengiriman Peralatan

Darat
Air
Udara

Man power :
Kontraktor
Operator sumur
Service company
Konsultan Khusus

Persiapan Rig dan Pendiriannya


Kedatangan
Pemasangan
Pendirian

Cek

Cost of Drilling Rigs

Offshore

Onshore
Daily Rig
Cost

1998
$90,000
1999
$40,000
(Single year contract)

Ultra Deep
Daily Rig
Cost
1998
$180,000
1999
$180,000
(Five year contract)

JMA

Daily Rig
Cost
1998
$60,000
1999
$30,000
(Single year contract)

RIG TYPE

DRILL-SHIP

JACK-UP RIG

LAND RIG

PLATFORM

SWAMP BARGE RIG

SEMI-SUBMERSIBLE RIG

SWAMP BARGE RIG

JACK UP RIG

Drilling
Rig
Drilling Rig

Crown Block

Mud Hose
Kelly
Rotary Table
Mud Pump

Traveling Block
Hook
Swivel
Draw Works

Casing
Casing
Drill Pipe
Drill Pipe

Bit

Bit

24803

Drilling

Rock Bit

Cuttings

Core (Diamond) Bit Core

WELL DESIGN
STANDARD

SLIMHOLE
CONDUCTOR
30 atau 24

171/2 drilling

121/4 drilling

8 drilling

13 3/8

9 5/8

SURFACE CASING

INTERMEDIATE
CASING

PRODUCTION
CASING/LINER

13 3/8

171/2 drilling

9 7/8 drilling

4 1/2

6 drilling

RIG TYPE + WATER DEPTH

Water depth:

2-4 meter

35-45 meter

300-500 meter
1500 meter

800-1000 meter

WELL PROFILES

WELL PROFILES

VERTICAL

S SHAPE

MULTILATERAL

J SHAPE

HORIZONTAL

DEPTH REFERENCE
RTE/KB
GROUND
LEVEL
MEAN SEA
LEVEL
WATER
DEPTH
TVDSS
(SS)

SEABED
TMD

KICK OFF
POINT

TMD

GEOPHYSICIST
TWT SS

TVD-RT

DROP OFF
POINT
Keterangan
RTE: Rotary Table Elevation
KB: Kelly Bushing
TMD: True Measured Depth
TVD: True Vertical Depth
TVDSS: True Vertical Depth Subsea
TWT: Two Way Travel Time

TVDSS
(SS)
TVD-RT

GEOLOGIST
TMD > TVD > SS
SS < TVD < TMD

DRILLER
TMD - ONLY

SWAMP BARGE RIG


1. HOISTING SYSTEM
2. CIRCULATING
SYSTEM
3. ROTATING SYSTEM
4. BLOW OUT PREVENTER
SYSTEM

Power System
Merupakan sistem daya yang digunakan
selama operasi pemboran berlangsung
Sumber tenaga utama (prime mover ) :
Berupa motor sumber tenaga (500 sampai 5000
HP).

Transmisi tenaga

Hoisting System
Alat untuk menaikkan dan
menurunkan drill string, casing
string atau peralatan-peralatan
lain
Terdiri Dari :
Supporting stucture
Hoisting equipment

HOISTING SYSTEM
CROWN BLOCK

DERRICK

TRAVELLING
BLOCK

DRAWWORK

MENARA RIG

Derrick: menyediakan kebutuhan ketinggian vertikal untuk


menaikkan atau menurunkan pipa ke dalam lubang.

Block & Tackle: terdiri dari Crown Block, Traveling Block,


Drilling Line. Berfungsi untuk memudahkan penanganan
beban berat secara mekanis.

Drawworks: menyediakan hoisting dan breaking power yang


dibutuhkan untuk mengangkat dan menurunkan rangkaian
pipa. Terdiri dari:

Drum

Brakes

Transmisi

Cathead

Standard Derrick

Skematik Block dan Tackle

Drawwork di Rotary Drilling

Friction tipe Cathead

Circulating System
Fungsi : untuk
memindahkan
serpih bor (rock
cutting) dari lubang
sumur pada saat
pemboran berjalan
dgn fluida
pemboran.

Skematic Sistem Sirkulasi Rig untuk Liquid


Drilling Fluid

CIRCULATING SYSTEM
Rotary Hose
Goose Neck

Stand Pipe/Pipa yang


dibedirikan disamping
menara. Untuk sirkulasi

Swivel/TDS

Flow Line

Drill Floor

BOP

Mud Pump/slush p
Casing
Shale Shaker

Annulus

Drill pipe

Discharge Line/pipa
Mud Pit/tangki lumpur
Kapasitas +- 400 barrel

Suction line/pipa pengisa

BHA = Bit + DC +Stabilizer + xIo (cross over)/joint/collar


Bit/Nozzle

Sistem sirkulasi terdiri dari :

pompa lumpur
mud pit
peralatan campuran lumpur
peralatan pembersih kontaminan

Aliran fluida pemboran: fluida


pemboran mengalir dengan siklus :

pemboran/lumpur

Tanki baja
Pompa lumpur
Saluran permukaan, tekanan tinggi
Drilling string
Bit
Nozzle bit
Annulus drillingstring lubang sumur
Peralatan pembersih kontaminan
Suction tank

Pipa
PIPA

Lumpur
MUD

Formasi
FORMASI
Batuan
BATUAN

Proses Sirkulasi Lumpur

Peralatan pembersih kontaminan :

Shale shaker: cutting besar

Desander

Desilter

Degaser

Degasser

ROTATING SYSTEM

Sistem penggerak putar yang


meneruskan gaya putar dari
permukaan ke dalam lubang bor

Rotating System
Merupakan semua peralatan yang membuat bit berputar terdiri
dari :
Swivel
Kelly (jarang digunakan lagi)
Rotary drive
Rotary table (sekarang jarang digunakan, digantikan dengan
top drive)
Drill pipe
Drill collar
Bit

Skematik Sistem Rotary

Swivel

Kelly

Rotary Table

Rotary Drilling Proses

ROTATING SYSTEM
TOP DRIVE MOTOR SYSTEM

ROTARY TABLE/KELLY SISTEM

Kelly

Kelly Drive
Bushing
Master
Bushing

Electric Driven
Rotary

ROTATING SYSTEM
Drill Pipe
290 m

Heavy Weight Drill pipe

25 m

Drill collar

2m

Stabilizer

15 m

LWD/MWD component

15 m

LWD/MWD component

2m

Stabilizer

10 m

Steerable Bottom Hole Assembly

0.2 m

Bottom Hole Assembly


Stand +/- 27 m

Joint +/- 9m

Bit

ROTATING SYSTEM
Tricone Bit

Milled Teeth Bit

Insert Bit

Polycristalline
Diamond
Compact
Bit

BLOW OUT PREVENTER SYSTEM

Sistem yang berfungsi untuk


mencegah semburan liar fluida
(kick/blow-out) dari dalam formasi
batuan melalui lubang bor akibat
tekanan yang tinggi

BLOW OUT PREVENTER SYSTEM

Casing
Fungsi:
mencegah lubang sumur collapse
mengisolasi fluida di lubang sumur dgn fluida di
formasi
meminimisasi kerusakan karena proses pemboran
dan lingkungan bawah permukaan
menyediakan konduit yang tahan tekanan dan
temperatur tinggi
mengisolasi hubungan antara formasi/reservoir di
lubang sumur.
Casing program:
- Conductor casing
- Surface casing
- Production casing

Casing Program

LUMPUR PEMBORAN
Definisi: campuran fluida yang komplek yang
terdiri atas zat kimia dan padatan yang secara
terus menerus dipompakan dan disirkulasikan
dari mud pits dgn tekanan tinggi ke lubang
sumur melalui drill string dan kembali ke
permukaan melalui annulus selama proses
pemboran.

Fungsi lumpur pemboran :

Mengontrol tekanan hidrostatik

Mengangkat cutting dari dasar sumur

Membentuk Mudcake yang tipis dan licin

Mendinginkan dan mselumasi drill string sehingga bisa


mengurangi panas yang diderita

Cutting Suspension

Media Logging

Mencegah terjadinya collapse dari dinding sumur

PENYEMENAN
Penyemenan atau cementing adalah sutau
proses pendorongan bubur semen ke dalam
lubang sumur melalui casing menuju
annulus casing-formasi dan dibiarkan untuk
beberapa saat hingga mengering dan
mengeras sehingga dapat melekatkan
casing dgn formasi.
Semen : zat yang mampu mengeras didalam
air.

Tujuan penyemenan casing adalah:

Melekatkan casing dengan formasi


Mencegah terjadinya hubungan antar
formasi
Menjaga dari tekanan formasi yang
berlebihan
Mencegah korosi
Mengisolasi zona berbahaya, agar
pemboran dapat dilanjutkan.

Primary cementing
Secondary cementing

Proses penyemenan untuk memperbaiki penyemenan pertama


yang tidak sempurna (terdapat celah-celah yang tidak
tersemen), menutup lubang perforasi, dan menutup formasi
untuk membelokkan lubang pemboran.

Untuk melihat kualitas dari proses primary cementing


dan secondary cementing dilakukan dgn CBL.
Untuk mendapatkan kualitas bubur semen yang baik
maka perlu ditambahkan zat additif yang sesuai
dengan keadaan formasi.

Komponen dari bubur semen antara lain:


Zat cair (air atau minyak)
Semen.

OPERATION DRILLING ILLUSTRATION


RUN IN CONDUCTOR PIPE

30 or 24

DRILLING

17 phase

RUN IN CASING

13 3/8 casing

CEMENTING

DRILLING ILLUSTRATION NEXT PHASE

DRILLING
WIRELINE LOGGING JOB
RUN IN CASING

9 7/8 phase
(if any HC recognised)
7 Casing

DRILLING ILLUSTRATION NEXT PHASE


DRILLING
WIRELINE LOGGING JOB
RUN IN CASING

6 phase
GR/Res
GR/Neutron/Density
Pressure Test/Fluid Analysis
4 Liner

The End

Anda mungkin juga menyukai