Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) merupakan penyakit menular
yang menyerang saluran pernafasan bagian atas, mulai dari hidung hingga
alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. ISPA dibagi menjadi 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan
pneumonia. Pneumonia masih dibagi lagi derajatnya menjadi 2 yaitu
pneumonia berat dan ringan, sedangkan penyakit rhinitis, sinusitis, tonsillitis,
laryngitis dan influenza digolongkan sebagai bukan pneumonia (Depkes,
2008).
ISPA merupakan salah satu penyakit yang berbasi lingkungan, oleh
karena itu kondisi rumah merupakan salah

satu factor yang dapat

mempengaruhi penyakit ISPA. Keberadaan rumah yang sehat, aman, serasi


dan teratur sangat diperlukan agar kesehatan penghuni terjamin. Menurut
UU No 28 Tahun 2003 tentang bangunan dijelaskan keharusan adanya
perpaduan atau pengintegrasian antara segi rancang bangun agar
resikokesehatan penghuni bangunan dapat dihilangkan atau diminimalkan,
sedangkan menurut World Health Organitation (WHO), rumah adalah
struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung dimana lingkungan
bergunan untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik
untuk kesehatan keluarga dan individu (Keman, 2005). Ventilasi, suhu,
pencahayaan, kelembaban, tingkat kepadatan hunian merupakan faktorfaktor yang dapat menyebabkan ISPA terkait dengan kondisi rumah.

Selain kondisi rumah yang harus diperhatikan ialah pengetahuan.


Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih
baik

daripada

perilaku

yang

tidak

didasarkan

oleh

pengetahuan

(Notoadmodjo, 1997). misalnya saja pengetahuan seseorang tentang


penyebab ISPA. cara penularan serta gejala ISPA dapat mempengaruhi
kejadian ISPA. Beberapa tindakan yang dapat mempengaruhi kejadian
ISPA. antara lain bersin atau batuk dengan tidak menutup mulut, mencuci
tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan sesuatu (Chin, 2000).
WHO memperkirakan insiden ISPA di Negara berkembang dengan
angka kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
pertahun pada golongan usia balita (Depkes, 2008). Di Indonesia terdapat
56 juta kasus ISPA, yang penyebab utamanya adalah pneumonia dengan
angka kematian sebesar 21% pada anak usia dibawah 5 tahun (WHO,
2009).

ISPA

merupakan

masalah

kesehatan

yang

penting

karena

menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi dibandingkan


dengan penyebab kematian lainnya selain diare, demam berdarah dan
malaria yaitu dari 4 kematian yang terjadi (Depkes, 2008).
Banyak peneliti yang melakukan penelitian terhadap penyakit ISPA
pada balita, dan penelitian tentang kejadian ISPA pada anak umur 6 sampai
12 tahun belum banyak dibandingkan dengan penelitian terhadap balita
sehingga penulis melakukan penelitian terhadap anak umur 6 sampai 12
tahun. Setiap tahunnya anak-anak pada umur tersebut sakit yang
diakibatkan oleh ISPA, karena anak umur 6-12 tahun terkontaminasi
berbagai macam virus penyebab ISPA di sekolah dan dapat disebarkan ke

Anda mungkin juga menyukai