TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus
dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa
aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari dua kata
kontra dan konsepsi. Kontra berarti menolak, konsepsi berarti pertemuan
antara sel telur wanita (ovum) yang sudah matang dengan sel mani pria
(sperma) sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian
kontrasepsi adalah mencegah bertemunya sel telur yang matang dengan sel
mani pada waktu bersenggama, sehingga tidak akan terjadi pembuahan
dan kehamilan (Farrer, 2001).
Dari 61,4 persen pengguna metode kontrasepsi di Indonesia,
sebanyak 31,6 persen menggunakan suntik. Sedangkan yang memakai pil
hanya 13,2 persen, memakai IUD (Intra Uterine Device) atau spiral 4,8
persen, implant 2,8 persen, dan kondom 1,3 persen, sisanya vasektomi dan
tubektomi. Demikian disampaikan Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Sugiri Sjarief, MPA saat media
edukasi Kontrasepsi Sebagai Suatu Kebutuhan, di Grand Hyat, Jakarta,
Jumat (30/5). Sugiri menyampaikan, terjadi kenaikan pemakaian metode
kontrasepsi suntik dari tahun 1991 sampai 2007 lalu. Menurut survei yang
dilakukan leh BKKBN tentang pengguna metode kontrasepsi suntik pada
tahun 1991 hanya 11,7 persen, pada tahun 1994 menjadi 15,2 persen, 1997
menjadi 21,1 persen, 2003 menjadi 27,8 persen, dan pada tahun 2007
mencapai 31,6 persen. Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia
adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah
Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat
(DMPA) dan cyclofem. (Sarwono, 1998). Kontrasepsi suntik memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelemahan dari kontrasepsi suntik adalah
terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia dan
muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian, pertambahan berat badan 2 kg dari berat badan
pada kunjungan pertama (Saifuddin, 2003).
2. Cara Kerja Kontrasepsi
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi menurut Sudarmo, dkk
(2001) adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel
mani (sperma) dengan cara :
a. Menekan keluarnya sel telur (ovulasi)
b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita
sampai mencapai ovum
c. Menghalangi nidasi.
3. Macam macam alat kontrasepsi
a. Kontrasepsi suntik
1) Jenis kontrasepsi suntikan :
hormon
progestin
akan
menyebabkan
10
dan
dapo
noristerat
mengandung
200
11
mg
12
c. Pil kontrasepsi
Jenis pil kontrasepsi yang beredar di pasaran Indonesia umumnya
adalah pil kombinasi.
1) Efektifitas
Secara teoritis hampir 100, dengan angka kegagalan 0,1
1,7 (Saifudin, 1996).
2) Keuntungan
a) Efektifitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai
pakinya
b) Pemakai pil dapat hamil lagi, bila mana dikehendaki kesuburan
dapat kembali dengan cepat
c) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri
d) Siklus hait menjadi teratur
e) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea)
f) Untuk pengobatan kemandulan, kadang kadang dapat dipakai
untuk memancing kesuburan
g) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur
h) Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda
(Mochtar, 1998).
3) Kontra indikasi
Tidak dianjurkan bagi perempuan hamil, menyusui
eksklusif, perdarahan, hepatitis, jantung, stroke, kencing manis,
13
14
2) Keuntungan
Dipasang selama lima tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani
di daerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi, biaya
ringan.
3) Efek samping
Gangguan menstruasi, terutama selama 3 - 6 bulan pertama dari
pemakaian. Pemakiaan akan mengalami masa perdarahan yang
lebih panjang, lebih sering, atau amenorea (Mochtar, 1998).
e. IUD atau Spiral
1) Menurut bentuknya IUD di bagi menjadi :
a) Bentuk terbuka (open device), misalnya Lippes Loop, CU-T,
Cu-7, marguies, Spring Cooil, Multiload, Nova-T, dan lainnya.
b) Bentuk tertutup (closed device), misalnya Ota ring, Antigon,
Grafenberg ring, Hall stone ring, dan lain lain. Pada bentuk
tertutup, bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut maka harus
dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke
dalam lubang atau cincin, dan kemudian terjadilah ileus
(Mochtar, 1998).
2) Efektifitas
Efektifitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka
waktu yang lama. Angka kehamilan IUD berkisar antara 1,5 3
per 100 wanita pada tahun pertama dan angka ini menjadi lebih
rendah untuk tahun tahun berikutnya (Mochtar, 1998).
15
3) Keuntungan
a) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa
aman terhadap risiko kehamilan
b) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran
c) Kesuburan cepat kembali setelah IUD di cabut / di buka
d) Cocok
untuk
mencegah
kehamilan
atau
menjarangkan
16
5) Efek samping
a) Dapat menyebabkan infeksi panggul apabila pemasangan tidak
tepat
b) Dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan
(Indiarti, 2006).
f. MOW (Medis Operatif Wanita)
1) Efektifitas
a) Sangat efektif , angka kegagalan sedikit lebih rendah
b) Segera efektif post operatif (Hartanto, 2003).
2) Keuntungan
Vasektomi
tuba
akan
menghadapi
dan
mencapai
17
18
19
B. Karakteristik akseptor KB
Yaitu meliputi, umur ibu, pendidikan dan pendapatan. Faktor yang
secara langsung atau internal mempengaruhi keikutsertan keluarga berencana
antara lain sebagai berikut :
1. Umur
Keluarga berencana adalah masa penundaan. Kehamilan bagi
pasangan usia subur dengan istri dibawah 20 tahun, dianjurkan untuk
menunda kehamilannya, masa mengatur kehamilan bagi pasangan usia
subur, dengan istri usia diatas 30 tahun. Mengingat bahwa faktor umur
memang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan
ibu, maka sebaiknya merencanaan kehamilan pada usia antara 20 30
tahun (Sitorus, 1999).
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi
proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih
baik pada diri individu. Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang
nilai nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah
sendiri masalah masalah kesehatan menjadi mampu (Purwanto, 1999),
pendidikan ibu dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan ibu.
20
3. Pendapatan
Dalam banyak masyarakat seorang pekerja, apapun jenis
kelaminnya, menerima upah yang sama. Namun diberbagai masyarakat
lain pekerjaan laki laki memperoleh upah lebih tinggi dari pada upah
pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang dilakukan sama. Jika
dibandingkan antara besarnya pendapatan tiap keluarga dengan besarnya
pengeluaran, kita akan memperoleh kenyataan bahwa banyak yang belum
dapat memenuhi kebutuhan sehingga memilih keluarga kecil. Keinginan
untuk memilih keluarga kecil dapat dilakukan dengan keinginan untuk berKB (Desiyana, 2004).
C. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang
dengan jalan apapun atau segala sesuatu yang diketahui orang dari
pengalaman yang didapat (Patmonodewo, 2000). Menurut Budioro, (1998)
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang. Perilaku terbentuk, yang didasari oleh pengetahuan akan
bersifat lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan.
21
22
artinya
kemampuan
untuk
menjelaskan
dan
23
membuat
bagan,
membedakan,
memisahkan,
24
Sukmadinata
(2003),
pengetahuan
yang
dimiliki
25
D. Keteraturan Penggunaan KB
Keteraturan adalah sebuah konsep ilahiah menjadi tuntunan manusia
hidup. Menurut Budioro (1998), keteraturan merupakan proses penerimaan
seseorang terhadap respon tindakan atau perbuatan, dimana proses ini didasari
oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif yang mempunyai dampak
pada perilaku yang bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak
berlangsung lama. Misalnya ibu peserta KB yang mengetahui maksud dan
tujuan KB akan selalu teratur untuk ber- KB tiap bulannya. Nilai nilai
keteraturan menjadi parameter sebagai ukuran baik atau buruk, kadang
sebagai ukuran benar atau salah. Kepribadian manusia yang lebih dekat
dengan keteraturan menjadi cap pribadi yang baik, meski kadang terlepas dari
ukuran benar atau salah.
26
27
Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat
tentang KB (accessibility of information), atau mungkin ia tidak mempunyai
kebebasan untuk menentukan, misalnya harus tunduk kepada suaminya,
mertuanya atau orang lain yang ia segan (personal autonomy). Factor lain
yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak ikut KB adalah karena situasi dan
kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan (action
situation).
Sedangkan menurut Purwanto (1999) faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang adalah keturunan yang berarti sebagai pembawaan atau
heredity dan lingkungan yang berarti segala apa yang berpengaruh pada diri
individu dalam berperilaku, lingkungan turut berpengaruh terhadap
perkembangan pembawaan atau kehidupan seseorang.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
seseorang
atau
masyarakat
dalam
ber-KB
suntik
ditentukan
oleh
28
E.
Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori di atas maka dapatlah disusun kerangka teori
penelitian sebagai berikut :
Faktor-faktor presdiposisi
(predisposing factor) :
Pengetahuan akseptor
KB
tentang
alat
kontrasepsi KB suntik
Karakteristik ibu : umur,
pendidikan, pendapatan.
Faktor-faktor pemungkin
(enabling factors) :
Lingkungan fisik
Ketersedian sarana dan
prasarana KB suntik
misalnya,
jenis-jenis
alat-alat kontrasepsi, dan
adanya informasi yang
lengkap.
Keteraturan
Penggunakan KB suntik
Faktor-faktor penguat
(reinforcing factors) :
Sikap dan perilaku
petugas kesehatan KB
suntik
29
F. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Variabel terikat
Umur
Faktor Karakteristik
Pendidikan
Pendapatan
Keteraturan
Penggunakan
KB suntik
Pengetahuan
G. Hipotesa
a. Ada hubungan umur dengan Keteraturan Penggunakan KB suntik
b. Ada hubungan pendidikan dengan Keteraturan Penggunakan KB suntik
c. Ada hubungan pendapatan dengan Keteraturan Penggunakan KB suntik
d. Ada hubungan pengetahuan dengan Keteraturan Penggunaan KB suntik.
30