BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
4
mengalir
dengan
bebas
dipermukaan
tanah.
Faktor-faktor
yang
1 Hujan
Hujan, yang meliputi tipe, lama, intensitas dan sebaran hujan sangat
menentukan limpasan permukaan yang terjadi di suatu daerah aliran sungai (DAS)
jumlah (volume) dan debit limpasan yang terjadi di suatu DAS sangat berkaitan
dengan intensitas dan lamanya hujan yang terjadi di DAS yang bersangkutan.
2 Laju dan kapasitas Infiltrasi Tanah
Menurut Mawardi (2012:131) Laju dan kapasitas infiltrasi dapat di tentukan
menggunakan
metode
percobaan
lapangan
(langsung)
menggunakan
infiltrometter, atau dapat di perkirahkan menurut rumus empiris yang telah ada
seperti rumus empiris yang sudah dikembangkan.
3 Kondisi DAS
Kondisi DAS, meliputi ukuran bentuk DAS ,topografi meliputi datar (0-8%),
landai (0-15%), bergelombang (15-25%), berbukit (25-40%), bergunung (> 40%)
geologi, dan penggunaan lahan. Limpasan permukaan akan semakin menurun
sebanding dengan semakin bertambahnya luas DAS, luas DAS ini menentukan
musim atau saat kapan suatu puncak limpasan permukaan akan terjadi. Suatu
DAS yang berbentuk memanjang dan sempit kemungkinan akan menghasilkan
limpasan permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS yang lebih besar
dan kompak untuk luas DAS yang sama. Hal ini disebabkan DAS yang berbentuk
sempit dan memanjang mempuyai waktu konsentrasi yang lebih lama dan curah
hujanya terutama intensitasnya juga tidak sering merata sepanjang DAS yang
berbentuk memanjang.
Pengukuran kecepatan dengan bangun ukur. Untuk saluran air yang tidak
terlalu besar dan dalam, pengukuran debit aliran bisa menggunakan banguan ukur
debit yang dipasang pada pengukuran yang terpilih. Terdapat dua jenis bangunan
ukur yakni tipe bending (weir) dan tipe saluran atau gorongan terbuka (flume)
Pengukuran debit menggunakan bangunan ukur pada umumnya di lakukan pada
saluran irigasi atau sungai yang tidak terlalu lebar serta mempuyai kelerengan
aliran yang cukup (perbedaan elevansi antara bagian hulu dan hilir besar)
sehingga air yang melewati ambang bendung (crest) akan berupa aliran terjun.
Jika aliranya yang melewati ambang berupa aliran ukur yang tenggelam
bangunan ukur yang tidak akan bisa berfungsi dengan baik, karena terjadi
kesalahan dan debit terukur tidak menggambarkan debit ukur air sesungguhnya.
Walaupun kelihatanya sederhana karna hanya dengan mengukur kecepatan aliran
dan luas penampang saluran atau sungai pengukuran debit ini akan menjadi sulit
untuk memperoleh data debit.
Sebaran kecepatan aliran kearah horizontal maupun kedalamnya, oleh karna
itu pengukuran kcepatan di lakukan di beberapa titik kedalaman dan lebar salutran
atau sungai. Debit aliran Limpasan Permukaan saluran atua sungai yang di ukur
merupakan jumlah perkalian dari kecepatan dan luas penampang aliran masingmasing segmen.
2.1.4 Rancangan Limpasan
Laju limpasan permukaan rancangan RPL merupakan laju limpasan
permukaan
curah hujan dan durasi, intensitas dan masa ulang (recurrence period ) tertentu.
10
model pemogramanya
tersebut
dan
mengolahya
melalui
aplikasi
komputer
yang
11
Model ini sesuai dengan memperediksi debit puncak LP untuk DAS daerah
pertanian maupun perkotaan dengan luas kurang dari 900 ha, kelerengan rata-rata
sama atau lebih besar dari 0,5 %, mempunyai satu sistem aliran (sungai) dengan
dua anak sungai yang mempunyai masa konsentrasi yang jauh berbeda antar
keduanya. Limpasan Permukaan Rancangan (LPR) merupakan laju limpasan
permukaan yang mungkin terjadi yang diperhitungkan berdasarkan hujan dan
durasi, intensitas dan masa ulang hujan tertentu.
2.1.6 Volume Dan Laju Limpasan Permukaan (Lp)
Penentuan besarnya (volume) dan laju limpasan permukaan bisa dilakukan
dengan berbagai metode, antara lain :
1. Metode pengukuran langsung di lapangan : menggunakan plot percobaan
dilapangan (berlaku lokal), dan mengamati hasil limpasan permukaan di
outletnya, saluran pembuagan air (SPA)
2. Prediksi laju limpasan permukaan mengunakan rumus atau metode
rasional: metode soil conservation server (SCS) dan metode lainya,
metode-metode tersebut bisa di gunakan untuk prediksi dalam unit
hidrologi yang luas tanpa harus melakukan pengukuran langsung,
menggunakan data hujan dan sifst fisik hidrologi yang tersedia di das yang
bersangkutan.
12
13
14
menentukan erodibilitas tanah adalah tekstur tanah, unsur organik, struktur dan
fermeabilitas tanah.
Kepekaan tanah terhadap erosi ditentukaan oleh mudah tidaknya butiran butiran tanah didesprisikan dan disuspensikan oleh air, daya ilfiltrasi dan ukuran
ukuran butiran tanah yang menentukn mudah atau tidaknya terangkut oleh air.
Oleh karna itu tanah dengan agregat yang mudah didesprisikan oleh air dan daya
infiltrasinya kecil serta butiranya halus peka terhadap erosi. Tanah dengan pori pori yang besar dan strukturnya yang baik akan memiliki infiltrasi yang besar.
Dengan demikian aliran permukaan yang terjadi semakin kecil.
3. Topografi
Menurut Summerfield 1991(dalam Lihawa, 2011:12). Bahwa: "Faktor
topografi pada umunya dinyatakan dalam bentuk kemiringan lereng secara umum
erosi akan meningkatkan dengan meningkatnya kemiringan dan panjang lereng,
hal ini disebabkan oleh makin meningkatnya kemiringan lereng dan panjang
lereng, maka kecepatan air permukaan semakin besar".
Fitur topografi yang mempunyai erosi terutama adalah kelerengan dan
panjang lereng bentuk permukaan tanah (cembung, cekung, seragam) ukuran
bentuk DAS. Pada daerah dengan kelerengan tinggi, tanah akan mudah pecah
dan diangkut oleh air kedaerah bawahnya. Demikian pula pada tanah yang
kelereganya tinggi, daya rusak air akan lebih besar karna kecepatanya tinggi
15
16
4. Vegetasi
Vegetasi mempunyai pengaruh yang bersifat melawan terhadap facto-faktor
yang bersifat erositif (hujan, kemiringan lereng, panjang lereng, dan karakteristik
tanah). Pengaruh vegetasi dalam memperkecil erosi permukaan adalah sebagai
berikut:
1. Melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan
2.
3.
17
18
rata-rata sebesar 40mm, dan pengurangan semak akan menaikan aliran permukaan
rata - rata sebesar 10 mm.
6. Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat
Tindakan campur tangan manusia merupakan faktor yang sangat penting
terhadap permukaan. Kegiatan-kegiatan masyarakat tersebut berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi tejadinya erosi.
Menurut Ishak, bahwa (dalam Lihawa, 2011:1). "Laju kehilangan massa
tanah yang terjadi di lahan pertanian berdsarkan hasil simulasi adalah sangat
tinggi, terutama dipicu oleh aktivitas manusia melalui pengolahan tanah dan
tanaman pada lahan dengan kemiringan lereng 3 - 15%."
Perilaku manusia terhadap pengolahan lingkungan dipengaruhi oleh faktor
sosial ekonomi masyarakat, faktor sosial ekonomi masyarakat yang berpengaruh
terhadap tindakan manusia dalam pengolahan tanah adalah tingkat pendidikan dan
pendapatan, tingkat pendididkan yang rendah dapat menyebabkan rendahnya
pemahaman masyarakat tentang teknik pengolahan lahan yang ramah lingkungan
dan tingkat pendapatan yang rendah dapat memicu terjadinya pembukaan lahan
guna meningkatkan pendapatan. Diperoleh bahwa faktor yang berpengaruh
terhdap prilaku penebangan hutan adalah tingkat pendidikan dan selanjutnya akan
di pengaruhi oleh tingkat pendapatan kebutuhan luas lahan, dan kayu. Bahwa
faktor-faktor yang mempegaruhi kesadaran lingkungan adalah ketidaktahuaan,
kemiskinan, dan faktor gaya hidup.
19
20
terjadi
proses
erosi
permukaan
penggerusan
dan
pengangkutan
dan
penggangkutan masa tanah lapis yang dikenal sebagai erosi lapisan (sheet
erosion). Jika air dilimpasan yang mengangkat sedimen hasil erosi ini tetap terjadi
selama hujan berlangsung aliran air limpasan permukaan akan terkonsentrasi dan
masuk ke alur-alur aliran ini mengerus dan mengangkut butiran butiran tanah
yang telah terlepas.
2.Erosi Lembar
Menurut Suratman (2010), "(dalam Lihawa 2011:10). Bahwa: Erosi lembar
(Sheet Erosion) terjadi jika hujan terus menerus jatuh dan melebihi kapasitas
infiltrasi tanah. Apabila curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi melebihi
kapasitas infiltrasi tanah maka akan terjadi aliran permukaan (overland flow) yang
kemudian mengangkut lapisan tanah dari suatu permukaan bidang tanah. Erosi
lembar akan berkembang menjadi erosi alur, konsentrasinya aliranya yang cepat
merupakan energi yang kuat untuk mengerus lapisan tanah.
3 Erosi Alur ( rill erosion )
Erosi alur merupakan erosi tahap selanjutnya yang terjdi di permukaan lahan
setelah terjadinya erosi tetesan (raindrop erosion) dan erosi lembar (sheet
erosion). Erosi permukaan terjadi karna adanya gerakan air dipermukan lahan
yang homogen kelereganya, sedangkan erosi alur merupakan kelanjutan dari erosi
permukaan (sheet ) ini, melalui pemecahan dan pengangkutan tanah yang telah
terkikis oleh aliran air. Alur terbentuknya akibat adanya erosi dan dipercepat
prosesnya oleh kegiatan pengolahan lahan yang miring. Sedimen terangkut hasil
erosi ini sebagainya diendapkan di tempat-tempat tertentu di bagian bawah lahan.
21
4 Erosi Parit
Erosi parit merupakan kelanjutan dari proses dari erosi alur. Jika hujan yang
terus menerus dan limpasan permukaan semakin membesar yang kemudian
mengumpulkan alur-alur yang telah terbentuk sebelumnya, maka akan terjadi
konsentrasi aliran permukaan yang mempuyai kekuatan lebih besar untuk
mengurus tanah sehingga akan terbentuk alur - alur atau parit-parit aliran limpasan
lebih besar sehingga terbentuk semacam jurang (gullies) yang dilewati aliran air
terjadinya jajaran parit-parit akibat aliran limpasan permukaan ini akan semakin
intensif tinggi, dalam waktu yang lama dan jatuh pada pernukaan ini semakim
intensif (lebar dan dalam) pada saat terjadinya hujan dengan intensitas tinggi,
dalam waktu yang lama dan jatuh pada permukaan tanah yang terbuka dan
keleregan tanahnya tinggi.
22
23