Lembaran waktu yang tersita Tiba-tiba terbuka,terlempar dan terbolak balik diterpa hembusan angin Ia mencoba menghadirkan keresahan namun bukan keresahan yang hadirkan padam Ia mencoba menghadirkan kesedihan namun bukan kesedihan yang berujung kegundahan Ia bak setetes embun,menyejukan walau lukisan lembaran itu tak memberi celah untuk menyeka air mata saat gelora jiwa tak berhenti bergetar saat itulah ia terlempar, terlempar pada kurun waktu yang tak bisa di rayu untuk kembali bertemu saat itu lutut serasa lemah tak mampu bertumpu waktu yang telah terbungkus dan kembali pada pemilik sesungguhnya waktu yang dulu tergadai dalam silauan mata yang begitu nyata mereka menggoda dengan belaian yang membuat sang panglima terlena hingga sadarlah panglima itu ,ketika pinjaman-Nya hanya lah sebuah pinjaman yang harus kembali siapa yang tahu dengan utuh lemparan waktu yang telah digulirka kecuali Ia siapa yang tahu kotornya noda hitam yang telah dilulukiskan dalam lembaran pertanggung jawaban diri namun dekade waktu meredupkan silauan itu pengembalian dalam kemurnian pemahaman kasih-Nya membawa kesujukan saat itulah kesedihan,keresahan bukan perihal yang mebawa pada rapuhnya hati namun ia telah menjadi keindahan yang menyambut merdu sebuah penegmbalian suci