Anda di halaman 1dari 2

Bulir decak kagumku dalam buah air mata

Mengalir tanpa henti bak tak berjumpa muara


Lembaran waktu yang tersita
Tiba-tiba terbuka,terlempar dan terbolak balik diterpa hembusan angin
Ia mencoba menghadirkan keresahan namun bukan keresahan yang hadirkan padam
Ia mencoba menghadirkan kesedihan namun bukan kesedihan yang berujung kegundahan
Ia bak setetes embun,menyejukan
walau lukisan lembaran itu tak memberi celah untuk menyeka air mata
saat gelora jiwa tak berhenti bergetar
saat itulah ia terlempar,
terlempar pada kurun waktu yang tak bisa di rayu untuk kembali bertemu
saat itu lutut serasa lemah tak mampu bertumpu
waktu yang telah terbungkus dan kembali pada pemilik sesungguhnya
waktu yang dulu tergadai dalam silauan mata yang begitu nyata
mereka menggoda dengan belaian yang membuat sang panglima terlena
hingga sadarlah panglima itu ,ketika pinjaman-Nya hanya lah sebuah pinjaman yang harus
kembali
siapa yang tahu dengan utuh
lemparan waktu yang telah digulirka kecuali Ia
siapa yang tahu
kotornya noda hitam yang telah dilulukiskan dalam lembaran pertanggung jawaban diri
namun dekade waktu meredupkan silauan itu
pengembalian dalam kemurnian pemahaman kasih-Nya membawa kesujukan
saat itulah kesedihan,keresahan bukan perihal yang mebawa pada rapuhnya hati
namun ia telah menjadi keindahan yang menyambut merdu sebuah penegmbalian suci

sang panglima ruh ini

Anda mungkin juga menyukai