Anda di halaman 1dari 8

RSU DR.

Pirngadi
Medan

DEMAM TIFOID

PENDAHULUAN
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella typhii yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang
terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar hygiene
industri pengolahan makanan yang masih rendah. (1)
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit
ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Di Indonesia kasus ini
tersebar secara merata diseluruh provinsi dengan insiden di daerah pedesaan 358/ 100.000
penduduk/ tahun dan didaerah perkotaan 760/ 100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000 dan
1,5 juta kasus pertahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun
pada 91% kasus. (2)
Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah kesehatan yang
penting meliputi keterlambatan penegakan diagnosis pasti. Penegakan diagnosis demam tifoid
saat ini dilakukan secara klinis dan melalui pemeriksaan laboratorium. Makin cepat demam
tifoid dapat didiagnosis makin baik. Pengobatan dalam taraf dini akan sangat menguntungkan
mengingat mekanisme kerja daya tahan tubuh masih cukup baik dan kuman masih terlokalisasi
hanya dibeberapa tempat saja. (2)

Kepaniteraan Klinik Senior


Ilmu Kesehatan Anak

RSU DR. Pirngadi


Medan

DEFINISI
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
Salmonella thypii. Penyakit ini ditandai oleh gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (1)

ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella thyposa/ Eberthella thyposa yang
merupakan kuman gram negatif, motil dan tidak menghilangkan spora. Kuman ini dapat hidup
pada suhu tubuh, dan mati pada suhu 70C ataupun oleh antiseptik.
Salmonella thyposa mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
1.

Antigen O

: Ohne Hauch : antigen somatic (tidak menyebar)

2.

Antigen H

: Hauch (menyebar), terdapat pada flagel dan bersifat

termolabil
3.

Antigen Vi

: Kapsul merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan

melindugi antigen O terhadap fagositosis


Demam paratifoid secara patologis maupun klinis sama dengan demam tifoid, namun
biasanya lebih ringan. Penyakit ini disebabkan oleh spesies Salmonella enteridis.
Terdapat 3 bioserotipe Salmonella enteridis:
1.

Paratyphi A

2.

Paratyphi B (Salmonella Schottmuelleri)

3.

Paratyphi C (Salmonella Hirschfeldii) (2)

EPIDEMIOLOGI
Kepaniteraan Klinik Senior
Ilmu Kesehatan Anak

RSU DR. Pirngadi


Medan

Demam tifoid dijumpai kosmopolitan, saat ini ditemukan di negara sedang berkembang
dengan kepadatan penduduk tinggi, serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat.
Diperkirakan insiden demam tifoid pada tahun 1985 di Indonesia sbb:
1.

Umur 0-4 tahun

: 25,32%

2.

Umur 5-9 tahun

: 35,59%

3.

Umur 10-14 tahun

: 39,09%

Survey kesehatan rumah tangga 1985/1986 menunjukkan demam tifoid (klinis) sebesar
1200 per 100.000 penduduk/ tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia (daerah endemis)
dilaporkan antara 3-19 tahun pada 94% kasus.
Angka kejadian ini tidak berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Pengaruh cuaca
terutama meningkat pada musim hujan. Sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama
pada musim panas. (2)

PATOGENESIS
Bakteri Salmonella typhii bersama makanan/ minuman masuk kedalam tubuh melalui
mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH <2) banyak bakteri yang mati.
Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus dan diserap diusus halus. Melalui pembuluh
limfe bakteri masuk kedalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limpa.
Bakteri yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ
tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian bekteri massuk kembali
kedalam darah (bakteremia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid
usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak
tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus. (3,4)

Kepaniteraan Klinik Senior


Ilmu Kesehatan Anak

RSU DR. Pirngadi


Medan

GEJALA KLINIS
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih rengan dibandingkan orang dewasa.
Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5 40 haridengan rata rata antara 10 14
hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak,
lesu, nyeri kepala, pusing , dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa
ditemukan, yaitu :
1.

Demam.
Pada kasus kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris

remitten dan sushu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur
angsur menigkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus menerus berada dalam
keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan beragsur angsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
2.
Gangguan pada saluran pnecernaan.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak seda. Bibir kering dan pecah pecah
(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat
terjadi diare.
3.
Gangguan kesadaran.
Gangguan kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolrn . jarang terjadi sopor, koma atau gelisah . (1,3,4,5)
DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak dengan didasarkan anamnesa,
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesa
Kepaniteraan Klinik Senior
Ilmu Kesehatan Anak

RSU DR. Pirngadi


Medan

Riwayat demam

Riwayat gangguan saluran pencernaan

Adanya gangguan kesadaran.

Pemeriksaan klinis

Demam lebih dari 1 minggu / 7 hari, turun pada pagi haroi dan kembali naik pada sore

dan malam harinya.


Bibir kering dan pecah pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung
dan tepinya kemerahan dan tremor. Pada perut ditemukan meteorismus (kembung) , hati
dan limfa membesar.

Pemeriksaan fisik

Mulut : ditemukan lidah ditutupi selaput putih kotor, tepi kemerahan dan biasanya tremor.
Ekstremitas : ditemukan rose spot.
Abdomen : pada palpasi terba hati dan limfa membesar.

Pemeriksaan penunjang.

Darah tepi.
Sering ditemukan eritrosit normositik normokrom, leukopenia, trombositopenia ringan,
aneosinofilia.
Pemeriksaan darah rutin.
Ditemukan hemoglobin menurun dan peningkatan laju endap darah.
Pemeriksaan sum - sum tulang.
Terdapat gambaran sum sum tulang berupa hiperaktivasi RES dengan adanya sel
makrofage, sedangkan sistem eritropoesis, granulopoesis, dan trombopoesis berkurang.
Biakan empedu.
Basil Salmonella thyposa dapat ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu
pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan feses dan mungkin

akan tetap positif untuk waktu yang lama.


Pemeriksaan widal.

Kepaniteraan Klinik Senior


Ilmu Kesehatan Anak

RSU DR. Pirngadi


Medan

Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur
dengan suspensi antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif adalah bila terjadi
reaksi aglutinasi. Untuk membuat diagnosis yang diperlukan adalah titer zat anti terhadap
titer O. Titer yang bernilai 1/60 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang progresif

digunakan untuk membuat diagnosis.


Pemeriksaa dipstik.
Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana dapat
mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS Salmonella typhi sebagai pita

pendeteksi dan antibodi IgM antihuman immobilized sebagai reagen kontrol.


Polymerase Chain Reaction (PCR).
Metode ini untuk identifikasi bakteri Salmonella typhosa . yang akurat adalah mendeteksi
DNA (asam nukleat)gen flagellin bakteri Salmonella typhosa dalam darah dengan teknik
hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara Polymerase Chain Reaction

(PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk Salmonella Typhi.


Biakan feses dan urine.
Biakan ini positif biasanya pada minggu kedua dan ketiga. (1,2,3,4,5)

DIAGNOSIS BANDING

Demam Paratifoid A,B,C


Malaria (1,3,4,5)

KOMPILKASI
Komplikasi pada usus halus :

Perdarahan .
Perforasi.
Peritonitis.

Komplikasi di luar usus halus :


Kepaniteraan Klinik Senior
Ilmu Kesehatan Anak

RSU DR. Pirngadi


Medan

Bronkitis.
Bronkopneumonia.
Kolesistisis.
Meningitis.
Miokarditis.(1)

PENATALAKSANAAN

Bed rest.
IVFD sesuai umur.
First line
Kloramfenikol 50 100 mg / kgBB/ 4 dosis / iv sampai 10 14 hari atau 5 7 hari bebas
demam.
Tiamfenikol 50 100 mg / kg BB/ hari, selama 10 14 hari.
Kotrimoksazol 30 40 mg / kgBB/hari.
Ampisilin dan amoksisilin 100 200 mg/ kgBB/4 dosis.
Seftriakson 50 100 mg/kgBB/2 dosis.
Sefotaxim 150 200 mg / kgBB/hari dibagi 3 4 dosis.
Siprofloxacin 200- 400 mg oral pada anak berumur lebih dari 10 tahun .
Antipiretik : paracetamol 10 15 mg/kgBB/x beri.
Transfusi darah bila terdapat perdarahan.
Pemberian cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak
serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.(1,3,4)

PENCEGAHAN

Meningkatkan higienis dengan cara memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang

dikonsumsi.
Untuk makanan, pemanasan sampai sushu 57 C beberapa menit juga dapat mematikan

kuman Salmonella typhi.


Penurunan endemitas suatu daerah tergantung pada baik atau buruknya pengadaan sarana
air bersih dan pengaturan pembuangan sampah.(3,4)

Kepaniteraan Klinik Senior


Ilmu Kesehatan Anak

RSU DR. Pirngadi


Medan

PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik tergantung pada umur, keadaan umum, gizi, derajat kekebalan
penderita, cepat dan tepatnya pengobatan. Prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang
berat seperti hiperpireksia atau febris kontinua, penurunan kesadaran, kompilkasi berat seperti
dehidrasi, asidosis, perforasi usus dan gizi buruk.

DAFTAR RUJUKAN
1. Rampengan, T.H. Demam Tifoid. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta: 2007. 46-62
2. Prasetio, Riski Vitria, Ismodoedijanto. Metode Diagnosa Demam Tifoid pada Anak.
Devisi Tropik dan Penyakit Infeksi FK UNAIR/ RSU Dr. Soetomo Surabaya
3. Poorwo Soedarmo, Soemarmo S dkk. Demam Tifoid. Buku Ajar Infeksi dan Pediatrik
Tropis. Ikatan Dokter Indonesia edisi II. Jakarta: 2010. 338-345
4. Hassan R, Alatas H. Tifus Abdominalis. Ilmu Kesehatan Anak II, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI. Jakarta: 1985. 593-598
5. Mansjoer A, dkk. Tifus Abdominalis. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, jilid II.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. Jakarta: 2000. 432-433

Kepaniteraan Klinik Senior


Ilmu Kesehatan Anak

Anda mungkin juga menyukai