(MCK). Kegiatan semacam ini merupakan gejala umum yang terjadi di berbagai
tempat, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar sungai, termasuk
masyarakat
yang
tinggal
di
wilayah
Kabupaten
Bantul
yang
wilayah
pemukimannya dilalui aliran sungai atau bahkan yang berada jauh dari tempat
sungai itu mengalir. Salah satunya adalah Sungai Progo. Sungai Progo melintasi
beberapa wilayah, Sebuah sungai yang mengaliri daerah Yogyakarta dan Jawa
tengah.
Di Yogyakarta, Sungai Progo ini mengaliri daerah meliputi Kabupaten Bantul ,
Sleman , dan Kulon Progo . Salah satunya adalah daerah perbatasan Kulon
Progo dan Bantul. Desa Triwidadi, Pajangan, Bantul adalah salah satu desa di
daerah Bantul yang bersebelahan dengan Sungai Progo. Sungai Progo, adalah
Sungai yang melintasi daerah ini, sungai yang membatasi daerah bantul dengan
Kulon Progo . Jadi sebelah timur dari Sungai Progo adalah daerah bantul
sedangkan di sebelah barat adalah daerah Kulon Progo.
Banyak aktivitas yang timbul berkat keberadaan Sungai Progo. Di sebelah barat
Sungai Progo (Kulon Progo) terdapat penambangan pasir. Ketika mata saya
memandang ke arah barat dari tempat saya berpijak di desa Triwidadi, Pajangan
Bantul saya sudah di hadapkan pada sebuah gundukan pasir yang dimana disitu
adalah sebuah gundukan pasir
Benar memang kata Pak Gangsar, Sungai Progo adalah sebuah sungai yang
menjadi sumber air baik untuk irigasi, atau kebutuhan rumah tangga seperti
memasak, mandi dan lain sebagainya. Air yang di pergunakan untuk irigasi di
tampung dalam bendungan khusus yang di alirkan lewat dalam tanah melalui
trowongan yang terdapat pipa besar di dalamnya. Menurut informan saya, (Pak
Gangsar) Pipa yang terdapat di bawah tanah ini panjangnya kurang lebih sekitar
2km yang di bangun sejak tahun1924 oleh Belanda. Pipa-pipa itu akan mengairi
air ke sawah dari beberapa desa di Kabupaten Bantul, seperti Srandakan,
Ganjuran Dan lain-lain.
Berbeda dengan irigasi, Kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga seperti
memasak, mencuci baju, dan MCK. Airnya harus di proses terlebih dahulu, oleh
PDAM (Perusahan Daerah Air Minum). Disini air dari sungai progo harus di
filterisasi terlebih dahulu, kerana memang kualitas air dari Sungai Progo kurang
bersih. Air yang terdapat di Sungai Progo kondisinya sangat keruh, karena
tercampur material seperti pasir, kerikil, bahkan mungkin kotoran-kotoran yang
berasal dari hulu sungai.
Hulu utama aliran Kali Progo adalah Gunung Sindoro, dan juga berhulu pada
Gunung Merapi, Gunung Menoreh, Gunung Merbabu, dan Gunung Sumbing,
kemudian bermuara di Pantai Trisik di pesisir selatan Jawa menuju Samudera
Hindia. Terdapat beberapa anak sungai yang mengalir ke Kali Progo, yaitu Kali
Krasak dan Kali Bedog yang berhulu di Gunung Merapi, Kali Tangsi yang
berhulu di Gunung Sumbing, Kali Tingal yang berhulu di Gunung Sijambul, dan
Kali Elo yang berhulu di Gunung Merbabu. Semua daerah yang di lewati Sungai
Progo, rata-rata semuanya membutuhkan air dari sungai tersebut.
Kembali ke Desa Triwidadi, Pajangan, Bantul. Di Desa ini terdapa tem,pat
Filterisasi air oleh PDAM yang berdiri sejak dahulu. Walaupun tempat yang di
pergunakan untuk membangun PDAM serta penampungan air ii ada di Desa
Triwidadi, namun bangunan ini berdiri berada di tanah milik Kraton Yogyakarta.
Sekitar 7000 pelanggan keluarga di Kabupaten Bantul menjadi pelanggan dari
PDAM ini, karena banyaknya pengguna air atau lebih tepatnya orang yang
Ketika saya sedang melakukan observasi pada hari kedua, saya bertemu
dengan saudara Revy Himawan di dekat bendungan yang berada di Desa
Triwidadi. Revy Himawan, seorang anak muda berusia 19 tahun yang saya temui
sedang duduk di bangunan yang berada di bendungan. Revy mengaku sering ke
tempat ini walau hanya sekedar melihat pemandangan sungai yang cukup luas.
ini tempatnya bagus sih, jadi saya ketagihan datang ketempat ini. Sebenarnya
kalo di rawat dengan baik dan di bangun sebuah tempat wisata sepertinya
tempat ini bisa menjadi salah satu tempat yang sering di kunjungi karena
pemandangannya.
Tutur
Revy
sambil
membidik
sebuah
gambar
dari
Dokumentasi
Foto ketika observasi dan wawancara
1. Saya bersama Bapak Gangsar (52 tahun)
4.
9.
10.