TINJAUAN PUSTAKA
Nilai tukar atau kurs merupakan harga dari satu mata uang dalam mata uang lain (Miskhin,2008).
Nilai tukar atau kurs satu mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing.
Menurut Dornbusch,S and R.Startz Fisher Perubahan nilai tukar mata uang bisa terjadi karena
empat hal, yaitu :
a.
b.
c.
d.
Depresiasi (depreciation), adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai
mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply
and demand di dalam pasar (market mechanism).
Apresiasi (appreciation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai
mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply
and demand di dalam pasar (market mechanism).
Devaluasi (devaluation), adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai
mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.
Revaluasi (revaluation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai
mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.
Menurut Triyono (2008) terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku, yaitu: sistem kurs
mengambang (floating exchang rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat
merangkak (crawling pegs),sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed
exchange rate).
Di setiap negara memiliki suatu sistem kurs yang biasanya ditentukan oleh kebijakan yang dianut
oleh pemerintah di masing-masing negara. Terdapat tiga sistem kurs valuta asing yang dipakai
suatu negara, yaitu:
a.
b.
Sistem kurs bebas (floating), dalam sistem ini tidak ada campur tangan pemerintah untuk
menstabilkan nilai kurs. Nilai tukar kurs ditentukan oleh permintaan dan penawaran
terhadap valuta asing.
Sistem kurs tetap (fixed), dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang
bersangkutan turut campur secara aktif dalam pasar valuta asing dengan membeli atau
menjual valuta asing jika nilainya menyimpang dari standar yang telah ditentukan.
c.
Sistem kurs terkontrol atau terkendali (controlled), dalam sistem ini pemerintah atau bank
sentral negara yang bersangkutan mempunyai kekuasaan eksklusif dalam menentukan
alokasi dari penggunaan valuta asing yang tersedia. Warga negara tidak bebas untuk campur
tangan dalam transaksi valuta asing. Capital inflows dan ekspor barang-barang
menyebabkan tersedianya valuta asing.
Apabila terjadi Kenaikan harga valuta asing (kurs)/depresiasi atas mata uang dalam negeri. Mata
uang asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri merosot.
Sedangkan kurs menurun atau apresiasi mata uang dalam negeri, maka mata uang asing menjadi
lebih murah, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri meningkat. Nilai tukar merupakan
salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena
investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs rupiah
terhadap mata uang asing khususnya Dollar AS memiliki pengaruh negatif tehadap ekonomi dan
pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
2.2 Net Expor
Menurut William A. McEachern (2000;148) ekspor neto adalah sama demgan nilai ekspor
barang dan jasa di kurangi impor barang dan jasa. Sebelumnya dibahas mengenai definisi ekspor
dan impornya. Sedangkan, dalam N. Gregory mankiw (2006:27) ekspor neto (net export) adalah
nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurang nilai barang dan jasa yang di impor
dari negara lain. Ekspor neto bernilai positif ketika nilai ekspor lebih besar dari nilai impor dan
negatif ketika nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor. Ekspor neto menunjukkan
pengeluaran neto dari luar negeri atas barang dan jasa , yang memberikan pendapatan bagi
produsen domestik.
Secara terpisah dapat dijelaskan bahwa impor diartikan sebagai pembelian barang dan jasa dari
luar negeri ke dalam negeri dengan perjanjian kerjasama antara 2 negara atau lebih. Impor juga
bisa dikatakan sebagai perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah
Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996 : 403)
Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke
dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai
di negara pengirim maupun penerima.
Perubahan nilai impor di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sosial politik,
pertahanan dan keamanan, inflasi, kurs valuta asing serta tingkat pendapatan dalam negeri yang
diperoleh dari sektor-sektor yang mampu memberikan pemasukan selain perdagangan
internasional. Besarnya nilai impor Indonesia antara lain ditentukan oleh kemampuan Indonesia
dalam mengolah dan memanfaatkan sumber yang ada dan juga tingginya permintaan impor
dalam negeri.
Sedangkan Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara
lain. Biasanya proses ekspor dimulai dari adanya penawaran dari suatu pihak yang disertai
dengan persetujuan dari pihak lain melalui sales contract process, dalam hal ini adalah pihak
Eksportir dan Importir. Proses pembayaran untuk pengiriman ini dapat melalui metode Letter of
Credit (L/C) atau non-L/C, masing-masing metode memiliki risiko dan keuntungan tersendiri.
Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional. Penjualan barang oleh eksportir
keluar negeri dikenai berbagai ketentuan dan pembatasan serta syarat-syarat khusus pada jenis
komoditas tertentu termasuk cara penangan dan pengamanannya. Setiap negara memiliki
peraturan dan ketentuan perdagangan yang berbeda-beda. Khusus ekspor komoditas pertanian
dan perikanan di indonesia sebagaian besar tidak memiliki ketentuan dan syarat yang terlalu
rumit bahkan pemerintah saat ini mempermudah setiap perusahaan untuk mengekspor hasil
pertanian dan perikanannya ke luar negeri. Hal ini merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan ekspor di Indonesia.
Menurut Anatasia Widhia K.W Debat mengenai peranan ekspor dalam pembangunan ekonomi
sudah tampak sejak tahun 1950an. Dalam teori ekonomi makro (macro-economic theory),
hubungan antara ekspor dengan pertumbuhan ekonomi dan atau pendapatan nasional merupakan
suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional.
Tetapi, dalam teori ekonomi pembangunan, keterkaitan kedua variabel tersebut merupakan kasus
khusus yang menarik untuk dibahas terutama dalam dataran empiris.
Hasil penelitian Salamo dan Hutabarat (2007), menunjukkan dalam jangka panjang ekspor,
impor, nilai tukar riil, jumlah pekerja dan krisis berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Berdasarkan temuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah
mesin pertumbuhan ekonomi atau Export Led Growth, nilai tukar riil adalah salah satu faktor
daya saing.
Pada dasarnya beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional suatu
negara dengan negara lainnya bersumber dari keinginan untuk memperluas pemasaran komoditas
ekspor, memperbesar devisa bagi kegiatan pembangunan, perbedaan penawaran dan permintaan
antar negara, serta akibat perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditas tertentu
(Gonarsyah, 1987).
2.3 Pertumbuhan Ekonomi
Faktor produksi kedua adalah tanah.Tanah yang dapat ditanami merupakan faktor yang
paling berharga. Selain tanah, sumber daya alam yang penting antara lain minyak-minyak
gas, hutan air dan bahan-bahan mineral lainnya.
3. Kapital (Modal).
Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi, yang
mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Pembentukan modal modal dan investasi
ini sebenarnya sangat dibutuhklan untuk kemajuan cepat di bidang ekonomi.
4. Teknologi.
Teknologi merupakan suatu cara mengolah atau menghasilkan suatu barang atau jasa
tertentu. Teknologi erat kaitannya dengan inovasi yaitu penemuan baru yang telah diterapkan
dalam proses produksi. Dengan faktor teknologi ini dapat meningkatkan dan memperbaiki
pertumbuhan disamping faktor capital, tenaga kerja, dan sumber daya alam.
Teori-teori Mengenai Pertumbuhan Menurut Pandangan Ahli-ahli Ekonomi yaitu:
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni
pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan ekonomi sangat
dipengaruhi oleh produktivitas sektorsektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen
yang lebih baik.
Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktorfaktor produksi
Persamaannya adalah :
Y = f (K, L, T)
Y = tingkat pertumbuhan ekonomi
K = tingkat pertambahan barang modal
L = tingkat pertambahan tenaga kerja
T = tingkat pertambahan teknologi
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model)
maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan
sektor modern Lewis yakni:
Y = Aet . K . L1- ....................................................................(1)
Y
Et
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mencoba mempelajari hasil-hasil penelitian yang
berkaitan dengan topik yang sedang ditulis yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Tabel 2.1 Ringkasan Jurnal Penelitian, Kerjasama Ekonomi ASEAN: Sebuah Studi
Bibliografi Beranotasi
Judul
Penulis/Tanggal
Astuti Widyaningsih
Tujuan
Jenis Data
Metode Analisis
Hasil dan
Kesimpulan
Tabel 2.2 Ringkasan Jurnal Penelitian, Kendala Akspor Industri Pengolahan Di Eks
Karesidenan Surakarta
Judul
Penulis/Tanggal
Tujuan
Jenis Data
Ringkasan
Kesimpulan
oleh pelaku usaha yang dapat menghambat kegiatan produksi dan ekspor
produksi industri adalah faktor kinerja ekonomi daerah, faktor infrastruktur,
faktor efisiensi bisnis, dan faktor efesiensi pemerintah. Selain itu,
ditemukan rendahnya peringkat daya saing kabupaten/kota di eks
Karisidenan Surakarta ditinjau dari faktor daya saing secara umum. Sektor
finansial, secara alamiah memiliki andil dalam memicu inflasi dan
menghambat pertumbuhan ekonomi. Terdapat pengecualian untuk SBI
(konvensional) yang terlihat mempunyai andil menahan inflasi sebesar 1,52
persen. Andil SBI dalam menahan inflasi ketika kontraksi moneter sesuai
dengan praktek kebijakan moneter konvensional selama ini, namun memicu
inflasi melalui peningkatan suku bunga kredit dan menghambat
pertumbuhan ekonomi. Pada sisi lain, variabel-variabel Syariah yang
utamanya adalah variabel sektor riil, secara alamiah memiliki andil dalam
menahan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
- kesimpulan empiris bahwa kebijakan moneter untuk(pengurangan
inflasi) dengan pola Syariah lebih efektif dari pada dengan pola
Konvensional. Kesimpulan ini memberikan beberapa implikasi logis, (i)
bahwa dalam sistem moneter ganda, alternatif pendekatan kebijakan
moneter dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
yang tidak bertentangan untuk konvensional maupun Syariah. Hal ini
sejalan dengan usulan strategi dari Choudhury (1997), Ascarya, et al.
(2007) dan Ascarya dan Sakti (2008); (ii) pendekatan harga masih dapat
digunakan, namun dengan menggunakan Real Rateof Return sebagai
Policy Rate, sehingga dapat applicable untuk Konvensional maupun
Syariah. Hal ini juga sejalan dengan Ryandono (2006), Ascarya, et al.
(2007), Ascarya, et al. (2008), Ascarya (2009), dan Ascarya dan