Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Pada kode etik kedokteran indonesia telah tercantum secara garis besar

perilaku dan tindakan-tindakan yang layak atau tidak layak dilakukan oleh seorang
dokter dalam menjalankan profesinya. Sedangkan perngertian kode etik adalah
ketentuan tertulis tentang nilai-nilai dalam profesi sebagai standar berprilaku atau
kumpulan peraturan tingkah laku. Sedangkan kode hukum adalah himpunan
peraturan hukum yang mengatur kegiatan kehidupan manusia yang dapat
dipaksakan

pelaksanaanya.

Namun

ada

saja

dokter

yang

tega

melakukan

pelanggaran etik bahkan pelanggaran etik sekaligus hukum (etikolegal) terlebih


dalam lingkungan masyarakat yang sedang mengalami krisis akhir-akhir ini. Fakta
menunjukan bahwa sanksi yang diberikan oleh atasan ataupun oleh organisasi
profesi kedokteran selama ini terhadap pelanggaran etik itu tidak tegas dan
konsisten . hal ini disebabkan karena belum d I manfaatkannya organisasi profesi
kedokteran oleh masyarakatb untuk menyampaikan keluhan-keluhannya dan tidak
jelasny batas-batas antara yang layak dan tidak layak dilakukan oleh seorang
dokter terhadap pasien, teman sejawat dan masyarakat umum lainnya.
Dalam kasus ini atresia ani atau anus imperforata di sebut sebagai
malformasi anorektal merupakan suatu kelainan kongenital atau dengan anus tidak
nsempurna termasuk agenesis an, agnesis rekti dan atresia rekti. Insiden 1:5000
kelahiran yang dapat muncul sebagai penykit tersering yang merupakan sindrom
vactrerl (vertebra,anal,kaldial,esovageal.limb)
1.2

RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana hukum dan kode etik dalam dunia kedokteran ?


b. Bagaimana seorang calon dokter harus memahami hukum dan bioetik
kedokteran ?
c. Mengapa kasus Atresia Ani termasuk kasus kelalaian dokter ?

Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

1.3

TUJUAN
Penyusunan masalah ini dimaksudkan untuk
a. Mengetahui mengapa kasus Atresia Ani termasuk kasus kelalaian dokter
b. Mengetahui hukum dan kode etik kedokteran
c. Meninjau kasus kelalaian dalam dunia kedokteran beserta pasal yang
mengaturnya

Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

HUKUM KELALAIAN DOKTER

Hukum yang berlaku di Indonesia tentang kelalaian dokter :


Pasal 359 KUHP yang berbunyi : Barangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau kurungan paling lama satu tahun
Pasal 360:
1. Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana paling lama lima tahun atau
pidana kurungan paling lama satu tahun.
2. Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan
pekerjaan, jabatan, atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam
bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
Penjelasan :
a). Pasal 359 tentang tindak pidana penghilangan nyawa karena kealpaan dipidana
lebih berat dari pidana penjara maksimal 1tahun atau pidana kurungan maksimal 9
bulan menjadi pidana penjara maksimal 5 tahun atau pidana kurungan maksimal
1tahun.
b) Pasal 360 tentang tindak pidana karena kesalahan menyebabkan luka berat,
sehingga menyebabkan orang sakit sementara atau tidak dapat menjalankan
profesinya semula dipidana maksimal 9 bulan penjara atau kurungan maksimal 6
bulan atau denda maksimal Rp. 300,-, dipisah menjadi dua ayat, yaitu:
(1). Pasal 360 ayat (1) tentang tindak pidana perlukaan berat karena kealpaan
dipidana lebih berat menjadi pidana penjara maksimal 5 tahun atau pidana
kurungan maksimal 1 tahun.
(2). Pasal 360 ayat (2) tentang tindak pidana perlukaan karena kealpaan sehingga
menyebabkan seseorang menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan
pekerjaan dipidana lebih berat menjadi pidana penjara maksimal 9 bulan atau
pidana kurungan maksimal 6 bulan atau pidana denda maksimal Rp. 300,-.
Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

2.2

KODE ETIK KEDOKTERAN


Pengertian Pelanggaran Kode Etik Profesi :

Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis
yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar
dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar
atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari dan
sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat. Jadi kalau pelanggaran
kode etik profesi berarti pelanggaran atau penyelewengan terhadap sistem norma,
nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar
dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi suatu profesi dalam
masyarakat
Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi
a. Pengaruh sifat kekeluargaan
Misalnya, yang melakukan pelanggaran adalah keluarga atau dekat hubungan
kekerabatannya dengan pihak yang berwenang memberikan sangsi terhadap
pelanggaran kode etik pada suatu profesi, maka ia akan cendrung untuk tidak
memberikan sangsi kepada kerabatnya yang telah melakukan pelanggaran kode
etik tersebut.
b. Pengaruh jabatan
Misalnya yang melaukan pelanggaran kode etik profesi itu adalah pimpinan atau
orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi pada profesi tersebut, maka bisa jadi
orang lain yang posisi dan kedudukannya berada di bawah orang tersebut, akan
enggan untuk melaporkan kepada pihak yang berwenang memberikan sangsi,
karena kekhawatiran akan berpengaruh kepada jabatan dan posisinya pada profesi
tersebut.
c. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga
menyebabkan pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa khawatir
melakukan pelanggaran.
d.Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat
e.Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi masyarakat
untuk menyampaikan keluhan
f.Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena
buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri
Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

g.Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya
h.Tidak adanya kesadaran etis da moralitas diantara para pengemban profesi
untuk menjaga martabat luhur profesinya.

Kode Etik Kedokteran mencakup :

Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah
Dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang
tertinggi.
PasaI 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
Pasal 4
Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri..
b. Secara pribadi atau bersama-sama menerapkan pengetahuan, dan keterampilan
kedokteran dalam segala bentuk, tanpa kebebasan profesi.
c. Menerima imbalan selain dan pada yang layak sesuai dengan jasanya, kecuali
dengan keikhlasan, sepengetahuan dan atau kehendak penderita.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkm melemahkan daya tahan makhluk
insani, baik jasmani maupun rohani, hanya diberikan untuk kepentingan penderita.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.

Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus
mengutamakan/mendahulukan kepentingan masyarakat dan memperhatikan
semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat di bidang keschatan dan
bidang lainnya serta masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaikbaiknya.
Pasal 10
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya meindungi hidup
makhluk insani.
Pasal 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus lkhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ini tidak mampu
melakukan suatu pcmeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk penderita
kepada dokter yang mempunyai keahilan dalam penyakit tersebut.
Pasal 12
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantiasa
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat atau dalam
masalah lainnya.
Pasal 13
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasal 14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
Pasal 15
Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin


diperlakukan.
Pasal 16
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawat, tanpa
persetujuannya.
Pasal 17
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 18
Setiap dokter hendaklah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.

Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus kematian bayi pasangan suami istri Ny. L dan Tuan A, saat
dilahirkan tidak menunjukan tanda-tanda sakit sehingga di perbolehkan
pulang oleh dokter, sehari sesudahnya orana tua bayi panic karena bayinya
terus menerus menangis. Ketika di perhatikan dengan seksama ternyata bayi
ms tidak mempunyai anus, padahal dokter sebelumnya tidak memberi tahu
kondisi tersebut, diduga tidak pernah tahu perihal kondisibayi tanpa anus
bayi tersebut sempat di bawa ke RS y dioperasi untuk anus buatan, 2 hari
setelah itu nyawa si bayi tidak tertolong, pada dasarnya kasus ini
menyatakan bahwa adanya pelanggaran etik dan hukum.

3.2

HUBUNGAN KASUS DAN PASALNYA

Kasus di atas menyinggung pasal-pasal dan kode etik sebagai berikut:


Kode etik Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya
pasal10
Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya meindungi hidup


makhluk insani.
Pasal 14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.

UU Nomor 1 Tahun 1960 tentang Perubahan KUHP. Dengan undang-undang


ini ancaman pidana pada Pasal 359, 360, dan 188 diubah, yaitu :

Pasal 359 tentang tindak pidana penghilangan nyawa karena : kealpaan


dipidana lebih berat dari pidana penjara maksimal 1 tahun atau pidana
kurungan maksimal 9 bulan menjadi pidana
Penjara maksimal 5 tahun atau pidana kurungan maksimal 1 tahun
Pasal 360 tentang tindak pidana karena kesalahan menyebabkan luka
berat, sehingga menyebabkan orang sakit sementara atau tidak dapat
menjalankan profesinya semula dipidana maksimal 9 bulan penjara atau
kurungan maksimal 6 bulan atau denda maksimal Rp. 300,-, dipisah
menjadi dua ayat, yaitu:
Pasal 360 ayat (1) tentang tindak pidana perlukaan berat karena
kealpaan dipidana lebih berat menjadi pidana penjara maksimal 5
tahun atau pidana kurungan maksimal 1 tahun,
Pasal 360 ayat (2) tentang tindak pidana perlukaan karena kealpaan
sehingga menyebabkan seseorang menjadi sakit sementara atau tidak
dapat menjalankan pekerjaan dipidana lebih berat menjadi pidana
penjara maksimal 9 bulan atau pidana kurungan maksimal 6 bulan
atau pidana denda maksimal Rp. 300,-.
Pasal 188 tentang tindak pidana kebakaran, peletusan, atau banjir yang
membahayakan umum atau menyebabkan matinya orang lain karena
kealpaan dipidana lebih ringan yaitu pidana penjara maksimal 5 tahun
atau pidana kurungan maksimal 1 tahun atau pidana denda maksimal Rp.
300,-

Menurut pasal-pasal di atas maka dokter yang bersangkutan


melakukan kelalaian sehingga menyebebkan kematian pada pasien, dimana
pihak rumah sakit dan dokter yang bersangkutan mau tidak mau harus
menerima konsekuensi yang tertera pada pada pasal-pasal di atas.
Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

BAB IV
KESIMPULAN

Menurut kelompok kami Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan
apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Sedangkan hukum-hukum tentang pelanggaran kode etik kedokteran
tercantum pada UU Nomor 1 Tahun 1960 tentang Perubahan KUHP. Dengan

undang-undang ini ancaman pidana pada Pasal 359, 360, dan 188 diubah.
Adapun penyebab pelanggaran kode etik profesi antara lain. Pengaruh masih
lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga menyebabkan pelaku
pelanggaran kode etik profesi tidak merasa khawatir melakukan pelanggaran. Serta
tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat. Oleh karena itu sebagai
seorang dokter kita harus memahami betul tentang kode etik, hukum, dan
pelanggaran-pelanggarannya.

Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

10

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI no. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik


Kedokteran. Jakarta : CV Eko Jaya
Moeljatno, 2003. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
www.mikroskil.ac.id/~erwin/etika%20profesi/03.ppt, 13 Oktober 2009
http://mahrus.wordpress.com/2008/02/04/penyebab-pelanggaran-kode-etik-profesiit, 13 Oktober 2009

Kelalaian dan Hukum Kedokteran Pada Kasus Atresia Ani

11

Anda mungkin juga menyukai