Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ECO OFFICE
DI INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas telah tersusunnya Panduan dan Pedoman Pelaksanaan
Eco-Office untuk digunakan oleh pihak yang berkepeningan seperti perusahaan, instansi, kantor
pemerintahan, institusi, organisasi serta pihak-pihak terkait lainnya.
Pedoman ini disusun dalam rangka melakukan tindakan perbaikan terhadap kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan selama ini terkait penyelenggaraan Eco-Office di lingkungan perusahaan, instansi
dan kantor pemerintahan terkait lainnya, yang sifatnya masih secara parsial, belum
terdokumentasikan dengan baik serta belum dikomunikasikan secara optimal dengan semua unit
kerja yang ada.
Pelaksanaan Eco-Office memerlukan dukungan dan kerjasama dengan semua unit kerja yang aktif
terlibat. Kondisi ini tentunya tidak akan terwujud tanpa komitmen dari setiap individu yang berada di
lingkungan tempat kerja atau badan usaha tersebut, melalui perubahan sikap dan perilaku peduli
terhadap lingkungan dari suatu kegiatan yang paling sederhana yang dapat dilakukan kesehariannya
di dalam kegiatan perkantoran.
Komitmen bersama dalam mewujudkan penerapan kantor peduli lingkungan atau Eco-Office ini
diharapkan dapat membuktikan suatu kinerja lingkungan perkantoran yang baik, dan dapat menjadi
contoh bagi lingkungan perusahaan/institusi/asosiasi/badan usaha lainnya.
Panduan dan Pedoman Pelaksanaan Eco-Office ini sebagai salah satu alat untuk menuju pada
perubahan lingkungan di suatu lingkungan perkantoran ke arah lebih baik. Masukan, saran dan
kerjasama dalam pelaksanaan Panduan dan Pedoman ini sangat diperlukan untuk mencapai tujuan.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
1.
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
1.2.
1.3.
2.
Kategori Penilaian
2.1.
2.2.
Efisiensi Energi
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
Penghijauan
2.8.
11
Formulir Isian
Lampiran Formulir Isian
ii
1.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsep green building adalah bagian dari pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Di dalam
konsep green building tersebut, pandangan untuk menjaga prinsip-prinsip ekologis menjadi bagian
untuk memberikan manfaat kepada pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup. Lebih luas lagi,
perpaduan konsep tersebut tentunya tidak hanya akan bermanfaat kepada aspek lingkungan, tetapi
juga kepada aspek ekonomi maupun aspek sosial.
Penerapan prinsip ekologis di dalam bangunan gedung selain bertujuan untuk menjaga
keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan, juga berguna dalam menciptakan kualitas dan
kenyamanan suatu ruang sebagai wadah aktivitas manusia, yang hampir 80 - 90% hidupnya berada
di dalam ruangan. Untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan, dapat dilakukan
dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan saat ini
tanpa mengurangi bahkan meniadakan kesempatan generasi selanjutnya dalam menggunakan
sumber daya di masa yang akan datang. Sedangkan untuk menciptakan kualitas dan kenyamanan
suatu ruang, dapat dilakukan pemantauan terhadap sumber pencemaran, pengendalian
pengkondisian udara, penyedian sistem ventilasi yang cukup serta strategi aktif lainnya.
Untuk perihal bangunan dengan fungsi perkantoran, penerapan green building dalam menjaga
prinsip-prinsip ekologis akan mencakup kinerja, aktivitas dan operasional di dalamnya. Penerapan
konsep tersebut diwujudkan dalam suatu acuan yang berguna mengatur dan menjalankan
operasionalnya sehari-hari, yang dapat dikategorikan sebagai pendekatan Eco-Office.
Penerapan konsep Eco-Office ini dapat dilakukan dalam tahap operasional dan pemeliharaan baik
dengan melakukan renovasi bangunan atau pun dengan melakukan peningkatan manajemen sumber
daya manusia yang berada didalamya. Konsep Eco-Office diharapkan dapat diterapkan secara
menyeluruh dimulai dari kesadaran, komitmen dan kebijakan manajemen, efisiensi penggunaan
energi, efisiensi dan kualitas air, konsisten menjaga kualitas udara dalam ruang untuk kesehatan dan
kenyamanan pengguna, pengelolaan limbah secara terpadu, kegiatan penghijauan hingga isu
transportasi, yang kesemuanya harus diterapkan secara terarah.
Penerapan konsep Eco-Office sangat dirasakan pentingnya guna mendukung gerakan green building
yang selama ini sudah banyak diterapkan. Banyak keuntungan yang akan diperoleh; antara lain
produktivitas dari penghuni gedung yang semakin meningkat, penghematan dan efisiensi, hingga isu
pengurangan degradasi lingkungan yang juga tidak kalah pentingnya.
Mereka yang akan menggunakan parameter ini adalah pemeran utama dalam pelaksanaan EcoOffice. Diharapkan penerapan Eco-Office sendiri memberikan suatu budaya yang positif bagi
penghuni bangunan didalamnya dengan mengajak para pengguna gedung untuk:
1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemakaian sumber daya listrik, air, energi sehingga
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan
2. Menurunkan biaya operasional dan pemeliharaan dari bangunan gedung
3. Mengubah perilaku pengguna gedung dari konvensional menjadi perilaku hijau (green behaviour)
4. Menciptakan lingkungan perkantoran yang bersih, sehat, aman dan nyaman untuk mendukung
aktivitas kerja
5. Menjadi contoh nyata aktivitas dari suatu perusahaan, lembaga, pemerintah, institusional atau
organisasi yang peduli akan kelestarian lingkungan hidup
6. Mempertahakan daya dukung lingkungan untuk dapat mengakomodasikan aktivitas manusia baik
di dalam bangunan maupun di luar bangunan. Khususnya untuk di dalam bangunan, ditujukan
pula untuk dapat meningkatkan kesehatan penggunanya sehingga produktivitas kerja meningkat
1.2.
1.3.
Green Building Council Indonesia sebagai organisasi yang bergerak dalam upaya penegakan
pembangunan berkelanjutan sangat mendukung pelaksanaan program Eco-Office. Oleh karena itu,
Green Building Council Indonesia turut membantu memberikan panduan dan terlibat bersama-sama
dalam proses evaluasi program tersebut sehingga dapat berbagi pengalamannya kepada semua
pihak yang ingin menggunakan parameter Eco-Office sebagai standar yang dapat digunakan untuk
kantor-kantor pemerintahan lainnya.
Dengan bergerak pada konsep inilah maka kami Green Building Council Indonesia sangat
mendukung untuk mengembangkan konsep Eco-Office menuju ke arah lebih dekat kepada konsep
green building, dimulai dari identifikasi aktivitas dan kegiatan yang paling sederhana yang
kesehariannya dapat dilakukan dalam suatu perkantoran.
2.
2.1.
KATEGORI PENILAIAN
Manfaat nyata lainnya yang dapat dirasakan antara lain berupa jalinan hubungan yang baik dengan
komunitas sekitar yang telah ikut serta mendukung kegiatan pengadaan barang untuk kebutuhan
gedung. Selanjutnya hubungan yang sudah terjalin akan memupuk kepercayaan diantara para
penyedia jasa pelayanan sehingga dapat memperkuat kedudukan pengelola gedung terhadap
masyarakat lokal.
Prinsip dasar dari pelaksanaan pengadaan dan pembelanjaan yang bertanggung jawab antara lain:
a) Mengurangi konsumsi dan ketergantungan terhadap suatu produk, sehingga hanya membeli
apa yang di butuhkan bukan yang diinginkan
b) Mencari sumber daya dan produk lokal yang akan digunakan untuk melestarikan bisnis lokal,
industri kreatif kecil sekitar, sehingga dapat menghemat penggunaan energi dan transportasi
untuk pengadaannya
c) Membeli hanya produk yang ramah lingkungan dimulai dari proses produksinya, pemakaian
hingga pembuangannya
d) Membeli produk dalam jumlah besar guna menghemat kemasan serta mengurangi
pengolahan sampah yang dihasilkannya
e) Dalam penyediaan kebutuhan barang, sebaiknya dipertimbangkan untuk menyewa dari
perusahaan penyediaan jasa penyewaan/ menggunakan pihak ketiga untuk memenuhi
kebutuhan tertentu. Antara lain seperti: kebutuhan untuk acara tahunan, event waktu tertentu
dan sejenisnya, sehingga tidak perlu mengadakan pembelian barang baru
f) Memilih produk yang mempunyai kegunaan ganda dan
fleksibiltas yang tinggi untuk digunakan dalam di berbagai
kebutuhan sehingga menghemat biaya dan konsumsi energi.
Dengan adanya penghematan tersebut dapat digunakan untuk
pengadaan kebutuhan barang yang lain. Sebagai contoh
adalah mesin fotokopi yang sekaligus mempunyai fungsi
sebagai mesin scanner, faximili serta alat komunikasi
lainnya
g) Memilih barang-barang elektronik untuk keperluan operasional
gedung yang mempunyai label hemat energi yang dapat
menghemat penggunaan sumber energi listrik
Langkah-langkah Pengadaan/Pembelanjaan Bahan Operasional Gedung terutama untuk fungsi
perkantoran yang ramah lingkungan dapat ditempuh, antara lain:
a) Pemilihan barang yang berkualitas baik dan dapat diperbaiki
b) Pemilihan bahan yang tidak berlebihan dalam kemasan dan seminimal mungkin
menggunakan kemasan plastik (sepanjang kualitas bahan dapat terjaga)
c) Pemilihan bahan operasional kantor yang tidak merusak lingkungan dan mudah didaur ulang
d) Pengadaan bahan operasional kantor yang tidak mengandung unsur kimia tinggi, asbestos
dan merkuri
e) Mencari bahan pengganti alternatif untuk pestisida dan herbisida yang lebih ramah
lingkungan secara bertahap hingga bahan tersebut
f) Pemilihan produk operasional kantor yang bersertifikat setara SNI atau Eko Laboratorium
Indonesia
g) Pembelian alat pemadam kebakaran dengan bahan yang ramah lingkungan
h) Peralatan makanan dan minuman yang habis sekali pakai, disarankan untuk tidak dibeli
2.2.
Efisiensi Energi
Identifikasi penggunaan energi pada bangunan perkantoran merupakan langkah awal yang dapat
dilakukan untuk melakukan efisiensi energi. Konsumsi energi paling besar terdapat pada operasional
sistem tata udara, transportasi vertikal (lift/eskalator), dan tata cahaya. Sedangkan konsumsi energi
pada bangunan umumnya memakan sekitar 25 persen dari total biaya operasi bangunan. Untuk itu
diperlukan adanya praktik-praktik green yang diterapkan sejak tahap desain hingga pengoperasian
gedung, sehingga peningkatan efisiensi konsumsi energi dapat dilakukan. Pendekatan praktik-praktik
green ini juga akan mengurangi jejak karbon, potensi pemanasan global, serta potensi penipisan
lapisan ozon.
Berdasarkan data penelitian AMPRI 2004 index konsumsi energi pada bangunan gedung di
2
Indonesia sebesar 250 kWh/m .tahun. Angka ini dapat dijadikan dasar penetapan target
penghematan energi pada bangunan. Penghematan dapat dilakukan pada sistem tata udara, tata
cahaya, sistem transportasi vertikal, serta pada peralatan listrik dan mekanikal yang digunakan.
Pendekatan pada tahapan desain misalnya ditandai dengan
perencanaan yang berorientasi pada penggunaan teknologi
efisien energi sampai kepada pemilihan prasarana, sarana,
peralatan, bahan, dan proses yang secara langsung ataupun
tidak langsung menggunakan energi yang efisien.
Pada tahapan pengoperasian gedung, diharapkan suatu
bangunan menggunakan sistem pengoperasian yang efisien
energi. Identifikasi penggunaan energi pada bangunan
perkantoran merupakan langkah awal yang dapat dilakukan
untuk melakukan efisiensi energi.
Identifikasi dapat dilakukan dengan mendata berapa
penggunaan energi untuk sistem tata udara, tata cahaya dan
peralatan lainnya. Pemasangan kWh meter pada setiap jenis
penggunaan energi akan sangat membantu proses
pemantauan (monitoring) penggunaan energi.
Dengan pemasangan kWh meter pada setiap jenis
penggunaan energi maka akan diketahui konsumsi energi
masing-masing dan dapat terlihat dimana penghematan dapat
dilakukan. Dari evaluasi pemanfaatan energi ini, dapat disusun
strategi dan peluang untuk melakukan penghematan energi
serta target peningkatan efisiensi dalam rangka konservasi
energi.
2.3.
Penggunaan air bersih pada bangunan secara umum adalah untuk mengakomodasi aktivitas-aktivitas
konsumsi meliputi konsumsi untuk minum, memasak, aktivitas kebersihan, sampai dengan aktivitas
pemeliharaan seperti penyiraman tanaman dalam ruang atau pun irigasi untuk lansekap. Sumber air
bersih yang sering digunakan adalah berasal dari PDAM, sumur tanah dalam dan dari sungai.
Kebergantungan terhadap sumber air bersih ini seringkali tidak diiringi dengan perilaku yang
mendukung penghematan air dan pelestarian sumber dayanya.
2.4.
kedepan. Pemantauan dan pengawasan yang direncanakan harus ikut melibatkan seluruh pengguna
perkantoran tanpa terkecuali.
Hal utama yang seringkali menjadi acuan bagaimana usaha menciptakan
kualitas udara dalam ruang adalah pengkondisian ruang yang bebas dari asap
rokok. Hal tersebut dapat diciptakan dengan melarang keras penghuni untuk
merokok di seluruh area gedung dan tidak menyediakan bangunan /area khusus
di dalam gedung untuk tempat merokok. Disertai dengan pemberian kampanye
peraturan dilarang merokok dengan minimal pemasangan kampanye tertulis
secara permanen di setiap lantai, berupa stiker, poster, surat pernyataan,
brosur, email harian dan media jenis lainnya.
Kualitas udara di dalam ruangan dapat diciptakan dengan pendekatan pasif maupun aktif dan dijaga
dengan adanya perawatan berkala.
Pendekatan dengan cara pasif dapat dilakukan dengan cara
memberikan lubang ventilasi untuk kebutuhan sirkulasi udara
bergerak yang lebih luas, sehingga udara panas, polusi udara kotor
didalam ruangan seperti CO2, formaldehida, VOCs (Volatile Organic
Compounds), partikel-partikel dari produk-produk yang digunakan
serta senyawa organik yang mudah menguap dapat cepat berganti
dengan udara yang bersih dan segar. Sedangkan pendekatan
dengan cara aktif dapat dilakukan dengan menerapkan bantuan
desain dan teknologi tata udara, tata cahaya, sistem akustik, dan
sebagainya, untuk ikut membantu menciptakan kondisi yang diinginkan.
Selain itu, pemilihan produk pembersih untuk proses perawatan yang digunakan juga perlu menjadi
perhatian. Produk tersebut tidak boleh sampai mengganggu kualitas udara yang diciptakan dalam
ruang; karena kandungan zat kimia, pelarut, efek samping yang kasat mata. Produk tersebut juga
harus ramah lingkungan dan ramah terhadap pengguna, berbahan dasar air, tidak beracun, tidak
mudah menguap dan bereaksi diaplikasikan atau ketika tercampur dengan bahan lainnya.
Agar maksimal, proses pemantauan dan perawatan harus dilakukan secara rutin dan mendalam,
terutama pada instalasi tata udara, pemipaan, lubang masuk dan lubang keluar dari udara serta
sistem penyaringannya. Jika dimungkinkan, dapat pula dilakukan beberapa tes laboratorium secara
berkala untuk memastikan tidak adanya bakteri, virus dan kuman berbahaya dari udara yang
dihasilkan.
Dapat pula dengan cara menanyakan respon kepada pengguna gedung tentang tingkat kenyamanan
yang mereka inginkan dan rasakan seperti halnya suhu, tingkat penerangan, dan kebisingan. Dan
setiap tindakan dan hasil yang didapatkan, harus tertulis, tersimpan dan terdokumentasi dengan baik,
sebagai bukti otentik verifikasi.
2.5.
Masih rendahnya kesadaran pengguna gedung dalam melakukan pemilahan sampah menyebabkan
volume sampah yang semakin meningkat dari hasil buangan dalam berbagai bentuk. Pengelolaan
sampah menjadi penting karena akan membantu pihak manajemen bangunan perkantoran untuk
mengurangi beban limbah, yaitu dengan membatasi pemakaian material yang berlebihan dan dapat
memanfaatkan kembali limbah yang masih mempunyai nilai guna, sehingga akan berdampak
terhadap biaya yang akan dikeluarkan untuk mengelola limbah tersebut.
Pengelolaan sampah dimulai dengan melakukan pemilahan sampah. Dengan melakukan pemilahan
dari tahap awal, proses daur ulang akan dimulai lebih cepat sehingga beban TPA dapat berkurang.
Pemilahan sampah dapat dilakukan dengan menyesuaikan jenis sampah yang ada di perkantoran.
Pertimbangan pemilahan dapat dilakukan berdasarkan sampah mana yang mau dilakukan
pengolahan lebih lanjut, mana yang bisa di daur ulang, mana yang mau diolah menjadi kompos,
mana yang langsung disalurkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan
fasilitas pembuangan sampah yang terpisah antara tempat sampah
organik dan anorganik untuk memudahkan proses pengolahan
sampah selanjutnya mengacu konsep 3R. Pengelolaan sampah
yang baik dan benar adalah pengelolaan yang meliputi kegiatan
yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan. Hal ini bisa
dilakukan dengan memastikan bahwa sampah tetap terpisah hingga
ke proses pengolahan lebih lanjut.
Pengelolaan sampah ini perlu kerjasama dari pengguna, karena
percuma bila tempat sampah telah disediakan terpisah tetapi sampah tetap dibuang tercampur. Disini
peran manajemen harus kuat dalam mendorong pengguna dengan kampanye maupun pelatihan
(training). Pengguna gedung juga akan terdorong untuk memiliki sikap, kepedulian, dan kesadaran
untuk mengurangi dan menangani sampah yang dihasilkan, sehingga tidak hanya menjadi tanggung
jawab manajemen gedung saja namun juga setiap pengguna gedung yang menghasilkan sampah.
2.6.
Limbah cair yang dihasilkan perlu diolah hingga kualitas-nya sesuai dengan standar. Bila air limbah
hasil olahan akan dibuang ke drainase kota maka kualitasnya harus disesuaikan dahulu dengan
kualitas buangan dengan melalui beberapa evaluasi yang terstandarisasi.
Kriteria lainnya yang dirasakan penting adalah:
1. Sebuah perkantoran dirasakan perlu memiliki izin pembuangan
limbah cair (IPLC)
2. Saluran air limbah harus dipisahkan antara buangan dari black
water, grey water, air hujan. Dan saluran-saluran tersebut
harus kedap air
3. Tidak melakukan pengenceran air limbah dan tidak melakukan
By Pass air limbah
4. Jika diperlukan, pihak manajemen gedung dapat melakukan pencatatan secara berkala (pH
dan debit harian air limbah)
5. Menyediakan Instalasi Pengolah Air Limbah (STP) dan pemasangan Grease Trap pada bak
penampungan air buangan dari dapur sebelum dialirkan ke
STP.
Bila air limbah hasil olahan hendak digunakan kembali sebagai
sumber air alternatif, perlu dilakukan pengolahan lanjutan yang lebih
komprehensif, sehingga kualitas keluarannya dapat sesuai dengan
standar air untuk keperluan penggunaan kembali, serta dianjurkan
untuk memasang flowmeter dibagian keluaran hasil (outlet) IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk kemudahan pengukuran
dan pemantauan penggunaan air hasil olahan yang masijh dapat
digunakan untuk kebutuhan sekunder bangunan.
2.7.
Penghijauan
10
2.8.
11
FORMULIR ISIAN
PETUNJUK PENGISIAN
Pemenuhan variabel upaya (a) dapat dilihat dari adanya indikator pada kolom (c).
1.
Setiap variabel upaya (a) memiliki bobot masing-masing (b).
2.
Setiap variabel upaya (a) memiliki rentang skor (f) dari 0 s/d 100. Nilai 0 diberikan bila tidak memenuhi, dan bila memenuhi maka dapat diberikan nilai hingga 100.
3.
Centang pada kolom checklist (d), indikator (c) mana saja yang diterapkan.
4.
Isi kolom skor (f) dengan rentang nilai 0 s/d 100. Pengisian dengan mempertimbangkan nilai indikator (e) sesuai dengan indikator yang diterapkan.
5.
Total skor diperoleh dengan penjumlahan perkalian antara bobot (b) dengan skor (f).
6.
Total skor berkisar dari 0 s/d 10000.
7.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat, ketegori mana yang sudah dilaksanakan dan mana yang perlu ditingkatkan.
8.
Variabel (a)
Komitmen dan Kebijakan Manajemen
1.
2.
3.
4.
5.
Efisiensi Energi
1.
3.
20
20
Skor (f)
(b x f)
Memiliki target yang hendak dicapai dari pelaksanaan aktivitas ramah lingkungan.
20
40
60
40
Adanya program untuk memantau dan mengevaluasi aktivitas ramah lingkungan, yang
meliputi: pengukuran, pencatatan, penyiapan laporan dan usulan tindakan perbaikan.
100
100
2.8
2.6
100
17.6
Skor Maks
(e)
12.0
2.8
2.
Checklist (d)
2.2
0
Melakukan identifikasi penggunaan energi (jenis dan konsumsi energi).
30
70
Memasang kWh meter sesuai dengan jenis pemakaian energi (misal: tata udara, tata
cahaya, peralatan pendukung).
60
Mencatat dan mendokumentasikan hasil kWh meter secara rutin setiap bulan.
40
50
50
4.
5.7
5.
6.
Menggunaan pencahayaan alami minimal 30% luas lantai untuk bekerja, dengan
intensitas cahaya alami minimal 300 lux.
20
20
10
Menggunakan traffic management system atau regenerative drive system pada lift.
50
50
0
Melakukan identifikasi penggunaan air (sumber dan konsumsi air).
100
16.3
20
Menempatkan saklar yang mudah dilihat dan dijangkau pada saat buka/tutup pintu.
2.8 Melakukan evaluasi pemanfaatan air dan identifikasi peluang penghematan air serta
rekomendasi peningkatan efisiensi dalam rangka konservasi air (audit air).
2.
30
30
70
Memasang meteran air pada setiap sumber air bersih yang digunakan.
60
Mencatat dan mendokumentasikan hasil meteran air secara rutin setiap bulan.
40
2.2
3.
4.
5.
6.
7.
0.9 Menggunakan air tanah dalam, maksimal 20% dari penggunaan air keseluruhan.
100
30
35
35
100
100
40
60
18.5
0
Menerapkan dilarang merokok di seluruh area gedung.
3.7
35
Menyediakan area merokok di luar gedung yang berjarak minimal 5m dari bukaan
gedung.
Memiliki dan menerapkan sistem pemantauan dan sistem tanggap terhadap larangan
merokok.
30
35
2.
3.
4.
Perawatan berkala.
Melakukan perawatan secara berkala dan tercatat pada sistem penghawaan sesuai
Standard Operating Procedure (SOP).
Melakukan perawatan secara berkala dan tercatat pada toilet sesuai Standard
4.6 Operating Procedure (SOP).
Melakukan pembersihan ruangan secara rutin.
Menerapkan larangan makan di ruang kerja, untuk memudahkan pengendalian hama
(pest control) .
Menggunakan bahan pembersih ramah lingkungan untuk pemeliharaan (kriteria ramah
lingkungan lihat lampiran).
Mempunyai Material safety data sheet (MSDS) dari semua produk pembersih yang
3.5
digunakan.
Menggunakan material rendah volatile organic compound (VOC) dan formaldehida
pada komponen langit-langit, dinding, lantai.
Kenyamanan penghawaan.
1.7
5.
6.
Kenyamanan visual.
Penghijauan
1.
25
25
20
30
30
40
50
50
55
45
Kenyamanan pendengaran.
1.3
7.
30
Memasang CO2 sensor pada ruangan berkepadatan tinggi (seperti ruang serba guna,
1.3 ruang rapat umum).
4.
Pengelolaan Lahan.
5.
35
30
3.
100
10.7
Pengadaan taman.
2.
100
35
100
50
50
100
3.1
2.4
60
40
10.0
2.
3.
4.
5.
2.4
1.3
1.3
1.7
0
Memiliki dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP)/kebijakan untuk tidak
memesan makanan dengan kemasan styrofoam dan plastik.
Memiliki dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP)/kebijakan untuk tidak
menggunakan kemasan sachet.
Memiliki dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP)/kebijakan
penggunaan kertas bolak-balik.
Menyediakan tempat sampah berdasarkan jenis pemilahan sampah.
Memiliki Standard Operating Procedure (SOP) pengumpulan sampah terpilah oleh
petugas.
Melakukan pengolahan sampah organik (memiliki dokumen kerja sama dengan pihak
ketiga atau dapat dikelola sendiri).
Melakukan pengolahan sampah anorganik (memiliki dokumen kerja sama dengan
pihak ketiga atau dapat dikelola sendiri).
Melakukan pengolahan sampah B3 (memiliki dokumen kerja sama dengan pihak ketiga
atau dapat dikelola sendiri).
35
30
55
100
100
100
7.8
2.
40
60
60
60
7.0
1.
Lokasi berdekatan dengan 7 (tujuh) jenis fasilitas umum, dengan jarak maksimal dari
pintu utama gedung:
1. Pendidikan anak usia dini, TK, taman bermain, 500 m;
2. Sekolah (perpustakaan umum/taman bacaan, SD-SMA), 1500 m;
3. Pelayanan kesehatan (puskesmas, klinik, praktek doktek, rumah sakit, apotek),
1500 m;
4. Sarana peribadatan, 1000 m;
5. Perbankan (Bank, ATM), 500 m;
6. Warung/toko, 300 m;
7. Tempat makan/kantin/restoran, 300 m;
0.9 8. Sarana perdagangan (pertokoan, pusat pertokoan, pasar, pusat perbelanjaan,
1500 m;
9. Sarana niaga jasa (jasa perbengkelan, reparasi, fotokopi, salon, pangkas rambut,
binatu), 1500 m;
10. Balai warga/balai pertemuan, balai serbaguna, gedung pertemuan/gedung
serbaguna, 1000 m;
11. Sarana olahraga dan rekreasi (taman umum, bioskop, lapangan, kolam renang,
museum), 1000 m;
45
35
1.
3.
0
-
40
40
100
12. Kantor pelayanan prasarana umum (kantor pelayanan listrik, telepon, air, loket
pembayaran, pos, pemadam kebakaran, pos polisi, kantor kelurahan/kecamatan),
1000 m;
2.
Lokasi berdekatan dengan halte atau stasiun transportasi umum, maksimal 300 m.
40
2.4
3.
Menyediakan jalur pedestrian yang aman dan nyaman ke halte atau stasiun
transportasi umum.
Menyediakan shuttle bus.
3.7 Menyediakan car pooling.
Menyediakan tempat parkir sepeda.
100.0
60
35
30
35
TOTAL SKOR
Residu
Terlarut
Residu
Tersuspensi
SATUAN
KELAS
Keterangan
II
III
IV
deviasi 3
deviasi 3
deviasi 3
deviasi 5
mg/L
1000
1000
1000
2000
mg/L
50
50
400
400
6-9
6-9
6-9
5-9
Apabila secara
alamiah di luar
rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
0C
KIMIA ORGANIK
pH
BOD
COD
DO
Total fosfat
sbg P
NO3 sebagai
N
NH3-N
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
2
10
6
0,2
3
25
4
0,2
6
50
3
1
12
100
0
5
mg/L
10
10
20
20
mg/L
0,5
(-)
(-)
(-)
Arsen
Kobalt
Barium
Boron
Selenium
Kadmium
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,05
0,2
1
1
0,01
0,01
1
0,2
(-)
1
0,05
0,01
1
0,2
(-)
1
0,05
0,01
1
0,2
(-)
1
0,05
0,01
Deviasi temperatur
dari keadaan
alamiahnya
Bagi Perikanan,
kandungan amonia
bebas untuk ikan yang
peka < 0,02 mg/L
sebagai NH3
Lampiran 1. (lanjutan)
Khrom (VI)
Tembaga
mg/L
mg/L
0,05
0,02
0,05
0,02
0,05
0,02
1
0,2
Besi
mg/L
0,3
(-)
(-)
(-)
Timbal
mg/L
0,03
0,03
0,03
Lampiran 2. Persyaratan Kualitas Air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
A24416/Menkes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
No.
A.
1
2
3
4
5
6
B.
a.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Parameter
Fisika
Bau
Jumlah zat padat terlarut
(TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu
Warna
Kimia
Kimia Anorganik
Air Raksa
Arsen
Besi
Fluorida
Kadmium
Kesadahan (CaCO3)
Klorida
Kromium, Valensi 6
Mangan
Nitrat, sebagai N
Nitrit, sebagai N
12 pH
13
14
15
16
17
b.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Selenium
Seng
Sianida
Sulfat
Timbal
Kimia Organik
Aldrin dan Dieldrin
Benzena
Benzo (a) pyrene
Chlordane (total isomer)
Coloroform
2,4 D
DDT
Detergen
1,2 Discloroethane
Satuan
Kadar Maksimum
yang
diperbolehkan
Keterangan
Tidak berbau
mg/L
1500
Skala NTU
o
C
Skala TCU
25
Suhu udara + 3oC
50
Tidak berasa
-
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,001
0,05
1,0
1,5
0,005
mg/L
500
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
600
0,05
0,5
10
1,0
6,5-9,0
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,01
15
0,1
400
0,05
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,0007
0,01
0,00001
0,007
0,03
0,10
0,03
0,5
0,01
Merupakan batas
minimum dan
maksimum, khusus air
hujan pH minimum 5,5
Lampiran 2. (lanjutan)
No.
Parameter
10 1,1 Discloroethene
Heptaclor dan heptaclor
11 epoxide
12 Hexachlorobenzene
13 Gamma-HCH (Lindane)
14 Methoxychlor
15 Pentachlorophanol
16 Pestisida Total
17 2,4,6 urichlorophenol
18 Zat organik (KMnO4)
C.
Mikro biologik
1 Total koliform (MPN)
mg/L
Kadar Maksimum
yang
diperbolehkan
0,0003
mg/L
0,003
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,00001
0,004
0,10
0,01
0,10
0,01
mg/L
10
Satuan
Jumlah per
100 ml
Jumlah per
100 ml
Radio Aktivitas
Aktivitas Alpha (Gross
Bq/L
1 Alpha Activity)
Aktivitas Beta (Gross Beta
Bq/L
2 Activity)
Keterangan:
Mg
= milligram
Ml
= mililiter
L
= liter
Bq
= Bequerel
NTU = Nephelometrik Turbidity Units
TCU
= True Colour Units
Logam berat merupakan logam terlarut
Keterangan
50
10
Air perpipaan
D.
0,1
1,0
Mudah meledak
Berbahaya
Pengoksidasi
Korosif
Menyebabkan Iritasi
Mudah menyala
Karsinogenik
Teratogenik
Sangat beracun
Mutagenik
Beracun
Tabel berikut ini merupakan daftar nama B3 yang dilarang digunakan berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 74 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun pada
Lampiran II.
No
1
2
Tabel 18. Daftar Nama B3 yang Dilarang Digunakan pada Bahan Pembersih
No. Reg. Chemical
Nama Bahan
Sinonim / Nama Dagang
Abstract Serv.
Kimia
309-00-2
Aldrin
HHDN
57-74-9
Chlordane
CD68; Velsicol 1068; Toxichlor;
Niran; Octachlor; Orthoclor;
Synclor;Belt; Corodane.
Rumus
Molekul
C12H8Cl6
C10H6Cl8
50-29-3
DDT
C14H9Cl5
60-57-1
Dieldrin
C12H8Cl6O
72-20-8
Endrin
C12H8Cl6O
76-44-8
Heptachlor
2385-85-5
Mirex
C10H5Cl7
C10Cl12
8001-35-2
Toxaphene
118-74-1
Hexachlorobe
nzene
10
1336-36-3
PCBs
Hexachloropentadienedimer
Hercules 3956;
Polychlorocamphene;
Clorinatedcamphene; Campheclor;
Altox; Geniphene; Motox;
Penphene; Phenacide; Phenatox;
Strobane-T; Toxakil.
Polychlorobenzene; Anticarie; Buntcure; Bunt-no-more; Julins Carbon
Chloride
Polychlorinated Biphenyls;
Chlorobiphenyls; Aroclor; Clophen;
Fenclor; Kenachlor; Phenochlor;
Pyralene; Santotherm.
C10H10Cl8
C6Cl6
C12X
X=H or Cl
Referensi:
(1) GREENSHIP Panduan Teknis Perangkat Penilaian Bangunan Hijau untuk Ruang Interior versi 1.0.
Green Building Council Indonesia. April 2012.