Anda di halaman 1dari 33

12

BAB II
TUJUAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Kepolisian Republik Indonesia.


Tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia, sejak Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain
menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga
terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai operasi
ketentraman bersama-sama persatuan angkatan bersenjata yang lain. Keadaan
seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya
persatuan bersenjata yang relatif lebih lengkap.
Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tanggal 21 Agustus tahun
1945 segera tegas pasukan Polisi ini sebagai pasukan Polisi Republik
Indonesia yang sewaktu itu dipimpin oleh Inspektur Kelas Satu (Letnan Satu)
Polisi Mohammad Jasin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain
mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang
kalah perang. Juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh
rakyat maupun persatuan bersenjata lain yang patah semangat akibat
kekalahan perang yang panjang.
Tanggal 29 September 1945 tentara sekutu yang juga terdapat ribuan
tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan alasan ingin menghalau tentara
Jepang dari Negara tersebut. Pada kenyataannya pasukan sekutu justru ingin

13

membantu tentara Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu


perang antara sekutu dengan pasukan Indonesia pun terjadi dimana-mana.
Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 November 1945, yang dikenal sebagai
Pertempuran Surabaya. Hari itu kemudian dijadikan sebagai hari Pahlawan
secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh rakyat Indonesia.

1. Peranan Kepolisian.
Berkaitan dengan pengertian Polisi atau Kepolisian, Banurusman
(1995 : 1) memberikan pengertian tantang Polisi dimata masyarakat sebagai
berikut : Polisi adalah petugas yang terus menerus memberikan perhatian
terhadap pemecahan soal-soal kejahatan dan memberikan pelayanan publik
dalam penanganan kejahatan. Dari pengertian tersebut menandakan bahwa
pandangan masyarakat terhadap keberadaan Polisi hanyalah terbatas pada
pemecahan-pemecahan masalah kejahatan, padahal tidak hanya sampai
disitu pengertian tentang Polisi. Arti Polisi itu sendiri timbul karena
kedudukan dan pranannya yang mengimplikasikan tanggung jawab yang
besar terutama dalam bidang keamanan, ketertiban dan ketertiban sosial.
Polisi senantiasa hadir untuk mengisi dinamika perubahan masyarakat, dan
untuk mengantisipasi setiap potensi konflik yang menyertainya.
Mengenai keamanan umum, dapat dikatakan bahwa kita dapat
mencapainya dengan penegakan hukum, masyarakat akan merasa aman. Dan
keadaan masyarakat dapat dikatakan aman, dengan perkataan lain,
keamanan masyarakat pada hakekatnya pula Polisi adalah penegakan hukum

14

sebagaimana pengertian Polisi menurut D.P.M Sitompul dan Edward


Syahpernong (2002 : 33) yang mengatakan bahwa : Polisi adalah
penegakan hukum yang hidup, melalui Polisi iu janji-janji dan tujuan-tujuan
untuk nmengamankan dan melindungi masyarakat telah memiliki penelitian
khusus tentang peranan Polisi tersebut.
Selanjutnya Polisi dengan peranannya sebagai pengayom
keamanan yang ruang lingkupnya tidak terbatas pada masalah kejahatan
memiliki andil besar terehadap stabilitas masyarakat. Sementara itu tanpa
adanya dukungan masyarakat belum dalam melaksanakan fungsinya, Polisi
akan berhasil mencapai sasaran yang diharapkan. Ini membuktikan bahwa
Polisi memiliki pertautan dengan masyarakat dimana Ia hidup atau dengan
kata lain, timbal balik antar keduannya dapat menyatukan tujuan sasaran
yang hendak dicapai. Sehubungan dengan hal diatas tercantum dalam
Undan-undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara sebagai berikut :
Polisi adalah alat revolusi dalam rangka pembangunan Nasionl, semula
berencana untuk menuju tercapainya masyarakat adil dan makmur bersama
berdasarkan

Pancasila.

Berdasarkan

uraian

diatas,

penulis

akan

menyimpulkan beberpa faktor yang menjadi pentingnya dan betapa besarnya


pengaruh

Polisi

atau

Kepolisian

dalam

memacu

perkembangan

pembangunan dan pertahanan Nasional dalam stabilitas masyarakat dan


Negara yaitu : Fungsi, tugas, dan lingkungan pekerjaannya, badan atau
organisasinya dan pelaksanaan dilapangan yang menentukan keberhasilan
POLRI untuk menarik partrisipasi masyarakat.

15

2. Pengertian Kepolisian.
Istilah Polisi sepanjang sejarah ternyata mempunyai arti yang
berbeda-beda. Pengertian Polisi yang sekarang ini adalah :
Berbeda dengan pengertian Polisi pada awal ditemukan istilah itu sendiri.
Adapun pengertian Polisi diantaranya sebagai berikut :
1.

Pertama kali ditemukannya Polisi dari


perkataan Yunani Politea yang berarti seluruh pemerintahan Negara
kota. Pada masa itu yaitu abad sebelum masehi, Negara yunani terdiri dari
kota-kota tidak saja menyangkut pemerintahan kota saja, tapi juga
termasuk urusan-urusan keagamaan. Baru setelah timbul agama nasrani,
maka pengertian Polisi sebagai pemerintah Negara kota dikurangi urusan
agama.

2.

Di negara Belanda pada zaman dahulu


istilah

Polisi

dikenal

melalui

konsep

Catur

Praja

dan

Van

VOLLENHOVEN yang membagi pemerintahan menjadi empat bagian


yaitu :
a.

Bestuur

b.

Politie

c.

Rechtspraak (Peradilan)

d.

Regeling (Peraturan)

Dengan demikian Polite dalam pengertian ini sudah dipisahkan dari


Bestuur dan merupakan bagian dari pemerintah tersendiri. Pada pengertian

16

ini Polisi termasuk organ-organ pemerintahan yang mempunyai wewenang


melakukan pengawasan terhadap kewajiban-kewajiban umum.
3.

CHARLOS REITH dalam bukunya The


Blind Eye Of History mengemukakan pengertian Polisi dalam bahasa
Inggris : Police Indonesia the English Language Come to Mean Of
Planing for Improving Ordering Communal Existence, yaitu sebagai tiaptiap usaha untuk meneliti atau menertibkan susunan kehidupan
masyarakat. Pengertian ini berpangkal dari pemikiran, bahwa manusia
adalah mahluk sosial yang hidup berkelompok, membuat aturan-aturan
yang telah disepakati bersama. Ternyata diantara kelompok itu terdapat
anggota yang tidak mau mematuhi aturan bersama sehingga timbul
masalah siapa yang berkewajiban untuk memperbaiki dan menertibkan
kembali anggota kelompok yang telah melanggar. Dari pemikirian itu
kemudian diperlukan Polisi baik organnya maupun tugasnya untuk
memperbaiki dan menertibkan tata susunan kehidupan masyarakat
tersebut.

4.

Didalam

Encyclopedia

and

Social

Science dikemukakan bahwa pengertian Polisi meliputi bidang fungsi,


tugas yang luas, yang digunakan untuk menjelaskan berbagai aspek dari
pada pengawasan keseharian umum, kemudian dalam arti yang sangat
khusus dipakai dalam dengan penindahan-penindahan pelanggaran politik,
yang selanjutnya meliputi semua bentuk pengertian sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan pemeliharaan ketertiban umum dan perlindungan

17

orang-orang serta harta bendanya dan tindakan-tindakan yang melanggar


hukum.
5.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia W.J.S


POERWODARMITA mengemukakan bahwa istilah Polisi Mengandung
pengertian :
a. Badan Pemerintahan (Sekelompok Pegawai Negeri) yang bertugas
memelihara keamanan dan ketertiban umum.
b. Pegawai Negeri yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban
umum. Dalam pengertian ini istilah Polisi mengandung 2 (Dua)
pengertian makna Polisi tugas dan sebagai organnya.

6.

Analog dalam pengertian-pengertian di


atas, untuk jelasnya dapat disimak pengertian yang tertuang dalam
Undang-undang Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 13
tahun 1961 pada pasal 1 ayat (1) yang dinyatakan, bahwa Kepolisian
Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut Kepolisian Negara ialah
alat Negara penegak Hukum yang terutama bertugas memelihara
keamanan di dalam negeri. Kemudian dalam pasal 1 maka Kepolisian
Negara mempunyai tugas :
1) a. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
a. Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit
masyaarakat
b. Memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan di dalam
c. Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat termasuk
memberi perlindungan dan pertolongan.

18

e. Mengusahakan ketaatan warga Negara dan masyarakat terhadap


peraturan-peraturan Negara.
2). Dalam bidang peradilan mengadakan penyidikan atas kesejahteraan
dan pelanggaran menurut ketentuan-ketentuan dalam Hukum Acara
Pidana dan lain-lain peraturan Negara.
3). Mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan
masyarakat dalam Negara.
4). Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan kepadanya oleh suatu
peraturan Negara.
Seperti apa yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Polisi
adalah sebagai salah satu alat Negara, yang dalam hal ini ada tingkatantingkatan khusus dalam struktur wilayah kerjanya.
Kepolisian sebagai kesatuan kewilayahan yang terdepan yang
merupakan ujung tombak kekuatan operasional POLRI, dalam pelaksanaan
tugasnya harus dapat mengemban semua fungsi yang ada serta memberikan
kemampuan POLRI yang merupakan penjabaran. Kemampuan pertahanan
keamanan Negara (Han Kam Neg) kemampuan, penertiban masyarakat,
penegakkan hukum, Bimas, Penindakan gangguan keamanan, penyelamatan
masyarakat, pembinaan potensi masyarakat, sosial politik dan kemampuan
pendukung.
Dalam kekuasaan untuk melakukan gerak kerjanya kepolisian
menjadi dasar tegaknya menjaga ketahanan dan ketertiban hukum yang pada
ahirnya kembali kepada peran serta dan tugasnya di lingkungan masyarakat.

19

Sebagaimana D. P. M Sitompul dan Edward Syahpernong (2002 : 55)


mengutip ayat (4) (khususnya huruf c) Undang-undang pertahanan keamanan
Negara sekaligus melaksanakan dan menegakan usaha peningkatkan
kesadaran hukum dalam masyarakat sebagai berikut :
Meningkatkan penyuluhan hukum untuk mencapai kadar kesadaran
hukum yang tinggi dalam masyarakat, sehingga setiap anggota masyarakat
menyadari dan menghayati hak dan kewajiban sebagai warga Negara dalam
rangka tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan
martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum sesuai Undang-undang
dasar 1945.
Berdasarkan kutipan yang telah dikemukakan di atas, maka Polisi yang
berada ditengah-tengah masyarakat banyak kekuatan dan keberadaannya
menjadi lebih termotivasi dengan adanya peran serta masyarakat dalam
penegakan itu sendiri.
Bila dilihat dari pelaksanaan tugas, Polisi mempunyai suatu
tanggung jawab atas keamanan dan ketertiban situasi dan kondisi masyarakat
sejalan dengan hal tersebut, diangkat dari manajemen Kepolisian (1993 : 1)
mengemukakan sebagai berikut :
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka melaksanakan
tugas pokok, fungsi dan peranannya selaku alat Negara penegak hukum.
Mengayomi, pelindung serta pembimbing dan pelayan masyarakat, dituntut
untuk dapat mewujudkan serta memelihara situasi dan kondisi yang aman dan
tertib dalam kehidupan masyarakat.
Tugas, fungsi dan peranan polisi sebagaimana tercantum di atas,
menunjukan telah terjadi salah satu faktor penyebab aman dan tertibnya
suasana hidup berbangsa dan bernegara.
3. Tugas dan Wewenang Kepolisian.

20

Pemahaman

mengenai

kedudukan

Kepolisian

Indonesia

mempunyai arti yang sangat khusus, sebab nantinya akan terkait dengan
berbagai hal yang mengenai Kepolisian tentang tugas, wewenang dan
kewajiban

Kepolisian

bagi

upaya

pembangunan

sejalan

dengan

pembangunan Nasional. Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menentukan tugas-tugas
Kepolisian sebagai berikut:
Pasal 14 Kepolisian mempunyai tugas :
1. a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli
terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.
d. Turut serta dalam pembinaan hukum Nasional.
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum
f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap
Kepolisian khusus, penyidik, pegawai negeri sipil dan bentukbentuk pengamanan Swakarsa.
g. Melakukan penyidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan yang lain.
h. Menyelenggarakan identifikasi Kepolisian, kedokteran Kepolisian,
Laboratorium Forensik.
i. Melindungi keselamatan jiwa raga masyarakat untuk sementara
sebelum ditangani oleh instansi pihak yang berwenang.
j. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas Kepolisian, serta
k. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan Perundangundangan.
Dari penjabaran Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang telah diuraikan di atas, dapat
penulis kemukakan bahwa ruang lingkup tugas serta pelaksanaan tugasnya

21

berwawasan nusantara yang disamping mencegah hal-hal yang akan terjadi


juga menanggulangi masalah-masalah yang sedang dihadapi.
Untuk mengatasi dan menanggulangi masalah tindak kejahatan
yang akan dan telah timbul, maka Polisi memiliki wewenang dan kewajiban
yang tercantum dalam Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Bab III Pasal 14 menyatakan bahwa :
1. Dalam rangka penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud
dalam pasal 13 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum
berwenang :
a. Menerima laporan dan atau menerima pengaduan
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang
dapat mengganggu ketertiban umum
c. Mencegah dan menanggulangi timbulnya penyakit masyarakat
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa
e. Mengeluarkan peraturan Kepolisian dalam lingkup administratif
Kepolisian
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan
Kepolisian dalam rangka tindakan pencegahan
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian
h. Mengambil sidik jari dari identitas lainnya serta memotret seseorang
i. Mencari keterangan dan barang bukti
j. Menyelenggarakan pusat informasi kriminalitas Nasional
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan
dalam rangka pelayanan masyarakat.
Berdasarkan penegasan Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, bahwa wewenang dan kewajiban
yang diemban oleh Polisi itu sangat berat sekali, tapi dilain pihak untuk
menegakan suatu keadilan dan ketertiban masyarakat serta melayani
pengaduan-pengaduan dari masyarakat.

22

Selain wewenangnya seperti uraian di atas, maka wewenang


Polisi yang lainnya menurut Banurusman (1995 : 73) mengungkapkan
sebagai berikut :
Polisi mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk bertindak
melakukan pengawasan, melakukan penahanan dengan didukung
penyediaan dana dan personil yang lebih besar.
Polisi berwenang untuk mengambil keputusan untuk melakukan
kontrol sosial dan menggunakan kekuatan secara massal dalam
keadaan apapun dan diberi wewenang memaksa orang untuk
mematuhi aturan, mengambil tindakan yang berbeda (kebijakan) dan
menyampaikan keberatan.
Berdasarkan uraian tadi di atas, bahwa Polisi mempunyai
wewenang yang sangat luas untuk melakukan pengawasan dan penahanan
yang harus ditunjang oleh sarana dan prasarana serta penyediaan dana yang
cukup besar. Dilain pihak Polisi juga harus melakukan penyuluhan dimana
hal ini, masalah pelanggaran lalu lintas sangat dominan sekali dilakukan
oleh para pengguna jalan atau yang melanggar peraturan-peraturan yang
berlaku di jalan raya.
Oleh karena itu, pihak kepolisian sesuai dengan peran yang
diembannya harus mengambil suatu tindakan yang harus memaksa orang
mematuhi aturan.
4. Tujuan Polisi
Untuk menetapkan landasan hukum dan kewenangan kepolisian
agar disatu sisi hukum dan keadilan dapat terjamin. Sedangkan dilain pihak
dapat terwujud landasan hukum yang lebih kokoh bagi setiap tindakannya
bukan tanpa latar belakang dan tujuan, adanya perwujudan kepolisian di

23

Indonesia, terlebih lagi bagi peningkatan kesejahteraan, keamanan dan


ketertiban bangsa. Untuk hal tersebut Banurusman (1995 : XV)
Pada uraian tersebut di atas, disebutkan bahwa tujuan tersebut Polri
sangatlah inti dan sekaligus harus dapat menanggulangi masalah
pelanggaran lalu lintas, dimana pelanggaran lalu lintas menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.
Adapun alasan-alasan dan latar belakang dari tujuan kepolisian
ditandai oleh berbagai hal yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat
serta berbagai konsekuensinya yang dikemukakan oleh Banurusman (1995 :
XIV0 antara lain :
a. Tuntutan dan harapan masyarakat yang lebih meningkat sejalan
dengan peningkatan kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat
yang memerlukan pelayanan yang lebih cepat, mudah dan
menjamin perlindungan bagi diri dan harta bendanya.
b. Kualitas dan kuantitas kriminalitas semakin terkait dengan
peningkatan dan kemajuan ilmu penetahuan dan teknologi
sehingga lebih menunjukan gelagat modus operandi yang lebih
canggih.
c. Meningkatkan kebutuhan keamanan atas hasil pembangunan yang
semakin banyak lebih memerlukan peningkatan kualitas peran
kepolisian.
b. Masalah-masalah yang dihadapi kepolisian cenderung berkaitan
dengan seluruh aspek kehidupan nasional sehingga modus
kriminalitas kemungkinan berlatar belakang dalam aspek-aspek
kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun hankam
dengan melibatkan kompetensi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, menyatakan bahwa
perkembangan masyarakat pada umumnya mengharapkan pelayanan yang
lebih cepat, dan menjamin perlindungan bagi dirinya, harta bendanya dan

24

kejahatan semakin meningkat dengan kemajuan IPTEK, kebutuhan akan


keamanan serta pengaruh globalisasi yang sangat maju.
Dalam konteks pengembangan watak masyarakat yang berkaitan
dengan sistem hukum yang semakin meninggalkan penggunaan dan
kekerasan, maka tujuan lain dari Polisi itu menurut Banurusman (1995 : 44)
adalah sebagai berikut :
Tujuan utama profesionalisasi Polisi itu adalah :
1. Menghapuskan pengaruh politik
2. Mengangkat pemimpin eksekutif yang berkemampuan
3. Membangun suatu misi pelayanan masyarakat yang non
partisipan, yaitu pelayanan yang tidak memihak
4. Meningkatkan standar bagi personil Polisi
5. Meningkatkan atau menggunakan azas-azas manajemen ilmiah
6. Menekankan disiplin yang militer
7. Mengembangkan satuan-satuan khusus.
Dari uraian tujuan Polisi tersebut di atas, terlihat tujuan yang
paling Kongkrit, yang menyangkut masalah kemasyarakatan dimana perlu
pembenahan tersendiri yang sifat dan bentuknya beragam.

B. Tinjauan Tentang Polisi Lalu Lintas


Menurut Djajoesman (1976 : 50), Polisi lalu lintas (Polantas) adalah
bagian dari Kepolisian yang diberi tugas khusus dibidang lalu lintas dan
karenanya merupakan pengkhususan (spesialisasi) dari tugas polisi pada
umumnya.
Pengertian ini menjelaskan bahwa seorang polisi lalu lintas diharapkan
memiliki kecakapan teknis khusus sebagai bekal untuk menunaikan tugasnya
di lapangan. Kecakapaan teknis tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan

25

kejuruan lalu lintas, yang disesuikan dengan penggolongan yang sudah


menjadi ketentuan mutlak.
Seorang polisi lalu lintas harus memiliki kualitas-kualitas sikap yang
baik di dalam menjalankan tugasnya supaya penegakan hukum dapat berjalan
dengan baik. Soerjono Soekamto ( 1985 : 55 ) mengemukakan beberapa
kualitas sikap yang harus dimiliki oleh seorang polisi lalu lintas yaitu:

1. Bertanggung jawab
2. Mempunyai kemampuan dan keterampilan melakukan investigasi
untuk mendapatkan kebenaran.
3. Kepemimpinan yang tepat
4. Mempunyai kemampuan teknis mengenai lalu lintas atas dasar
spesialisasi perkembangan mutahir dari tekhnologi lalu lintas
5. Mempunyai inisiatif baik dalam prevensi maupun represi
6. Mempunyai kemampuan untuk melakukan penalaran yang benar
7. Mempunyai kesadaran akan tugas untuk melindungi jiwa dan harta
benda warga masyarakat
8. Bisa mengendalikan diri, jujur dan sebagainya
Kualitas-kualitas tersebut harus dimiliki seorang petugas lalu lintas
sebelum Ia bertugas secara efektif di jalan raya. Semua hal ini akan bisa
tercapai apabila di dalam pendidikan petugas lalu lintas diorientasikan pada
pemecahan masalah-masalah yang akan terjadi.

I.1.Tugas Pokok Polisi Lalu Lintas ( Polantas )


Tugas pokok Polri di bidang Lalu Lintas yang meliputi segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan dalam pengandalian lalu lintas untuk mencegah dan
meniadakan gangguan serta ancaman agar terjamin keamanan, ketertiban
dan kelancaran lalu lintas di jalan umum.

26

Tugas pokok Polantas yang tercantum di dalam UU No.20 Tahun


1928 tentang ketentuan pokok Hankam Negara RI pasal 30 ayat 4
dirumuskan sebagai berikut :
1.Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta meningkatkan tertib
hukum dan memelihara serta meningkatkan tertib hukum dan bersama
dengan segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan Negara guna
mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
2.Melakukan tugas kepolisian selaku pengayom dalam mamberikan
pelindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3.Membimbing masyarakat untuk terciptanya kondisi yang menunjang
terselenggaranya usaha kegiatan sebagai dimaksud poin 1 dan 2 ayat 4 pasal
ini.
Sedang yang diungkap dalam UU No. 28 Tahun 1997 tentang
Kepolisian Negara RI pasal 14 menyebutkan bahwa Kepolisian Negara RI
mempunyai tugas :
1. Melakukan penyelidikan dan menyidik terhadap semua tindakan
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya.
2. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian
dan laboratorium forensik serta psikologi kepolisian untuk tugas
kepolisian.
3. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
4. Memelihara keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban atau bencana termasuk
memberikan
perlindungan dan pertolongan dengan menunjak
hak asasi manusia.
5. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam rangka membina
keamanan, ketertiban dan kelancaran lali lintas di jalan.
6. Melindungi dan melayani kepentingan warga masyarakat untuk
sementara, sebelum ditangani oleh instansi atau pihak yang
berwenang.
7. Membina ketaatan diri warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan.
8. Turut serta dalam membina hukum nasional dan pembinaan
kesadaran hukum masyarakat.

27

Gambaran umum tugas kepolisian Negara tadi sekaligus memuat


pula tentang tugas polisi lalu lintas yang juga tidak mengabaikan tugas-tugas
pokok lainnya.

2. Fungsi Polisi lalu lintas (Polantas)


Dari tugas pokok tersebut, maka dijabarkan dalam fungsi yang
terurai dalam fungsi Polantas ( Fungsi Teknis Lantas Polri ), yaitu
Penyelenggara Tugas Polri di Bidang Lalu Lintas yang merupakan
penjabaran kemampuan teknis profesional yang meliputi :
a.Penegakan Hukum Lalu Lintas.
b.Diknas Lantas
c.Engenering Lalu Lintas.
d.Identifikasi / Registrasi Penggemudi dan Kendaraan Bermotor
e.Peranan Polisi Lalu Lintas.
Disamping memiliki tugas pokok yang dijabarkan dalam
fungsi, maka polisi Lalu Lintas berperan juga sebagai :
a.Penegak Hukum
b.

Aparat Penyidik Kecelakaan Lalu Lintas

c.Aparat Yang Mempunyai Kewenangan Polisi Umum


d.

Unsur Bakom dan Lain-lain.


Fungsi

teknis

kepolisian

dibidang lalu lintas meliputi

penegakan hukum lalu lintas, pendidikan masyarakat dibidang lalu lintas,


perekayasa lalu lintas dan sebagai pusat informasi masalah lalu lintas.

28

3. Polantas Sebagai Pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas.


Fungsi Polantas sebagai alat pendidik masyarakat di bidang lalu
usaha dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang lalu lintas untuk
menumbuhkan pengertian, memahami, menghayati segala peraturan UU
dan ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga masyarakat akan
mendukung dan ikut serta aktif dalam usaha menciptakan keamanan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas, adapun wujud penerapannya di
lapangan berupa :
a.

Pengendalian situasi dan kondisi kehidupan berlalu lintas yang


aman, tetib dan lancar.
b.
Pembinaan individu / kelompok masyarakat luas, terutama
masyarakat pemakai jalan.
c. Pembinaan individu / kelompok masyarakat yang terorganisir
Tujuan pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas, menurut
Mabes POLRI (2003 : 17) adalah sebagai berikut :
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mentaati peraturan
perundang-undangan lalu lintas
b. Meningkatkan disiplin lalu lintas di kalangan masyarakat.
c. Membangkitkan partisipasi aktif masyarakat dalam menanggulangi
masalah- masalah lalu lintas.
Upaya pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas terhadap
masyarakat umum dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Memberikan penerangan lalu lintas
b.

Mengadakan pameran lalu lintas

c. Mengadakan perlombaan / sayembara


d. Menyelenggarakan taman lalu lintas.

29

Adapun wujud penerapannya di lapangan berupa :


a. Pengendalian situasi dan kondisi kehidupan berlalu lintas yang aman,
tertib dan lancar
b. Pembinaan individu / kelompok masyarakat luas, terutama masyarakat
pemakai jalan.
c. Pembinaan individu / kelopmpok masyarakat yang terorganisir.
4. Fungsi Polantas sebagai perekayasa lalu lintas.
Menurut Mabes POLRI (1983 : 7) berarti :
Segala usaha dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang lalu lintas
dalam mengamati, meneliti dan menyelidiki fungsi jalan beserta
sarana dan prasarananya dalam upaya meningkatkan tugas-tugas
menciptakan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, serta
memberikan saran dan pendapat kepada instansi-instansi lain yang
berkaitan dengan masalah engineering lalu lintas.
Masalah perekayasa lalu lintas diantaranya :
a. Dibidang perencanaan
1) Geometrik dan desain jalan
2) Pembangunan jaringan jalan, tata kota dan tata guna tanah
3) Rambu-rambu lalu lintas
4) Trafic light
5) Marka jalan
6) Tempat-tempat parkir
7) Standarisasi kendaraan bermotor.
b. Bidang uji coba.
1) Uji coba jalan searah
2) Uji coba pengaturan arus lalu lintas.
5. Registrasi / identifikasi pengemudi kendaraan bermotor.
Pengidentifikasian / registrasi pengemudi dan kendaraan
bermotor yang merupakan fungsi terakhir Polantas, menurut Mabes

30

POLRI (83 : 8) adalah segala usaha dan kegiatan di bidang lalu lintas yang
meliputi administrasi khusus lalu lintas, penyelenggaraan identifikasi dan
registrasi kendaraan bermotor serta pengumpulan dan pengolahan data lalu
lintas.
Adapun wujud penerpannya di lapangan berupa :
a.
b.
c.
d.

Penyelenggaraan pendaftaran, pengujian dan pengeluaran SIM


Penyelenggaraan pendaftaran, identifikasi dan pengeluaran STNK
Penyelenggaraan pendaftaran, identifiklasi dan pengeluaran BPKB
Pengumpulan, pengolahan dan penyajian data lalu lintas.

6. Fungsi Polantas sebagai pusat informasi masalah lalu lintas.


Fungsi ini ada dikarenakan perkembangan permasalah di bidang
lalu lintas yang harus diikuti secara terus menerus. Untuk itu informasi
tentang segenap aspek masalah lalu lintas harus dihimpun secara terus
menerus oleh POLRI guna dijadikan bahan untuk menanggulangi masalah
lalu lintas secara mandiri.

7. Peran Polisi Lalu Lintas.


Dalam penyelenggaraan fungsi lalu lintas seorang Polisi
berperan sebagai :
1.Penegak hukum terutama penegak perundang-undangan lalu lintas dan
peraturan pelaksanaannya. Kegiatan yang dilaksanakannya antara lain :
a.

Mengusahakan ketaatan warga Negara dan masyarakat kepada


perundang-undangan lalu lintas dan peraturan lainnya yang berkaitan

31

dengan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas mulai


diupayakan menangkal, mencegah dan menindak.
b.

Polisi lalu lintas sebagai aparat penyidik tunggal di bidang


kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran lalu lintas.

1.

Aparat yang melaksanakan pendidikan lalu lintas kepada


masyarakat.

2.

Aparat yang melaksanakan peraturan lalu lintas dalam rangka


untuk mengetahui sebab yang menimbulkan gangguan keamananan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

3.

Aparat yang menyelenggarakan regisrasi / identifikasi terhadap


surat-surat kelengkapan kendaraan bermotor.

4.

Pusat informasi masalah lalu lintas.

8. Kewenangan Polisi Lalu Lintas (POLANTAS)


Dalam UU No 28 Tahun 1997 pasal 15 ayat 2, menyatakan
bahwa Kepolisian Negara RI sesuai dengan peraturan perundang-undangan
lainnya berwenang :
1. Memberikan ijin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan
kegiatan masyarakat lainnya
2. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik
3. Memberikan ijin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan
peledak dan senjata tajam.
4. Menyelenggarakan register dan identifikasi kendaraan bermotor
5. Memberikan petunjuk mendidik dan melatih aparat kepolisian
khusus dan pengamanan swakarsa dalam bidang teknis
kepolisian
6. Memberikan surat ijin mengemudikan kendaraan bermotor
7. Melakukan kerjasama dengan Kepolisian Negara lain dalam
menyidik dan memberantas kejahatan internasional

32

8. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam tugas


lingkup kepolisian
Wewenang yang tersebut di atas yang diberikan kepada
kepolisian merupakan pengewejantahan dari wewenang Negara yang
memaksa berdasarkan pada kehendak rakyat (Undang-undang) dan
merupakan pelaksanaan yang bersifat legal.
C. Landasan Kerja Polisi Lalu Lintas.
Landasan kerja Polisi lalu lintas dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya adalah :
1.

UU RI No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia

2.

Keputusan Presiden RI No. 52 Tahun 1969 Pasal 4 yaitu :


Kepolisian Negara RI bertugas serta bertanggung jawab sebagai alat
penegak hukum, terutama dibidang keamanan dan ketertiban masyarakat
sesuai dengan ketentuan dalam UU Pokok Kepolisian Negara RI serta
dalam bidang kekaryaan sebagai kekuatan politik.

3.

Keputusan Presiden RI No. 7 Tahun 1974 Pasal 31.


a.Kepolisian Negara RI, disingkat POLRI bertugas dan bertanggung
jawab

untuk

melaksanakan

dan

mengamankan

Dephankam dalam rangka melaksanakan :

kebijaksanaan

1) Segala usaha dan

kegiatan sebagai alat Negara dan penegak hukum terutama di bidang


pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat.
4.

UU No. 2 Tahun 1988 Tentang Prajurit ABRI

33

5.

UU No. 13 Tahun 1961 tentang ketentuan pokok POLRI

6.

UU No. 8 Tahun 1981 Tentang kekuasaan Hukum Pidana

7.

Keputusan Presiden No. 89 Tahun 2000 Tentang Kedudukan


Kepolisian Negara RI.

D. Tinjauan Tentang Lalu Lintas.


Yang dimaksud lalu lintas jalan adalah lalu lintas yaitu gerak
pindah manusia dan atau barang dengan atau tanpa alat penggerak, dari satu
tempat ketempat lain dengan melalui jalan umum.
Penegakan hukum Lalu Lintas (Police Traffic Law Enforcement),
adalah segala kegiatan dan tindakan dari Polri di Bidang Lalu Lintas, agar
undang-undang atau ketentuan-ketentuan Perundang-undangan Lalu Lintas
lainnya ditaati oleh setiap pemakai jalan dalam usaha menciptakan Kamtibcar
Lantas.
Dasar hukum Fungsi Teknis Lalu lintas yaitu :
a). UU No. 2 / 2002 tentang Kepolisian R.I
(1) Pasal 13
(2) Pasal 14
b). UU No. 14 / 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
c) UU No. 8 / 1981 tentang KUHP
(1)

Pasal 4

34

(2)

Pasal 5

(3)

Pasal 6

(4)

Pasal 7

(5)

Pasal 203

(6)

Pasal 205

(7)

Pasal 211

(8)

Pasal 212

(9)

UU No. 1 / 1946 KUHP

(10) UU No. 13 / 1980 tentang Jalan


(11) PP No. 8 / 1990 tentang Jalan Tol
(12) PP No. 41 / 1993 tentang Angkutan Jalan
d). PP No. 42 / 1993 tentang Pemeriksaan Ranmor
e). PP No 43 / 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan
f). PP No. 44 / 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi
g). Keputusan Menteri Perhubungan
h). Fungsi teknis Polri bidang Lalu lintas disahkan Kapolri tanggal 22
september 1980 (fungsi dan Polantas)
i). Juklak dan Juknis tentang Fungsi Teknis Lalu Lintas
j). Perda.
1. Unsur-unsur Lalu Lintas Jalan.
Telah dijelaskan bahwa lalu lintas jalan, adalah gerak pindah
manusia dan atau barang dengan atau tanpa alat penggerak dari satu tempat

35

ketempat lain dengan melalui jalan umum. Jadi jelaslah bahwa di dalam lalu
lintas jalan mengandung unsur-unsur yang meliputi :
1.

Manusia sebagai pemakai jalan

2.

Jalan sebagai tempat berpijak

3.

Alat gerak, baik bermotor maupun tidak

4.

Alam lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dengan jalan


Unsur-unsur pokok tersebut di atas, terikat dalam pengertian lalu

lintas jalan, tidak dilepaskan. Apabila salah satu unsur tidak ada, maka
pengertian lalu lintas jalan akan menjadi tidak jelas atau makalah tidak akan
sempurna. Khususnya dalam jaman modern ini.
Disamping unsur-unsur pokok seperti di atas, terdapat unsur lain
yang juga dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif dalam berlalu
lintas, misalnya :
1. Petugas.
Seorang petugas yang tidak mampu dan tidak terampil akan
menimbulkan masalah lalu lintas.
2. Perundang-undangan.
Perundang-undangan, baik lalu lintas maupun umum, sangat penting
kedudukannya dalam terciptanya Kamtibcar Lantas.
3. Cuaca / Iklim.
Cuaca dan iklim sangat mempengaruhi kelancaran dan keamanan lalu
lintas.

36

Jadi dapat diambil kesimpulan, bahwa unsur-unsur lalu lintas


jalan dalam jaman modern ini, menyangkut juga aspek lain yaitu : Petugas,
Perundang-undangan, Cuaca / iklim yang secara langsung akan menentukan
situasi lalu lintas itu.
2.Masalah Lalu Lintas.
Lalu lintas merupakan gerak pindah manusia atau barang
dengan menggunakan jalan umum di darat, baik dengan alat gerak ataupun
tidak.
Kegiatan

berlalu

lintas

di

jalan

umum

menimbulkan

permasalahan yang tentunya tidak diinginkan oleh setiap orang pemakai


jalan. Ini juga pada hakekatnya merupakan masalah sosial, dimana
timbulnya diawali pada terjadinya perkembangan di bidang pengetahuan dan
teknologi yang akan membawa peningkatan kehidupan dalam masyarakat
yang pada akhirnya akan membawa pemenuhan kebutuhan dalam
masyarakat.
Kemungkinan tersebut akan melahirkan masalah urbanisasi,
peningkatan kebutuhan sarana angkutan dan penyediaan sarana penunjang.
Ketidak seimbangan antara peningkatan pemenuhan kebutuhan
masyarakat dengan penyediaan fasilitas yang mendukungnya sebagai
perwujudan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, akan menimbulkan
masalah lalu lintas yang terbentuk, kecelakaan, pelanggaran dan kemacetan
lalu lintas.

37

Disamping itu dapat juga timbul masalah lain dalam lalu lintas,
oleh karena itu beraneka ragamnya kegiatan dengan fasilitas yang tidak
terpenuhi, misalnya :
1.
2.
3.
4.

Pedagang kaki lima


Tempat parkir
Sistem angkutan
Mixe traffic (Lalu lintas campuran)

3. Pelanggaran-pelanggaran Lalu Lintas.


Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan yang bertentangan
dengan perundang-undangan lalu lintas atau peraturan pelaksanaan baik
yang dapat ataupun tidak menimbulkan kerugian jiwa ataupun tidak
menimbulkan kerugian jiwa atau benda tetapi dapat menggangu keamanan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Pelanggaran-pelanggaran

lalu

lintas

dewasa

ini

sangat

meningkat, hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran dari masyarakat


pengguna jalan, sekarang ini pemerintah mengeluarkan Undang-undang lalu
lintas No. 14 Tahun 1992, Undang-undang ini mengatur untuk masalah
pidana pelanggaran lalu lintas. Berikut ini adalah salah satu kutipan dari
Undang-undang lalu lintas No. 14 Tahun 1992, yang telah disesuaikan
dengan jenis kesalahan. Jenis-jenis kesalahan atau pelanggaran lalu lintas
yang diancam hukuman pidana adalah :
1.

Pelanggaran Motor

2.

Pelanggaran Mobil

3.

Pelanggaran di jalan Tol

38

4.

Pelanggaran oleh Aparat

5.

Ketidak Disiplinan

6.

Pelanggaran Kendaraan Umum

7.

Rambu lalu lintas dan marka jalan

8.

Alih Fungsi Trotoar

9.

Masalah Fasilitas Umum.

4.Kesadaran Hukum Berlalu Lintas


Kesadaran hukum merupakan sikap yang perlu ditanamkan
kepada seluruh warga Negara sebagai salah satu perwujudan rasa tanggung
jawab terhadap lancarnya roda pembangunan Nasional.
Hukum yang tengah berlaku dalam masyarakat harus benar-benar
ditaati karena hukum sendiri mempunyai sifat mengatur dan memaksa
(C.S.T Kansil, 1989 : 40). Hukum dapat memaksa seseorang untuk dapat
mentaati peraturan dan tata tertib dalam masyarakat dan bagi orang yang
tidak patuh dapat dikenai sanksi yang tegas. Dengan demikian maka hukum
bertujuan

melindungi

kepentingan

masyarakat

sehingga

hak

dan

kewajibannya sebagai manusia benar-benar terjamin. Dengan adanya


hukum, diharapkan dapat tercipta suatu masyarakat yang aman, tertib dan
damai. Begitu pula halnya dengan adanya peraturan lalu lintas dan angkutan
jalan. Seorang individu dalam menggunakan jalan sebagai sarana lalu lintas
diharapakan mampu mementingkan kepentingan individu lainnya dan
masyarakat pada umumnya sehingga akan tercipta lalu lintas yang aman,
tertib dan lancar.

39

Di Indonesia, ketentuan yang mengatur lalu lintas tercantum


dalam sebuah peraturan tertulis yang telah mengalami beberapa kali
perubahan di sesuaikan dengan kondisi masyarakat dan tuntutan jaman.
Peraturan mengenai lalu lintas dan angkutan jalan yang tengah berlaku saat
ini adalah Undang-undang No. 14 Tahun 1992 dimana diatur berbagai hal
yang berkaitan dengan aspek lalu lintas di jalan.
Sedangkan materi hukum secara umum dari Undang-undang No. 14
Tahun 1992 terdiri dari 16 Bab dan 74 Pasal, yaitu :
1. Bab I
2. Bab II
3. Bab III
4. Bab IV
5. Bab V
6. Bab VI
7. Bab VII
8. Bab VIII
9. Bab IX
10. Bab X
11. Bab XI
12. Bab XII
13. Bab XIII
14. Bab XIV
15. Bab XV
16. Bab XVI

Ketentuan Umum
Asas dan Tujuan
Pembinaan
Prasarana
Kendaraan
Pengemudi
Lalu Lintas
Angkutan Jalan
Lalu Lintas dan Angkutan bagi Penyandang Cacat
Dampak Lingkungan
Penyerahan Urusan
Penyidikan
Ketentuan Pidana
Ketentuan Lain-lain
Ketentuan Peralihan
Ketentuan Penutup, (Penabur Ilmu, 1993 : 4)

Sesuai dengan masalah yang diteliti, penulis hanya akan


menjabarkan ketantuan-ketentuan untuk mengemudi (Bab VI UULAJ No.
14 Tahun 1992). Ketentuan-ketentuan atau kewajiban yang harus dipatuhi
oleh pengemudi termuat dalam pasal 23 UU No. 14 Tahun 1992 yaitu
sebagai berikut :
1). Pengemudi kendaraan bermotor pada waktu mengemudikan
kendaraan bermotor di jalan, wajib :

40

a). Mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar. Yang di


maksud dengan wajar adalah tanpa dipengaruhi olah keadaan
sakit, lelah atau meminum sesuatu yang mengandung alkohol
atau obat bius sehingga mempengaruhi kemampuannya
dalam mengemudikan kendaraan ataupun oleh hal lain.
b). Mengutamakan keselamatan pejalan kaki.
c). Menunjukan surat tanda bukti pendaftaran kendaraan
bermotor atau surat tanda coba kendaraan bermotor, surat izin
mengemudi dan tanda bukti lulus uji atau tanda bukti lain
yang sah dalam hal dilakukan pemeriksaan sebagaimana di
maksud dalam pasal 16.
d). Mematuhi ketentuan kelas jalan, rambu-rambu dan marka
jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, waktu kerja dan waktu
istirahat pengemudi, gerakan lalu lintas, berhenti dan parkir,
persyaratan teknis dan layak jalan kendaraan bermotor,
penggunaan jalan bermotor, peringatan dengan bunyi dan
sinar, kecepatan maksimum dan atau minimum, tata cara
mengangkut orang dan barang, tata cara penggandengan dan
penempelan dengan kendaan lain.
e). Memakai sabuk keselamatan bagi pengemudi kendaraan
bermotor roda 4 atau lebih, dan mempergunakan helm bagi
pengemudi kendaraan bermotor roda 2 atau bagi pengemudi
kendaraan bermotor roda 4 atau lebih yang tidak dilengkapi
rumah-rumah.
2). Penumpang kendaraan bermotor roda 4 atau lebih yang duduk di
samping pengemudi wajib memakai sabuk keselamatan, dan
bagi penumpang kendaraan bermotor roda 2 atau kaendaraan
bermotor roda 4 atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumahrumah wajib memakai helm. ( Penabur Ilmu, 1993 : 15-16 ).
Selain itu, kewajiban seorang pengemudi apabila melihat
kecelakaan lalu lintas (Pasal 27 UUALJ No. 14 Tahun 1992) adalah :
1. Pengemudi kandaraan bermotor yang terlibat peristiwa
kecelakaan lalu lintas, wajib :
a. Menghentikan kendaraan.
b. Mendorong orang yang menjadi korban kecelakaan.
c. Melaporkan kecelakaan tersebut pada pejabat polisi Negara RI
terdekat.
2. Apabila pengemudi kendaraan bermotor sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (1) oleh karena kendaraan memaksa tidak
dapat melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a dan b, kepadanya tetap di wajibkan segera
melaporkan diri kepada pejabat polisi Negara RI terdekat.

41

Pengartian keadaan memaksa dalam ketentuan ini adalah suatu


keadaan yang dapat membahayakan keselamatan atau jiwa
pengemudi kendaraan bermotor apabila menghentikan
kendaraannya untuk menolong korban.
(Penabur Ilmu, 1993 : 17-18).
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa seorang
pengemudi yang menjalankan kendaraan di jalan raya tidak akan terlepas
dari kewajiban-kewajiban yang harus ditaati dan dipatuhi, sebab bila
dilanggar maka pengemudi tersebut akan terkena ketentuan pidana yaitu
pidana kurungan atau denda.
Secara umum, penulis menyimpulkan bahwa seorang pengemudi
harus mematuhi ketentuan-ketentuan yang termuat dalam UUALJ No. 14
Tahun 1992 yaitu sebagai berikut :
a.Kewajiban menunjukan dan memiliki SIM.
Kewajiban seorang pengemudi untuk mempunyai SIM diatur
dalan pasal 59 UU No. 14 Tahun 1992, yaitu sebagai berikut :
1) Barang siapa mengemudikan kendaraan bermotor dan tidak dapat
menunjukan SIM sebagai dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) di
pidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 2.000.000. (dua juta rupiah).
2) Apabila pengemudi sebagai mana dimaksud dalam ayat (1)
ternyatan tidak memiliki SIM dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 6 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 6.000.000.
(enam juta rupiah). (Penabur Ilmu, 1993 : 28).
Kelengkapan kendaraan dan persyaratan keselamatan.

42

Kewajiban seorang pengemudi di dalam mengemudikan kendaraannya


harus memenuhi persyaratan kelengkapan kendaraan, yaitu seorang
pengemudi harus menunjukan surat tanda bukti pendaftaran kendaraan
bermotor, surat tanda coba kendaraan bermotor, SIM, Tanda bukti lain
yang sah / surat perijinan angkatan umum, surat tanda nomor
kendaraan dan sebagainya.
Selain itu seorang pengemudipun harus pula memperhatikan
persyaratan keselamatan yaitu berupa rem, lampu dan tuter. (Ganda
Wibawa Sakti, 1996 : 10).
b.Mengetahui tata cara berlalu lintas.
Mengenai tata cara berlalu lintas yang baik, diatur dalam pasal 21 UU
No. 14 Tahun 1992 yaitu :
1.) Tata cara berlalu lintas di jalan adalah dengan mengambil jalur
jalan sebelah kiri
2.) Dalam keadaan tertentu dengan ditetapkan pengecualian terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(Penabur Ilmu, 1993 : 14)
Selain pasal 21 yang telah penulis jabarkan di atas, ketentuan
mengenai tata cara berlalu lintas pun termuat pula dalam pasal 24 UU
No. 14 Tahun 1992 yaitu sebagai berikut :
1) Untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas dan angkutan di jalan, setiap orang yang menggunakan jalan
wajib :
a. Berperilaku tertib dengan mencegah hal-hal yang dapat
merintangi, membahayakan kebebasan atau keselamatan lalu
lintas atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan dan
bangunan di jalan.
b. Menempatkan kendaraan atau benda-benda lainnya sesuai
dengan peruntukannya.

43

2) Pengemudi dan pemilik kendaraan bertanggung jawab terhadap


kendaraan, berikut muatannya yang ditinggalkan di jalan.
( Penabur Ilmu, 1993 16-17 ).
d. Pengetahuan tentang rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan.
Pengertian rambu-rambu adalah salah satu alat perlengkapan jalan
dalam bentuk tertentu yang memuat lambing, huruf, angka, kalimat
dan atau perpaduan diantaranya yang digunakan untuk memberikan
peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan.
Sedangkan pemakai jalan adalah suatu tanda yang berbeda di
permukaan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau
tanda yang membentuk garis membujur, melintang, serong serta
lambing lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas
dan daerah kepentingan umum. ( Penabur Ilmu, 1993 : 43-44 ).
Oleh karena itu pemahaman terhadap peraturan hukum dalam UU
lalu lintas merupakan suatu keharusan bagi warga masyarakat yang sadar
dan patuh terhadap Undang-undang lalu lintas.
Menurut T. J Djayapermana gangguan lalu lintas diklasifikasikan
dalam 3 bentuk yaitu :
1) Kemacetan lalu lintas, bila ditinjau dari tingkat kelancaran
suatu perjalanan kendaraan atau diukur dengan lamanya waktu
menempuh perjalanan.
2) Pelanggaran lalu lintas yaitu suatu perbuatan atau tindakan
pemakai jalan yang melanggar hukum atau undang-undang
tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
3) Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian akhir dari suatu rentetan
peristiwa yang mengakibatkan kematian, luka-luka atau
kerusakan benda.
(Ganda Wibawa Sakti, edisi Oktober 1994).
Untuk lebih jelasnya, penulis mengutip jenis-jenis pelanggaran
yang kerap terjadi dari majalah Ganda Wibawa Sakti (1996 : 10), yaitu :
1) Mengemudikan kendaraan di jalan yang tidak memenuhi
persyaratan keselamatan.
2) Mengemudikan kendaraan bermotor tidak mengutamakan
pejalan kaki.
3) Mengemudikan, malanggar ketentuan dan marka jalan.

44

4)
5)
6)
7)
8)
9)

Tidak menggunakan sabuk pengaman.


Tidak ada SIM.
Tidak dilengkapi STNK.
Tidak ada surat bukti lulus ujian ( SIM ).
Mengemudi dalam keadaan mabuk, lelah, sakit.
Mengemudi di jalan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya,
dan sebagainya.

Dari urain di atas, maka dapat ditarik kesimpulan secara umum


bahwa pemahaman terhadap peraturan hukum dalam hal ini undangundang lalu lintas merupakan suatu keharusan bagi warga masyarakat
yang sadar dan patuh terhadap undang-undang lalu lintas. Dengan
memiliki pemahaman terhadap undang-undang lalu lintas yang tinggi
diharapkan maka kepatuhan dalam barlalu lintas juga tinggi.

Anda mungkin juga menyukai