termasuk
pengendalian
mutu
sediaan
farmasi,
pengamanan,
Apotek
merupakan
tempat
melaksanakan
layanan
kefarmasian
adalah yang diinginkan oleh penderita sehingga tercapai outcome yang dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita.
farmasi
yang
melaksanakan
peracikan,
pengubahan
bentuk,
difokuskan
pada
pelayanan
komprehensif
yang
bertujuan
untuk
a.
b.
c.
Alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik dan minimal dua
buah.
d.
e.
b.
Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah dalam harus rata,
tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan.
c.
Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan
permukaan sebelah dalam harus berwarna terang.
d.
e.
Berukuran:
-
Panjang
Lebar : 40 cm
b.
c.
: 60 cm
Dengan tulisan:
-
Tinggi huruf
Tebal huruf
: 5 cm
: 5 mm
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
maka persyaratan
kebutuhan.
b.
c.
sesuai ketentuan.
3. Wadah pengemas dan pembungkus.
a. Etiket.
b. Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat dengan jenis
dan ukuran yang sesuai.
4. Alat administrasi.
a. Blanko pemesanan obat.
b. Blanko kartu stok obat.
c. Blanko salinan resep.
d. Blanko faktur dan blanko nota penjualan.
e. Blanko pencatatan narkotika.
f. Buku pesanan obat narkotika.
g. Form laporan obat narkotika.
h. Blanko pembelian.
i. Blanko penerimaan.
j. Blanko pengiriman.
k. Blanko pembukuan keuangan.
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
47
l. Blanko kwitansi.
m. Blanko pencatatan obat psikotropika.
n. Blanko pesanan obat psikotropika.
o. Form laporan obat psikotropika.
p. Alat-alat tulis dan kertas.
5. Buku standar yang diwajibkan yaitu Farmakope Indonesia edisi yang terbaru
satu buah.
6. MIMS atau ISO satu buah.
7. Kumpulan Peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek.
Tata ruang apotek sangat berpengaruh terhadap kenyamanan melayani
resep, waktu pelayanan resep dimana secara keseluruhannya berdampak pada
kemajuan apotek tersebut. Ruangan apotek harus diatur sedemikian rupa agar
memudahkan dalam pelayanan, tidak membatasi ruang gerak sehingga
pelaksanaan kegiatan di apotek dapat berjalan dengan baik. Ruangan dan penataan
apotek dimaksudkan untuk memperlancar arus kerja dengan cara memberi
kenyamanan petugas dalam melayani resep, waktu pelayanan resep dimana secara
keseluruhan mempengaruhi kemajuan apotek tersebut.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004/15
September 2004, apotek harus memiliki :
a. Ruang tunggu
Ruang tunggu sebaiknya dekat dengan ruang penyerahan obat, dengan luas
ruangan dan tempat duduk dengan jumlah yang cukup. Hal ini bertujuan agar
pasien dapat menanti dengan sabar untuk menerima obat dari apotek dan
mudah menerima obat dari apotek serta mudah mengetahui ketika dipanggil
untuk mendapatkan obatnya. Biasanya di ruang tunggu juga dilengkapi
dengan majalah dan televisi sebagai media hiburan saat pasien menunggu.
Tempat untuk memajang informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosur/materi informasi.
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
48
b. Ruang peracikan
Ruangan peracikan harus selalu bersih dan ditata sedemikian rupa supaya
hasil peracikan tidak terkontaminasi oleh debu dan bakteri. Penataan yang
baik akan memudahkan bagian peracikan untuk mengerjakan resep.
c.
dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan
temperatur yang telah ditetapkan.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
Dalam pelayanan obat resep dan non resep, apotek harus menyediakan sediaan
farmasi agar dapat memenuhi permintaan pasien. Apotek diperbolehkan
menyimpan, mengolah dan menjual/menyalurkan obat, bahan baku obat, obat
tradisional, kosmetika, suplemen dan multivitamin, alat-alat kesehatan atau
barang-barang lain seperti makanan dan minuman ringan, serta produk-produk
kesehatan lainnya yang terdaftar. Apoteker bertanggung jawab terhadap
penyimpanan, pengolahan dan penyaluran sediaan farmasi tersebut agar
memenuhi ketentuan dan persyaratan perundang-undangan yang berlaku.
Sediaan farmasi yang tersedia di apotek terdiri dari obat dan non obat:
1.
OBAT
A.
Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada masyarakat tanpa
tanpa resep dokter dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat serta harus ada
tanda peringatan (P). Hal ini disebabkan karena efek samping yang dapat
ditimbulkan oleh obat ini lebih besar jika dibandingkan dengan obat bebas.
Berdasarkan KepMenKes RI Nomor 6355/DirJen/SK/1969, obat bebas terbatas
harus mencantumkan tanda peringatan pada wadah atau kemasannya. Tanda
peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm
atau disesuaikan dengan kemasannya dan memuat pemberitahuan dengan huruf
berdasarkan resep dokter, kecuali untuk Obat Wajib Apotek dapat dijual tanpa
resep dokter tetapi harus diserahkan Apoteker dengan pemberian KIE.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 02396/A/SK/VIII/1986, wadah dan kemasan obat keras diberi tanda khusus berupa
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K
yang menyentuh garis tepi. Pada kemasan obat keras, industri farmasi harus
mencantumkan tulisan yang menyatakan bahwa obat tersebut hanya boleh
diserahkan dengan resep dokter. Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam
golongan ini antara lain obat jantung, obat darah tinggi/anti hipertensi, obat
4.
Indonesia.
5.
Obat yang
dimaksud
memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
digunakan
dalam
terapi
dan/atau
untuk
bertujuan
ketergantungan.
Contohnya
antara
lain
kodein,
yang
dikandungnya.
Sesuai
dengan
PerMenKes
No.
oleh
masyarakat.
Captopril, Loratadine.
Mefenamat,
Sedangkan obat paten adalah obat inovator/pertama kali dibuat atau yang
telah dipatenkan oleh suatu pabrik dan biasanya memiliki harga yang lebih mahal
jika dibandingkan dengan obat generik. Contoh: Amaryl, Lipitor
Penyimpanan obat di apotek berdasarkan stabilitas bentuk sediaan obat.
Untuk obat-obat yang stabil pada suhu kamar disimpan pada rak penyimpanan
obat, sedangkan untuk obat-obatan yang tidak stabil pada suhu kamar disimpan di
lemari pendingin. Untuk obat-obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan
pada tempat khusus.
2. NON OBAT
Menurut Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
alat kesehatan adalah bahan, instrumen, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung
obat
yang
digunakan
untuk
mencegah,
mendiagnosis,
Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
b.
c.
d.
e.
Membuat
pernyataan
akan
mematuhi
dan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
b)
c)
d)
Memenuhi
syaratsyarat
kesehatan
fisik
dan
mental
untuk
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
b.
Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki izin praktek
c.
d.
Kepala
Dinas
Kesehatan
Provinsi,
Kepala
Dinas
Kesehatan
b.
c.
d.
Juru Resep
Juru resep bertugas membatu pekerjaan pelayanan resep seperti
menyiapkan bahan atau menyiapkan sediaan racikan dan berada di bawah
pengawasan AA.
b) Tenaga Administrasi
Tugas dari tenaga administrasi adalah:
kredit.
Membantu tugas asisten apoteker.
Membukukan faktur pembelian dan faktur penjualan.
c) Kasir
Kasir bertanggung jawab atas kebenaran uang yang dipercayakan
kepadanya dan bertanggung jawab langsung kepada pengelola apotek.
Tugasnya adalah mencatat jumlah uang yang didapat pada setoran uang.
d) Bagian Umum
Bagian umum atau tenaga dinas luar bertanggung jawab terhadap
kebersihan apotek, mengambil resep dan mengantarkan obat yang telah selesai
dibuat ke alamat pasien.
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No
2.
3.
harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Permohonan SIA diajukan oleh Apoteker
Pengelola Apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Permohonan
SIA harus mengikuti aturan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1332/MENKES/SK/ X/2002 pasal 7 dan 9, sebagai berikut:
1. Permohonan Izin Apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 disertai
lampiran:
a. Salinan/fotocopy Surat Izin Kerja Apoteker
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
65
Kepala
Dinas
Kesehatan
sesuai
dengan
permohonan,
maka
Kepala
Dinas
Kesehatan
Apoteker
tembusan
Menteri
Kesehatan
Kadinkes
Kab/Kota
tidak dilakukan
pemeriksaan
Form APT-2
Apoteker pemohon
membuat surat
pernyataan siap
melakukan kegiatan
Form APT-4
6 hari kerja
Form APT-3
12 hari
kerja
6 hari kerja
Kadinkes
Kab/ Kota
12 hari kerja
Belum
Form APT-6
Memenuhi syarat
Form APT-5
Surat Penundaan
(diberi kesempatan
melengkapi selama
1 bulan)
Tidak
Form APT-7
Surat penolakan
(diberi alasan)
Identifikasi
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui adanya kesempatan investasi yang
Identifikasi
kesempatan usaha, bisa dilakukan dengan melakukan survei yang meliputi jumlah
(penduduk, apotek, praktek dokter atau rumah sakit, jumlah kendaraan yang
lewat, keramaian sampai dengan jam berapa), harga obat di apotek, pelayanan
apotek (ramah, cepat, KIE, lengkap, aman, jam buka) dan survei apotek
kompetitor.
2.
Perumusan
Merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi ke dalam
Penilaian
Melakukan
analisa
terhadap
aspek
pasar,
teknik,
keuangan,
dan
perekonomian.
4.
Pemilihan
Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang
akan dicapai.
5.
Implementasi
Menyelesaikan apotek berdasarkan anggaran yang ada..
Dampak dari rancangan bisnis ini dapat berupa dampak ekonomis maupun
sosial. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), studi kelayakan apotek yang
dilakukan berkaitan dengan 3 aspek berikut yaitu:
1. Manfaat Finansial, merupakan manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek
itu sendiri, yang berarti dimana suatu apotek tersebut cukup memperoleh
manfaat yang menguntungkan dibandingkan dengan resikonya.
2. Manfaat Ekonomi Nasional, merupakan manfaat ekonomi dari suatu apotek
terhadap negara.
3. Manfaat Sosial, merupakan manfaat apotek bagi masyarakat dimana
memberikan pelayanan kesehatan dalam hal kebutuhan obat serta penyampaian
informasi.
2.2.2 Tujuan Studi Kelayakan Apotek
Beberapa alasan utama dalam menyusun studi kelayakan menurut Husnan
dan Muhammad (2000):
a. Memperhitungkan dana yang diperlukan dan memilih cara pembiayaan yang
terbaik untuk melaksanakan perencanaan usaha tersebut.
b. Sebagai alat untuk mengoperasikan dan dapat membantu pengaturan bisnis
serta menjalankan hingga sukses.
c. Menyiapkan rencana untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan masalah
yang terjadi di masa yang akan datang.
Studi kelayakan mempunyai 3 kriteria sebagai berikut:
a. Feasible (layak/tidaknya proyek pendirian).
b. Viable (suatu proyek dapat berlangsung lama).
c. Profitable (kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan keuntungan).
menurut
Seto
mempertimbangkan:
1. Tingkat kepadatan penduduk & demografi sekitar radius tertentu
2. Tingkat kemakmuran/keadaan sosial ekonomi warga setempat
3. Tingkat pengangguran
4. Angka kematian dan kesakitan (mortalitas dan morbiditas)
5. Pola penyakit sekitar dalam radius tertentu,
6. Pola penulisan dokter setempat yang berguna untuk memperkirakan pengadaan
obat di apotek, begitu pula adanya iklan di media elektronik.
Catatan: Data mortalitas, morbiditas, dan pola penyakit dapat dilihat di Dinkes
Kota atau Kabupaten.
c. Aspek Teknis Operasi
Evaluasi pada aspek teknis dapat dilaksanakan apabila evaluasi pada aspek
pasar dan pemasaran menunjukan gambaran yang positif, misalnya berbagai
keputusan mengenai segmen pasar yang dipilih, pemberian harga, dan sebagainya.
Hal-hal yang perlu dianalisis atau disiapkan adalah desain fisik apotek, jumlah
dana yang diperlukan dan manajemennya. Pengkajian aspek teknis dan jasa
pelayanan perlu membandingkan dengan standar kebutuhan jumlah/stok obat dan
item obat terhadap jumlah penduduk, standar kelas rumah sakit atau puskesmas,
tenaga medis/paramedis, standar kebutuhan jumlah tenaga kerja (apoteker, asisten
apoteker, juru resep, dan lain-lain) terhadap jumlah penduduk atau calon
konsumen dan sebagainya (Sutojo, 2002).
Faktor-faktor lain sebagai bahan pertimbangan adalah lini pelayanan yang
ditawarkan apotek misalnya dapat melayani resep, ketersediaan pelayanan (berapa
lama waktu jam buka apotek, apakah hari minggu/besar tetap buka, dan
sebagainya), harus ada keseimbangan antara tingkat pelayanan terhadap pasien
dengan kebutuhan operasional apotek secara ekonomis pada saat yang sama (Seto
dkk., 2012).
d. Aspek Personel (SDM)
Menyangkut jenis ketenagaan, kuantitas dan kualitas tenaga. Proses rekrutmen
dengan seleksi dilakukan secara teliti, dengan wawancara, tes kemampuan, bila perlu
dengan tes psikologi dengan bantuan dari lembaga yang berwenang dan profesional
(Seto dkk., 2012).
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
72
e. Aspek Keuangan
Aspek keuangan mempelajari berbagai faktor penting yaitu dana yang
diperlukan baik aktiva tetap maupun modal, sumber pembelanjaan yang akan
digunakan, taksiran penghasilan, biaya dan rugi/laba, termasuk analisa break even
dan pembuatan neraca (Husnan dan Muhammad, 2000).
Analisa Break Even (ABE) dapat dipakai untuk mengetahui pada volume
penjualan berapa apotek dapat memperoleh laba atau menderita kerugian. Tujuan
dari ABE adalah mencari titik impas apotek, dimana total pendapat atau penjualan
sama dengan total biaya (Seto dkk., 2012).
Selain Analisa Break Even (ABE), juga dilakukan analisa profitabilitas
yang meliputi (Riyanto, 2001):
Return On Total Asset (ROA) adalah dimana rasio ini merupakan perbandingan
antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average asset),
dimana persentase rasio ini dinyatakan oleh rumus sebagai berikut :
Return On Total Asset =
100%
100%
Keterangan: Net Profit After Tax merupakan pendapatan bersih hasil usaha
yang merupakan suatu pos dalam income statement (laporan rugi laba). Total
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
73
100%