Anda di halaman 1dari 33

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

TATA CARA PENDIRIAN APOTEK BARU


DAN STUDI KELAYAKAN

2.1 TATA CARA PENDIRIAN APOTEK BARU


2.1.1 Definisi Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004, tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek,
dikatakan pengertian apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian, dinyatakan bahwa pekerjaan kefarmasian meliputi
pembuatan

termasuk

pengendalian

mutu

sediaan

farmasi,

pengamanan,

pengadaan, penyimpanan, pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,


pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
menyatakan bahwa praktek kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Gambaran apotek masa depan bukan hanya merupakan bisnis produk
tetapi merupakan bisnis jasa pelayanan yang bersifat aktif atas kebutuhan
pasien.

Apotek

merupakan

tempat

melaksanakan

layanan

kefarmasian

(Pharmaceutical Care), dimana Apoteker selain bertanggung jawab untuk


memastikan bahwa penderita memperoleh terapi obat yang aman, tepat dan cost
effective, Apoteker juga bertugas untuk memastikan bahwa terapi yang diberikan
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
43

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

adalah yang diinginkan oleh penderita sehingga tercapai outcome yang dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.25 tahun 1980
(Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 tahun 1965
Tentang Apotik) pasal 2, apotek memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
b. Sarana

farmasi

yang

melaksanakan

peracikan,

pengubahan

bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.


c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

2.1.3 Persyaratan dan Tata Cara Pendirian Apotek


Dalam mendirikan apotek diperlukan persyaratan tertentu untuk menjamin
terlaksananya pelayanan kefarmasian yang tidak hanya berorientasi kepada obat,
tetapi juga berorientasi kepada pasien dimana kegiatan pelayanan kefarmasian
lebih

difokuskan

pada

pelayanan

komprehensif

yang

bertujuan

untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien.


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002 dalam Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan (Form
APT-3) diatur tentang persyaratan bangunan apotek sebagai berikut:
1. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
2. Bangunan apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan khusus untuk ruang
peracikan, penerimaan dan penyerahan resep, ruang administrasi dan kamar kerja
apoteker, serta kamar kecil.
3. Kelengkapan bangunan apotek meliputi:
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
44

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

a.

Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan.

b.

Penerangan harus cukup terang sehingga menjamin pelaksanaan tugas


dan fungsi apotek.

c.

Alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik dan minimal dua
buah.

d.

Ventilasi yang baik serta memenuhi persyaratan higiene lainnya.

e.

Sanitasi harus baik serta memenuhi persyaratan higiene lainnya.

4. Bangunan apotek harus memiliki syarat:


a.

Luas bangunan harus disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan


kefarmasian.

b.

Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah dalam harus rata,
tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan.

c.

Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan
permukaan sebelah dalam harus berwarna terang.

d.

Atap tidak boleh bocor.

e.

Lantai tidak boleh lembab.

5. Papan nama apotek dengan syarat:


a.

Berukuran:
-

Panjang

Lebar : 40 cm

b.

c.

: 60 cm

Dengan tulisan:
-

Hitam di atas dasar putih

Tinggi huruf

Tebal huruf

: 5 cm
: 5 mm

Papan nama terbuat dari papan/seng/bahan lain, berisi:


- Nama apotek

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


45

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

- Nama Apoteker Penanggungjawab Apotek


- Nomor SIK/SP
- Nomor SIA
- Alamat dan nomor telepon apotek
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

1332/MENKES/SK/X/2002 dalam lampiran Form APT-3

No.

maka persyaratan

perlengkapan apotek sebagai berikut:


1. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan.
a. Timbangan miligram dengan anak timbangan yang sudah ditera minimal
satu buah.
b. Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera minimal satu
buah.
c. Gelas ukur 10 ml, 100 ml, 250 ml.
d. Labu Erlenmeyer 100 ml, 250 ml, 1 liter.
e. Gelas piala100 ml, 500 ml, 1 liter.
f. Panci pengukur 1 liter
g. Corong berbagai ukuran.
h. Termometer berskala 1000C.
i. Mortir, garis tengah 5 sampai 10 cm dan 10 sampai 15 cm, beserta stamper
dan sudip.
j. Spatel logam/tanduk/plastik dan porselen.
k. Cawan penguap perselen, garis tengah 5 sampai dengan 115 cm.
l. Batang pengaduk.
m. Penangas air.
n. Kompor atau alat pengemas yang sesuai.
o. Panci.
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
46

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

p. Rak tempat pengeringan alat.


q. Ayakan.
r. Sendok porselen/tanduk.
2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi.
a.

Lemari dan rak untuk penyimpanan obat sesuai dengan

kebutuhan.
b.

Lemari pendingin minimal satu buah.

c.

Lemari untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika

sesuai ketentuan.
3. Wadah pengemas dan pembungkus.
a. Etiket.
b. Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat dengan jenis
dan ukuran yang sesuai.
4. Alat administrasi.
a. Blanko pemesanan obat.
b. Blanko kartu stok obat.
c. Blanko salinan resep.
d. Blanko faktur dan blanko nota penjualan.
e. Blanko pencatatan narkotika.
f. Buku pesanan obat narkotika.
g. Form laporan obat narkotika.
h. Blanko pembelian.
i. Blanko penerimaan.
j. Blanko pengiriman.
k. Blanko pembukuan keuangan.
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
47

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

l. Blanko kwitansi.
m. Blanko pencatatan obat psikotropika.
n. Blanko pesanan obat psikotropika.
o. Form laporan obat psikotropika.
p. Alat-alat tulis dan kertas.
5. Buku standar yang diwajibkan yaitu Farmakope Indonesia edisi yang terbaru
satu buah.
6. MIMS atau ISO satu buah.
7. Kumpulan Peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek.
Tata ruang apotek sangat berpengaruh terhadap kenyamanan melayani
resep, waktu pelayanan resep dimana secara keseluruhannya berdampak pada
kemajuan apotek tersebut. Ruangan apotek harus diatur sedemikian rupa agar
memudahkan dalam pelayanan, tidak membatasi ruang gerak sehingga
pelaksanaan kegiatan di apotek dapat berjalan dengan baik. Ruangan dan penataan
apotek dimaksudkan untuk memperlancar arus kerja dengan cara memberi
kenyamanan petugas dalam melayani resep, waktu pelayanan resep dimana secara
keseluruhan mempengaruhi kemajuan apotek tersebut.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004/15
September 2004, apotek harus memiliki :
a. Ruang tunggu
Ruang tunggu sebaiknya dekat dengan ruang penyerahan obat, dengan luas
ruangan dan tempat duduk dengan jumlah yang cukup. Hal ini bertujuan agar
pasien dapat menanti dengan sabar untuk menerima obat dari apotek dan
mudah menerima obat dari apotek serta mudah mengetahui ketika dipanggil
untuk mendapatkan obatnya. Biasanya di ruang tunggu juga dilengkapi
dengan majalah dan televisi sebagai media hiburan saat pasien menunggu.
Tempat untuk memajang informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosur/materi informasi.
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
48

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

b. Ruang peracikan
Ruangan peracikan harus selalu bersih dan ditata sedemikian rupa supaya
hasil peracikan tidak terkontaminasi oleh debu dan bakteri. Penataan yang
baik akan memudahkan bagian peracikan untuk mengerjakan resep.
c.

Ruang penerimaan resep dan penyerahan obat


Ruangan penerimaan resep seharusnya berbeda dengan tempat penyerahan
obat supaya tidak mengganggu penyampaian KIE mengenai obat sehingga
informasi obat yang disampaikan oleh bagian penyerahan obat dapat diterima
dengan baik oleh pasien.

d. Ruang administrasi dan kamar kerja apoteker


Ruang administrasi dan kamar kerja apoteker diperlukan untuk
mempermudah apoteker dalam melakukan pekerjaannya. Disamping itu
ruangan ini juga berguna dalam memberikan KIE pada pasien yang bersifat
lebih pribadi.
e. Ruang tempat pencucian alat
Ruang pencucian alat harus bersih dan tersedia cukup air bersih yang
mengalir sehingga dapat menjamin alat-alat dapat dicuci dengan bersih dan
tidak terkontaminasi.
f. Kamar kecil (WC)
Kamar kecil sebaiknya jauh dari ruang peracikan obat, tetapi dapat
dijangkau oleh pasien dengan mudah tanpa harus memasuki ruangan
peracikan obat terlebih dahulu. Tempat yang jauh dari peracikan memperkecil
kontaminasi bakteri ke obat sehingga mutu obat dapat tetap terjaga.
g. Gudang
Gudang harus mudah dijangkau. Hal ini bertujuan agar karyawan tidak
merasa kesulitan dan cepat dalam mengambil obat jika obat habis.
Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan
obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu, kelembaban
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
49

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan
temperatur yang telah ditetapkan.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
Dalam pelayanan obat resep dan non resep, apotek harus menyediakan sediaan
farmasi agar dapat memenuhi permintaan pasien. Apotek diperbolehkan
menyimpan, mengolah dan menjual/menyalurkan obat, bahan baku obat, obat
tradisional, kosmetika, suplemen dan multivitamin, alat-alat kesehatan atau
barang-barang lain seperti makanan dan minuman ringan, serta produk-produk
kesehatan lainnya yang terdaftar. Apoteker bertanggung jawab terhadap
penyimpanan, pengolahan dan penyaluran sediaan farmasi tersebut agar
memenuhi ketentuan dan persyaratan perundang-undangan yang berlaku.
Sediaan farmasi yang tersedia di apotek terdiri dari obat dan non obat:
1.

OBAT

A.

Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada masyarakat tanpa

resep dokter. Berdasarkan KepMenKes RI No. 2380/A/SK/VI/1983, obat bebas


harus diberi tanda khusus berupa lingkaran dengan diameter 1,5 cm atau
disesuaikan dengan kemasannya. Pada kemasan obat bebas terdapat logo berupa
lingkaran dengan warna hijau dan garis tepi berwarna hitam. Contoh: Panadol,
Mylanta, Vitalong C.
B.

Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat dijual pada masyarakat

tanpa resep dokter dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat serta harus ada
tanda peringatan (P). Hal ini disebabkan karena efek samping yang dapat
ditimbulkan oleh obat ini lebih besar jika dibandingkan dengan obat bebas.
Berdasarkan KepMenKes RI Nomor 6355/DirJen/SK/1969, obat bebas terbatas
harus mencantumkan tanda peringatan pada wadah atau kemasannya. Tanda
peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm
atau disesuaikan dengan kemasannya dan memuat pemberitahuan dengan huruf

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


50

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

berwarna putih. Sesuai dengan obatnya, peringatan tersebut adalah sebagai


berikut:
1) P.No.1. Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam (misalnya
Neozep Forte, antimo).
2) P.No.2. Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan (misalnya
Septadine gargle, Betadine gargle)
3) P.No.3. Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan (misalnya
Visine , dactarin).
4) P.No.4. Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar.
5) P.No.5. Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan (misalnya ovula, vaginal
tablet).
6) P.No.6. Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan (misalnya suppositoria
Borraginol).
Selain itu, berdasarkan Surat KepMenKes RI No. 2380/A/SK/VI/1983,
obat bebas terbatas juga harus diberi tanda khusus berupa lingkaran dengan
diameter 1,5 cm atau disesuaikan dengan kemasannya. Untuk obat bebas terbatas,
warna lingkarannya biru tua dengan garis tepi hitam.
C.

Obat keras atau obat daftar G


(Gevaarlijk = berbahaya)
Obat keras adalah obat yang boleh diserahkan kepada seseorang

berdasarkan resep dokter, kecuali untuk Obat Wajib Apotek dapat dijual tanpa
resep dokter tetapi harus diserahkan Apoteker dengan pemberian KIE.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 02396/A/SK/VIII/1986, wadah dan kemasan obat keras diberi tanda khusus berupa
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K
yang menyentuh garis tepi. Pada kemasan obat keras, industri farmasi harus
mencantumkan tulisan yang menyatakan bahwa obat tersebut hanya boleh
diserahkan dengan resep dokter. Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam
golongan ini antara lain obat jantung, obat darah tinggi/anti hipertensi, obat

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


51

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

antidiabetes, hormon, antibiotika (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), beberapa


obat ulkus lambung, dan obat-obatan untuk penyakit kronis lainnya.
d. Obat Wajib Apotek (OWA)
Menurut KepMenKes No. 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib
Apotek, OWA adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada
pasien di apotek tanpa resep dokter. Tugas apoteker di apotek dalam melayani
pasien yang memerlukan OWA adalah:
1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.
2. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,
efek samping, dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter adalah obat-obat yang sesuai
dengan PerMenKes No. 919/MENKES/PER/X/1993 yaitu :
1.
Tidak dikontraindikasikan penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah
usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2.
Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko
3.

pada kelanjutan penyakit.


Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus

4.

dilakukan oleh tenaga kesehatan.


Penggunaannya digunakan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.
5.
Obat yang

dimaksud

memiliki

rasio

khasiat

keamanan

yang

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.


Pertimbangan Pemerintah dalam pelayanan OWA adalah peningkatan
kemampuan masyarakat dalam pengobatan sendiri untuk mengatasi masalah
kesehatan secara tepat, aman, dan rasional.
e. Obat Narkotika atau Obat Daftar O
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009,
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan ke dalam

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


52

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UndangUndang No. 35 tahun


2009, antara lain :
1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya antara lain kokain, ganja, opium, heroina,
dan lain-lain
2. Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan
digunakan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contohnya antara lain metadona, mirfina, petidin, dan lain-lain.
3. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan
banyak

digunakan

dalam

terapi

dan/atau

untuk

bertujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan


mengakibatkan

ketergantungan.

Contohnya

antara

lain

kodein,

buprenorfina, dan lain-lain.


Prekursor narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika.
Pemesanan narkotika hanya melalui Pedagang Besar Farmasi yang telah
ditunjuk oleh Pemerintah yaitu Kimia Farma. Penggunaannya di apotek harus
dilaporkan setiap bulan (selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya). Obat
narkotika dan psikotropika memerlukan pengawasan dan pelaporan ke DinKes
kabupaten atau kota dan Balai POM mengenai jumlah dan macamnya. Contohcontohnya, antara lain : MST Continus, Coditam, Codipront.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 pasal 43 ayat 2,
apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, puskesmas,
apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien.
f. Psikotropika

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


53

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 bab 1 pasal 1, psikotropika


adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang bersifat
psikotropika melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang dapat
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh:
Cetalgin, Stezolid, Bellapheen.
Pemesanan dapat dilakukan dengan menggunakan surat pesanan
psikotropika rangkap dua yang ditandatangani oleh Apoteker dan stempel apotek.
Surat pesanan tersebut kemudian dikirim ke PBF.
Penyimpanan obat golongan psikotropika belum diatur dalam perundangundangan secara khusus. Obat-obat golongan psikotropika cenderung lebih
banyak disalahgunakan, maka diminta kepada semua sarana distribusi obat (PBF,
apotek, dan rumah sakit) agar menyimpan obat-obat golongan psikotropika dalam
suatu rak atau lemari khusus dengan adanya kartu stok psikotropika.
Penyerahan psikotropika dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
tahun 1997 pasal 14 yaitu bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya
dilakukan kepada apotek lainnya, RS, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan
kepada pasien. Seperti halnya penggunaan obat narkotika, penggunaan obat
psikotropika di apotek juga harus dilaporkan setiap bulan (selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan berikutnya). Pelaporan ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan kabupaten/kota. Laporan ditandatangani oleh Apoteker dengan
mencantumkan nama terang, nomor SIK, nomor SIA, dan stempel apotek.
g. Obat Tradisional
Obat tradisional juga dapat dijual di apotek. Obat tradisional adalah obat
jadi atau obat berbungkus yang berasal dan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral
dan atau sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut. Ada sebagian
dari masyarakat tetap percaya bahwa obat-obat tradisional lebih manjur jika
dibandingkan dengan obat-obat sintetik, dan juga memiliki efek samping yang
lebih minimal serta obat tradisional memiliki harga yang cukup terjangkau oleh
masyarakat. Ada tiga jenis obat tradisional, yaitu:
1. Obat kelompok jamu
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
54

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya


dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman
yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Jamu
tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan uji klinis, tetapi cukup
dengan bukti empiris. Contoh: Ambeven, Antangin.
2. Obat herbal terstandar
Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji preklinik dan bahan
bakunya telah distandarisasi. Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional
yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman
obat, binatang, maupun mineral. Contoh: Lelap
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang
dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.
Contoh: Stimuno
Apotek dapat juga dilengkapi food suplemen baik yang berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri. Contoh: Bonic, Numen-Z.

h. Obat Generik dan Obat Paten


Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan Farmakope
Indonesia dan INN (International Non propietary Name) WHO untuk setiap zat
berkhasiat

yang

dikandungnya.

Sesuai

dengan

PerMenKes

No.

085/MenKes/Per/I/1989, apotek wajib menyediakan obat esensial dengan nama


generik. Dengan adanya obat generik, maka diharapkan harga obat lebih
terjangkau

oleh

masyarakat.

Contoh: Amoxicillin , Asam

Captopril, Loratadine.

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


55

Mefenamat,

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Sedangkan obat paten adalah obat inovator/pertama kali dibuat atau yang
telah dipatenkan oleh suatu pabrik dan biasanya memiliki harga yang lebih mahal
jika dibandingkan dengan obat generik. Contoh: Amaryl, Lipitor
Penyimpanan obat di apotek berdasarkan stabilitas bentuk sediaan obat.
Untuk obat-obat yang stabil pada suhu kamar disimpan pada rak penyimpanan
obat, sedangkan untuk obat-obatan yang tidak stabil pada suhu kamar disimpan di
lemari pendingin. Untuk obat-obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan
pada tempat khusus.
2. NON OBAT
Menurut Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
alat kesehatan adalah bahan, instrumen, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung

obat

yang

digunakan

untuk

mencegah,

mendiagnosis,

menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan


kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Sedangkan pengertian perbekalan kesehatan rumah tangga, terdapat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 140/Menkes/Per/III/1991. Perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) adalah alat, bahan, atau campuran bahan untuk
memelihara dan perawatan kesehatan untuk manusia, hewan peliharaan, rumah
tangga dan tempat-tempat umum. Contoh: di apotek juga bisa menjual alat
kesehatan seperti kapas, perban, kosmetik (bedak, sabun, tabir surya, deodorant),
perbekalan rumah tangga (pembalut, obat nyamuk, pembersih lantai), urine bag,
folley catheter, spuit injeksi, infus set, kondom, tes kehamilan, susu dan lain-lain.
a. Personalia Apotek (Sumber Daya Manusia)
Dalam pengelolaan apotek yang baik, organisasi yang baik merupakan
salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan suatu apotek. Oleh karena
itu diperlukan adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas dan saling
mengisi, disertai dengan pembagian tugas yang jelas pada masing-masing bagian
di dalam struktur organisasi tersebut, dimana masing-masing bagian diduduki oleh
sumber daya manusia (personil).
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
56

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Sumber daya manusia di apotek merupakan faktor penting yang ikut


menentukan kelangsungan apotek tersebut. Jadi perlu perhatian khusus dalam
memilih personil yang akan dipekerjakan pada apotek tersebut. Orangorang yang
dipilih harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan jiwa pelayanan yang tinggi.
Untuk menghasilkan pelayanan terbaik, hasil terbaik dan citra terbaik
tergantung pada tingkat kesungguhan dari setiap karyawan baik individu maupun
kelompok dalam meningkatkan kinerjanya. Kinerja yang sudah ada harus dijaga
pada kondisi konstan dan bahkan harus ditingkatkan.
Motivasi kerja sangat diperlukan bagi karyawan, hal ini harus selalu
dilaksanakan oleh pemimpin agar produktivitas mereka tetap tinggi dan membawa
keuntungan bagi perusahaan. Tugas pemimpin tidaklah mudah karena banyak
yang harus dipikirkan untuk kepentingan perusahaan dan karyawannya termasuk
dalam hal memotivasi karyawannya (Sudarijanto, 2001).
Pemimpin perlu melakukan pendekatan melalui sisi sosial budaya yang
berlaku dilingkungan kerjanya. Dengan adanya pendekatan seperti ini maka
masukan ataupun perubahan yang ingin dilakukan oleh pemimpin dapat lebih
mudah diterima dan direspon dengan baik oleh karyawan (Sudarijanto, 2001).
Menurut Peraturan Pemerintah RI No 51 Tahun 2009, tenaga kefarmasian
adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian.
1.

Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Berdasarkan Peraturan Pemerintah


RI Nomor 51 tahun 2009 disebutkan bahwa apoteker merupakan pendidikan
profesi setelah sarjana farmasi. Apoteker yang menjalankan pekerjaan
kefarmasian harus memiliki sertifikat standar kompetensi profesi. Setiap tenaga
kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki
surat tanda registrasi untuk apoteker dalam bentuk STRA(Surat Tanda Registrasi
Apoteker). Untuk memperolah STRA, apoteker harus memenuhi persyaratan:
a.

Memiliki ijazah Apoteker

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


57

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

b.

Memiliki sertifikat kompetensi profesi

c.

Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan


sumpah/janji Apoteker

d.

Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental


dari dokter yang memiliki surat izin praktek; dan

e.

Membuat

pernyataan

akan

mematuhi

dan

melaksanakan ketentuan etika profesi.


Menurut Permenkes RI No. 889/MENKES/PER/V/2011 BAB II bagian
ketiga disebutkan bahwa sertifikat kompetensi apoteker dikeluarkan oleh
organisasi profesi setelah lulus uji kompetensi. Uji kompetensi dilakukan oleh
organisasi profesi melalui pembobotan Satuan Kredit Profesi (SKP). Bagi
apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji kompetensi
dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung. Permohonan
sertifikat kompetensi diajukan oleh perguruan tinggi secara kolektif 1 bulan
sebelum pelantikan dan pengucapan sumpah apoteker. Organisasi profesi harus
memberitahukan kepada KFN (Komite Farmasi Nasional) mengenai sertifikat
kompetensi yang dikeluarkan paling lambat 2 minggu sebelum pelantikan dan
pengucapan sumpah apoteker.
STRA ini dikeluarkan oleh menteri dan berlaku selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu 5 tahun apabila memenuhi syarat. Dalam
melakukan prakteknya seorang apoteker harus memenuhi standar GPP (Good
Pharmacy Practice).
1.1 APA (Apoteker Pengelola Apotek)
Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1332/MENKES/SK/X/2002 Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan Apoteker


Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek
(SIA). SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau
Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di
suatu tempat tertentu. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


58

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

dalam menjalankan tugasnya di apotek serta mengawasi kinerja Asisten Apoteker


dan karyawan lain.
Berdasarkan Permenkes No.922/MENKES/PER/X/1993 Bab III Pasal 5,
menyatakan bahwa untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a)

Ijasahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.

b)

Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai Apoteker.

c)

Memiliki Surat Ijin Kerja dari Menteri.

d)

Memenuhi

syaratsyarat

kesehatan

fisik

dan

mental

untuk

melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker.


e)

Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker


Pengelola Apotek di apotek lain.
Seorang Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab terhadap

kelangsungan hidup perusahaan dan seluruh kegiatan apotek. Apoteker Pengelola


Apotek harus mampu mengkoordinasikan segala kegiatan apotek mulai
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengontrolan dan melakukan
evaluasi seluruh kegiatan di apotek. Selain itu, Apoteker Pengelola Apotek dapat
melakukan sebagian pekerjaan administrasi, terutama kegiatan pembukuan
keuangan apotek dan pengembangan apotek dengan meningkatkan pelayanan dan
penyediaan obat yang lengkap, tepat waktu, tepat isi dan tepat guna. Pengawasan
terhadap pelayanan resep dan mutu obat yang dijual juga harus dilaksanakan
dengan baik sebab berhubungan langsung dengan kesembuhan pasien. Apoteker
Pengelola Apotek harus mampu memberikan pelayanan obat secara maksimal dan
memberikan KIE kepada pasien yang membutuhkan. Pelaporan narkotika dan
psikotropika juga merupakan tanggung jawab seorang Apoteker Pengelola Apotek
(APA).
Sedangkan tugas seorang APA dalam PerMenKes No. 922/MenKes/Per/
X/1993 bab VI & VII yang meliputi Pengelolaan Apotek dan Pelayanan, yaitu:

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


59

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

- Berkewajiban untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan


farmasi yang bermutu baik da keabsahan terjamin.
- Melakukan pemusnahan obat dan perbekalan farmasi karena tidak dapat lagi
digunakan/dilarang digunakan sesuai dengan aturan yang ditetapkan dan dibantu
oleh sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek yang wajib dibuatkan berita
acaranya, untuk pemusnahan narkotika wajib mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
- APA bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pelayanan resep dan wajib
melayaninya sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya.
- APA tidak diizinkan untuk mengganti obat generik dalam resep dengan obat
paten.
- Jika pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep maka APA
wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan yang tepat.
- APA wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan obat yang diserahkan
dan penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.
- Bila Apoteker menganggap dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan tidak
tepat maka harus diberitahukan pada dokter penulis resep.
- Apoteker wajib menandatangani salinan resep.
- Dapat menjual obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek
tanpa resep.
1.2 Apoteker Pendamping
Menurut PP No 51 tahun 2009 pasal 20, dalam menjalankan Pekerjaan
kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, apoteker dapat dibantu oleh
apoteker pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker
pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker
Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jamjam tertentu pada hari
buka apotek. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan
tugasnya pada jam buka apotek, maka Apoteker Pengelola Apotek harus

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


60

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

menunjuk apoteker pendamping (KepMenKes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002


Pasal 19).
Apoteker pendamping bertanggungjawab atas pelayanan kefarmasian
selama yang bersangkutan bertugas menggantikan Apoteker Pengelola Apotek
tetapi Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggungjawab atas pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping. Seorang Apoteker
Pendamping yang diangkat harus memiliki SIPA.
Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 19 disebutkan bahwa:


a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam
buka apotek maka Apoteker pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker
pendamping.
b. Apabila Apoteker Pengelola apotek dan Apoteker pendamping berhalangan
hadir maka Apoteker Pengelola Apotek menunjuk apoteker Pengganti.
c. Penunjukan apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus dilaporkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan contoh
formulir model APT-9.
d. Apoteker Pengelola Apotek yang berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2
tahun secara terus menerus maka Surat Izin Apotek atas nama apoteker tersebut
akan dicabut.
1.3 Apoteker pengganti
Apoteker pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama APA
tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 bulan secara terus-menerus, telah
memiliki SIK dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. Syarat menjadi
apoteker pengganti sama dengan syarat menjadi APA dalam Permenkes
No.922/MENKES/PER/X/1993 Bab III Pasal 5.
2.

Tenaga Teknis Kefarmasian

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


61

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam


menjalani pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis farmasi dan tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap
tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia
wajib memliki surat tanda registrasi berupa STRTTK yaitu surat tanda registrasi
tenaga teknis kefarmasian. Untuk memperoleh STRTTK maka tenaga teknis
kefarmasian harus memenuhi persyaratan:
a.

Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya

b.

Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki izin praktek

c.

Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari apoteker yang telah


memiliki STRA di tempat tenaga teknis kefarmasian bekerja

d.

Membuat pernyataan akan memenuhi dan melaksanakan ketentuan etika


kefarmasian

(Permenkes RI No. 889/MENKES/PER/V/2011 Pasal 8)


STRA atau STRTTK dapat dicabut karena:
4. Permohonan yang bersangkutan;
5. Pemilik STRA atau STRTTK tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental
untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat keterangan
dokter;
6. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian; atau
7. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan
putusan pengadilan.
Pencabutan STRA disampaikan kepada pemilik STRA dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi profesi. Sedangkan pencabutan
STRTTK disampaikan kepada pemilik STRA dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal,

Kepala

Dinas

Kesehatan

Provinsi,

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota dan organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian


(Permenkes RI No. 889/MENKES/PER/V/2011 BAB II bagian ke enam)
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
62

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Setiap tenaga kefarmasian yang melaksanakan pekerjaan kefarmasian di


Indonesian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja.
Surat Izin tersebut dapat berupa:
a.

SIPA bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di


apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit.

b.

SIPA bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai


apoteker pendamping.

c.

SIK bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di


fasilitas kefarmasian diluar apotek dan instalasi rumah sakit.

d.

SIK bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pekerjaan


kefarmasian pada fasilitas kefarmasian

(Permenkes RI No. 889/MENKES/PER/V/2011 Pasal 17)


2.1 Asisten apoteker
Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai
asisten apoteker (AA). AA bertugas membantu Apoteker dalam tugas sehariharinya dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan. AA dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian di apotek ada dibawah pengawasan apoteker. Adapun tugas
dan kewajiban seorang asisten apoteker (AA) ini adalah:
a. Melayani masyarakat di bidang kesehatan mulai dari penerimaan resep sampai
menyerahkan obat yang diperlukan, baik pelayanan langsung maupun melalui
telepon/ faximile.
b. Memeriksa kelengkapan dan kebenaran resep, meracik resep, memberi etiket,
salinan resep dan bila perlu kwitansi.
c. Mengatur dan mengawasi kelengkapan obat-obatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat, mengontrol barang di gudang dan menuliskan permintaan barang
pada buku defecta. Apabila obat habis maka harus dengan segera di pesan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


63

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

d. Menyusun obat-obat dan mencatat serta memeriksa keluar masuknya obat


dengan menggunakan kartu stok.
e. Memelihara kebersihan ruangan apotek beserta alat-alatnya, lemari obat serta
obat-obatan yang dibutuhkan oleh masyarakat, agar lingkungan apotek tetap
higienis dan indah untuk dipandang.
f. Mengatur dan mengawasi penyimpanan obat-obatan berdasarkan syarat teknis
farmasi agar mudah dijangkau dan diawasi untuk kecepatan dan ketepatan
dalam pelayanan.
g. Mengerjakan pembuatan sediaan obat sehari-hari menyangkut peracikan obat,
pengemasan obat, penulisan etiket dan pembuatan salinan resep.
h. Memeriksa kembali resep-resep yang telah dilayani dan nota-nota penjualan
obat bebas serta laporan-laporan obat yang harus ditandatanagani oleh APA.
i. Menyusun dan merapikan obat-obatan berdasarkan penggolongannya.
j. Mengatur daftar giliran dinas, pembagian tugas dan tanggung jawab.
k. Menuliskan dan menyerahkan surat pemesanan kepada PBF yang sebelumnya
telah mendapatkan persetujuan dan ditandatangani oleh apoteker.
3. Tenaga Non Kesehatan
a)

Juru Resep
Juru resep bertugas membatu pekerjaan pelayanan resep seperti
menyiapkan bahan atau menyiapkan sediaan racikan dan berada di bawah
pengawasan AA.

b) Tenaga Administrasi
Tugas dari tenaga administrasi adalah:

Mencatat pembelian tunai dan kredit.


Mencatat penjualan tunai dan kreditMembukukan penagihan penjualan

kredit.
Membantu tugas asisten apoteker.
Membukukan faktur pembelian dan faktur penjualan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


64

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

c) Kasir
Kasir bertanggung jawab atas kebenaran uang yang dipercayakan
kepadanya dan bertanggung jawab langsung kepada pengelola apotek.
Tugasnya adalah mencatat jumlah uang yang didapat pada setoran uang.
d) Bagian Umum
Bagian umum atau tenaga dinas luar bertanggung jawab terhadap
kebersihan apotek, mengambil resep dan mengantarkan obat yang telah selesai
dibuat ke alamat pasien.

Untuk membuka apotek maka diperlukan suatu izin. Berdasarkan


Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No

1332/MENKES/SK/X/2002 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek


pasal 4, menyatakan:
1.

Izin apotek diberikan oleh Menteri Kesehatan.

2.

Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan


pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek
sekali setahun kepada menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi.
Sebelum melaksanakan kegiatan di apotek, Apoteker Pengelola Apotek

harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Permohonan SIA diajukan oleh Apoteker
Pengelola Apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Permohonan
SIA harus mengikuti aturan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1332/MENKES/SK/ X/2002 pasal 7 dan 9, sebagai berikut:
1. Permohonan Izin Apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 disertai
lampiran:
a. Salinan/fotocopy Surat Izin Kerja Apoteker
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
65

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

b. Salinan/fotocopy Kartu Tanda Penduduk


c. Salinan/fotocopy denah bangunan
d. Surat yang mengatakan status bangunan dalam bentuk akte hak
milik/sewa/kontrak
e. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal
lulus dan nomor surat izin kerja
f. Asli dan salinan/fotocopy daftar terperinci alat perlengkapan apotek
g. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja
tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Pengelola
Apotek di apotek lain
h. Asli dan salinan/fotocopy surat izin atasan bagi pemohon Pegawai Negeri,
anggota ABRI dan Pegawai Instansi Pemerintah lainnya
i. Akte Perjanjian Kerjasama Apoteker Pengelola Apotek dengan Pemilik
Sarana Apotek
j. Surat Pernyataan Pemilik Sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang obat.
2. Dengan menggunakan Formulir APT-2,

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima


permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek untuk melakukan
kegiatan.
3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat
dengan menggunakan contoh Formulir APT-3.
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh
Formulir Model APT-4.
5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan dimaksud ayat
(4) Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek
dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5.
6. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat Kepala
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
66

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari


kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir
Model APT-6.
7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.
8. Apabila apoteker menggunakan sarana milik pihak lain, yaitu mengadakan
kerja sama dengan pemilik sarana apotek, maka harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1) Penggunaan saranya yang dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian
kerjasama antara Apoteker dan pemilik sarana.
2) Pemilik sarana dimaksud dalam harus memenuhi persyaratan tidak pernah
terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat
sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan.
9. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan
Apoteker Pengelola Apotek dan atau Persyaratan Apotek atau lokasi apotek
tidak

sesuai

dengan

permohonan,

maka

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua


belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasanalasannya dengan mempergunakan contoh Formulir Model APT-7.
10. Surat Ijin Apotek hanya berlaku selama 5 tahun. Untuk memperoleh izin
apotek tidak dipungut biaya dalam bentuk apapun. Apoteker Pengelola
Apoteknya harus melakukan perpanjangan SIA tersebut jika Apotek yang
bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan, sehingga Apoteker Pengelola
Apotek dapat terus melakukan pekerjaannya.

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


67

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Apoteker

tembusan

mengajukan izin form APT-1

Menteri
Kesehatan

Kadinkes
Kab/Kota
tidak dilakukan
pemeriksaan

Form APT-2

Kepala Balai POM/


Tim Dinkes Kab/Kota

Apoteker pemohon
membuat surat
pernyataan siap
melakukan kegiatan
Form APT-4

6 hari kerja

Form APT-3

12 hari
kerja

6 hari kerja

Kadinkes
Kab/ Kota

12 hari kerja

Belum
Form APT-6

Memenuhi syarat
Form APT-5

Surat Penundaan
(diberi kesempatan
melengkapi selama
1 bulan)

Tidak
Form APT-7

Surat Izin Apotek

Surat penolakan
(diberi alasan)

Gambar 2.1 Tata Cara Pendirian Apotek Baru


2.2 STUDI KELAYAKAN
2.2.1 Definisi Studi Kelayakan Apotek
Studi kelayakan apotek adalah studi awal mengenai dapat atau tidaknya
suatu apotek untuk berkembang dan berhasil di suatu tempat. Studi kelayakan
merupakan suatu pandangan perencanaan masa depan suatu apotek. Dengan
rancangan bisnis apotek yang akurat dapat memperkirakan keberlangsungan
apotek yang akan dibangun (Husnan dan Muhammad, 2000).
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
68

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Dalam studi kelayakan, langkah pertama yang perlu ditentukan adalah


sejauh mana aspek-aspek yang mempengaruhi apotek akan diteliti. Kemudian
untuk masing-masing aspek tersebut perlu dianalisa sehingga kita bisa
mempunyai gambaran kelayakan masing-masing aspek. Desain studi kelayakan
apotek meliputi:
1.

Identifikasi
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui adanya kesempatan investasi yang

mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk


memperkirakan keuntungan dan kerugian dari usaha tersebut.

Identifikasi

kesempatan usaha, bisa dilakukan dengan melakukan survei yang meliputi jumlah
(penduduk, apotek, praktek dokter atau rumah sakit, jumlah kendaraan yang
lewat, keramaian sampai dengan jam berapa), harga obat di apotek, pelayanan
apotek (ramah, cepat, KIE, lengkap, aman, jam buka) dan survei apotek
kompetitor.
2.

Perumusan
Merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi ke dalam

suatu rencana yang konkret, dengan menjelaskan faktor-faktor penting yang


mempengaruhi. Rencana yang dibuat harus realistis; dapat diukur dan dievaluasi;
efisien dan efektif; dapat dilakukan oleh sumber daya yang ada; serta terdapat
penanggung jawab untuk masingmasing pekerjaan.
3.

Penilaian
Melakukan

analisa

terhadap

aspek

pasar,

teknik,

keuangan,

dan

perekonomian.
4.

Pemilihan
Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang

akan dicapai.
5.

Implementasi
Menyelesaikan apotek berdasarkan anggaran yang ada..

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


69

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Dampak dari rancangan bisnis ini dapat berupa dampak ekonomis maupun
sosial. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), studi kelayakan apotek yang
dilakukan berkaitan dengan 3 aspek berikut yaitu:
1. Manfaat Finansial, merupakan manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek
itu sendiri, yang berarti dimana suatu apotek tersebut cukup memperoleh
manfaat yang menguntungkan dibandingkan dengan resikonya.
2. Manfaat Ekonomi Nasional, merupakan manfaat ekonomi dari suatu apotek
terhadap negara.
3. Manfaat Sosial, merupakan manfaat apotek bagi masyarakat dimana
memberikan pelayanan kesehatan dalam hal kebutuhan obat serta penyampaian
informasi.
2.2.2 Tujuan Studi Kelayakan Apotek
Beberapa alasan utama dalam menyusun studi kelayakan menurut Husnan
dan Muhammad (2000):
a. Memperhitungkan dana yang diperlukan dan memilih cara pembiayaan yang
terbaik untuk melaksanakan perencanaan usaha tersebut.
b. Sebagai alat untuk mengoperasikan dan dapat membantu pengaturan bisnis
serta menjalankan hingga sukses.
c. Menyiapkan rencana untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan masalah
yang terjadi di masa yang akan datang.
Studi kelayakan mempunyai 3 kriteria sebagai berikut:
a. Feasible (layak/tidaknya proyek pendirian).
b. Viable (suatu proyek dapat berlangsung lama).
c. Profitable (kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan keuntungan).

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


70

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

2.2.3 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Apotek


Pada umumnya studi kelayakan apotek dilakukan terhadap beberapa aspek
yaitu aspek pasar, teknis, hukum, manajemen serta ekonomi dan keuangan.
a. Aspek Lokasi
Dalam studi kelayakan perlu dianalisis mengenai lokasi dan letak apotek.
Seleksi lokasi dilakukan terhadap suatu daerah yang lebih luas. Dengan
berpegangan pada berbagai macam pertimbangan, pilihan letak apotek dapat lebih
dipersempit lagi. Bahan pertimbangan pemilihan lokasi harus bersifat obyektif.
Pemilihan lokasi yang tepat akan meminimumkan beban biaya (Sutojo, 2002).
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi apotek
antara lain dekat dengan pusat-pusat pelayanan kesehatan (poliklinik, puskesmas,
RS, dan dokter praktek), di pusat kota atau berada di sekitar perumahan terutama
di perumahan baru, mudah atau tidaknya pasien menjangkau apotek, kemudahan
dalam memarkirkan kendaraannya, jumlah dan jarak kompetitor (apotek lain dan
toko obat), keadaan sosial ekonomi masyarakat di sekitar, jumlah penduduk,
tersedianya sarana penunjang (listrik, air) (Seto dkk., 2012).
b. Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam studi kelayakan apotek, aspek pasar dan pemasaran merupakan
evaluasi yang pertama dilaksanakan, karena operasi suatu apotek dapat berhasil
apabila apotek tersebut dapat menetapkan target pasar dan memasarkan
produknya secara kompetitif dan menguntungkan. Untuk mendapatkan gambaran
masa depan, selama studi kelayakan perlu dilakukan riset pemasaran (Sutojo,
2002, Seto dkk., 2012).
Aspek pasar dan pemasaran

menurut

Seto

dkk. (2012) dapat

mempertimbangkan:
1. Tingkat kepadatan penduduk & demografi sekitar radius tertentu
2. Tingkat kemakmuran/keadaan sosial ekonomi warga setempat

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


71

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

3. Tingkat pengangguran
4. Angka kematian dan kesakitan (mortalitas dan morbiditas)
5. Pola penyakit sekitar dalam radius tertentu,
6. Pola penulisan dokter setempat yang berguna untuk memperkirakan pengadaan
obat di apotek, begitu pula adanya iklan di media elektronik.
Catatan: Data mortalitas, morbiditas, dan pola penyakit dapat dilihat di Dinkes
Kota atau Kabupaten.
c. Aspek Teknis Operasi
Evaluasi pada aspek teknis dapat dilaksanakan apabila evaluasi pada aspek
pasar dan pemasaran menunjukan gambaran yang positif, misalnya berbagai
keputusan mengenai segmen pasar yang dipilih, pemberian harga, dan sebagainya.
Hal-hal yang perlu dianalisis atau disiapkan adalah desain fisik apotek, jumlah
dana yang diperlukan dan manajemennya. Pengkajian aspek teknis dan jasa
pelayanan perlu membandingkan dengan standar kebutuhan jumlah/stok obat dan
item obat terhadap jumlah penduduk, standar kelas rumah sakit atau puskesmas,
tenaga medis/paramedis, standar kebutuhan jumlah tenaga kerja (apoteker, asisten
apoteker, juru resep, dan lain-lain) terhadap jumlah penduduk atau calon
konsumen dan sebagainya (Sutojo, 2002).
Faktor-faktor lain sebagai bahan pertimbangan adalah lini pelayanan yang
ditawarkan apotek misalnya dapat melayani resep, ketersediaan pelayanan (berapa
lama waktu jam buka apotek, apakah hari minggu/besar tetap buka, dan
sebagainya), harus ada keseimbangan antara tingkat pelayanan terhadap pasien
dengan kebutuhan operasional apotek secara ekonomis pada saat yang sama (Seto
dkk., 2012).
d. Aspek Personel (SDM)
Menyangkut jenis ketenagaan, kuantitas dan kualitas tenaga. Proses rekrutmen
dengan seleksi dilakukan secara teliti, dengan wawancara, tes kemampuan, bila perlu
dengan tes psikologi dengan bantuan dari lembaga yang berwenang dan profesional
(Seto dkk., 2012).
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
72

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

e. Aspek Keuangan
Aspek keuangan mempelajari berbagai faktor penting yaitu dana yang
diperlukan baik aktiva tetap maupun modal, sumber pembelanjaan yang akan
digunakan, taksiran penghasilan, biaya dan rugi/laba, termasuk analisa break even
dan pembuatan neraca (Husnan dan Muhammad, 2000).
Analisa Break Even (ABE) dapat dipakai untuk mengetahui pada volume
penjualan berapa apotek dapat memperoleh laba atau menderita kerugian. Tujuan
dari ABE adalah mencari titik impas apotek, dimana total pendapat atau penjualan
sama dengan total biaya (Seto dkk., 2012).
Selain Analisa Break Even (ABE), juga dilakukan analisa profitabilitas
yang meliputi (Riyanto, 2001):
Return On Total Asset (ROA) adalah dimana rasio ini merupakan perbandingan
antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average asset),
dimana persentase rasio ini dinyatakan oleh rumus sebagai berikut :
Return On Total Asset =

Net Profit Before Tax


Average Asset

100%

Return On Total Asset (ROA) dipergunakan untuk menghitung kemampuan


dari rata-rata asset perusahaan dalam mencapai keuntungan.
Return On Investment (ROI) merupakan rasio perbandingan antara pendapatan
bersih (earning before interest & tax) dengan total aktiva (total asset). Return
On Investment (ROI) dipergunakan untuk menghitung kemampuan seluruh
asset perusahaan dalam pencapaian keuntungan serta untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam tingkat kemampuan investasi.
Return On Investment =

Net Profit After Tax


Total Asset

100%

Keterangan: Net Profit After Tax merupakan pendapatan bersih hasil usaha
yang merupakan suatu pos dalam income statement (laporan rugi laba). Total
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
73

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Assets adalah keseluruhan assets yang ditanamkan perusahaan dalam


kegiatannya, yaitu yang terdiri dari Current Assets yaitu kas dan assets lainnya
yang diharapkan dapat dikonversikan ke dalam kas, dijual atau dikonsumsikan
baik dalam satu tahun atau dalam suatu siklus operasi.
Return On Equity (ROE) merupakan pengukuran kemampuan suatu perusahaan
dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba.
Return On Equity (ROE) atau Return On Net Work juga merupakan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang
saham, dimana persentase rasio ini dinyatakan oleh rumus sebagai berikut :
Return On Equity

Net Profit After Tax


Total Equity

100%

Metode dalam penilaian investasi dapat dikelompokkan menjadi (Horne


dan Wachowicz, 2004):
1. Metode Account Rate of Return (ARR), merupakan metode yang mengukur
besarnya tingkatan keuntungan dari investasi yang digunakan untuk
memperoleh keuntungan tersebut. Keuntungan yang diperoleh adalah
keuntungan bersih setelah pajak (Earning After Tax/EAT), sedangkan investasi
yang diperhitungkan adalah rata-rata investasi yang diperoleh dari investasi
awal (jika ada) ditambah investasi akhir dibagi dua. Kebaikan dari metode ini
adalah sederhana dan mudah karena untuk menghitung ARR cukup melihat
laporan laba rugi yang ada. Sedangkan kelemahan metode ini yaitu
mengabaikan nilai waktu uang (time value of

money) dan tidak

memperhitungkan cash flow.


2. Metode Profitability Index (Cost Benefit Analysis Method), merupakan rasio
nilai sekarang arus kas bersih proyek dimasa depan terhadap arus keluar kas
awal.
3. Metode Payback Period, merupakan periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas.
4. Metode Net Present Value (NPV), adalah nilai sekarang dari arus kas bersih
proyek investasi dikurangi arus keluar kas awal. Kebaikan dari NPV adalah
memperhitungkan semua arus kas, semua arus kas didiskonkan pada biaya
modal untuk menentukan nilai sekarang, dan memperhatikan nilai waktu uang.
Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya
74

Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Crystal

Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat digunakan sebagai pedoman


untuk membandingkan dua proyek investasi yang tidak sama sumber
pembayarannya.
5. Metode Internal Rate of Return, merupakan tingkatan pengembalian internal
yang dicari dengan cara trial and error atau interpolasi, dengan kata lain IRR
adalah discount rate yang membuat net present value sama dengan nol.
f. Aspek Hukum
Aspek hukum mempelajari tentang (Husnan dan Muhammad, 2000):
1. Bentuk badan usaha yang akan dipergunakan.
2. Jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber
dana yang berupa pinjaman.
3. Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan, dan sebagainya.

Program Profesi Apoteker Angkatan XLVII Universitas Surabaya


75

Anda mungkin juga menyukai