Anda di halaman 1dari 6

PRAKTEK

KEBERSIHAN

MULUT

DAN

STATUS

KESEHATAN

PERIODONTAL PADA ORANG SAUDI DEWASA DENGAN GANGGUAN


PENGLIHATAN DI RIYADH, SAUDI ARABIA
ABSTRAK
Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk memeriksa status kesehatan periodontal dan
praktek kebersihan mulut orang Saudi dewasa dengan gangguan penglihatan di Riyadh, Saudi
Arabia. Subjek penelitian diambil dari peserta program latihan umum di The Blind
Association Charity dan King Khaled Eye Specialist Hospital di Riyadh, Saudi Arabia.
Semua orang Saudi dewasa yang penglihatannya terganggu (dari penglihatan terbatas sampai
kebutaan) memenuhi syarat untuk penelitian. 52 orang Saudi dewasa (24 laki-laki) dengan
penglihatan terbatas atau kebutaan diwawancara mengenai praktek kebersihan mulut mereka
dan diperiksa secara klinis untuk memeriksa kesehatan periodontal mereka. Usianya dari 18
sampai 87 tahun (usia rata-rata: 30 14,3 tahun). Sekitar 67% sampel penelitian memiliki
penglihatan terbatas dan 90,4% melakukan praktek kebersihan mulut. Hampir 80% sampel
penelitian menyikat gigi mereka kurang (< sekali/hari) atau jarang, lebih dari 70% tidak
pernah menggunakan dental floss, pasta gigi atau miswak dan hampir 58% datang ke dokter
gigi jika dibutuhkan. Nilai rata-rata indeks plak dan indeks perdarahan masing-masing 65,6
dan 33,6. Namun, poket periodontal yang lebih dalam dari 4 mm serta kehilangan perlekatan
klinis tercatat hanya pada 7,7% sampel. Disimpulkan bahwa orang Saudi dewasa dengan
gangguan penglihatan di Riyadh memiliki kontrol plak yang kurang, gingivitis menyeluruh
dan akses layanan kesehatan terbatas. Mereka membutuhkan program promosi kesehatan
mulut untuk menjaga kesehatan periodontal mereka dan meningkatkan kualitas hidup
mereka.
Kata kunci: Gangguan penglihatan, kebiasaan/praktek kesehatan mulut, kesehatan
periodontal.
PENDAHULUAN
Gangguan penglihatan merupakan masalah utama kesehatan global. The World Health
Organization (WHO) memperkirakan terdapat 161 juta orang di seluruh dunia memiliki
gangguan penglihatan pada tahun 2002 dan sebagian besar dari mereka berada di negara
berkembang, termasuk Arab Saudi.
Rekomendasi umum untuk pencegahan dan perawatan penyakit periodontal yaitu menyikat
gigi dua kali sehari, membersihkan interdental paling kurang sekali sehari dan menjaga

kunjungan dokter gigi setiap 3 bulan. Orang dengan gangguan penglihatan resiko
perkembangan penyakit periodontal semakin meningkat karena ketidakmampuan mereka
untuk memeriksa secara visual efektivitas kontrol plak, dan untuk mendeteksi dan mengenali
gejala awal penyakit periodontal. Akibatnya, mereka mungkin tidak dapat melakukan hal
yang dibutuhkan untuk mencegah atau merawat kondisi khusus tersebut. Selain itu, populasi
dengan gangguan penglihatan biasanya mengalami kesulitan dalam menyikat gigi yaitu saat
menaruh pasta gigi pada sikat serta melakukan gerakan menyikat traumatik yang dapat
merusak periodonsium. Sebagai tambahan, kurangnya pengetahuan mengenai gigi dan
kunjungan ke dokter gigi yang jarang dianggap mempengaruhi kesehatan mulut populasi
orang dengan gangguan penglihatan. Dalam literatur, beberapa penelitian menekankan
kebutuhan untuk menyediakan lebih banyak edukasi kesehatan mulut bagi subjek yang
penglihatannya terganggu untuk menjaga kesehatan mulut mereka.
Shih & Chang menemukan bahwa pengetahuan kesehatan mulut siswa dengan gangguan
penglihatan lebih rendah dibandingkan teman sebayanya. Di Arab Saudi, sangat sedikit
informasi yang tersedia mengenai status kesehatan periodontal dan kesehatan mulut orang
dengan gangguan penglihatan. Karena itu, tujuan penelitian ini yaitu untuk memeriksa status
kesehatan periodontal dan praktek kebersihan mulut orang Saudi dewasa yang tinggal di
Riyadh, Arab Saudi.
METODOLOGI
Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada orang Saudi dewasa dengan gangguan
penglihatan yang diambil dari peserta program latihan umum di Blind Association Charity
dan King Khaled Eye Specialist Hospital di Riyadh, Arab Saudi. Kriteria inklusi yaitu orang
Saudi dewasa yang mengalami gangguan penglihatan dari penglihatan terbatas sampai
kebutaan. Subjek yang tidak kooperatif, ada penyakit sistemik atau memiliki kecacatan
lainnya tidak dimasukkan dalam penelitian.
Protokol penelitian disetujui oleh komite etik College of Dentistry Research Center di
Universitas King Saud dan ijin diperoleh dari Kepala The Blind Association Charity dan
King Khaled Eye Specialist Hospital untuk mewawancarai orang Saudi dewasa dengan
gangguan penglihatan dan untuk melakukan pemeriksaan klinis periodontal.
Sebelum wawancara, dijelaskan jenis dan tujuan penelitian pada subjek penelitian. Partisipasi
secara sukarela dan diperoleh informed consent tertulis. Wawancara terdiri dari pertanyaan
mengenai demografi, status penglihatan dan praktek kebersihan mulut. Pertanyaan

dikembangkan dari tinjauan literatur dan dibuat beberapa modifikasi. Ini ditulis dalam bahasa
Arab dan divalidasi melalui penelitian pendahuluan.
Pemeriksaan klinis periodontal dilakukan di badan amal dan rumah sakit, setelah
mendudukkan pasien di kursi biasa, alat yang digunakan yaitu penlight, sarung tangan,
masker, serta kaca mulut, sonde, dan probe periodontal steril. Pemeriksaan terdiri dari
pemeriksaan indeks plak (PI) dan perdarahan probing (BOP). Kedalaman poket probing
(PPD) dan besar kehilangan perlekatan klinis (CAL) juga dicatat pada enam bagian per gigi
(mesiobukal, midbukal, distobukal, mesiolingual, midlingual, dan distolingual) menggunakan
probe periodontal manual (Williams, Hu Friedy, USA). Semua gigi molar tiga, sisa akar dan
gigi yang impaksi sebagian, sangat rusak atau tidak dapat dijangkau untuk pemeriksaan
dieksklusi. Setelah pemeriksaan klinis, subjek menerima instruksi kebersihan mulut,
menyikat gigi, penggunaan pasta gigi dan dental floss.
Wawancara dan pemeriksaan mulut klinis dilakukan oleh dua dokter gigi yang dilatih dan
disesuaikan untuk reproduksibilitas sebelum dimulainya penelitian. Kalibrasi/penyesuaian
peneliti dilakukan mengikuti protokol kalibrasi Araujo,dkk., dan standart error (SE)
pengukuran dihitung. Dokter gigi yang dilatih mampu memberikan ukuran reproduksibilitas
dibawah 0,5 mm.
Data yang diperoleh dianalisa statistik menggunakan Statistical Package for Social Sciences
(SPSS) versi 15. Respon pertanyaan wawancara dicatat dalam angka (N) dan persentase (%).
Nilai PI dan BOP dihitung sebagai persentase daerah plak atau perdarahan lebih dari jumlah
daerah yang diperiksa. Parameter klinis (PI, BOP, PPD dan CAL) dinyatakan sebagai ratarata standar deviasi (SD). Hubungan antara parameter klinis dan data demografi dianalisa
secara statistik menggunakan unpaired student-t test dan signifikansi statistik diatur pada
P<0,05.
HASIL
52 subjek memenuhi kriteria inklusi dan dimasukkan dalam penelitian. Usia antara 18 sampai
87 tahun (usia rata-rata 30 14,3 tahun). Dari subjek ini, 24 laki-laki, 47 berpendidikan dan
17 buta. Pada pemeriksaan klinis, rata-rata PI yaitu 65,5 23,2 dan BOP sebesar 31,6 18,2.
Pada 48 subjek, PPD sebesar 4 mm atau kurang dan tidak terdapat kehilangan perlekatan
klinis (Tabel 1). Tabel 2 menunjukkan nilai plak dan perdarahan gingiva sampel penelitian.
Lebih dari 20% nilai plak dan perdarahan gingiva bernilai masing-masing 49 (94,2%) dan 36
(69,2%) subjek. Hasil praktek kebersihan mulut ditunjukkan pada Tabel 3. 47 (90,4%) subjek

melakukan tindakan kebersihan mulut yang berbeda. Namun, hanya 11 (21,2%) subjek yang
menyikat gigi mereka dua kali atau lebih dalam sehari dan hanya satu orang yang
menggunakan dental floss. Mengenai kunjungan ke dokter gigi, hanya 12 (23%) subjek yang
datang ke dokter gigi secara rutin (sekali tiap 3 atau 6 bulan).
Tabel 4 menunjukkan hubungan antara data demografi peserta dengan nilai plak dan
perdarahan. Nilai indeks plak dan perdarahan gingiva lebih tinggi secara signifikan pada lakilaki daripada perempuan (p 0,01). Nilai plak dan perdarahan lebih tinggi pada subjek lebih
tua (40 tahun) daripada yang lebih muda (<40 tahun) serta pada subjek yang buta
dibandingkan dengan yang memiliki penglihatan terbatas, namun, perbedaannya tidak
signifikan (p >0,05).
DISKUSI
Penelitian ini didesain untuk memeriksa praktek kebersihan mulut dan status kesehatan
periodontal pada orang Saudi dewasa dengan gangguan penglihatan di Riyadh, Arab Saudi.
Pemeriksaan ini dianggap penting untuk

pengertian yang adekuat mengenai kebutuhan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi kelompok khusus ini dan membangun program
pencegahan yang efektif.
Menurut OLeary,dkk., tujuan seseorang untuk menjaga kesehatan periodontal yaitu untuk
mencapai tingkat nilai plak 20% atau kurang. Pada penelitian ini, subjek memiliki tingkat
kontrol plak yang tidak memuaskan karena hampir 95% dari mereka memiliki PI>20%
dengan nilai plak rata-rata 65,6%. Akibat kontrol plak mereka yang buruk, 70% peserta
penelitian memiliki gingivitis menyeluruh (>30% daerah memiliki perdarahan gingiva)
karena terdapat hubungan yang besar antara plak gigi dan adanya gingivitis.
Walaupun sebagian besar subjek penelitian berpendidikan (90,4% menyelesaikan paling
kurang sekolah menengah), mengecewakan bahwa sebagian besar jarang menyikat gigi
mereka (sekali sehari) dan banyak yang tidak menggunakan pasta gigi, dental floss, atau
miswak. Sebagai tambahan, tingkah laku peserta yang mengarah pada kunjungan ke dokter
gigi tampaknya sangat kurang karena lebih dari 50% menunjukkan kunjungan akibat adanya
gejala dan 20% belum pernah pergi ke dokter gigi. Temuan ini sejalan dengan penelitian lain
yang menunjukkan pengetahuan yang kurang mengenai pencegahan serta tindakan
pencegahan gigi diantara orang Saudi. Kebiasaan yang tidak menguntungkan ini
menyebabkan kontrol plak yang kurang dan inflamasi gingiva. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa praktek kebersihan mulut yang tidak baik memberikan efek negatif
terhadap kesehatan periodonsium.
Pengamatan bahwa indeks plak dan perdarahan gingiva lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan, lebih tinggi pada orang lebih tua, dan lebih tinggi pada subjek yang buta daripada
yang mengalami penglihatan terbatas sejalan dengan beberapa penelitian. Grossi,dkk serta
Kinane menemukan bahwa penyakit periodontal lebih sering pada kelompok usia lebih tua
dan mereka menganggap penuaan sebagai salah satu faktor resiko periodontitis. Namun,
Wennstrom,dkk melaporkan bahwa penyakit periodontal lebih sering dan parah pada orang
tua karena destruksi kumulatif selama periode kehidupan, bukan karena defisiensi atau
abnormalitas yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi
periodontal. Mengenai jenis kelamin, Grossi,dkk menunjukkan bahwa penyakit periodontal
lebih sering dan lebih parah pada laki-laki dibandingkan perempuan. Laki-laki dilaporkan
menunjukkan kebersihan mulut yang lebih rendah dan kunjungan ke dokter gigi yang lebih
sedikit dibandingkan dengan perempuan. Selain itu, dianggap bahwa hormon perempuan,
khususnya estrogen cenderung melindungi terhadap kehilangan tulang periodontal destruktif
dan ini dapat menjelaskan peningkatan penyakit periodontal yang tampak pada laki-laki.
Berdasarkan status penglihatan, subjek dengan penglihatan terbatas menunjukkan
kecenderungan lebih baik mengenai nilai plak dan perdarahan gusi dibandingkan dengan
subjek yang buta. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa orang buta cenderung memiliki
nilai plak dan perdarahan yang lebih tinggi.
Diantara subjek penelitian, empat orang dewasa buta mengalami periodontitis kronis
generalisata (>30% daerah mengalami kehilangan perlekatan klinis dan PPD > 4mm). Subjek
tersebut merupakan yang paling tua diantara sampel penelitian dan mereka tidak pernah
melakukan praktek kebersihan mulut ataupun mengunjungi dokter gigi sebelumnya.
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu jumlah sampel yang kecil yang tidak dapat mewakili
sepenuhnya semua orang Saudi dewasa dengan gangguan penglihatan. Jadi, dibutuhkan
penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar.
KESIMPULAN
Dalam keterbatasan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa orang Saudi dewasa dengan
gangguan penglihatan memiliki kontrol plak yang rendah dan gingivitis menyeluruh akibat
praktek kebersihan mulut mereka yang tidak memuaskan dan memiliki keterbatasan akses
pada penyedia layanan kesehatan gigi. Karena itu, mereka membutuhkan program

pencegahan kesehatan gigi dan mulut dan peningkatan akses ke penyedia layanan kesehatan
gigi.
TABEL 1: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN KLINIS SAMPEL PENELITIAN
Usia (tahun)
Rentang usia
Status pernikahan
Pendidikan
Status penglihatan
Penglihatan terbatas
Buta
Kehilangan perlekatan klinis
Ada
Tidak
TABEL 2: NILAI PLAK DAN PERDARAHAN SAMPEL PENELITIAN
TABEL 3: PRAKTEK KEBERSIHAN MULUT SAMPEL PENELITIAN
Praktek kebersihan mulut
Mempraktekkan kebersihan mulut
Frekuensi menyikat gigi
Flossing
Menggunakan pasta gigi
Menggunakan miswak
Kunjungan ke dokter gigi
Sekali setiap 3 bulan
Sekali setiap 6 bulan
Saat ada gejala penyakit
Tidak pernah
TABEL 4: KORELASI ANTARA DATA DEMOGRAFI DENGAN NILAI PLAK DAN
PERDARAHAN

Anda mungkin juga menyukai