Anda di halaman 1dari 7

Perbandingan efek neemstick dan sikat gigi pada pembersihan plak dan

kesehatan gingiva percobaan klinis


Abstrak:
Pendahuluan: 80 persen populasi di India yang tinggal di daerah pedesaan akan
memulai hari mereka dengan kayu siwak. Peneliti percaya bahwa penggunaan
neemstick bertanggung jawab untuk gigi sehat pada penduduk India, orang yang tidak
pernah mendapatkan akses pada fasilitas perawatan gigi modern atau sikat gigi yang
mewah.
Tujuan: tujuan penelitian yaitu membandingkan efek neemstick dan sikat gigi pada
pembersihan plak dan kesehatan gingiva.
Bahan dan Metode: Penelitian single blind cross-over acak dilakukan pada 30 subjek
penelitian yang datang secara rutin ke departemen Peoples College of Dental sciences
and Research Centre, Bhopal. Indek plak Quigley-Hein dan indeks gingiva LoeSilness diambil pada kunjungan awal, kemudian diambil kembali setelah 3 minggu
penggunaan neemstick atau sikat gigi. Pembersihan rongga mulut profesional
dilakukan 7 hari sebelum dimulainya penelitian, dan diulangi setelah 3 minggu
kemudian. Analisis statistik dilakukan menggunakan t-test dan salah satu cara analisis
variansi (ANOVA). Nilai P <0,05 sianggap signifikan.
Hasil: Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara penggunaan neemstick
dan sikat gigi. Tapi, keduanya menunjukkan pengurangan nilai plak dan gingiva secara
signifikan dibandingkan dengan pemeriksaan awal.
Kesimpulan: Neemstick sama efektifnya dengan sikat gigi dalam mengurangi plak dan
inflamasi gingiva.
Kata kunci: Neemstick, kayu miswak, sikat gigi, plak, gingivitis.
Pendahuluan
Pengukuran kebersihan mulut telah dipraktekkan oleh populasi dan budaya yang berbeda
dengan cara yang berbeda di seluruh dunia. Pada beberapa daerah di dunia dimana menyikat
gigi dengan metode modern tidak biasa atau tidak memungkinkan, praktek pembersihan
mulut dengan kayu miswak umum terlihat.

Delapan puluh persen populasi di India yang tinggal di daerah pedesaan masih memulai hari
mereka dengan datun. Terdapat paling kurang enam jenis penggunaan datun di India, yaitu
viz, Neem, Babul, Mango, Guava, Dandarasa, dan akar Pilu. Diantara semuanya, neem datun
yang paling sering digunakan.
Pohon neem, pohon dengan beribu kegunaan telah digunakan untuk obat-obatan, kosmetik,
industri, dan tujuan lain karena efek antijamur, antibakteri, antivirus, kontrol hama, sedatif,
dan efek lainnya. Ekstrak neem juga dapat ditemukan dalam Ayurvedic dan pasta gigi
lainnya. Pohon ini, (di Sanskrit, Nimba dan Arishta) merupakan pohon yang berasal dari
India, dan ditanam di semua bagian India karena sifat pengobatannya. Pada tahun 1942,
Slimuzzaman Siddiqui pertama kali mengekstrak tiga kandungan yang pahit dari minyak
neem, yang dinamakan masing-masing nimbin, nimbinin, dan nimbidin. Azadirachtin
merupakan kandungan kimia yang berasal dari limonoid. Ini merupakan metabolit sekunder
yang muncul dalam benih pohon neem.
Obat kumur neem juga sangat efektif dalam merawat infeksi, lubang gigi, perdarahan, dan
gusi bengkak. Obat kumur menggunakan minyak neem telah dipabrikkan dan digunakan
untuk merawat ulser mulut. Kurangnya kebersihan mulut diakibatkan karena akumulasi plak
dan kalkulus, yang merupakan faktor penyebab utama gingivitis dan periodontitis.
Kebersihan mulut yang buruk juga meningkatkan insidensi karies. Terdapat banyak bukti
bahwa penyakit periodontal dan karies gigi mengenai sebagian besar populasi, prevalensi dan
keparahannya beragam menurut usia, jenis kelamin, daerah geografis, faktor sosioekonomi,
faktor lokal dan sistemik, serta metode pembersihan gigi.
Penelitian in vitro menunjukkan bahwa ekstrak neem mempengaruhi beberapa sifat bakteri,
yang dapat mengubah adhesi bakteri dan kemampuan beberapa streptococci untuk
berkolonisasi di permukaan gigi. Secara khusus, ekstrak neemstick menunjukkan aktivitas
aggregasi bakteri yang luas pada streptococcus dalam mulut. Selain itu, ekstrak neem
menunjukkan aktivitas antimikroba yang lebih besar terhadap bakteri Gram positif
dibandingkan dengan bakteri gram negatif, kecuali V. parahaemolyticus, P. aeroginosa, dan
A. Hydrophila.
Terdapat banyak penelitian in vitro yang menunjukkan efek menguntungkan ekstrak neem
terhadapt bakteri plak, tapi tidak ada penelitian in vivo yang pernah dilaporkan dalam
literatur kami sampai saat ini. Karena itu, percobaan klinis ini direncanakan dengan tujuan

untuk membandingkan efek neemstick dan sikat gigi dalam membersihkan plak dan
kesehatan gingiva.
Bahan dan metode:
Penelitian ini dilakukan pada 30 subjek berusia 18-25 tahun yang mengunjungi Peoples
College of Dental Sciences and Research Centre. Besar sampel ditentukan berdasarkan
American Dental Association Acceptance Program Guidelines for Chemotherapeutic
Products for Control of Gingivitis, 2009. Penelitian disetujui oleh Komite Etik Peoples
College of Dental Sciences and Research Centre, dan peserta diinformasikan mengenai tujuan
penelitian ini. Izin tertulis yang ditandatangani diambil dari setiap subjek penelitian.
Penelitian dilakukan selama 2 bulan dan didesain sebagai penelitian single blind crossover
acak. Semua peserta harus menjalani dua sesi praktek kebersihan mulut dalam cara crossover.
Setengah peserta diinstruksikan untuk menggunakan sikat gigi, dan setengahnya
diinstruksikan untuk menggunakan neemstick, dua kali sehari pada pagi hari dan malam hari,
serta tidak menggunakan alat/bahan lain untuk membantu membersihkan gigi dalam periode
ini.
Peserta memilih nomor ganjil atau genap secara acak. Tiap peserta diberikan sikat gigi
konvensional baru dan 10 batang segar yang diambil dari cabang neem yang berukuran
panjang 15 sampai 20 cm, dan tebal 15 sampai 20 mm, serta diinstruksikan untuk menyimpan
batang yang tidak digunakan dalam kulkas. Ranting neem pertama kali ditunjukkan pada ahli
botani jika terdapat penyakit. Lima belas hari sebelum memulai penelitian, peserta
diinstruksikan mengenai penggunaan neemstick yang benar, serta diminta untuk
menggunakannya selama 7 hari untuk membiasakan diri. Semua peserta diwawancara
mengenai kebiasaan kebersihan mulut mereka.
Kriteria inklusi: Peserta tanpa adanya periodontitis, tidak ada piranti ortodontik, dengan
ketrampilan tangan yang baik, serta tidak sedang mengonsumsi antibiotik dimasukkan dalam
penelitian.
Satu minggu sebelum dimulainya penelitian, peserta menerima pemeriksaan intraoral dan
perawatan oral profilaksis. Peserta kemudian diinstruksikan untuk melanjutkan kebiasaan
kebersihan mulut mereka pada minggu tersebut. Satu minggu kemudian, peserta yang
menjalani pemeriksaan awal inflamasi gingiva dan deposit plak. Peserta selanjutnya
diinstruksikan untuk menggunakan neemstick atau sikat gigi selama 3 minggu.

Setelah tiga minggu, peserta kembali menjalani pemeriksaan inflamasi gingiva dan deposit
plak yang dilanjutkan dengan pembersihan gigi profesional. Selanjutnya peserta
diinstruksikan untuk melanjutkan kebiasaan kebersihan mulut pada minggu tersebut (Periode
washout) untuk menghindari efek terbawanya bahan yang digunakan sebelumnya. Seminggu
kemudian, dilakukan pemeriksaan ulang inflamasi gingiva dan deposit plak. Pada saat ini,
crossover bahan dilakukan dan peserta diinstruksikan untuk menggunakan sikat gigi atau
neemstick selama tiga minggu. Setelah tiga minggu, dilakukan pencatatan inflamasi gingiva
dan deposit plak.
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis terdiri dari indeks gingiva Loe dan Silness (1964) dan indeks plak
Turesky Quigley Hein (1962). Ini dilakukan oleh pemeriksa yang telah dilatih dan dikalibrasi.
Reliabilitas inter dan intra pemeriksa diperiksa menggunakan statistik kappa dan nilai yang
diperoleh sangat baik (>0,91) untuk keduanya.
Plak diberi noda dengan larutan Erythrosine 1% dan dinilai menurut indeks plak Turesky
Quigley Hein. Status kesehatan gingiva diperiksa menggunakan indeks Loe dan Silness untuk
gigi tertentu.
Analisis Statistik
Data dianalisa statistik menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 17.
Rata-rata dan standar deviasi nilai plak dan gingiva dihitung. Analisis statistik lebih lanjut
dilakukan menggunakan unpaired dan paired t-test dan One way Analysis of Variance
(ANOVA). Nilai p <0.05 dianggap signifikan secara statistik.
Hasil
Tabel 1 menunjukkan rata-rata keseluruhan dan standar deviasi pada awal dan 3 minggu
setelah menggunakan neemstick dan sikat gigi. Tidak ada perbedaan signifikan yang terlihat
antara sikat gigi dan neemstick. Tabel 2 menunjukkan nilai paired t-test sebelum dan sesudah
penggunaan neemstick dan sikat gigi. Terdapat pengurangan signifikan pada nilai plak dan
gingiva setelah penggunaan keduanya, kecuali pada kasus nilai gingiva pada aspek distal gigi.
Tabel 3 membandingkan pengurangan nilai plak dan gingiva pada neemstick dan sikat gigi
dan menunjukkan bahwa saat kita membandingkan kedua cara pembersihan gigi, tidak ada
perbedaan signifikan yang terlihat.

ANOVA menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan pada nilai gingiva untuk daerah
yang berbeda pada neemstick dan sikat gigi. Independent t-test juga tidak menunjukkan
adanya perbedaan signifikan pada nilai plak dari neemstick dan sikat gigi pada daerah bukal
dan lingual.
Diskusi
Penelitian ini membandingkan efisiensi neemstick dan sikat gigi dalam membersihkan plak
dan meningkatkan kesehatan gingiva. Semua peserta diminta menggunakan neemstick atau
sikat gigi dengan cara cross-over selama periode 3 minggu dan setelah itu diinstruksikan
untuk melanjutkan kebiasaan kebersihan mulut mereka pada minggu selanjutnya (periode
wash out).
Peserta diminta untuk menggunakan bahan tersebut selama 3 minggu karena penelitian
menunjukkan bahwa setelah 9-21 hari tanpa pembersihan mulut yang baik, maka gingiva
sehat akan mengalami akumulasi plak yang besar dan mengembangkan gingivitis ringan.
Kondisi percobaan eksperimental distandarkan dengan menginstruksikan semua subjek
mengenai cara penggunaan sikat gigi konvensional yang sama dan neemstick dalam
pengawasan langsung. Penggunaan kayu siwak diajarkan dengan baik untuk menghindari
kerusakan gingiva. Validitas hasil berkaitan dengan metodologi yang diaplikasikan.
Penelitian didesain bahwa setiap subjek penelitian melakukan sesuai kendalinya dan subjek
dibatasi untuk menggunakan sikat gigi saat waktu menggunakan neemstick atau sebaliknya.
Subjek penelitian menghasilkan peningkatan kebersihan mulut pada setiap sesi karena efek
profilaksis dan instruksi kebersihan mulut pada awal periode setiap eksperimen. Pihak ketiga
mengacak urutan periode eksperimental dan informasi ini tidak diketahui oleh pemeriksa.
Masing-masing subjek diminta untuk tidak melakukan disclosing solution yang merupakan
pengukuran kebersihan mulut yang dilakukan oleh dokter gigi yang memeriksa.
Hasil menunjukkan pengurangan signifikan plak dan gingivitis setelah penggunaan sikat gigi
dan neemstick tapi tidak ada perbedaan signifikan yang tampak antara sikat gigi dan
neemstick yang menunjukkan bahwa neemstick sama efisien dengan sikat gigi dalam
membersihkan plak.
Sampai saat ini tidak ada penelitian yang dilaporkan dalam literatur kami, yang dapat
digunakan untuk membandingkan hasil dengan penelitian ini. Namun, beragam penelitian
telah dilakukan untuk mengevaluasi efek miswak dan sikat gigi. Beberapa penelitian
melaporkan tidak adanya perbedaan antara keduanya. Dianggap bahwa sifat membersihkan

gigi mekanis kayu miswak mungkin mirip dengan sikat gigi konvensional. Penelitian
dilakukan pada populasi India yang memutuskan bahwa miswak lebih efektif dalam
mengurangi gingivitis dibandingkan dengan sikat gigi tapi tidak berbeda secara signifikan
dalam indeks kebersihan mulut pada pengguna miswak, sikat gigi, dan keduanya. Ini dapat
dijelaskan oleh fakta bahwa miswak, dengan efek pembersihan mekanisnya, melepaskan
beberapa bahan kimia menguntungkan seperti fluoride, saponin dan sterol yang memiliki sifat
antibakteri yang mencegah pembentukan plak. Selain itu, miswak pada umumnya telah
digunakan dalam waktu yang lebih lama daripada sikat gigi.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan prevalensi gingivitis yang lebih besar pada orang
yang menggunakan kayu miswak. Penelitian retrospektif lain menunjukkan bahwa pengguna
miswak memiliki poket yang lebih dalam dan prevalensi penyakit periodontal yang lebih
besar.
Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara nilai plak dan gingiva untuk beberapa
daerah gigi dengan neemstick dan sikat gigi yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Danielsen B,dkk., yang menunjukkan bahwa kayu miswak membersihkan plak dari
daerah interproksimal dengan tingkat yang sama dengan daerah yang dapat dijangkau
lainnya. Nilai kayu miswak dipercaya berasal dari cara pembersihan mekanis mereka.
Namun, terdapat laporan bahwa kayu miswak juga menghambat pembentukan plak gigi
secara kimiawi dan menggunakan efek antimikroba terhadap banyak bakteri mulut. Satu
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak neem menghasilkan maksimum zona inhibisi pada
Streptococcus mutans pada konsentrasi 50%. Bahkan pada konsentrasi 5% ekstrak neem
menunjukkan inhibisi pertumbuhan keempat spesies organisme yaitu Streptococcus mutans,
Streptococcus salivarius, Streptococcus mitis, dan Streptococcus sanguis. Penelitian yang
dilakukan oleh Bhuiyan,dkk menunjukkan bahwa ekstrak asetonik dari kulit kayu neem
memiliki sifat bakterisidal pada konsentrasi <1% yang menunjukkan bahwa unsur pokok
kulit kayu neem dianggap memiliki kemampuan untuk menekan pertumbuhan bakteri
kariogenik.
Pengawas dibutuhkan untuk mengamati apakah peserta menggunakan bahan yang diberikan
atau tidak, inilah salah satu keterbatasan penelitian. Keterbatasan lain yaitu subjek seharusnya
diminta untuk menggunakan sikat gigi dengan pasta gigi, karena mengunyah kayu miswak
melepaskan kandungan bakterisidal dari dalamnya. Ini membuka jalan untuk penelitian lebih
lanjut.

Saran

Pelayanan kesehatan primer Kayu miswak dapat dipakai sebagai kriteria pelayanan
kesehatan mulut primer di daerah dimana sulit untuk membeli sikat gigi dan pasta gigi
komersial

Kayu miswak dapat dianjurkan sebagai alat promosi kesehatan untuk negara berkembang

Metode yang tepat dalam menggunakan kayu miswak harus diajarkan pada pengguna
untuk mencegah cedera mukosa mulut

Penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk mendukung penggunaan kayu miswak ini.

Kesimpulan
Penggunaan kayu miswak memenuhi syarat dasar pelayanan kesehatan primer dan dapat
menjadi alternatif yang baik sikat gigi untuk mencegah penyakit dalam mulut. Ini sesuai
untuk membersihkan semua gigi, murah, memiliki beragam sifat pengobatan, tersedia di
sebagian besar daerah desa dan kota di negara berkembang. Penggunaan kayu miswak akan
menjadi hal yang sangat membantu di negara berkembang dengan hambatan finansial dan
fasilitas pelayanan kesehatan mulut yang terbatas untuk populasinya.
Tabel 1: rata-rata keseluruhan dan standar deviasi untuk neemstick dan sikat gigi pada
awal dan setelah 3 minggu penggunaan.
Tabel 2: Nilai paired t-test sebelum dan sesudah penggunaan neemstick dan sikat gigi
Tabel 3: Perbedaan pada awal dan setelah penggunaan neemstick dan sikat gigi
QHPI B indeks plak Quigley Hein untuk daerah bukal
QHPI L indeks plak Quigley Hein untuk daerah lingual
GI B Indeks gingiva untuk daerah bukal gigi
GI L - Indeks gingiva untuk daerah lingual gigi
GI M - Indeks gingiva untuk daerah mesial gigi
GI D - Indeks gingiva untuk daerah distal gigi
N Perbedaan nilai sebelum dan sesudah penggunaan neemstick
T - Perbedaan nilai sebelum dan sesudah penggunaan sikat gigi
Ket:

Neemstick (kayu intaran)


Neem: pohon intaran

Anda mungkin juga menyukai