Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keselamatan Kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam dunia industri
modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional. Kondisi kerja dapat dikontrol
untuk mengurangi bahkan menghilangkan peluang terjadinya kecelakaan di tempat kerja.
Kecelakaan dan kondisi kerja yang tidak aman berakibat pada luka-luka pada pekerja,
penyakit, cacat, bahkan kematian, juga harus diperhatikan ialah hilangnya efisiensi dan
produktivitas pekerja dan perusahaan. Saat ini sekitar 7 orang dari 100 pekerja penuh (full
time) yang bekerja di sektor swasta setiap tahunnya di Amerika mengalami kecelakaan atau
penyakit di tempat kerja. Di dunia sekitar 2,8 juta kasus mengakibatkan hilangnya waktu
berproduksi dan setiap tahunnya pula 6000 pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan di
tempat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan
dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja
tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para
pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas
keberlanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja
pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi
juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain pada saat ini keselamatan
dan kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan
bagi

setiap

para

pekerja

dan

bagi

setiap

bentuk

kegiatan

pekerjaan

(http:://www.google.co.id/keselamatan kerja,2008).
Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena
ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas dan efisiensi
kerja (Sedarmayanti, 1996). Ergonomi yaitu sebagai salah satu ilmu yang berusaha untuk
menyerasikan antara faktor manusia, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Dengan bekerja
secara ergonomis maka diperoleh rasa nyaman dalam bekerja, dihindari kelelahan, dihindari
gerakan dan upaya yang tidak perlu serta upaya melaksanakan pekerjaan menjadi
sekecilkecilnya dengan hasil yang sebesar-besarnya. (Soedirman,1989).
Salah satu masalah ergonomi yang terjadi adalah pada pekerja bidang angkat-angkut
salah satunya adalah nyeri pada otot punggung yang digunakan untuk bekerja. Keluhan yang

biasa diderita pekerja dibidang angkat-angkut adalah pada sistem muskuloskeletal. Keluhan
muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima
beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang
biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal disorders(MSDs) atau cedera pada system
muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996). Bagian otot yang sering dikeluhkan
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung,
pinggang dan otot-otot bagian bawah.
Menurut data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (Accident Facts, 1990),
cedera tulang belakang adalah salah satu yang paling umum terjadi (22% dari semua
kecelakaan kerja yang terjadi) dan paling banyak membutuhkan biaya untuk pengobatannya.
Salah satu penyebab dari cedera ini adalah overload yang dipikul oleh tulang belakang (>
60%) dan 60% dari overloadini disebabkan oleh pekerjaan mengangkat barang, 20%
pekerjaan mendorong atau menarik barang dan 20% akibat membawa barang. Disamping itu
juga dilaporkan bahwa 25% kecelakaan disebabkan karena aktvitas angkat-angkut; 50-60%
cedera pinggang disebabkan karena aktivitas mengangkat dan menurunkan material.
Pekerja yang mengangkat beban berat akan mengalami kemungkinan cedera
punggung 8 kali lipat dari pekerja yang hanya mengangkat barang secara tidak terus menerus.
Oleh karena itu dibutuhkan adanya penerapan prinsip-prinsip ergonomi pada pekerjaan yang
menggunakan kemampuan otot. Selain itu juga didapat hasil penelitian di Rumah Sakit Dr.
Soetomo pada perawat akibat salah angkat dan atau angkut dapat menimbulkan cedera
muskuloskeletal dimana 45,5% perawat yang diteliti pernah mengalami cedera punggung.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari Ergonomi?
2. Apa tujuan dan manfaat dari Ergonomi?
3. Apa peran Ergonomi terhadap pekerjaan?
4. Apa saja ruang lingkup ergonomic?
5. Apa saja metode-metode ergonomic?
6. Apa saja penyakit-penyakit di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomic?
7. Bagaimana aplikasi ergonomic untuk perancangan tempat kerja?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan pengertian Ergonomi
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tujuan dan manfaat Ergonomi
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan peran Ergonomi terhadap pekerjaan
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan ruang lingkup Ergonomi
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan metode-metode Ergonomi
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan penyakit-penyakit di tempat kerja
yang berkaitan dengan Ergonomi
7. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan aplikasi ergonomic untuk
perancangan ditempat kerja

1.4 MANFAAT MAKALAH


Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan dan pengertian tentang ergonomic di tempat kerja.
2. Memberikan pendapat tentang faktor ergonomi di tempat kerja secara umum.

1.5 BATASAN MASALAH


Batasan masalah dalam pengerjaan kajian ini adalah:
1. Mengkaji B3 secara umum.
2. Kajian makalah ini hanya sebagai pengetahuan dasar tentang fakor ergonomi di
tempat kerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN K3
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun
lokasi proyek. Keselamatan Kerja adalah terhindar dari cedera yang disebabkan
kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Kesehatan Kerja adalah bebas
penyakit fisik dan emosional yang disebabkan oleh pekerjaan. Tujuan K3 adalah
untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi
rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

2.2 PENGERTIAN LINGKUNGAN KERJA


Lingkungan kerja adalah tempat atau area dimana kita bekerja untuk suatu perusahaan
atau industri.
Menurut Wibowo (2007:65) lingkungan kerja yang bisa memotivasi karyawan untuk
meningkatkan kinerjanya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1.

Lingkungan Internal

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja atau prestasi kerja karyawan.
Karyawan akan bekerja dengan produktif atau tidak tergantung pada kondisi
pekerjaan yang secara langsung ataupun tidak langsung akan berdampak pada
kelangsungan perusahaan. Menurut Wibowo (2007:65) lingkungan interal adalah
komponen-komponen yang ada dalam lingkup organisasi atau perusahaan. Adapun
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan internal, yaitu:

a. Kompetensi
Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas
yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap pekerja
yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.
Terdapat 5 (lima) tipe karakteristik kompetensi, yaitu sebagai berikut:
1.

Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang

menyebabkan tindakan.

2.

Sifat adalah karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi atau

informasi.
3.

Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang.

4.

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik.

5.

Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu.

b. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak mnyenangkan dimana para karyawan memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif ataupun negatif karyawan terhadap
pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Kepuasan kerja
mempengaruhi tingkat absensi, perputaran tenaga kerja, semangat kerja, keluhankeluhan, dan masalah-masalah lainnya. Dengan demikian hubungan kepuasan kerja
akan mengarahkan kepelaksanaan kerja lebih baik, atau sebaliknya, prestasi kerja
menimbulkan kepuasan.

c. Stress Karyawan
Berbagai bentuk kekuatiran dan masalah selalu dihadapi para karawan. Sterss
adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan
kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang
berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Gejala-gejala ini menyangkut baik kesehatan phisik maupun kesehatan mental.
Hampir setiap kondisi pekerjaan bisa menyebabkan stress tergantung pada
reaksi karyawan. Bagaimanapun juga, ada sejumlah kondisi kerja yang sering
menyebabkan stress bagi para karyawan. Diantara kondisi-kondisi kerja tersebut
adalah sebagai berikut:
1.

Beban kerja berlebihan

2.

Tekanan atau desakan waktu

3.

Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

4.

Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggungjawab

5.

Kemenduaan peranan

6.

Frustasi

7.

Konflik antar pribadi dan atau antar kelompok

8.

Perbedaan antar nilai-nilai perusahaan dan karyawan

9.

Berbagai bentuk perubahan, dan lain-lain.

d. Kompensasi
Faktor yang paling signifikan yang mempengaruhi kinerja karyawan serta
kepuasan kerja karyawan adalah kompensasi atau upah. Upah merupakan pengganti
atau jasa yang diberikan kepada karyawan. Adapun faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya didalam pemberian kompensasi atau upah adalah:
1.

Penawaran dan permintaan tenaga kerja,

2.

Organisasi tenaga kerja/buruh,

3.

Kemampuan perusahaan untuk membayar,

4.

Keadilan dan kelayakan,

5.

Produktivitas,

6.

Biaya hidup, dan

7.

Pemerintah.

2.

Lingkungan Eksternal

Organisasi atau perusahaan seharusnya tidak hanya memusatkan perhatiannya pada


lingkungan internal organisasai, tetapi perlu juga menyadari pentingnya pengaruh
lingkungan eksternal terhadap kinerja karyawan yang akan berdampak pada
organisasi yang dikelolanya. Menurut Wibowo (2007:70) lingkungan eksernal adalah
komponen-komponen yang ada diluar organisasi atau perusahaan. Bagaimanapun
juga, lingkungan eksternal pada saat sekarang ini sangat bergejolak, perubahanperubahan yang terjadi didalamnya sangat dinamis dan kadang-kadang pengaruhnya
tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu. Karenanya manajemen dituntut untuk selalu
bersikap tanggap dan adaptif, selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang selalu berubah.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dari lingkungan eksternal
yaitu:

1.

Sektor Sosial Ekonomi

Setiap segi sosial ekonomi dapat membantu atau menghambat upaya mencapai tujuan
perusahaan dan menyebabkan keberhasilan ataupun kegagalan strategi. Nilai-nilai ini
terwujud kedalam perubahan gaya hidup yang mempengaruhi permintaan terhadap
produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawannya serta
interaksi karyawan terhadap pekerjaannya. Adapun Faktor-faktor sosial ekonimi,
yaitu:
a.

Masalah keluarga

b.

Masalah kesehatan (kondisi phisik)

c.

Masalah finansial

d.

Perubahan-perubahan disekitar tempat tinggal atau tekanan sosial

e.

Kesempatan untuk pengembangan karier

f.

Masalah-masalah pribadi lainnya, dan lain-lain.

2.

Sektor Teknologi

Disamping sektor sosial ekonomi, perubahan teknologi dapat memberi peluang besar
untuk menigkatkan hasil, tujuan, atau mengancam kedudukan perusahaan karena akan
berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung terhadap karyawan.

3.

Sektor Pemerintah

Falsafah pemerintah dalam hubugannya dengan perusahaan dapat berubah-ubah


sewaktu-waktu. Ini merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh
perusahaan. Tindakan pemerintah dapat memperbesar peluang atau hambatan usaha
atau adakalanya keduanya bersamaan. Disamping mendorong dan membantu,
pemerintah juga menciptakan ancaman, ini berarti mempengaruhi kelangsungan hidup
dan keuntungan perusahaan. Dengan adanya peraturan pemerintah, maka akan
berdampak pada perusahaan dan akan berimbas pada kinerja karyawan yang secara
keseluruhan akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsug.

4.

Pesaing

Pesaing merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Kondisi


persaingan yang begitu ketat akan mempengaruhi keadaan suatu perusahaan, dengan
demikian kinerja karyawan sangatlah penting dan dituntut sebagai masukan atau hasil
kerja yang lebih baik sehingga perusahaan dapat menghadapi kondisi yang seperti ini.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGERTIAN ERGONOMI
Ada berbagai macam pengertian atau definisi dari ergonomi atau sebenarnya lebih
tepatnya ergonomika (dalam bahasa inggris disebut ergonomics) diantaranya: Ergonomi
merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Yunani. Ergonomi terdiri dari dua suku kata,
yaitu: ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum atau aturan. Dari
kedua suku kata tersebut, dapat ditarik kesimpulan bawa ergonomi adalah hukum atau aturan
tentang kerja atau yang berhubungan dengan kerja. Secara singkat bisa disebut bahwa
ergonomi adalah ilmu kerja.
Dengan kata lain Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan
dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi
tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai
dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk fitting the job to
the worker, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia
dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya.

3.2 TUJUAN DAN MANFAAT ERGONOMI


Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan
pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan
efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan
kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja
tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak


sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem
kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,
antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan
efisiensi sistem manusia-mesin.

Manfaat pelaksanaan Ergonomi adalah sebagai berikut:


1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
Apabila Ergonomi diterapkan maka pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan
aman sehingga jumlah angka sakit pada pekerja bias berkurang bahkan tidak ada.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
Bekerja dengan nyaman dan aman pasti terhindar dari kejadian yang tidak
diinginkan seperti kecelakaan kerja. Tidak ada siapapun yang mau mengalami
kecelakaan termasuk pekerja dan pemilik perusahaannya.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
Turunnya angka kecelakaan dapat mengurangi biaya pengobatan dan kompensasi
akibat pekerja yang mengalami kecelakaan atau jatuh sakit.
4. Stress akibat kerja berkurang.
Stress disini bukan karena masalah pribadi melainkan stress akibat pekerjaannya.
5. Produktivitas membaik.
Dengan tak ada kendala dari pekerja maka pekerja dapat bekerja dengan baik
sehingga produktivitas membaik atau meningkat
6. Alur kerja bertambah baik.
Alur kerja semakin lancer karena bekerja dengan nyaman
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
Saat kita merasa aman dalam bekerja maka kita dapat bekerja dengan baik
8. Kepuasan kerja meningkat.
Rasa puas saat bekerja dapat membuat kita senang dalam bekerja. Do what you
love, Love what you do.

3.3 PERAN ERGONOMI TERHADAP PEKERJAAN


1. Perancangan produk.
Untuk perancangan produk dapat kita contohkan seperti benda yang biasa ada
dalam bekerja seperti kursi untuk duduk. Kursi untuk kerja dengan posisi duduk
dirancang dengan metode floor-up, yaitu dengan berawal pada permukaan lantai,
untuk menghindarkan adanya tekanan dibawah paha. Setelah ketinggian kursi
didapat kemudian barulah menentukan ketinggian meja kerja yang sesuai dan
konsisten dengan ruang yang diperlukan untuk paha dan lutut.
Kriteria kursi kerja yang ideal adalah sebagai berikut :
a. Stabilitas produk
Diharapkan

suatu

kursi

mempunyai

empat

atau

lima

kaki

untuk

menghindarkan ketidakstabilan produk. Kursi lingkar yang berkaki lima hendaklah


dirancang dengan posisi kaki kursi berada pada bagian luar proyeksi tubuh.
Adapun kursi dengan kaki-gelinding sebaiknya dirancang untuk permukaan yang
berkarpet, karena akan terlalu beba ( mudah ) menggelinding pada lantai vynil.
b. Kekuatan produk
Kursi kerja haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga kompak dan kuat
dengan konsentrasi perhatian pada bagian-bagian yang mudah retak ilengkapi
dengan system mur baut ataupun keeling - pasak pada bagian sandaran tangan
(arm-rest ) dan sandaan punggung ( back rest ). Kursi kerja tidak boleh dirancang
pada populasi dengan persentil dan seharusnya cukup kuat untuk menahan beban
pria yang berpersentil 99.
c. Mudah dinaik-turunkan ( Adjustable )
Ketinggian kursi kerja hendaklah mudah diatur pada saat kita duduk, tanpa
harus turun dari kursi.
d. Sandaran punggung
Sandaran punggung adalah penting untuk menahan beban punggung kearah
belakang ( lumbar spine ). Hal itu haruslah dirancang agar dapat digerakkan naik
turun maupun maju-mundur. Selain itu harus pula dapat diatur fleksibilitasnya
sehingga sesuai dengan bentuk punggung.
e. Fungsional
Bentuk tempat duduk tidak boleh menghambat berbagai macam alternative
perubahan postur ( posisi )
f. Bahan material

10

Tempat duduk dan sandaran punggung harus dilapisi dengan material yang
cukup lunak.
g. Kedalaman kursi
Kedalaman kursi ( depan-belakang) haruslah sesuai dengan dimensi panjang
antara lipat lutut ( politeal ) dan pantat ( buttock ). Wanita dengan anthropometri 5
persentil haruslah dapat menggunakan dan merasakan manfaat adanya sandaran
punggung ( back rest )
h. Lebar kursi
Lebarkursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 persentil populasi
i. Lebar sandaran punggung
Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita 5
persentil populasi. Jika terlalu lebar akan mempengaruhi kebebasan gerak siku.
Rekomendasi Perancangan Kursi
a. Tinggi kursi
Ketinggian tempat duduk harus sesuai. Bila terlalu tinggi, akan menyebabkan
gangguan peredaran darah ditungkai bawah. Bila terlalu rendah akan berakibat:
punggung lebih membungkuk, kesulitan berdiri, dan membutuhkan ruang tungkai
(leg room ) yang lebih luas. Jadi tinggi idealnya akan berada sekitar tinggi
belakang lutut ( fosa poplitea ), cenderung sedikit lebih rendah.
b. Kedalaman tempat duduk
Kedalaman tempat duduk perlu mendapat perhatian. Bila terlalu dalam (
melebihi ukuran pantat ke belakang lutut ) akan berakibat tekanan pada daerah
belakang lutut tersebut. Bila terlalu sempit ( min. lebar 30 Cm ) masih dapat
memenuhi syarat.
c. Sandaran
Semakin tinggi sandaran punggung, makin baik menyangga pinggang.
Sandaran medium, menyangga sampai bahu. Sudut sandaran punggung yang
terlalu besar, sebagian besar berat badan akan disangga, sehingga tekanan berat ke
pinggul menjadi berkurang. Sudut optimal sekitar 100o 110o (Sanders et.all,1993)
sudut permukaan duduk yang optimal adalah 5 o 10o (Sanders et.all,1993)

11

d. Alas duduk
Guna alas ini adalah untuk mendistribusikan berat tubuh pada permukaan yang
lebih besar. Secara umum direkomendasikan ketebalan alas adalah 4-5 cm (sanders
et.all,1993)

2. Meningkatkan keselamatan dan higiene kerja.


Penggunaan alat yang nyaman untuk bekerja dapat meningkatkan keselamatan kerja.
Makin kita nyaman maka kita dapat bekerja dengan baik.
3. Meningkatkan produktivitas kerja.
Dengan tak ada kendala dari pekerja maka pekerja dapat bekerja dengan baik
sehingga produktivitas membaik atau meningkat

3.4 RUANG LINGKUP ERGONOMI


Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Tehnik
Bagaimana cara seseorang untuk melakukan perkerjaannya, seperti cara yang
dilakukannya.
2. Fisik

Kemampuan dan daya tahan cardio vascular

Saraf otot

Panca Indra, dll

3. Pengalaman psikis

Kemampuan mental

Waktu Reaksi

Kemampuan adaptasi

Stabilitas emosi, dll

4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Anthropometri (ukuran/dimensi tempat kerja)
Anthropometri menurut Stevension ( 1998 ) dan Nurmianto (1991) adalah satu
kumpulan data numerik yang berhungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia
ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tesebut untuk penanganan
masalah desain.

12

Penerapan data anthropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean
(rata rata) dan SD ( standar deviasi ) dari suatu distribusi normal . [3]
Distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean dan SD. Sedangkan
percentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari
sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut.
Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95% percentil ;
5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5% percentil. Besarnya
nilai percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.
Dimensi tubuh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi satu
pertimbangan dalam menentukan sample data yang akan diambil. Faktor-faktor
tersebut adalah ;
a. Umur, ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar umur
20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang
setelah 60 tahun
b. Jenis kelamin, pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar
kecuali bagian dada dan pinggul
c. Rumpun dan suku bangsa
d. Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh
e. Cacat tubuh secara fisik
Anthropometri dibagi atas dua bagian yaitu :
a. Anthropometri statis, pengukuran manusia pada saat posisi diam
b. Anthropometri dinamis, yaitu pengukuran keadaan dan ciri ciri fisik manusia
dalam keadaan bergerak atu memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi
saat pekerja melaksanakan kegiatannya.
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh dan aktivitas otot.
8. Desain
9. Display

Display statis adalah display yang memberikan informasi tanpa dipengaruhi


oleh variabel waktu, misalnya peta, papan pengumuman, dan lain-lain

Display dinamis adalah display yang dipengaruhi oleh variabel waktu,


misalnya speedometer yang memberikan informasi kecepatan kendaraan
bermotor dalam setiap kondisi.

13

3.5 METODE-METODE ERGONOMI


1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian
fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja
lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis.
Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau
jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan,
sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang
ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

3.6 PENYAKIT-PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN ERGONOMI DI


TEMPAT KERJA
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi
medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi
bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan
yang sudah berumur.
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal
ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan
atau membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi
dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan
ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.

14

2. Kelelahan yang patologis


Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba
dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik.
Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di
tempat kerja.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai
batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak
seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus
memadai dan tidak ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat
makan siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan.
f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;

Pekerja remaja

Wanita hamil dan menyusui

Pekerja yang telah berumur

Pekerja shift

Migrant.

j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat
addiktif lainnya perlu diawasi.

15

Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak
mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan
pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya
dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat
terjadinya kelelahan.

3.7 APLIKASI ERGONOMI UNTUK PERANCANGAN KERJA


Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar
belakang pendidikan teknik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar
keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada
aspek proses kerja dan lingkungan kerja.

Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana
posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki.

Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.

Tata Letak Tempat Kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

16

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan.

Tujuan Ergonomi
Menghindari terjadinya kecelakaan kerja
Dalam rangka efisiensi kerja
Untuk kepentingan kesejahteraan
Penyesuaian alat dan lingkungan kerja
Pencegahan sakit dan kecelakaan kerja
Mengurangi kelelahan
Mempertahankan kesehatan
Meningkatkan kenyamanan

Manfaat Ergonomi
Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
Menurunnya kecelakaan kerja.
Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
Stress akibat kerja berkurang.
Produktivitas membaik.
Alur kerja bertambah baik.
Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
Kepuasan kerja meningkat.

Peran Ergonomi terhadap pekerjaan


Perancangan produk.
Meningkatkan keselamatan dan higiene kerja.
Meningkatkan produktivitas kerja.

Ruang lingkup Ergonomi

Tehnik
Fisik
Pengalaman psikis
Anatomi

17

Anthropometri
Sosiologi
Fisiologi
Desain, dll.

Metode-Metode Ergonomi
Diagnosis
Treatment
Follow-up

Aplikasi Ergonomi
Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki.
Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.
Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada katakata.
Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu,
tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

4.2 SARAN

Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja


manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping
untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan
yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang

18

disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya


mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia
(operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.

Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis
dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku
manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

19

DAFTAR PUSTAKA
http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-lingkungan-kerja.html
http://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/tugas-kelompok-ergonomi-di-tempat-kerja/
http://dedylondong.blogspot.com/2012/03/dasar-perancangan-meja-dan-kursi.html
http://yurnalsoloacousticguitaris.blogspot.com/2013/08/pengertian-ergonomi.html
https://www.youtube.com/watch?v=CWonbpItvOA
https://www.youtube.com/watch?v=CqOheOnMLe4
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CB8QFjA
A&url=http%3A%2F%2Fdigilib.its.ac.id%2Fpublic%2FITS-Undergraduate-89376507040611Chapter1.pdf&ei=YP81VLC0KYKBuwS19oIo&usg=AFQjCNGbHYdXtO8zc5q9ubYvEXY
geejmqA&sig2=KPOc0XqRmwk3buAWu-mtLw&bvm=bv.76943099,d.c2E&cad=rja
https://id.scribd.com/doc/94383171/PENGERTIAN-ERGONOMI#download

20

Anda mungkin juga menyukai