LAMPIRAN
Ib.
88
Rekomendasi
Topik
Profilaksis
Vitamin K
Skrining
Pendengaran
Bayi
Baru Lahir
Derajat
Rekomendasi
A
Ia
A
Ia
A
Ia
A
Ia
B
IIb
C
IV
B
IIb
Sepsis
Neonatorum
89
90
3. Penatalaksanaan
Pada kasus tersangka sepsis, pemberian
antibiotik diberikan tanpa harus menunggu
hasil kultur darah. Sebaiknya diberikan
kombinasi dua antibiotik:
Dapat mencakup sebagian besar penyebab
sepsis.
Efek sinergis antibiotik (penisilin dan
aminoglikosida untuk GBS).
Beberapa
mikro-organisme
penyebab
infeksi dapat berkembang menjadi mutan
resisten selama terapi (Pseudomonas sp).
Aktivitas bakterisidal serum yang lebih
tinggi dibandingkan hanya menggunakan
antibiotik tunggal (Enterococci, Listeria).
Pada kasus sepsis neonatorum berat,
selain pemberian antibiotik juga diberikan
terapi suportif. Beberapa terapi suportif yang
terbukti memberikan dampak positif antara
lain :
Pemberian intravenous immunoglobulin
(IVIG),
granulocyte-macrophage
colony
stimulating factor (G-CSF dan GM-CSF),
transfusi tukar (TT), pemberian fresh frozen
plasma,
pemberian
pentoxifilin.
[Rekomendasi A]
4. Adapun kebijakan terapi antibiotik empirik
akan berpengaruh pada pola resistensi
kuman. Pemilihan jenis antibiotik empirik
harus berdasarkan hal-hal berikut:
1. Usia saat awitan penyakit
2. Spesies
bakteri
yang
paling
sering
menyebabkan infeksi.
3. Pola resistensi antibiotik pada masingmasing rumah sakit.
4. Farmakokinetik antibiotik.
5. Pencegahan
Pencegahan secara umum :
Melakukan pemeriksaan antenatal yang
baik dan teratur.
Skrining infeksi maternal kemudian
mengobatinya, misalnya infeksi TORCH,
infeksi saluran kemih, dll.
Mencegah persalinan prematur atau
kurang bulan.
Meningkatkan status gizi ibu agar tidak
mengalami kurang gizi dan anemia.
Memberikan
terapi
kortikosteroid
antenatal untuk ibu dengan ancaman
91
Stabilisasi suhu
Pencegahan
infeksi
dan
pemberian
imunisasi
Membatasi tindakan/prosedur medik
pada bayi
Pencegahan untuk SAD : dapat dilakukan
dengan
pemberian
antibiotik.
Dengan
pemberian ampicillin 1 gram intravena yang
diberikan pada awal persalinan dan tiap 6 jam
selama persalinan, dapat menurunkan risiko
terjadinya infeksi awitan dini (early-onset)
sampai 56% pada bayi lahir prematur karena
ketuban pecah dini, serta menurunkan resiko
infeksi GBS sampai 36%. Pada wanita dengan
korioamnionitis dapat diberikan ampicillin dan
gentamicin, yang dapat menurunkan angka
kejadian sepsis neonatorum sebesar 82% dan
infeksi GBS sebesar 86%. [Rekomendasi B ]
Pencegahan untuk SAL :
berhubungan
dengan infeksi nosokomial antara lain:
Pemantauan yang berkelanjutan
Surveilans angka infeksi, data kuman
dan
rasio
jumlah
tenaga
medis
dibandingkan jumlah pasien
Bentuk ruang perawatan
Sosialisasi insidens infeksi nosokomial
kepada pegawai
Program untuk meningkatkan kepatuhan
mencuci tangan
Perhatian terhadap penanganan dan
perawatan kateter vena sentral
Pemakaian kateter vena sentral yang
minimal
Pemakaian antibiotik yang rasional
Program pendidikan
Meningkatkan
kepatuhan
pegawai
berdasarkan hasil program kontrol.
[Rekomendasi A]
92
Asfiksia
neonatorum
Perawatan
Metode
Kanguru
B
IIb
C
IV
C
IV
C
IV
C
IV
A
Ib
A
Ia
A
Ia
93
tenang/tidak stress.
PMK direkomendasikan untuk BBLR di Indonesia
terutama apabila bayi tersebut stabil keadaan
klinisnya dan hanya memerlukan inkubator
untuk perawatannnya. Pusat pelayanan primer
seperti
PUSKESMAS
dapat
meneruskan
perawatan BBLR yang telah di pulangkan dari
pusat pelayanan sekunder atau tersier. Pusat
pelayanan kesehatan sekunder dapat melakukan
PMK
kontinu untuk BBLR yang masih
menggunakan alat kesehatan minimal. PMK
dapat dilakukan disemua level pelayanan
kesehatan di Indonesia sesuai dengan sarana dan
prasarana yang tersedia.
Kriteria definitif pemulangan terdiri dari :
Bayi mencapai berat badan minimum yakni
1500 g.
Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam
kondisi baik dan tidak ada apnea atau infeksi
Bayi minum dengan baik
Berat bayi selalu bertambah (sekurangkurangnya 15g/kg/hari) untuk sekurangkurangnya tiga hari berturut-turut
Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang
secara teratur untuk melakukan follow-up
Bayi yang dipulangkan dengan berat badan <
1800 gram difollow-up setiap minggu dan
dilakukan minimal di RS Umum Daerah,
sedangkan dan bayi dengan berat badan >1800
gram difollow-up setiap dua minggu boleh
dilakukan di Puskesmas.
Rekomendasi waktu pemantauan:
Dua kali kunjungan follow up per minggu
sampai dengan 37 minggu usia pasca
menstruasi.
Kunjungan pertama paling lambat dalam 48 jam
setelah pemulangan.
Satu kali kunjungan follow up per minggu
setelah 37 minggu
C
Ia
C
IV
C
IV
94
LAMPIRAN
LAMPIRAN 2. Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir
2.1. Alur Skrining Pendengaran Bayi
95
2.
3.
Daftar Pertanyaan
Ya
Kemampuan ekspresif
Apakah bayi dapat mengatakan aaaaa, ooooo?
Apakah bayi menatap wajah dan tampak mendengarkan
anda, lalu berbicara saat anda diam? Apakah anda dapat
seolah-olah berbicara dengan bayi anda?
Kemampuan reseptif
Apakah bayi kaget bila mendengar suara (mengejapkan
mata, napas lebih cepat)?
Apakah bayi kelihatan menoleh bila anda berbicara di
sebelahnya?
Kemampuan visual
Apakah bayi anda dapat tersenyum?
Apakah bayi anda kenal dengan anda, seperti tersenyum
lebih cepat pada anda dibandingkan orang lain?
Tidak
Ya
Tidak
Kemampuan visual
Pemeriksa menatap maya bayi sekitar 45 cm, lalu
gunakan mainan untuk menarik pandangan bayi ke kiri,
kanan, atas dan bawah. Apakah bayi dapat
mengikutinya?
Apakah bayi berkedip bila pemeriksa melakukan gerakan
menusuk mata, lalu berhenti sekitar 3 cm tanpa
menyentuh mata?
96
Kemampuan reseptif
Pemeriksa duduk menghadap bayi yang dipangku orang
tuanya, bunyikan bel di samping bawah tanpa terlihat
bayi, apakah bayi langsung menoleh ke samping bawah?
Apakah bayi mengikuti perintah tanpa dibantu gerakan
badan, seperti stop, berikan mainanmu?
3.
Kemampuan visual
Apakah bayi bayi mengikuti perintah dengan dibantu
gerakan badan, seperti stop, berikan mainanmu?
Apakah bayi secara spontan memulai permainan
dengan gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau
cilukba?
Ya
Tidak
Kemampuan reseptif
Pemeriksa duduk menghadap bayi yang dipangku orang
tuanya, bunyikan bel di samping bawah tanpa terlihat
bayi, apakah bayi langsung menoleh ke samping bawah?
Apakah anak mengikuti perintah tanpa dibantu gerakan
badan, seperti stop, berikan mainanmu?
3.
Kemampuan visual
Apakah anak secara spontan memulai permainan dengan
gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba?
Apakah anak anda menunjuk dengan jari telunjuk bila
ingin sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan
semua jari?
Ya
Tidak
97
Kemampuan reseptif
Apakah anak dapat menunjukkan paling sedikit satu
anggota badan, misal mana hidungmu? Mana matamu?
Tanpa diberi contoh?
Apakah anak dapat mengerjakan 2 macam perintah dalam
satu kalimat, seperti ambil sepatumu dan taruh disini,
tanpa diberi contoh?
3.
Kemampuan visual
Apakah anak secara spontan memulai permainan dengan
gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba?
Apakah anak anda menunjuk dengan jari telunjuk bila
ingin sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan
semua jari?
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Kemampuan visual
- Apakah Apakah anak secara spontan memulai permainan
dengan
gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba?
- Apakah anak anda menunjuk dengan jari telunjuk bila ingin
sesuatu,
bukan dengan cara memegang dengan semua jari?
98
3.
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Kemampuan reseptif
- Apakah anak dapat menunjuk minimal 2 nama benda di
depannya
(cangkir, bola, sendok)?
- Apakah anak dapat menunjukan minimal 2 nama benda di
depannya sesuai fungsinya (misal untuk minum: cangkir, untuk
dilempar: bola, untuk makan: sendok, untuk menggambar: pensil
warna)?
Kemampuan visual
Apakah anak secara spontan memulai permainan dengan
gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba?
Apakah anak anda menunjuk dengan jari telunjuk bila ingin
sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan semua jari?
99
LAMPIRAN
LAMPIRAN 3 Skrining Retinopathy of Prematurity
3.1. Klasifikasi dan Gambaran ROP berdasarkan stadium
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3
Stadium 4
4B makula terlepas
Stadium 5
Plus
diseases
Adanya
dilatasi
dan
lengkung-lengkung
kompleks dari pembuluh darah polus posterior
pada sedikitnya dua kuadran retina. Hal ini
berhubungan dengan penyakit yang berat dan
hasil yang buruk. Lebih sering terjadi pada
stadium lanjut dan zona lebih rendah.
100
101
102
Plus disease
Sumber : The International Classification of Retinopathy of Prematurity Revisited
An International Committee for the Classification of Retinopathy of Prematurity. Arch
Ophthalmol / Vol 123, July 2005.
Jumlah bayi prematur yang lahir (hidup dan mati) dari bulan - ..
20.;
b. Jumlah bayi prematur yang dilakukan skrining ROP dari bulan -
20.;
c. Jumlah bayi prematur yang mengalami ROP dari bulan .. - 20;
103
Jumlah
bayi lahir
hidup
Survival*
rates
Survival*
rates
Jumlah
bayi yang
dilakukan
skrining
ROP
Jumlah
bayi yang
terdiagnosis
ROP
Jumlah bayi
yang
mendapatkan
terapi
Jumlah
bayi yang
dilakukan
skrining
ROP
Jumlah
bayi yang
terdiagnosis
ROP
Jumlah bayi
yang
mendapatkan
terapi
< 28
29-30
31-32
33-34
35+
TOTAL
*jumlah bayi yang hidup sampai diizinkan untuk pulang dari NICU
Contoh : jumlah bayi yang masih hidup ketika diperbolehkan pulang dari perinatologi RS A 10
bayi survival rates = 10
104
Tabel 4. Staging
Berat lahir
(gram)
Immature
Retina
(n)
Pre Plus
Disease
(n)
Plus
disease
(n)
Aggressive
Posterior
ROP
(n)
Regression of
ROP
(n)
Stage
I
(n)
Stage
II
(n)
Stage
III
(n)
Stage
IV
(n)
Stage
V
(n)
Immature
Retina
(n)
Pre Plus
Disease
(n)
Plus
disease
(n)
Aggressive
Posterior
ROP
(n)
Regression of
ROP
(n)
Stage
I
(n)
Stage
II
(n)
Stage
III
(n)
Stage
IV
(n)
Stage
V
(n)
< 1.000
1.000-1.499
1.500-1.749
1.750-1.999
2.000+
TOTAL
Usia
gestasi
(minggu)
< 28
29-30
31-32
33-34
35+
TOTAL
Tabel 5. Zone classification
Berat lahir
Zone I
(gram)
(n)
< 1.000
1.000-1.499
1.500-1.749
1.750-1.999
2.000+
TOTAL
Usia gestasi
Zone I
(minggu)
(n)
< 28
29-30
31-32
33-34
35+
TOTAL
Zone II
(n)
Zone III
(n)
Zone II
(n)
Zone III
(n)
105