Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1

Latar Belakang
Sakit kepala terdiri dari berbagai macam dan jenis. Selama beberapa dekade terakhir

ini berbagai jenis sakit kepala mampu menempatkan banyak orang Amerika jatuh, baik
secara aspek mental maupun fisik. Mereka menemukan pekerjaan mereka menjadi ekstra
keras dan ekstra perhatian. Sakit kepala migrain, sakit kepala kelelahan kronis, sakit kepala
stres, dan sakit kepala ketegangan adalah beberapa jenis sakit kepala. (1)
Jenis sakit kepala terutama dapat dikategorikan dalam dua jenis. Kedua jenis itu adalah sakit
kepala yang disebabkan oleh beberapa faktor lain dan sakit kepala yang bukan disebabkan
oleh faktor lain, tetapi oleh sakit kepala itu sendiri. Jenis pertama dari sakit kepala berarti
bahwa ada beberapa alasan lain yang menyebabkan terjadinya sakit kepala. Jika sakit kepala
sering terjadi ada kemungkinan dikarenakan beberapa penyakit. Sakit kepala sinus jatuh
dalam jenis ini. Beberapa faktor lain akan menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh
beberapa pukulan di kepala atau goresan di kepala yang akan menyebabkan beberapa kuman
masuk. (1)
Jenis kedua sakit kepala diperhitungkan sebagai sakit kepala yang disebabkan oleh sakit
kepala itu sendiri. Migrain jatuh kedalam sakit kepala jenis ini. (1)
Beberapa pembagian jenis sakit kepala dapat digarisbawahi, yang semuanya akan jatuh
kedalam dua kategori utama. Diantara sakit kepala ini sakit kepala kronis dianggap sebagai
yang paling bermasalah. Sakit kepala kronis ini akan membawa rasa sakit kepala setiap hari
dan terkadang beberapa kali per hari. Banyak orang setelah melalui diagnosa sakit kepala
yang memiliki efek penyebab akan menemukan kemudahan dengan pelepasan secara
bertahap rasa sakit itu. Tapi untuk beberapa jenis sakit kepala seperti migrain, diagnosis
masih tidak ada secara tepat. Hal ini disebabkan tidak tersedianya dokter dan ilmuwan untuk
memberikan hasil pengujian yang valid untuk menentukan setiap situasi medis dari hal
tersebut. (1)

BAB II
PEMBAHASAN
2. 1

Tension Type Headache (TTH)

A. Definisi
Di dalam literatur kedokteran, tension-type headache (TTH) memiliki multisinonimi,
seperti: tension headaches, muscle contraction headache, sakit kepala tegang otot, nyeri
kepala tegang otot. Dahulu, TTH pernah dinamai stress headache.
Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan
(pressing/squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh
aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/atau
muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.1

B. Epidemiologi
Pada penelitian di Amerika, tension headache merupakan penyakit nyeri kepala
primer. Penyakit ini 88% dijumpai pada wanita dan 66% pada laki-laki dan sekitar 60%
serangan sakit kepala jenis ini terjadi pada usia lebih dari 20 tahun.2,9

C. Etiologi
Secara umum diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Organik, seperti: tumor serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifilis.
b. Gangguan fungsional, misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia, gout,
ketidaknormalan endokrin, obesitas, intoksikasi, dan nyeri yang direfleksikan.9
Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poor self-related health), tidak mampu relaks
setelah bekerja, gangguan tidur, tidur beberapa jam setiap malam, dan usia muda adalah
faktor risiko TTH. Pencetus TTH antara lain : kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/beban yang
terlalu berat (overexertion), perubahan pola tidur, caffeine withdrawal, dan fluktuasi
hormonal wanita. Stres dan konflik emosional adalah pemicu tersering TTH. Gangguan
emosional berimplikasi sebagai faktor risiko TTH, sedangkan ketegangan mental dan stres

adalah faktor- faktor tersering penyebab TTH. Asosiasi positif antara nyeri kepala dan stres
terbukti nyata pada penderita TTH.9
Iskemi dan meningkatnya kontraksi otot-otot di kepala dan leher diduga penyebab
TTH, tetapi kadar laktat otot penderita TTH kronis normal selama berolahraga (static muscle
exercise). Aktivitas EMG (electromyography) menunjukkan peningkatan titik-titik pemicu di
otot wajah (myofascial trigger points). Riset terbaru membuktikan peningkatan substansi
endogen di otot trapezius penderita tipe frequent episodic TTH. Juga ditemukan nitric oxide
sebagai perantara (local mediator) TTH. Menghambat produksi nitric oxide dengan agen
investigatif (L-NMMA) mengurangi ketegangan otot dan nyeri yang berkaitan dengan TTH.
Mekanisme myofascial perifer berperan penting pada TTH episodik, sedangkan pada TTH
kronis terjadi sensitisasi central nociceptive pathways dan inadequate endogenous
antinociceptive circuitry. Jadi mekanisme sentral berperan utama pada TTH kronis.
Sensitisasi jalur nyeri (pain pathways) di sistem saraf pusat karena perpanjangan rangsang
nosiseptif (prolonged nociceptive stimuli) dari jaringan-jaringan miofasial perikranial
tampaknya bertanggung-jawab untuk konversi TTH episodik menjadi TTH kronis.9
Etiologi dari tension headache ini belum diketahui secara pasti, namun diduga
disebabkan oleh beberapa faktor pencetus antara lain adalah cahaya yang menyilaukan, stres
psikososial, kecemasan, depresi, stres otot, marah, terkejut, serta penggunaaan obat untuk
tension headache yang berlebihan.9

D. Klasifikasi
Menurut The Internasional Headache Society (IHS), Tension Type Headache (TTH)
terbagi :3
1. Tension Type Headache (TTH)
1.1. Tension- type headache episodik yang infrequent
1.1.1. Tension-type headache episodik yang infrequent berhubungan dengan nyeri
tekan perikranial.
1.1.2. Tension- type headache episodik yang infrequent tidak berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial.
1.2. Tension- type headache episodik yang frequent
1.2.1. Tension- type headache episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri
tekan perikranial.
3

1.2.2. Tension- type headache yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri
tekan perikranial.
1.3 Tension- type headache kronik
1.3.1 Tension- type headache kronik berhubungan dengan nyeri tekan perikranial.
1.3.2 Tension- type headache kronik tidak berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial.

E. Patofisiologi
TTH episodik dapat berevolusi menjadi TTH kronis :9
A.

Pada individu yang rentan secara genetis, stres kronis menyebabkan elevasi

glutamat yang persisten. Stimulasi reseptor NMDA mengaktivasi NFB, yang


memicu transkripsi iNOS dan COX-2, di antara enzim-enzim lainnya. Tingginya
kadar nitric oxide menyebabkan vasodilatasi struktur intrakranial, seperti sinus
sagitalis superior, dan kerusakan nitrosative memicu terjadinya nyeri dari beragam
struktur lainnya seperti dura.
B.

Nyeri kemudian ditransmisikan melalui serabut-serabut C dan neuron-neuron

nociceptive A menuju dorsal horn dan nukleus trigeminal di TCC (trigeminocervical


complex.), tempat mereka bersinap dengan second-order neurons.
C.

Pada beragam sinap ini, terjadi konvergensi nosiseptif primer dan neuron-

neuron mekanoreseptor yang dapat direkrut melalui fasilitasi homosinaptik dan


heterosinaptik sebagai bagian dari plastisitas sinaptik yang memicu terjadinya
sensitisasi sentral.
D1.

Pada tingkat molekuler, sinyal nyeri dari perifer menyebabkan pelepasan

beragam neuropeptida dan neurotransmiter (misalnya: substansi P dan glutamat) yang


mengaktivasi reseptor-reseptor di membran postsynaptic, membangkitkan potensialpotensial aksi dan berkulminasi pada plastisitas sinaptik serta menurunkan ambang
nyeri (pain thresholds).
D2.

Sirkuit spinobulbospinal muncul dari RVM (rostroventral medulla) secara

normal melalui sinyal-sinyal fine-tunes pain yang bermula dari perifer, namun pada
individu yang rentan, disfungsi dapat memfasilitasi sinyal-sinyal nyeri, serta
membiarkan terjadinya sensitisasi sentral.
E.

Pericranial tenderness berkembang seiring waktu oleh recruitment serabut-

serabut C dan mekanoreseptor A di sinap-sinap TCC, membiarkan perkembangan


allodynia dan hiperalgesia.

F.

Intensitas, frekuensi, dan pericranial tenderness berkembang seiring waktu,

berbagai perubahan molekuler di pusat pusat lebih tinggi seperti thalamus memicu
terjadinya sensitisasi sentral dari neuronneuron tersier dan perubahan-perubahan
selanjutnya pada persepsi nyeri. Proses ini dapat dilihat pada Skema 1.4,7,9

F. Kriteria Diagnostik
Menurut IHS (Internasional Headache Society) :8
1. Tension-type Headache (TTH)
5

1.1. Tension-type headache episodik yang infrequent


Deskripsi :
Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai
beberapa hari. Nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas
ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktivitas fisik rutin, tidak
didapatkan mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia.
Kriteria diagnostik :
a. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata- rata < 1 hari/bulan (<
12 hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D.
b. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas :
i. Lokasi bilateral
ii. Menekan/mengikat (kualitas tidak berdenyut)
iii. Intensitasnya ringan atau sedang
iv. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
d. Tidak didapatkan :
i.

Mual atau muntah (bisa anoreksia)

ii.

Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau fonofobia

e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.


1.1.1. Tension-type headache episodik yang infrequent berhubungan dengan
nyeri tekan perikranial.
Kriteria diagnostik :
Memenuhi kriteria A-E dari 1.1 tension-type headache episodik
yang infrequent.
Nyeri tekan perikranial meningkat pada palpasi manual.
1.1.2. Tension-type headache episodik yang infrequent tidak berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial.
Kriteria diagnostik :
Memenuhi kriteria A-E dari 1.1 tension-type headache episodik
yang infrequent.
Nyeri tekan perikranial tidak meningkat.
1.2. Tension-type headache episodik yang frequent
6

Deskripsi :
Nyeri kepala berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri kepala
bilateral menekan atau mengikat, tidak berdenyut. Intensitas ringan atau
sedang, tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin, tidak ada
mual/muntah, tetapi mungkin terdapat fotofobia/fonofobia.
Kriteria diagnostik :
a. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan selama
paling tidak 3 bulan (12-180 hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D.
b. Nyeri kepala berlangsung selama 30 menit sampai 7 hari.
c. Nyeri kepala yang memiliki paling tidak 2 dari karakteristik, berikut :
i.

Lokasinya bilateral

ii.

Menekan/mengikat (tidak berdenyut)

iii.

Intensitas ringan atau sedang

iv.

Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin seperti


berjalan atau naik tangga.

d. Tidak didapatkan :
i.

Mual atau muntah (bisa anoreksia)

ii.

Fotofobia dan fonofobia secara bersamaan.

e. Tidak berkaitan dengan penyakit lain.


1.2.1.

Tension-type headache episodik yang frequent berhubungan

dengan nyeri tekan perikranial.


Kriteria diagnostik :
a. Termasuk dalam kriteria A-E dari 1.2. tension-type headache episodik
yang frequent.
b. Meningkatnya nyeri tekan perikranial pada palpasi normal.
1.2.2.

Tension-type

headache

episodik

yang

frequent

tidak

berhubungan dengan nyeri tekan perikranial.


Kriteria diagnostik :
a. Termasuk dalam kriteria A-E dari 1.2 tension-type headache episodik
yang frequent.
b. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat.
1.3. Tension-type headache kronis
Deskripsi :

Nyeri kepala yang berasal dari ETTH, dengan serangan tiap hari atau
serangan episodik nyeri kepala yang lebih sering yang berlangsung
beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri kepala bersifat bilateral,
menekan atau mengikat dalam kualitas dan intensitas ringan atau sedang,
dan nyeri tidak bertambah memberat dengan aktivitas fisik yang rutin.
Kemungkinan terdapat mual, fotofobia atau fonofobia ringan.
Kriteria diagnostik :
a. Nyeri kepala timbul 15 hari/bulan, berlangsung > 3 bulan ( 180
hari/tahun) dan juga memenuhi kriteria B-D.
b. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus- menerus.
c. Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 karakteristik berikut :
i.

Lokasi bilateral.

ii.

Menekan/mengikat (tidak berdenyut).

iii.

Ringan atau sedang.

iv.

Tidak memberat dengan aktivitas fisik yang rutin.

d. Tidak didapatkan :
i.

Lebih dari satu : fotofobia, fonofobia atau mual yang ringan.

ii.

Mual yang sedang atau berat, maupun muntah.

e. Tidak ada kaitan dengan penyakit lain.


1.3.1.

Tension-type headache kronis

yang berhubungan

dengan nyeri tekan perikranial


Kriteria diagnostik :
Nyeri kepala yang memenuhi dalam kriteria A-E dari
1.3 CTTH.
Nyeri tekan perikranial yang meningkat pada palpasi
manual.
1.3.2.

Tension-type headache yang tidak berhubungan dengan

nyeri tekan perikranial.


Kriteria diagnostik :
Nyeri kepala yang termasuk dalam kriteria A-E dari 1.3
CTTH.
Nyeri tekan perikranial tidak meningkat.

G. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis komprehensif
adalah kunci evaluasi klinis TTH dan dapat menyediakan petunjuk potensial terhadap
penyebab penyakit (organik, dsb) yang mendasari terjadinya TTH. Pada palpasi manual
gerakan memutar kecil dan tekanan kuat dengan jari ke dua dan ke tiga di daerah frontal,
temporal, masseter, pterygoid, sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot trapezius,
dijumpai pericranial muscle tenderness, dapat dibantu dengan palpometer.4
Pericranial tenderness dicatat dengan Total Tenderness Score. Menurut referensi lain,
prosedurnya sederhana, yaitu: delapan pasang otot dan insersi tendon (yaitu: otot-otot
masseter, temporal, frontal, sternocleidomastoid, trapezius, suboccipital, processus coronoid
dan mastoid) dipalpasi. Palpasi dilakukan dengan gerakan rotasi kecil jari kedua dan ketiga
selama 4-5 detik. Tenderness dinilai dengan empat poin (0,1,2, dan 3) di tiap lokasi (local
tenderness score); nilai dari kedua sisi kiri dan kanan dijumlah menjadi skor tenderness total
(maksimum skor 48 poin). Penderita TTH diklasifikasikan sebagai terkait (associated) (skor
tenderness total lebih besar dari 8 poin) atau tidak terkait (not associated) (skor tenderness
total kurang dari 8 poin) dengan pericranial tenderness.5
Pada TTH juga dijumpai variasi TrPs, yaitu titik pencetus nyeri otot (muscle trigger
points). Baik TrPs aktif maupun laten dijumpai di otot-otot leher dan bahu penderita TTH.
TrPs berlokasi di otot-otot splenius capitis, splenius cervicis, semispinalis cervicis,
semispinalis capitis, levator scapulae, upper trapezius, atau suboccipital. TrPs di otot-otot
superior oblique, upper trapezius, temporalis, sub occipital, dan sternocleidomastoid secara
klinis relevan untuk diagnosis TTH episodik dan kronis.6
Diagnostik penunjang TTH adalah pencitraan (neuroimaging) otak atau cervical
spine, analisis CSF, atau pemeriksaan serum dengan laju endap darah (erythrocyte
sedimentation rate), atau uji fungsi tiroid. Neuroimaging terutama direkomendasikan untuk :
nyeri kepala dengan pola atipikal, riwayat kejang, dijumpai tanda/gejala neurologis, penyakit
simtomatis seperti : AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), tumor, atau neurofi
bromatosis. Pemeriksaan funduskopi untuk papilloedema atau abnormalitas lainnya penting
untuk evaluasi nyeri kepala sekunder.6

H. Penatalaksanaan
Adapun prinsip penanganan dari tension-type headache, yaitu :8

1. Terapi

tension-type

headache

meliputi

gaya

hidup

untuk

mengurangi

kekambuhan nyeri kepala, modalitas terapi non farmakologis, dan terapi


farmakologis akut maupun profilaksis.
2. Tahap awal penting pada tata laksana tension-type headache adalah edukasi
mengenai faktor pencetus dan implementasi tatalaksana stres dan latihan untuk
mencegah/mengurangi tension-type headache.
3. Tension-type headache akut membaik dengan sendirinya atau dikelola dengan
analgetik yang dijual bebas seperti asetaminofen, NSAID atau asam asetilsalisilat.
Kombinasi dengan kafein juga efektif.
4. Terapi non farmakologis meliputi terapi relaksasi, cognitive-behavioral therapy
dan pemijatan.
5. Terapi profilaksis diberikan bila nyeri frequent, berhubungan dengan pekerjaan,
sekolah dan kualitas hidup, dan/atau penggunaan analgetik yang dijual bebas
meningkat (> 10-15 hari/bulan). Pilihan terapi profilaksis meliputi antidepresan
trisiklik seperti amitriptyline dan nortriptilin.
Secara umum penanganan dari tension-type headache adalah :
1. Terapi farmakologis TTH
1.1.

Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu.


-

Analgetik : aspirin 1000 mg/hari, asetaminofen 1000 mg/hari, NSAIDs


(Naproxen 660- 750 mg/hari, Ketoprofen 25- 50 mg/hari, Tolfenamic 200- 400
mg/hari, asam mefenamat, fenoprofen, ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50100 mg/hari). Pemberian analgetik dalam waktu lama dapat menyebabkan
iritasi gastrointestinal, penyakit ginjal dan hepar gangguan fungsi plaelet.

Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg.

Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.

1.2.

Pada tipe kronis


-

Antidepressan. Jenis trisiklik : amitriptyline, sebagai obat terapeutik maupun


sebagai pencegahan tension-type headache. Obat ini mempunyai efek
analgetik dengan cara mengurangi firing rate of trigeminal nuclues caudatus.
Dalam jangka lama semua trisiklik dapat menyebabkan penambahan berat
badan (merangsang nafsu makan), mengganggu jantung, hipotensi ortostatik
dan efek antikolinergik seperti mulut kering, mata kabur, tremor dan dysuria,
retensi urin, konstipasi.
10

Antiansietas. Baik pada pengobatan kronis dan preventif terutama pada


penderita dengan komorbid ansietas. Golongan benzodiazepin dan butalbutal
sering dipakai. Kekurnagan obat ini bersifat adiktif, dan sulit dikontrol
sehingga dapat memperburuk nyeri kepalanya.

Tabel 1.
OBAT

DOSIS

LEVEL

KETERANGAN

REKOMENDASI
Ibuprofen

200-800 mg

Efek samping
gastrointestinal,
risiko perdarahan

Ketoprofen

25 mg

Efek samping seperti


ibuprofen

Aspirin

500-1000 mg

Efek samping seperti


ibuprofen

Naproxen

375- 550 mg

Efek samping seperti


ibuprofen

Diklofenak

12,5- 100 mg

Efek samping seperti


ibuprofen,

hanya

dosis 12,5- 25 mg
yang diuji pada TTH
Parasetamol

1000 mg (oral)

Efek

samping

gastrointestinal lebih
sedikit

dibanding

NSAIDs
Kombinasi kafein

65- 200 mg

Lihat di bawaha

*Level rekomendasi mempertimbangkan efek samping dan konsistensi studi. Bukti dosis
optimal masih jarang. Dosis optimal efektif yang ditoleransi baik oleh pasien sebaiknya
dipilih; NSAID, non-steroid anti-inflammatory drugs; TTH, tension-type headache;
a

Kombinasi dengan kafein 65- 200 mg meningkatkan efikasi ibuprofen dan parasetamol,

namun juga berisiko terjadinya medication-overuse headache. Level rekomendasi dari obat
kombinasi yang mengandung kafein adalah B.
2. Terapi Non-farmakologis
11

1) Kontrol diet
2) Terapi fisik
3) Hindari pemakaian harian obat analgetik,sedatif dan ergotamin
4) Behaviour Treatment
Pengobatan Fisik
1) Latihan postur dan posisi
2) Masase, ultrasound, manual terapi, kompres panas/dingin
3) Akupuntur TENS (transcutaneus electrical stimulation)
Obat anastesi ataupun bahan lain pada trigger point
Terapi Behaviour
Bisa dilakukan biofeedback, stress management therapy, reassurance, konseling,
terapi relaksasi, cognitive-behavioural therapy.
Harus diberikan penerangan yang jelas mengenai patofisiologi sederhana dan
pengobatannya serta tension-type headache bukanlah suatu penyakit yang serius seperti
tumor otak, perdarahan otak dan sebagainya sehingga dapat mengurangi ketegangan
penderita.
Penanganan Psikologis
Dalam hal ini harus diberikan penjelasan agar penderita bisa menerima hasil yang
didapat dan cukup realistik.
Tabel 2.
Pengobatan

Level rekomendasi

Terapi Psiko- behavioural

EMG biofeedback

Cognitive-behavioural therapy

Latihan Relaksasi

Terapi Fisik

Akupuntur

12

3. Terapi preventif farmakologis


Indikasi :
Perlu diberikan pada penderita yang sering mendapat serangan nyeri kepala pada
Tension-type headache episodik dan serangan yang lebih dari 15 hari dalam satu bulan
(Chronic tension-type headache).
Indikasi terapi preventif
1) Terapi preventif direkomendasikan pada kasus disabilitas akibat nyeri kepala 4
hari/bulan atau tidak ada respons terhadap terapi simtomatis, bahkan bila
frekuensi nyeri kepalanya rendah.
2) Terapi dikatakan efektif bila mengurangi frekuensi serangan dan/atau derajat
keparahan minimal 50%.
3) Identifikasi faktor pencetus dan

yang mengurangi nyeri kepala, jika

memungkinkan juga berperan dalam mengurangi frekuensi serangan.


4) Penyakit komorbid yang lain ikut menentukan pemilihan terapi (misal :
penggunaan amitriptyline dikontraindikasikan pada hipertrofi prostat dan
galukoma).
5) Perhatian khusus terhadap adanya interaksi obat.
6) Terapi preventif seharusnya berbasis obat tunggal yang dititrasi pada dosis rendah
yang efektif dan ditoleransi dengan baik.
7) Pasien harus dilibatkan dalam pemilihan terapi dan sedapat mungkin dianjurkan
untuk tidak mengkonsumsi obat dalam jumlah banyak (kepatuhan minum obat
berkebalikan dengan jumlah obat yang dikonsumsi).
8) Pasien harus diinformasikan mengenai bagaimana dan kapan obat seharusnya
diminum, efikasi dan efek sampingnya. Pasien disarankan untuk mencatat
serangan nyeri kepala pada diary nyeri kepala untuk mengetahui frekuensi dan
durasi nyeri kepala, gangguan fungsional, jumlah obat simtomatis yang diminum,
efikasi terapi prevensi dan efek samping yang mungkin muncul.
Prinsip- prinsip pemilihan pengobatan :
1) Obat berdasarkan efektivitas lini pertama, efek samping dan komorbid penderita.
2) Mulai dengan dosis rendah, dinaikkan sampai efektif atau tercapai dosis
maksimal.
13

3) Obat diberikan dalam jangka waktu seminggu/lebih.


4) Bisa diganti dengan obat lain bila obat pertama gagal.
5) Sedapat mungkin monoterapi.
Tabel 3.
Obat

Dosis harian

Level rekomendasi*

30- 75 mg

Mirtazapin

30 mg

Venafaxine

150 mg

75- 150 mg

Maprotilin

75 mg

Mianserin

30- 60 mg

Obat lini pertama


Amitriptyline
Obat lini kedua

Obat lini ketiga


Clomipramin

* level rekomendasi mempertimbangkan efek samping, jumlah dan kualitas studi

14

BAB III
PENUTUP
3. 1

KESIMPULAN
Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan, mengikat,

tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan
hingga

sedang,

tidak

disertai/minimal

mual

dan/atau

muntah,

serta

disertai

fotofobia/fonofobia.
Pada penelitian di Amerika, tension headache merupakan penyakit nyeri kepala
primer. Penyakit ini 88% dijumpai pada wanita dan 66% pada laki-laki dan sekitar 60%
serangan sakit kepala jenis ini terjadi pada usia lebih dari 20 tahun, cenderung lebih sering
pada wanita. Etiopatofisiologi TTH adalah multifaktorial. Diagnostik klinis ditegakkan
berdasarkan kriteria International Headache Society (IHS).
Pemeriksaan fisik dapat menjumpai pericranial tenderness, yang dicatat dengan Total
Tenderness Score. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi dan bila perlu.
Penegakan diagnosis mempertimbangkan aspek diagnosis banding dan komorbiditas.
Penatalaksanaan

meliputi

farmakologis

dan

nonfarmakologis.

medikamentosa dan berpola hidup sehat-seimbang. Prognosis baik.

15

Pencegahan

dengan

DAFTAR PUSTAKA
1. Newman, Lawrence C; Salomon, Seymour. Episodic Tension- Type Headaches : Wolffs
Headache And Other Head Pain. Seventh Edition. 2001. Oxford University Press. 10 :
238 246.
2. Hamelsky, Sanda W; Lipton, Richard B; Stewart, Walter F. Epidemiology and Impact of
Headache : Wolffs Headache And Other Head Pain. Seventh Edition. 2001. Oxford
University Press. 7 : 97- 104.
3. Dalessio, Donald J; Lipton. Richard B; Silberstein, Stephen D. Overview, Diagnosis and
Classification of Headache : Wolffs Headache And Other Head Pain. Seventh Edition.
2001. Oxford University Press. 2 : 10-11.
4. Lipton, Richard B; Silberstein, Stephen D. Chronic Daily Headache, Including
Transformed Migraine, Chronic Tension-Type Headache, and Medication Overuse :
Wolffs Headache And Other Head Pain. 2001. Oxford University Press. 11 : 251- 258.
5. Lipton, Richard B; Silberstein, Stephen D. Chronic Daily Headache, Including
Transformed Migraine, Chronic Tension- Type Headache, and Medication Overuse :
Wolffs Headache And Other Head Pain. 2001. Oxford University Press. 11 : 260- 266
6. Ropper, Alan H; Victor, Maurice. Principles of Neurology. Seventh edition.2001.
McGraw Hill. 10 : 191- 193.
7. Lumbantobing, S.M. Nyeri Kepala Nyeri Punggung Bawah Nyeri Kuduk. 2008. Balai
Penerbit FKUI. Hal : 25
8. Basir, Hasmawaty; Adnyana, Made O; Machfoed, Moh.Hasan; Sjahrir, Hasan;
Suharjanti, Isti. Diagnostik & Penatalaksanaan Nyeri Kepala. 2013. Airlangga University
Press.
9. Anurogo, Dita. Tension Type Headache. 2014. CDK-214 : Vol 14 No.3. hal : 186- 191.

16

Anda mungkin juga menyukai