Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.Prekursor
pepsin
(enzim
yang
memecahkan
protein
2. PENGERTIAN GASTRITIS
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut
dalam darah dan masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri , variola dsb.
2. Gastritis egmonos akute, di sebabkan oleh invasi langsung dari bakteri pirogen
pada dinding lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus dsb.
b. Gastritis Kronis
Merupakan suatu inflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama pada permukaan
mukosa lambung, penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga
disebabkan oleh :
1.Bakteri, infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi
kronis.
2.Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan
gastritis.
3.Alkohol dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung.
4.Faktor, psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.
4. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam
lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung
kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion
hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung
yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim pencernaan.
Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel
dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti
perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.Spasme
lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter esophagus
sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa
lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah. Sehingga
kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis maupun melena.
PATHWAY GASTRITIS
~ Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai panas
serta tachicardi.
~ Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
ii. Gastritis Akute Eksogen Korosiva :
~ Pasien kolaps dengan kulit yang dingin.
~ Tachicardi dan sianosis.
~ Perasaan seperti terbakar, pada epigastrium.
~ Nyeri hebat / kolik.
iii. Gastritis Infeksiosa Akute :
~ Anoreksia
~ Perasaan tertekan pada epigastrium.
~ Vumitus.
~ Hematemisis
iv. Gastritis Hegmonos Akute :
~ Nyeri hebat mendadak di epigastrium. ~ Neusia.
~ Rasa tegang pada epigastrium. ~ Vomitus.
~ Panas tinggi dan lemas ~ Tachipneu.
~ Lidah kering sedikit ekterik. ~ Tachicardi
~ Sianosis pada ektremitas. ~ Diare.
~ Abdomen lembek. ~ leukositosis
2. Gastritis Kronis
a. Gastritis Superfisialis
~ Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
~ Penurunan BB.
~ Kembung / rasa penuh pada epigastrium.
~ Nousea.
~ Rasa perih sebelun dan sesudah makan.
~ Terasa pusing.
~ Vomitus.
b. Gastritis Atropikan
~ Rasa tertekan pada epigastrium. ~ Anorexia.
~ Rasa penuh pada perut. ~ Nousea.
~ Keluar angin pada mulut. ~ Vumitus.
~ Mudah tersinggung. ~ Gelisah.
~ Mulut dan tenggorokan terasa kering.
c. Gastritis Hypertropik Kronik
~ Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
~ Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
~ Kadang disertai melena.
6. KOMPLIKASI
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
menelan, dapat berakhir sebagai syak hemoragik. Khusus untuk perdarahan
SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan
hamper sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi
Helicobakter pytori, sebesar 100% pada hikak duodenum dan 60-90% pada tikak
lambung.
Diagnosis
pasti
dapat
di
tegakkan
dengan
a. Gastritis Akute
- Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian.
- Ulkus pada lambung.
- Perforasi lambung.
b. Gastritis Kronis
endoskopi.
- Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi
anemia pernisiosa.
- Gangguan penyerapan zat besi.
- Penyempitan daearah fillorus.
- Kanker lambung.
7. PROGNOSIS
Infeksi lambung pada umumnya mempunyai prognosis ysng baik, gastritis akut
dan Kronik tidak ada yang mati, kematian di jumpai pada waktu perdarahan yang
berat shock yang tidak teratasi, efus, lambung yang berat dan infeksi, Kematian
dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan rumah sakit
yang kurang baik dan bersih, kematian terjadi pada kasus berat yaitu muncul pada
komplikasi sistem saraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah dan organ lain.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah lengkap. f. Faeces
b.Gastroscopy g. Biosi dan sitologi
c. Nasogastrik aspiration. h. Endoscopy
d. Angiografie visualization i. Double-contrast
e. Semin-gastrin
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Gastritis Akut
i. Gastritis Eksogen Akute Simple
~ Fase akute, istirahat total 1-2 hari.
~ Hari I sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah berkurang,
coba berikan teh hangat dan air minum.
~ Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah
banyak muntah.
~ Hari ketiga boleh makan bubur dan bisa makan lembek lainnya.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian cairan.
2. Antimentek untuk mengurangi muntah ~ Sotatik.
3. Anti spasmodik untuk memperbaiki spasme otot.
ii. Gastritis Infektiosa Akute
~ Pengaturan diet.
~ Beri makanan lembek dan tidak merangsang mual dan muntah.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian antibiotik untuk penanganan factor penyebab.
2. Pembrian anti spasmodik.
iii. Gastritis Hegmonos Akute.
~ Pengaturan diet.
~ Pada abses lokal perlu dilakukan drainase.
~ Pada pasien dengan hegmonos dispus perlu gastriktomy.
~ Kolaborasi medik :
1. Antibiotik untuk penanganan faktor penyebab.
b. Gastritis Kronis
i. Gastritis Superfisialis.
~ Istirahat yang cukup.
~ Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan
perdarahan sedikit.
~ Makanan lembek untuk yang tidak terjadi perdarahan.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian anti spasmodic.
ii. Gastritis Atropikan.
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress akut / psikologi.
Perasaan tidak berdaya.
Tanda : Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat.
Perhatian menyempit.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.
Tanda : Nyeri tekan abdomen.
Distensi abdomen. Peningkatan bunyi usus.
Karakteristik feses ; diare dan konstipasi.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Anorexia, mual, dan muntah, cegukan.
Tidak toleran terhadap makanan.
Tanda : Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.
6. Neorosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.
Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk, disorientasi,
bingung.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih
Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan & hilang
setelah minum obat antasida.
Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-2
jam setelah makan ( ulkus peptik ).
Nyeri epigastrium kanan 4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi
antasida ( ulkus doudenum ).
predisposisi
dan
presipitasi
analgetik,
anti
inflamasi,
cuka
atau
lada.
Pemeriksaan radiology.
Pemeriksaan laboratorium.
Gastroscopy.
Untuk
mengetahui
permukaan
mukosa
(perubahan)
Sediakan
makanan
dengan
ventilasi
yang
baik,
lingkungan
yang
Rasionalisasi
1. Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.
2. Indikator derajat ansietas.
3. Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan
dan menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.
4. Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat
meningkatkan ketrampilan koping.
5. Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.
6. Perilaku yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima ansietas,
meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan keyakinan.
12. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan
pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari Lyer,
et.al, 1996)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
(Gaffar, 1999 ; 65)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pertama.
2. Mengidentifikasi dan membatasi makanan yang dapat menimbulkan ketidak
nyamanan.
3. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
4. Penkes kepada pasien mengenai therafi yang diberikan dan indikasi dari
pemberian obat - obatan .
5. Menyarankan untuk istirahat sebelum makan.
6. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.
7. Memberi penjelasan tentang pentingnya makanan sehingga tidak terjadi keragu
raguan terhadap makanan yang dapat menyebabkan eksaserbarsi gejala
8. Memantau respon fisiologis untuk mengindari terjadi masalah.
9. Membuat catatan perilaku seperti gelisah, mudah marah danmmudah
tersinggung.
10. Menciptakan hubungan saling percaya dengan sering melakukan komunikasi
yang terafiutik.
11. Membantu pasien melakukan latihan nafas dalam.
13. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari
Ignatavicius & Bayne, 1994).
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik
pada status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith dan
Christensen, 1986)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini
bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan
NIC
dan
Kriteria
Hasil
NOC.
Jakarta
EGChttp://www.indofarma.co.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=27&Itemid=125
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS
1.
Pengertian
Gastritis bersal dari dua kata yaitu gaster yang berarti lambung, dan it is berarti
peradangan atau pembengkakan. Gastritis adalah suatu inflamasi yang terjadi didaerah
mukosa lambung yang disebabkan oleh kuman-kuman, diman bisa terjadi secara akut dan
kronis.
Secara
klinis
gastritis
a.
terbagi
atas
Gastritis
akut
Inflamasi akut dari dinding lambung yang biasannya terbatas pada bagian mukosa saja.
Terjaddi
atas
gastritis
atas,
gastritis
b.
ekssogen
da
endogen
Gastritis
akut.
kronis
Inflamasi kronis pada dinding lambung yang bisa bagia n mukosa saja atas ssudah
penetrasi kelapisan sub mukosa lambung yang kaya akan pembuluh darah. Gastritis
kronis
terjadi
kare
na
gastritis
akut
yang
2.
tidak
tertangani.
Etiologi
meningkatkan
asam
3.
lambung.
Patofisiologi
Pada gaster yang terjadi peradangan pada lapisan mokusa terjadi kemeraha , edema dan
meradang, biasanya peradangan ini terbatas pada mukosanya saja. Apabilaa sering
mengkonsumsi bahan-bahan yang bersifat iritasi, maka dapat menyebabkan perdarahan
mukosa lambung juga dapat menimbulkan kerak yang disertai reaksi inflamasi. Jika hal
ini terus berlanjut, maka akn terjadi peningkatan sekresi asam lambung serta dapat
meningkatkan jumlah asam lambung.Keadaan demikian dapat menyebabkan iritasi yang
lebih parah pada mukosa lambung akibat hiper sekresi dari asam lambung.
4.
Manifestasi
Klinik
a.
Gastritis
akut
Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri dapat timbul kembali
bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat, gelisah, sakit perut dan mungkin
disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi, sianosis, persaan seperti terbakar pada
epigastrium,
kejng-kejng
b.
dan
lemah.
gastritis
kronis
tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai dengan penurunan berat
badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus peptikum dan dapat terjdi aklohidrasi,
kadar
gastrium
5.
serum
tinggi.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Foto
lambung
2.
Foto
Rontgen
3.
Gastrokopi
4.
Endoskopi
5.
Biopsi
Mukosa
6.
Analisa
lambung
7.
Penatalaksanaan
Selama
masa
Mengatur
akut;
istirahat
diet;
Mengganti
lembek
cairan
Beri
analgetik
gangguan
kaji
status
Kaji
dan
nyaman:
nyeri
Skala,
penyebab
pedas
intravena
psimpesan
anti
inflamasi
D5
Intervensi
nyeri
hari
melalui
dan
dab
rasa
tidak
infus;
Diagnosa
a.
antimetik;
Terapi
8.
tubuh
Beri
Medis
s.d
Keperawatan
peradangan
intensitas,
nyeri
frekuensi,
:
pada
gaster
durasi
nyeri
area
nyeri
yang
sifatnya
Beri
Beri
oversidosis
analgetik
Asetaminofen
karena
Beri
ada
SOD
efek
tidur
antasit
b.
Beri
gangguan
pemenuhan
Berikan
Anjurkan
Pertahankan
makan
Px
puasa
Kolaborasi
dalam
makan
dengan
regulasi
Berikan
kompres
jumlah
sedikit
selama
Gangguan
d.d
mual
dan
muntah
masa
akut
suhu
dingin
dan
sedikit
kurang
untuk
s.d
muntahan
kecil
demi
Dokter
cukup
kering
namun
sering
lebih
beberapa
pemberian
Proses
pada
peradangan
prontal
Anjurkan
Berikan
Kurang
lambung
dan
axila
Kaji
yang
pakaian
tingkat
tentang
pengetahuan
Observasi
Berikan
TTV
minum
pengetahuan
banyak
yang
tipis
proses
penyakitnya
tentang
tingkat
proses
penyakitnya
kecemasan
kesempatan
8.
jam
antiemetik
Observasi
Anorexia
karakteristik
cair
c.
d.
s.d
Observasi
nutrisi
anticholirgik
Px
Px
untuk
bertanya
Daftar
Pustaka
Perawatan
Pasien.Edisi
III,
Jakarta
EGC
FKUI
KEPERAWATAN
PASIEN
A.
GASTRITIS
PADA
LANSIA
PENGERTIAN
Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.(Mizieviez).
B.
1.
ETIOLOGI
Faktor
imunologi
2.
Faktor
bakteriologi
3. Faktor lain seperti : NSAID ( aspirin ), merokok, alkohol, kafein, stres/ ansietas, refluk
usus-lambung,
bahan
C.
PATWAYS
DAN
F.
imunologi
F.
Infiltrasi
asam
Faktor
sel
sel
sel
epitel
parietal
klorida,
KEPERAWATAN
Bakteriologik
-
progresif
Kehilangan
Produksi
DIAGNOSA
sel
Atropi
kimia
Dinding
radang
kelenjar
dan
pepsi
dan
faktor
mukosa
chief
sel
intrinsik
menurun
lambung
menipis
Mukosa
rata
Kerusakan
Nyeri
Perub.
lain
mukosa
ulu
hati
Mual,
Kenyamanan
Nyeri
asam
muntah,
anoreksia
Resiko
Kurang
nutrisi
dari
D.
lambung
kebutuhan
TANDA
penget.
kurang
tubuh
DAN
GEJALA
Nyeri epigastrium yang tidak hebat, nyeri tekan pada epigastrium, mual, muntah
anoreksia,
muntah
E.
darah
bila
PEMERIKSAAN
berat.
PENUNJANG
1.
Endoskopi
2.
Biopsi
mukosa
lambung
3.
Analisa
cairan
lambung
4.
Pemeriksaan
5.
Radiologi
6.
7.
Kadar
Hb,
Feces
barium
abdomen
Ht,
Pepsinogen
bila
darah
melena
PENGKAJIAN
1.
Riwayat
Riwayat
garis
Penggunaan
kronis
atau
adanya
perama
keluarga
obat
yang
faktor
resiko
tentang
mengiritasi
gastritis
mukosa
lambung
Perokok
berat
Pemajanan
pada
stres
2.
emosi
kronis
Pengkajian
fisik
Nyeri epigastrik. Nyeri terjadi 2 3 setelah makan dan sering disertai dengan mual dan
muntah. Nyeri sering digambarkan sebagai tumpul, sakit, atau rasa terbakar, sering hilang
dengan
makanan
dan
meningkat
dengan
Penurunan
Perdarahan
merokok
dan
stres
berat
sebagai
hematemesis
emosi.
badan
dan
melena
bila
berat
3. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam perawatan dirumah sakit
4. Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan,
pemeriksaan
diagnostik,
dan
tindakan
perawatan
diri
preventif
5. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkanstres dan persepsi
tentang
B.
dampak
penyakit
pada
DIAGNOSA
gaya
hidup
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut /kronis b/d peningkatan lesi skunder terhadap peningkatan sekresi gastik
2. Resiko peningkatan inefektif regimen terapeutik yang b/d kurang pengetahuan tentang
proses penyakit, kontra indikasi, tanda dan gejala, komplikasi, dan program pengobatan
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa tidak nyaman setelah makan ,
anoreksia,
mual,
C.
muntah
RENCANA
Dx/
KEPERAWATAN
Kep.
1.
Kriteria
1.
klien
Melaporkan
gejala
akan
ketidaknyamanan
dengan
segera
Intervensi
1.
Jelaskan
hubungan
2.
Berikan
antasida,
antara
sekresi
antikolinergik,
asam
hidroklorit
sukralfat,
bloker
dan
H2
awitan
sesuai
nyeri
pesanan
3. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan istirahat dan rileks
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi subtansi pengiritasi misalnya makanan gorengan,
pedas,
kopi
5.
Ajarkan
tehnik
6.
Nasehati
klien
diversional
untuk
untuk
reduksi
menghindari
stres
merokok
dan
dan
penghilang
penggunaan
nyeri
alkohol
7. Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang mengandungkafein, bila ada
indikasi
8. Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisal kecuali bila dianjurkan dokter
9. Ajarkan klien tentang pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan saat tidak nyeri
sekalipun
Dx/
Kep.
2.
untuk
tingkat
pengetahuan
klien
dan
keluarga
2. Jelasskan perilaku yang dapat diubah atau dihilangkan untuk mengurangi resiko
kekambuhan:
a.
penggunaan
b.
masukan
c.
makanan
dan
d.
jumlah
besar
3.
Jika
klien
dipulangkan
tembakau,
alkohol
minuman
yang
produk
yang
dengan
terapi
antasid,
berlebihan,
mengandung
mengandung
ajarkan
hal-hal
kafein,
susu.
berikut:
a. kunyah tablet dengan baik dan minum segelas air, untuk meningkatkan absorbsi
b. minum antasid 1 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan lambung
c. berbaring selama 1/2 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan lambung
d. Hindari antasid tinggi natrium ( misal: gelusil, amphojel, mylanta ), masukan natrium
berlebuhan
4.
memperberat
Diskusikan
rettensi
tentang
cairan
pengobatan
dan
lanjut
meningkatkan
bahkan
saat
takanan
tidak
ada
darah
gejala
5. Instruksikan klien dan keluarga untuk memperhatikan dan melaporkan gejala ini :
Feces
merah
Muntahan
berdarah
Nyeri
hitam
/
hitam
epigastrik
Nyeri
abdomen
menetap
berat
dan
tiba-tiba
Konstipasi
Mual
dan
Penurunan
berat
muntah
badan
yang
menetap
tidak
jelas
sebabnya
6. Rujuk ke sumber komunitas, bila ada indikasi( misal : program penghentian merokok,
minum
alkohol,
penatalaksanaan
Dx/
stres)
Kep.
Kriteria:
mempertahankan
3.
masukan
makanan
yang
adekuat
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi pasien: diit, pola makan, makanan yang dapat menjadi pencetus rasa
nyeri
2.
Kaji
3.
riwayat
pengobatan
Pantau
4.
tanda-tanda
Pantau
5.
Berikan
7.
Pantau
DAFTAR
aspirin,
vital
diit
keefektifan
kecil
efek
jam
haluaran
tampa
jumlah
/
vasopresin
dan
lingkungan
dalam
steroid,
/
masukan
Pertahankan
6.
pasien:
stres
dan
sering
samping
obat
PUSTAKA
Darmojo R.B, Martono H, (2000), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI,
Jakarta
Price SA, Lorraine M, (1995), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku
1,
Edisi
IV,
EGC,
Jakarta
Jakarta
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC,
Jakarta
FKUI,
(2000),
Kumpulan
Makalah
Pelatihan
Askep
Keluarga,
Jakarta
Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC,
Jakarta
Engram B, (2000), Rencana askep medikal bedah, Edisi 1, EGC, Jakarta
Tuker SM et al, (1992),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta
Suparman dkk, (1990), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta