Anda di halaman 1dari 26

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gastritis

1. ANATOMI FISIOLOGI LAMBUNG (GASTER)


Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai.
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
Kardia.
Fundus.
Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :

Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.

Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.Prekursor

pepsin

(enzim

yang

memecahkan

protein

2. PENGERTIAN GASTRITIS
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut

kronik, difus atau local


(Soepaman, 1998).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan
inflamasi mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.
3. ETIOLOGI
a. Gastritis Akut
Merupakan inflamasi akut dari dinding lambung, biasanya terbatas pada
mukosanya saja.
i. Gastritis eksogen akut, disebabkan faktur dari luar yang terdiri dari beberapa
bagian:
Gastritis eksogen akut yang simple, disebabkan oleh :
~ Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung, seperti
rempah-rempah, alcohol dan sebagainya.
~ Obat-obatan seperti, digitalis, iodium, SF, kortison, dsb.
Gastritis akute korosiva, disebabkan oleh:
~ Obat-obatan seperti : Analgetik, Anti inflamasi, antibiotik dsb.
~ Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosif, bahan alkali yang kuat seperti,
soda, kaustik, (non-hydroxide) korosif sublimat.
ii. Gastritis endogen akut, disebabkan kelainan dalam tubuh yang terdiri dalam
beberapa bagian :
1. Gastritis infektiosa akut, disebabkan oleh toxin atau bakteri yang beredar

dalam darah dan masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri , variola dsb.
2. Gastritis egmonos akute, di sebabkan oleh invasi langsung dari bakteri pirogen
pada dinding lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus dsb.
b. Gastritis Kronis
Merupakan suatu inflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama pada permukaan
mukosa lambung, penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga
disebabkan oleh :
1.Bakteri, infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi
kronis.
2.Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan
gastritis.
3.Alkohol dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung.
4.Faktor, psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.
4. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam
lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung
kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion
hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung
yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim pencernaan.
Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel
dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti
perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.Spasme
lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter esophagus
sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa
lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah. Sehingga
kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis maupun melena.

PATHWAY GASTRITIS

5. MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)


a. Gastritis Akut
i. Gastritis Akute Eksogen Simple :
~ Nyeri epigastrik mendadak.
~ Nausea yang di susul dengan vomitus.

~ Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai panas
serta tachicardi.
~ Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
ii. Gastritis Akute Eksogen Korosiva :
~ Pasien kolaps dengan kulit yang dingin.
~ Tachicardi dan sianosis.
~ Perasaan seperti terbakar, pada epigastrium.
~ Nyeri hebat / kolik.
iii. Gastritis Infeksiosa Akute :
~ Anoreksia
~ Perasaan tertekan pada epigastrium.
~ Vumitus.
~ Hematemisis
iv. Gastritis Hegmonos Akute :
~ Nyeri hebat mendadak di epigastrium. ~ Neusia.
~ Rasa tegang pada epigastrium. ~ Vomitus.
~ Panas tinggi dan lemas ~ Tachipneu.
~ Lidah kering sedikit ekterik. ~ Tachicardi
~ Sianosis pada ektremitas. ~ Diare.
~ Abdomen lembek. ~ leukositosis
2. Gastritis Kronis
a. Gastritis Superfisialis
~ Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
~ Penurunan BB.
~ Kembung / rasa penuh pada epigastrium.

~ Nousea.
~ Rasa perih sebelun dan sesudah makan.
~ Terasa pusing.
~ Vomitus.
b. Gastritis Atropikan
~ Rasa tertekan pada epigastrium. ~ Anorexia.
~ Rasa penuh pada perut. ~ Nousea.
~ Keluar angin pada mulut. ~ Vumitus.
~ Mudah tersinggung. ~ Gelisah.
~ Mulut dan tenggorokan terasa kering.
c. Gastritis Hypertropik Kronik
~ Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
~ Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
~ Kadang disertai melena.
6. KOMPLIKASI
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
menelan, dapat berakhir sebagai syak hemoragik. Khusus untuk perdarahan
SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan
hamper sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi
Helicobakter pytori, sebesar 100% pada hikak duodenum dan 60-90% pada tikak
lambung.

Diagnosis

pasti

dapat

di

tegakkan

dengan

a. Gastritis Akute
- Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian.
- Ulkus pada lambung.
- Perforasi lambung.
b. Gastritis Kronis

endoskopi.

- Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi
anemia pernisiosa.
- Gangguan penyerapan zat besi.
- Penyempitan daearah fillorus.
- Kanker lambung.
7. PROGNOSIS
Infeksi lambung pada umumnya mempunyai prognosis ysng baik, gastritis akut
dan Kronik tidak ada yang mati, kematian di jumpai pada waktu perdarahan yang
berat shock yang tidak teratasi, efus, lambung yang berat dan infeksi, Kematian
dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan rumah sakit
yang kurang baik dan bersih, kematian terjadi pada kasus berat yaitu muncul pada
komplikasi sistem saraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah dan organ lain.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah lengkap. f. Faeces
b.Gastroscopy g. Biosi dan sitologi
c. Nasogastrik aspiration. h. Endoscopy
d. Angiografie visualization i. Double-contrast
e. Semin-gastrin
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Gastritis Akut
i. Gastritis Eksogen Akute Simple
~ Fase akute, istirahat total 1-2 hari.
~ Hari I sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah berkurang,
coba berikan teh hangat dan air minum.
~ Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah
banyak muntah.
~ Hari ketiga boleh makan bubur dan bisa makan lembek lainnya.

~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian cairan.
2. Antimentek untuk mengurangi muntah ~ Sotatik.
3. Anti spasmodik untuk memperbaiki spasme otot.
ii. Gastritis Infektiosa Akute
~ Pengaturan diet.
~ Beri makanan lembek dan tidak merangsang mual dan muntah.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian antibiotik untuk penanganan factor penyebab.
2. Pembrian anti spasmodik.
iii. Gastritis Hegmonos Akute.
~ Pengaturan diet.
~ Pada abses lokal perlu dilakukan drainase.
~ Pada pasien dengan hegmonos dispus perlu gastriktomy.
~ Kolaborasi medik :
1. Antibiotik untuk penanganan faktor penyebab.
b. Gastritis Kronis
i. Gastritis Superfisialis.
~ Istirahat yang cukup.
~ Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan
perdarahan sedikit.
~ Makanan lembek untuk yang tidak terjadi perdarahan.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian anti spasmodic.
ii. Gastritis Atropikan.

~ Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mnecegah terjadinya neusea dan


vumitus.
~ Beri makanan lembek dan porsi kecil tapi sering.
~ Kolaborasi medik :
1. Pemberian anti spasmodik.
2. Beri ekstrak hati, Vit. B12, dan zat besi.
iii. Gastritis Hypertropikan.
~ Istirahat yang cukup.
~ Hindari merokok.
~ Beri makanan cair dan lembek.
~ Kolaborasi medik :
1. Anti spasmodik.
2. Anti perdarahan k/p.
10. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan / kelelahan.
Tanda : Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ).
2. Sirkulasi
Gejala : Hipotensi.
Takhikardi. Disritmia.
Kelemahan nadi / perifer
Pengisian kapiler lambat.
Warna kulit pucat, sianosis.
Kelembaban kulit, berkeringat.

3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress akut / psikologi.
Perasaan tidak berdaya.
Tanda : Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat.
Perhatian menyempit.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.
Tanda : Nyeri tekan abdomen.
Distensi abdomen. Peningkatan bunyi usus.
Karakteristik feses ; diare dan konstipasi.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Anorexia, mual, dan muntah, cegukan.
Tidak toleran terhadap makanan.
Tanda : Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.
6. Neorosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.
Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk, disorientasi,
bingung.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih
Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan & hilang
setelah minum obat antasida.
Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-2
jam setelah makan ( ulkus peptik ).
Nyeri epigastrium kanan 4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi
antasida ( ulkus doudenum ).

Faktor pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu.


Stress psikologis.
8. Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat.
Tanda : Peningkatan suhu.
1. Faktor

predisposisi

dan

presipitasi

Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid,


obat

analgetik,

anti

inflamasi,

cuka

atau

lada.

Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok,


penggunaan obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta
gaya hidup seperti kurang istirahat.
2. Test dignostik

Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya


berdarah dan letaknya tersebar.

Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena


erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.

Pemeriksaan radiology.

Pemeriksaan laboratorium.

Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL,


sekresi HCL menurun pada klien dengan gastritis kronik.

Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000


Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah merupakan anemia
megalostatik.

Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan


albumin.

Gastroscopy.
Untuk

mengetahui

permukaan

mukosa

(perubahan)

mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan


untuk biopsy
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL PADA
PASIEN GASTRITIS
1. Perubahan kenyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa
gaster
Tujuan jangka pendek : Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang.
Tujuan jangka panjang : Tidak terjadi iritasi berlanjut.
Rencana Tindakan.
1. Puasakan pasien pada 6 jam pertama.
2. Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum yang hangat.
3. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
4. Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya, ( skala 0-10 ),
serta perubahan karakteristik nyeri.
Rasionalisasi.
1. Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung.
2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat etelah periode
puasa.
3. Dapat menyebabkan distres pada bermacam-macam individu / dispepsia.
4. Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit /
terjadinya komplikasi.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Anorexia.
Tujuan jangka pendek : Pemasukan nutrisi yang adekuat.
Tujuan jangka panjang : Mempertahankan BB tetap seimbang.
Rencana Tindakan
1. Buat program kebutuhan nutrisi harian & standar BB minimum.

2. Berikan perawatan mulut sebelum & sesudah makan.


3. Monitor aktivitas fisik dan catat tingkat aktivitas tersebut.
4. Hindari makanan yang menimbulkan gas.
5.

Sediakan

makanan

dengan

ventilasi

yang

baik,

lingkungan

yang

menyenangkan, dengan situasi yang tidak terburu-buru.


Rasionalisasi
1. Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
2. Memberikan rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi rasa mual.
3. Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan juga untuk
mengontrol tingkat pembakaran kalori.
4. Dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi masukan
nutrisi.
5. Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan lebih kondusif
untuk makan.
3. Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan jangka pendek : Pasien dapat mendiskusikan permasalahan yang
dihadapinya.
Tujuan jangka panjang: Pasien dapat memecahkan masalah dengan menggunakan
sumber yang efektif.
Rencana Tindakan
1. Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing.
2. Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung.
3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik.
4. Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.
5. Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan imaginasi.
6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif.

Rasionalisasi
1. Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.
2. Indikator derajat ansietas.
3. Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan
dan menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.
4. Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat
meningkatkan ketrampilan koping.
5. Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.
6. Perilaku yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima ansietas,
meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan keyakinan.
12. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan
pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari Lyer,
et.al, 1996)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
(Gaffar, 1999 ; 65)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Nursalam, 2001 ; 63).


Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi.
a. Fase persiapan, meliputi:
1) Review tindakan keperawatan
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5) Persiapan lingkungan yang kondusif
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b. Fase intervensi:
1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau
perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2) Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim
kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).
3) Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana
tindakan medis dilaksanakan.
c. Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
1) Sources Oriented Records (SOR)
2) Problem Oriented Records (POR)
3) Computer Assisted Records (CAR)
(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)
Adapun kriteria yang diharapkan pada implementasi penyakit Gastritis adalah:
1. Memberitahukan kepada pasien untuk melakukan persiapan puasa pada 6 jam

pertama.
2. Mengidentifikasi dan membatasi makanan yang dapat menimbulkan ketidak
nyamanan.
3. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
4. Penkes kepada pasien mengenai therafi yang diberikan dan indikasi dari
pemberian obat - obatan .
5. Menyarankan untuk istirahat sebelum makan.
6. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.
7. Memberi penjelasan tentang pentingnya makanan sehingga tidak terjadi keragu
raguan terhadap makanan yang dapat menyebabkan eksaserbarsi gejala
8. Memantau respon fisiologis untuk mengindari terjadi masalah.
9. Membuat catatan perilaku seperti gelisah, mudah marah danmmudah
tersinggung.
10. Menciptakan hubungan saling percaya dengan sering melakukan komunikasi
yang terafiutik.
11. Membantu pasien melakukan latihan nafas dalam.
13. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari
Ignatavicius & Bayne, 1994).
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik
pada status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith dan
Christensen, 1986)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini
bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan

respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat


dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan).
(Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a. Proses (Formatif)
Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan perawatan klien.
(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
( Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi penyakit Gastritis adalah:
1. Gangguan rasa nyeri berkurang.

2. Tidak terjadi iritasi berlanjut.


3. Kebutuhan nutrisi teratatasi.
4. Tidak terjadi penurunan berat badan.
5. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya.
6. Klien mampu memecahkan masalah dengan menggunakan sumber yang
efekrif.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hadi, Sujono. (1999). Gastroentrologi. Jakarta : Penerbit Alumni.
Inayah. Lin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien denagn gangguan sistem
Masjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit,
edisi 4, Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Underwood, J. C. E. (1996). Patologi Umum dan Sitemik, edisi 2. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi

NIC

dan

Kriteria

Hasil

NOC.

Jakarta

EGChttp://www.indofarma.co.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=27&Itemid=125

LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS
1.

Pengertian

Gastritis bersal dari dua kata yaitu gaster yang berarti lambung, dan it is berarti
peradangan atau pembengkakan. Gastritis adalah suatu inflamasi yang terjadi didaerah
mukosa lambung yang disebabkan oleh kuman-kuman, diman bisa terjadi secara akut dan
kronis.
Secara

klinis

gastritis

a.

terbagi

atas

Gastritis

akut

Inflamasi akut dari dinding lambung yang biasannya terbatas pada bagian mukosa saja.
Terjaddi

atas

gastritis

atas,

gastritis

b.

ekssogen

da

endogen

Gastritis

akut.
kronis

Inflamasi kronis pada dinding lambung yang bisa bagia n mukosa saja atas ssudah
penetrasi kelapisan sub mukosa lambung yang kaya akan pembuluh darah. Gastritis
kronis

terjadi

kare

na

gastritis

akut

yang

2.

tidak

tertangani.
Etiologi

Makanan minuman yang dapat mersak mukosa lambung, banyak mengkumsumsi


alkohol, penggunaan obat-obatan seperti yudium, kafein. Infeksi bakjteri terutama
sreptococcus, stapylococcus, serta bahan kimia dan minuman yanag bersifat korosif
seperti asam pekat dan soda kausatif. Makanan dan minuman yang terlalu asam, pedas,
panas, berle mak juga dapat menyebabkan gastritis. Terlalu banyak berpikir atau stres
dapat

meningkatkan

asam

3.

lambung.
Patofisiologi

Pada gaster yang terjadi peradangan pada lapisan mokusa terjadi kemeraha , edema dan
meradang, biasanya peradangan ini terbatas pada mukosanya saja. Apabilaa sering
mengkonsumsi bahan-bahan yang bersifat iritasi, maka dapat menyebabkan perdarahan
mukosa lambung juga dapat menimbulkan kerak yang disertai reaksi inflamasi. Jika hal
ini terus berlanjut, maka akn terjadi peningkatan sekresi asam lambung serta dapat
meningkatkan jumlah asam lambung.Keadaan demikian dapat menyebabkan iritasi yang
lebih parah pada mukosa lambung akibat hiper sekresi dari asam lambung.
4.

Manifestasi

Klinik

a.

Gastritis

akut

Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri dapat timbul kembali
bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat, gelisah, sakit perut dan mungkin

disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi, sianosis, persaan seperti terbakar pada
epigastrium,

kejng-kejng

b.

dan

lemah.

gastritis

kronis

tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai dengan penurunan berat
badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus peptikum dan dapat terjdi aklohidrasi,
kadar

gastrium

5.

serum

tinggi.

Pemeriksaan

Penunjang

1.

Foto

lambung

2.

Foto

Rontgen

3.

Gastrokopi

4.

Endoskopi

5.

Biopsi

Mukosa

6.

Analisa

lambung

7.

Penatalaksanaan
Selama

masa

Mengatur

akut;

istirahat

diet;

Mengganti

lembek

cairan

Beri

analgetik

gangguan

kaji

status
Kaji

dan

nyaman:

nyeri

Skala,

penyebab

pedas
intravena
psimpesan

anti

inflamasi

D5

Intervensi
nyeri

hari

melalui

dan

dab

rasa

tidak

infus;

Diagnosa

a.

antimetik;

Terapi

8.

tubuh

Beri

Medis

s.d

Keperawatan

peradangan

intensitas,
nyeri

frekuensi,
:

pada

gaster

durasi

nyeri

area

nyeri

Anjurkan Px menari napas dalam dan menggunakan tekhnik relaksasi lain


Anjurkan Px untuk tidak mrngkunsumsi makana pedas dan mengandung gas serta
minuman

yang

sifatnya

Beri
Beri

oversidosis

analgetik

Asetaminofen

karena
Beri

ada

SOD
efek

tidur
antasit


b.

Beri
gangguan

pemenuhan

Berikan

Anjurkan

Pertahankan

makan
Px
puasa

Kolaborasi

dalam

makan

dengan
regulasi

Berikan

kompres

jumlah

sedikit

selama

Gangguan

d.d

mual

dan

muntah

masa

akut

suhu
dingin

dan

sedikit

kurang

untuk

s.d

muntahan

kecil

demi

Dokter

cukup

kering

namun

sering

lebih

beberapa

pemberian

Proses
pada

peradangan
prontal

Anjurkan

Berikan
Kurang

lambung

dan

axila

Kaji

yang

pakaian

tingkat

tentang

pengetahuan

Observasi
Berikan

TTV

minum

pengetahuan

banyak

yang

tipis

proses

penyakitnya

tentang

tingkat

proses

penyakitnya

kecemasan

kesempatan

8.

jam

antiemetik

Observasi

Anorexia

karakteristik

cair

c.

d.

s.d

Observasi

nutrisi

anticholirgik

Px

Px

untuk

bertanya

Daftar

Pustaka

Doengos, M.E,dkk,1999Rencana Asuhan KeperawatanPedoman Untuk Perencanaan dan


Pedokomentasian

Perawatan

Pasien.Edisi

III,

Jakarta

EGC

Mansjoer,A,dkk,1999 Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III, Jakarta : Media


Aeskulapius
ASUHAN

FKUI
KEPERAWATAN

PASIEN

A.

GASTRITIS

PADA

LANSIA

PENGERTIAN

Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.(Mizieviez).
B.
1.

ETIOLOGI
Faktor

imunologi

2.

Faktor

bakteriologi

3. Faktor lain seperti : NSAID ( aspirin ), merokok, alkohol, kafein, stres/ ansietas, refluk
usus-lambung,

bahan

C.

PATWAYS

DAN

F.

imunologi

F.

Infiltrasi

asam

Faktor
sel

sel

sel

epitel

parietal

klorida,

KEPERAWATAN

Bakteriologik
-

progresif

Kehilangan
Produksi

DIAGNOSA

sel

Atropi

kimia

Dinding

radang

kelenjar
dan

pepsi

dan

faktor

mukosa

chief

sel

intrinsik

menurun

lambung

menipis

Mukosa

rata

Kerusakan
Nyeri
Perub.

lain

mukosa
ulu

hati

Mual,

Kenyamanan

Nyeri

asam
muntah,

anoreksia

Resiko

Kurang
nutrisi

dari

D.

lambung

kebutuhan

TANDA

penget.
kurang
tubuh

DAN

GEJALA

Nyeri epigastrium yang tidak hebat, nyeri tekan pada epigastrium, mual, muntah
anoreksia,

muntah

E.

darah

bila

PEMERIKSAAN

berat.
PENUNJANG

1.

Endoskopi

2.

Biopsi

mukosa

lambung

3.

Analisa

cairan

lambung

4.

Pemeriksaan

5.

Radiologi

6.
7.

Kadar

Hb,
Feces

barium
abdomen

Ht,

Pepsinogen
bila

darah
melena

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GASTRITIS DI RUMAH


SAKIT
A.

PENGKAJIAN

1.

Riwayat

Riwayat

garis

Penggunaan

kronis

atau

adanya

perama

keluarga

obat

yang

faktor

resiko

tentang

mengiritasi

gastritis

mukosa

lambung

Perokok

berat

Pemajanan

pada

stres

2.

emosi

kronis

Pengkajian

fisik

Nyeri epigastrik. Nyeri terjadi 2 3 setelah makan dan sering disertai dengan mual dan
muntah. Nyeri sering digambarkan sebagai tumpul, sakit, atau rasa terbakar, sering hilang
dengan

makanan

dan

meningkat

dengan

Penurunan
Perdarahan

merokok

dan

stres

berat
sebagai

hematemesis

emosi.
badan

dan

melena

bila

berat

3. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam perawatan dirumah sakit
4. Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan,
pemeriksaan

diagnostik,

dan

tindakan

perawatan

diri

preventif

5. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkanstres dan persepsi
tentang
B.

dampak

penyakit

pada

DIAGNOSA

gaya

hidup

KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut /kronis b/d peningkatan lesi skunder terhadap peningkatan sekresi gastik
2. Resiko peningkatan inefektif regimen terapeutik yang b/d kurang pengetahuan tentang
proses penyakit, kontra indikasi, tanda dan gejala, komplikasi, dan program pengobatan
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa tidak nyaman setelah makan ,
anoreksia,

mual,

C.

muntah

RENCANA
Dx/

KEPERAWATAN
Kep.

1.

Kriteria

1.

klien

Melaporkan

gejala

akan

ketidaknyamanan

dengan

segera

2. Mengungkapkan peningkatan rasa nyaman dalam respon terhadap rencana pengobatan

Intervensi

1.

Jelaskan

hubungan

2.

Berikan

antasida,

antara

sekresi

antikolinergik,

asam

hidroklorit

sukralfat,

bloker

dan
H2

awitan
sesuai

nyeri

pesanan

3. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan istirahat dan rileks
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi subtansi pengiritasi misalnya makanan gorengan,
pedas,

kopi

5.

Ajarkan

tehnik

6.

Nasehati

klien

diversional
untuk

untuk

reduksi

menghindari

stres

merokok

dan

dan

penghilang

penggunaan

nyeri
alkohol

7. Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang mengandungkafein, bila ada
indikasi
8. Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisal kecuali bila dianjurkan dokter
9. Ajarkan klien tentang pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan saat tidak nyeri
sekalipun

Dx/

Kep.

2.

Kriteria : Berkaitan dengan perencanaan pemulangan, rujuk pada rencana pemulangan


Intervensi:

1. Jelaskan patofisiologi penyakit gastritis menggunakan terminologi dan media yang


tepat

untuk

tingkat

pengetahuan

klien

dan

keluarga

2. Jelasskan perilaku yang dapat diubah atau dihilangkan untuk mengurangi resiko
kekambuhan:
a.

penggunaan

b.

masukan

c.

makanan

dan

d.

jumlah

besar

3.

Jika

klien

dipulangkan

tembakau,
alkohol

minuman

yang

produk

yang

dengan

terapi

antasid,

berlebihan,
mengandung
mengandung
ajarkan

hal-hal

kafein,
susu.
berikut:

a. kunyah tablet dengan baik dan minum segelas air, untuk meningkatkan absorbsi
b. minum antasid 1 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan lambung
c. berbaring selama 1/2 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan lambung
d. Hindari antasid tinggi natrium ( misal: gelusil, amphojel, mylanta ), masukan natrium
berlebuhan
4.

memperberat

Diskusikan

rettensi

tentang

cairan

pengobatan

dan

lanjut

meningkatkan

bahkan

saat

takanan

tidak

ada

darah
gejala

5. Instruksikan klien dan keluarga untuk memperhatikan dan melaporkan gejala ini :
Feces

merah

Muntahan

berdarah

Nyeri

hitam
/

hitam

epigastrik

Nyeri

abdomen

menetap

berat

dan

tiba-tiba

Konstipasi
Mual

dan

Penurunan

berat

muntah

badan

yang

menetap

tidak

jelas

sebabnya

6. Rujuk ke sumber komunitas, bila ada indikasi( misal : program penghentian merokok,
minum

alkohol,

penatalaksanaan

Dx/

stres)

Kep.

Kriteria:

mempertahankan

3.

masukan

makanan

yang

adekuat

Intervensi:
1. Kaji status nutrisi pasien: diit, pola makan, makanan yang dapat menjadi pencetus rasa
nyeri
2.

Kaji

3.

riwayat

pengobatan

Pantau

4.

tanda-tanda

Pantau

5.

Berikan

7.

Pantau

DAFTAR

aspirin,

vital

diit

keefektifan

kecil
efek

jam
haluaran

tampa

jumlah
/

vasopresin

dan

lingkungan
dalam

steroid,
/

masukan

Pertahankan

6.

pasien:

stres
dan

sering

samping

obat
PUSTAKA

Darmojo R.B, Martono H, (2000), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI,
Jakarta
Price SA, Lorraine M, (1995), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku
1,

Edisi

IV,

EGC,

Jakarta

Mansjoer a,dkk,(1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media Euskulapius


FKUI,

Jakarta

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC,
Jakarta
FKUI,

(2000),

Kumpulan

Makalah

Pelatihan

Askep

Keluarga,

Jakarta

Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC,
Jakarta
Engram B, (2000), Rencana askep medikal bedah, Edisi 1, EGC, Jakarta
Tuker SM et al, (1992),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta
Suparman dkk, (1990), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai