Anda di halaman 1dari 4

TOR

PENGUATAN RISK COMMUNICATION DALAM RANGKA IMPLEMENTASI IHR DIPINTU


MASUK NEGARA (PLBN)
KELUARAN (OUTPUT) KEGIATAN TA 2014
Kementerian Negara/Lembaga
Unit Eselon I/ Ii
Program
Hasil/Outcome

Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan


Jenis Keluaran (output)
Volume Keluaran (output)
Satuan Ukuran Keluaran (output)

Kementerian kesehatan RI
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
Pembinaan Surveilans, Imunisasi, Karantina
dan Kesehatan Matra
Terbentuknya Sistem Jejaring Kerja dalam
rangka Risk Communication untuk Pencegahan
PHEIC di Pos Lintas Batas Darat Negara
Pertemuan Lintas Sektor, Lintas Program dan
regional dalam rangka membentuk jejaring Risk
Communication di Pos Lintas Darat Negara
% Kasus potensial PHEIC yang terdeteksi di
Pos Lintas Batas Darat
Laporan
2 Kegiatan
2 laporan

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
a. International Health Regulation Tahun 2005
b. Undang-Undang nomor 4 tahun 1984 tentang wabah
c. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 612 tahun 2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Karantina Kesehatan Pada Penanggulangan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang meresahkan dunia
d. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 2348 tahun 2013 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
2. Gambaran Umum
PLBD Entikong sebagai Port Of Entry Kalimantan Barat-Indonesia. Sesuai dengan
Permenkes nomor 2348 tahun 2011 bahwa PLBD Entikong merupakan salah satu
wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Pontianak. Oleh karena
itu KKP sebagai Miniatur Kementerian Kesehatan harus mampu mengantisipasi
perubahan paradigma tentang ancaman terhadap kesehatan masyarakat tingkat
nasional maupun global. Menghadapi ancaman terhadap kesehatan masyarakat
pada saat ini dan dimasa mendatang bukan hanya penyakit karantina ( Pes, Kolera
dan Yellow Fever ) sebagaimana dalam IHR 1969 , tetapi ancaman tersebut ternyata
jauh lebih luas yaitu penyakit menular yang sudah ada, baru dan yang muncul
kembali dan oleh penyakit tidak menular (contoh: bahan radio-nuklear dan bahan
kimia) serta oleh suatu kejadian yang menimbulkan dampak kesehatan masyarakat.
Dalam pertemuan Majelis Kesehatan Dunia tahun 2005 telah merekomendasikan
untuk merevisi IHR 1969. Rekomendasi tersebut ditindaklanjuti oleh WHO dengan
merevisi IHR 1969 menjadi IHR revisi 2005. Tujuan IHR 2005 adalah Mencegah,
melindungi terhadap dan menanggulangi penyebaran penyakit antar negara tanpa
pembatasan perjalanan dan perdagangan yang tidak perlu. Setiap negara harus
mampu mendeteksi secara dini sejak dimasyarakat dan mampu segera merespon
semua kejadian yang berpotensi PHEIC tersebut, disamping itu pada pintu masuk
harus mampu mengatasi penyebaran semua penyakit/kejadian yang berpotensi
PHEIC.
Penanggulangan PHEIC kemungkinan besar memerlukan respon cepat yang
koordinasi dan kerjasama secara internasional . Oleh karena itu dalam IHR 2005
antara lain menyebutkan bahwa setiap Negara anggota diharapkan melaporkan
setiap kejadian yang kemungkinan menjadi
Public Health Emergency of
International Concern ( PHEIC ) an extraordinary event which constitutes a public
health risk to other States through the international spread of disease and potentially
require a coordinated international response

Dalam waktu 5 tahun sejak diberlakukan IHR 2005 ( 15 Juni 2007 ) kemampuan tsb
(disyaratkan dalam IHR 2005 lamp. 1 ) harus sudah terpenuhi kemampuan utama
sebagaimana yang dimaksud dalam IHR lampiran 1. Secara singkat kemampuan
yang dimaksud dalam lampiran 1 ialah Setiap Negara anggota harus mempunyai
kemampuan Deteksi Dini & Respon cepat
terhadap semua kejadian yang
berpotensi menimbulkan PHEIC yang dimulai dari puskesmas/ masyarakat sampai
tingkat pusat.
Perangkat untuk detect dan respon secara nasional salah satunya adalah Risk
Communication. Perangkat tersebut hanya didapat jika semua instansi, stakeholder
terkait baik secara nasional, regional dan Internasional melakukan kerjasama dan
koordinasi secara optimal.

B. Penerima Manfaat
Masyarakat Kalimantan Barat dan negara bagian Serawak
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Metode Pelaksanaan
1.
Input
:
a. Draft Mechanisme untuk komunikasi risiko yang efektif pada saat
kedaruratan kesehatan masyarakat
b. Draft Kesiapsiagaan dan respon yang berfungsi ditingkat masyarakat.
a. Proses

: Pertemuan ke-1 dilakukan di lingkungan instansi, stakeholder


terkait wilayah PLBD Entikong, bila sudah ada SKB akan di
lanjutkan pada pertemuan ke 2 yang bersifat regional dengan
negara bagian serawak

Tahapan Kegiatan :
1) Tahapan persiapan
2) Penyediaan bahan
3) Pertemuan koordinasi
4) Penyusunan laporan
b. Output
1).

:
Terbentuknya Mechanisme untuk komunikasi risiko yang efektif pada
saat kedaruratan kesehatan masyarakat yang terdiri dari :

Structur org, rencana, peraturan dan prosedur yang tersedia untuk


memberikan informasi pada saat kejadian kesehatan masyarakat.

Strategi komunikasi yang transparan.

Informasi yang dimutakhirkan secara regular kepada media dan


masyarakat.

2). Terbentuknya Kesiapsiagaan dan respon yang berfungsi ditingkat


masyarakat.

Pesan dan materi penyuluhan yang tepat untuk masyarakat.

Mendengarkan dari mereka yang terkena atau terlibat.

2. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan


a. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans
Epidemiologi.

b. Penanggung Jawab Kegiatan


1) Penanggung jawab Program adalah Kepala KKP kelas II Pontianak
2) Penanggung jawab Teknis adalah Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan
surveilans Epidemiologi.

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran


Kegiatan ini rencana akan dilakukan pada bulan Mei dan Desember tahun 2014.
a. Matriks Pelaksanaan Kegiatan
Bulan di Tahun 2014
Uraian Kegiatan
1

10

11

12

Tahapan persiapan

Penyediaan bahan

Pertemuan koordinasi

Penyusunan Laporan

E. Biaya Yang Diperlukan


Biaya pelaksanaan Pertemuan penguatan Risk Communication adalah sebesar
Rp. 195.880.000,- (Seratus sembilan puluh lima delapan ratus delapan puluh
Rupiah) dibebankan pada DIPA KKP Kelas II Pontianak tahun 2014. Rincian biaya
tersebut disajikan dalam rencana anggaran biaya (RAB). (terlampir)

Mengetahui
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Pontianak

Pontianak, 08Juni 2013


Penanggung jawab
Kepala Seksi Pengendalian Karantina
Surveilans Epidemiologi

Sumarsinah, SKM, M.Epid


NIP 19610222 198503 2 001

Bibi Zarina, SKM, M.Kes


NIP 19732007 199202 2 001

Rencana Anggaran Biaya kegiatan Pertemuan Lintas Sektor, Lintas Program dan regional
dalam rangka membentuk jejaring Risk Communication di Pos Lintas Darat Negara
1. Belanja Bahan
ATK 2 pt x 3.000.000
2. Belanja Bahan Non Operasional lainnya
Honor Narasumber (4 or x 2 jam x 2 klx 700.000)
3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota
Paket Meeting Fullday (40 OR x 2 kl x 3 hr x 300.000)
Uang Saku Peserta (36 OR x 2 kl x 3 hr x95.000)
Transport lokal peserta (36 OR x 2 kl x 3 hr x110.000)
4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
Transport narasumber ( 2 OR x 2 kl x 2.750.000)
Taxi ( 2 OR x 2 kl x 270.000)
Penginapan (2 OR x 2 kl x 2 hr x 500.000)
Harian (2 OR x 2 kl x 3 hrx 400.000)
Induk ke wilker :
Transport ( 2 OR x 2 kl x 250.000)
Penginapan (2 OR x 2 kl x 2 hr x 500.000)
Harian (2 OR x 2 kl x 3 hrx 400.000)
Total

= 6.000.000
= 11.200.000
= 72.000.000
= 20.520.000
= 23.760.000
= 11.000.000
= 1.080.000
= 4.000.000
= 4.800.000
= 1.000.000
= 4.000.000
= 4.800.000
= 164.160.000

Anda mungkin juga menyukai