Anda di halaman 1dari 18

TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN

Jerome Bruner :BELAJAR


PENEMUAN
KELOMPOK II
Chindy O. Sibi
Christian Th Ngosa
Jayanto T
Krisyani Londo
Maria Serli Sabenan
Susi Sawotong
Sumarny W. Tingginehe
Mustika Malondo

KIMIA
FMIPA
UNIMA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dewasa mempunyai lebih dari 100 milyar neuron, yang satu sama
lain berhubungan secara spesifik dan rumit sehingga memungkinkan untuk
mengingat, melihat, belajar, berpikir, kesadaran dan lain-lain (Schatz 1992). Struktur
otak terbentuk sesuai dengan program yang secara biologis tersimpan dalam DNA,
dan organ tersebut baru bekerja setelah selesainya seluruh penataan yang rumit
tersebut.
Pada saat baru lahir, hampir seluruh neuron yang harus dimiliki sudah ada,
tapi berat otaknya hanya dari otak dewasa. Otak menjadi bertambah besar karena
pembesaran neuron, bertambahnya jumlah akson dan dendrit sesuai dengan
perkembangan hubungan antar sesamanya. Untuk menyempurnakan perkembangan
maka anak kecil harus diberi rangsangan melalui raba, speech (berbicara) dan images
(daya hayal) (Bloom 1988, Schatz 1992).
Menurut Bloom (1988) defenisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Secara praktis dan diasosiasikan
sebagai proses memperoleh informasi . Menurut Kupferman (1981) belajar adalah
proses dimana manusia dan binatang menyesuaikan tingkah lakunya sebagai hasil dari
pengalaman .
Memori ingatan adalah proses dimana informasi belajar disimpan dan dapat
dibaca kembali (dikeluarkan kembali). Ingatan atau memory tidaklah sesederhana
seperti ini. Memory adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus,
selalu diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita. Menurut Jerome Bruner
manusia mempunyai kapasitas dan kecendrungan untuk berubah karena menghadapi
kejadian yang umum. Ingatan mempunyai beberapa fase, yaitu waktunya sangat
singkat (extremely short term)/ingatan segera (immediate memory) (item hanya dapat
disimpan dalam beberapa detik). Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat
ditahan dalam beberapa menit), ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan
berlangsung beberapa jam sampai seumur hidup).
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar
akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga
tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh
pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami,
mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk
baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk
mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.

BAB II
PEMBAHASAN
Jerome Bruner :BELAJAR PENEMUAN
A. Bruner dan Teorinya
Jerome S.Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi
belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah ekletik. Penelitiannya yang
demikian banyak itu meliputi persepsi manusia,motivasi,belajar dan berpikir. Dalam
mempelajari manusia,ia menganggap manusia sebagai pemroses,pemikir,dan pencipta
informasi.
Buku Bruner tentang The Process of Education yang diterbitkan pada 1960
merupakan rangkuman hasil konfersi Woods Hole yang diadakan pada tahun
1959,suatu konfersi yang membawa banyak pengaruh pada pendidikan yang pada
umumnya dan pengajaran sains pada khususnya.
Bruner rupanya tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis. Hal
yang penting baginya ialah cara bagaimana orang memilih,mempertahankan,dan
menstranformasi informasi secara aktif,dan inilah menurut Bruner inti dalam belajar.
Oleh karena itu,Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan
manusia dengan informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah
memperoleh informasi yang diskret itu mencapai pemahaman yang memberikan
kemampuan kepadanya.
1. Empat Tema tentang Pendidikan
Dalam bukunya(Bruner,1960).Bruner mengemukakan empat tema pendidikan.
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Kurikulum
hendaknya mementingkan struktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan
struktur pengetahuan,kita menolong para siswauntuk melihat bagaimana faktafakta yang kelihatannya tidak memiliki hubungan,dapat dihubungkan satu dengan
yang lain,dan pada informasi yang telah mereka miliki.
Tema kedua ialah kesiapan belajar.Menurut Bruner (1966;29) kesiapan terdiri
atas penguasaan keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan
seseorang untuk mencapai keterampilan yang lebih tinggi. Kesiapan untuk
geometri Euclidian misalnya,dapat diperoleh dengan memberikan kesempatan
pada para siswa untuk membangun konstruksi-konstruksi yang makin kompleks
dengan menggunakan pologon-poligon.
Tema yang ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan
intuisi,yang dimaksudkan oleh Bruner(1960;13) adalah teknik-teknik intelektual
untuk sampai pada formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analistis
untuk mengetahui apakah formulasi iti merupakan kesimpulan yang sahih atau
tidak. Hal yang dikemukakan oleh Bruner ini ialah semacam educated guess yang
kerap kali digunakan oleh para ilmuwan,artis,dan orang-orang kreatif lainnya.

Tema keempat dan terakhir ialah tentang motivasi dan keinginan untuk belajar
dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Pengalaman-pengalaman pendidikan yang merangsang motivasi ialah pengalaman
di mana para siswa berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alamnya.
Menurut Bruner,pengalaman belajar semacam ini dapat dicontohkan oleh
pengalaman belajar penemuan yang intuitif dan implikasi asumsi ini akan dibahas
dalam bagian-bagian yang akan datang.
2. Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi
(Rossser,1984).Asumsi pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan suatu
proses interaktif.Berlawanan dengan para penganut teori perilaku,Bruner yakin
bahwa orang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif; perubahan
tidak hanya akan terjadi di lingkungan,tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi
kedua ialah orang mengonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan
informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan atau yang diperoleh
sebelumnya - suatu model alam menurut dia. Model Bruner ini sangat mendekati
struktur kognitif Ausubel. Setiap model seseorang yang khas bagi dirinya.
Dengan menghadapi berbagai aspek pada likngkungan kita,kita akan membentuk
suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal
tertentu atau membangun suatu hubungan di antara hal-hal yang telah kita
ketahui.Dengan model ini kita dapat menyusun hipotesis untuk memasukkan
pengetahuan baru ke dalam struktur-struktur kita dengan memperluas strukturstruktur itu,atau dengan mengembangkan struktur satau subsstruktur baru dengan
mengembangkan harapan-harapan tentang apa yang akan terjadi.
Kemampuan yang mewakili sebagian dari model alami kita tidak asing lagi.
Ditunjukkan dalam gambar 7.1 .
Gambar ini merupakan bagian dari model alam yang kita miliki Anggaplah
suatu benda yang tidak kita kenal terdapat dalam lingkungan kita.Karena sifat
ingin tahu kita,kita ingin memasukkan benda ini ke dalam struktur kognitif kita.
Ketika kita melihat benda itu,ternyata ia bergerak. Salah satu hipotesis yang
mungkin ialah bila suatu organisme bergerak,organisme itu adalah hewan.
Dalam model kita tentang alam ini,kita telah mempunyai beberapa ciri tentang
hewan.jadi kita dapat mengecek ciri-ciri yang lain pada benda itu untuk melihat
apakah hipotesis kita betul atau tidak. Jika benda itu memiliki pula ciri-ciri lain
hewan,benda itu kita masukkan ke dalam kategori hewan dan bukan ke dalam
kategori tumbuhan.

Gambar 7.1 . Suatu Susunan Hierarki sebagai Bagian dari Struktur Kognitif.
Setelah mengamati lagi,kita mungkin menyimpulkan bahwa benda itu
mempunyai tulang belakang. Jadi kita dapat menggolongkan benda itu ke dalam
kategori yang lebih sempit ,yaitu vertebrata. Waktu mengembangkan model
kita,kita memberikan atribut-atribut tertentu pada setiap kategori. Dengan
mengecek atribut benda baru itu terhadap atribut kategori kategori yang telah
ditetapkan semula,akhirnya kita dapat menempatkan benda itu ke dalam kategori
kuda. Jika benda itu gagal untuk dimasukkan ke dalam klasifikasi-klasifikasi yang
lebih khusus tentang kuda (Appaloosa,Percheron,dan lain-lain),kita harus
menambahkan suatu kategori baru untuk menerimanya.
Menurut Bruner,dalam belajar hal-hal yang mempunyai kemiripan dihubungkan
menjadi suatu struktur yang memberikan arti pada hal-hal itu. Dalam proses
hidup-berinteraksi dengan lingkungan-orang mengembangkan model dalam atau
sistem koding untuk menyajikan alam sebagaimana yang diketahuinya.Kita dapat
membayangkan struktur ini sebagai suatu lemari map yang besar sekali dengan
banyak laci dan map dalam setiap lacinya. Manusia mempunyai kapasitas untuk
mengisi lemari ini dan menyimpan segala yang dimasukkan ke dalamnya selama
waktu yang lama. Jika kita gunakan Gambar 7.1,kita lihat bahwa lemari map itu
mungkin bernama makhluk hidup dan mempunyai laci-laci yang diberi nama
tumbuhan dan hewan. Setiap laci ini mempunyai beberapa map dan setiap map
mungkin dibagi lagi menjadi subbagian. Akan tetapi,jika ini yang terdapat dalam
sistem penyimpanan itu,struktur itu merupakan hal yang steril. Menurut
Bruner,keadaan yang sebenarnya ialah dalam sistem yang besar ini terdapat
banyak referensi silang yang saling menghubungkan map-map itu untuk
membentuk satu seri hubungan yang kompleks.Bila kita membaca kata kuda
misalnya,timbul banyak gagasan yang berbeda- suatu gambaran seekor kuda yang
khas,seekor kuda dalam sirkus,dalam cowboys,dalam pacuan kuda,dan lain-lain.
Pendekatan Bruner terhadap belajar dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan
kategorisasi . Bruner beraanggapan bahwa semua interaksi kita dengan alam
melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan bagi pengfusian manusia. Tanpa

kategori-kategori kita harus mempunyai satu laci dalam lemari map kita untuk
setiap objek ,benda,dan gagasan pengalaman kita. Kategori menyederhanakan
kekompleksan dalam lingkungan kita.
Karena sistem kategori kita,kita dapat mengenal objek-objek baru. Karena
objek-objek baru memiliki kemiripan dengan objek-objek yang telah ada dalam
sitem kode kita,kita dapat mengklasifikasikan dan memberikan ciri-ciri tertentu
pada benda atau gagasan baru. Dalam kenyataannya ,jika kita dihadapkan pada
suatu benda baru dan kita dapat mengategorisasikannya dengan cara-cara
tertentu,kita dapat menentukannya dan tidak dapat menempatkannya di dalam
sistem penyimpanan kita.
Selanjutnya yang penting menurut Bruner ialah kategori-kategori dapat
membawa kita ke tingkat yang lebih tinggi daripada informasi yang diberikan.
Kita menentukan objek-objek dengan mengasosiasikan objek itu dengan suatu
kelas. Bila kita mengklasifikasikan suatu objek,kita pengaruhi objek itu dengan
sekumpulan sifat,atribut krisis ,dan hubungan-hubungan. Kita melakukan hal ini
melalui infersi,menemukan lebih banyak daripada yang kita peroleh langsung dari
objek itu.
Ringkasnya,Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan
kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengodean. Berbagai kategori
saling berkaitan demikian rupa ,hingga setiap individu mempunyai model yang
unik tentang alam. Dlam model ini,belajar baru dapat terjadi dengan mengubah
model itu. Hal ini terjadi melalui pengubahan kategori-kategori,menghubungkan
kategori-kategori dengan suatu cara baru,atau dengan menambahkan kategorikategori baru.
3. Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung
hampir bersamaan. Ketiga proses itu ialah ;
1. Memperoleh informasi baru
2. Transformasi informasi dan
3. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner,1973)
Informasi baru dapat merupakan penghalusan informasi sebelumnya
yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat demikian rupa,hingga
berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Sebagai
contoh misalnya,seseorang setelah mempelajari bahwa darah itu beredar baru
ia belajar secara terperinci mengenai sitem peredaran atau sistem sirkulasi
darah. Demikian pula,setelah berpikir bahwa energi itu dibuang-buang atau
tidak dihemat, baru ia belajar tentang konservasi energi.
Dalam transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan
agar cocok atau sesuai dengan tugas baru. Jadi,tranformasi menyangkut cara
kita memperlakukan pengetahuan,apakah dengan cara ekstrapolasi atau
dengan mengubah menjadi bentuk lain. Kita menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan itu
cocok dengan tugas yang ada.

Bruner menyebut pandanganya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif


sebagai konseptual instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua
prinsip,yaitu;
1. Pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model-model
tentang kenyataan yang dibangunnya;dan
2. Model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan
seseorang,kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi
orang yang bersangkutan.
Presepsi seseorang tentang suatu peristiwa merupakan suatu proses
konstruktif. Dalam proses ini orang itu menyusun suatu hipotesis dengan
menghubungkan data indaranya pada model yang telah disusunnyatentang
alam,lalu menguji hipotesisnya terhadap sifat-sifat tambahan dari peristiwa
itu. Jadi seorang pengamat itu tidak dipandang sebagai organisme reaktif
yang pasif,tetapi sebagai seseorang yang memilih informasi secara aktif dan
membentuk hipotesis perseptual.
Menurut Bruner, pendewasaan pertumbuhan intelektual atau
pertumbuhan kognitif seseorang adalah sebagai berikut;
a. Pertumbuhan
intelektual
ditunjukkan
olej
bertambahnya
ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus . Dalam pertumbuhan
intelektualini ada kalanya kita lihat bahwa seorang anak
mempertahankan suatu respons dalam lingkungan stimulus yang
berubah-ubah. Atau belajar mengubah responsnya dalam lingkungan
stimulus yang tidak berubah. Jadi,melalui pertumbuhan seseorang
memperoleh kebebasan dari pengontrolan stimulus melalui prosesproses perantara yang mengubah stimulus sebelum respons.
b. Perumbuhan intelektual bergabtung pada bagaimana seorang
menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpanan
yang sesuai dengan lingkugan. Sistem inilah yang memungkinkan
peningkatan kemampuan anak untuk bertindak di atas informasi yang
telah diperoleh pada suatu kesempatan. Ia melakukan ini dengan
membuat ramalan-ramalan dan ekstrapolasi dari model alam yang
disimpannya.
c. Pertumbuahn intelektual menyangkut peningkatan kemampuan
seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang-orang
lain dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol mengenai apa
yang telah dilakukannya atau yang akan dilakukannya. Kesadaran diri
ini mengizinkan suatu transisi dari perilaku keteraturan ke perilaku
logika. Ini merupakan suatu proses yang membawa manusia
melampaui adaptasi empiris.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem
ketarampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya secara

sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu ialah yang disebut tiga cara
penyajian oleh Bruner (1966).Ketiga cara itu ialah ; enaktik,ikonik,dan
simbolis.
Cara penyajian enaktik ialah melalui tindakan,jadi bersifat
manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek
kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi , cara ini
terdiri atas penyajian kejadian-kejadian masa lampau melalui responrespon motorik. Dengan cara ini juga dilakukan satu set kegiatan untuk
mencapai hasil tertentu.Misalnya seorang anak secara enaktik
mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan
disajikan oleh sekumpulan gambar yang mewakili suatu konsep,tetapi
tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga
menyatakan konsep kesegitigaan. Penyajian ikonik terutama
dikendalikan oleh prinsip-prinsip organisasi perseptual dan
transformasi secara ekonomis dalam organisasi perseptual. Ruparupanya,penyajian enaktik didasarkan pada belajar tentang respons dan
bentuk-bentukkebiasaan. Penyajian ikonik tertinggi pada umumnya
dijumpaipada anak-anak berumur antara 5 dan 7 tahun,yaitu periode
waktu anaksangat bergantung pada pengindraannya sendiri.
Dengan mendekati masa remaja,bagi seseorang,bahasa menjadi
makin penting sebagai suatu media berpikir. Maka,orang mencapai
suatu transisi dari penggunaan penyajian ikonik yang didasarkan pada
pengindraan ke penggunaan penyajian simbolis yang didasarkan pada
sistem berpikir abstrak,arbitrer,dan lebih fleksibel. Penjajian simbolis
menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolis dibuktikan
oleh kemampuan seseorang yang lebih memperhatikan proposisi atau
pernyataan daripada objek,memberikan struktur hierarkis pada konsepkonsep,dan memperhatiakn kemungkinan-kemungkinan alternatif
dalam suatu cara yang bersifat kombinasi.
Sebagai ilustrasi dari ketiga cara penyajian itu,Bruner memberikan
suatu contoh tentang pelajaran penggunaan timbangan(Bruner,1966).
Anak kecil hanya dapat nertindak berdasarkan prinsip-prinsip
timbangan dan menunjukkan hal itu dengan dapat menaiki papan
jungkat-jungkit (Gambar 7.2). Ia tau bahwa untuk dapat kebih jauh ke
bawah,dan ia harus duduk menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat
menyajikan timbangan pada diriny sendiri dengan suatu model atau
dengan suatu gambaran .bayangan timbangan itu dapat diperinci
seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan
dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa,tanpa pertolongan
gambar atau dapat pula dijelaskan secara matematik dengan
menggunakan Hukum Newton tentang momen.

4. Belajar Penemuan
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah
model dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar
penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuansecara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar bermakna dengan arti
seperti diberikan di atas merupakan satu-satunya macam belajar yang
mendapat perhatian Bruner.
Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui
partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka
dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimeneksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu
sendiri .
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kebaikan . pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lam diingat
atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang
dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai
efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata
lain,konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif
seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga, secara
menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan
untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih
keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah
tanpa pertolongan orang lain.
Selanjutnya dikemukakan bahwa belajar penemuan membangkitkan
keingintahuan siswa,memberi motivasi untuk bekerja terus sampai
menemukan jawaban-jawaban. Lagipula penedekatan ini dapat mengajarkan
keterampilan,memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan meminta
para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi,tidak hanya
menerima saja.
Bruner menyadari bahwa belajar penemuan yang murni memerlukan
waktu,sehingga dalam bukunya The Relevance of Education (1971),ia
menyarankan agar penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan sampai
batas-batas tertentu,yaitu dengan mengarahkannya pada struktur bidang studi.
Struktur suatu bidang studi terutama diberikan oleh konsep-konsep
dasar dan prinsip-prinsip bidang studi itu. Bila seseorang siswa telah
menguasai struktur dasar,tidak akan terlau sulit baginya untuk mempelajari
bahan-bahan pelajaran lain dalam bidang studi yang sama dan ia akan lebih
mudah ingat bahan baru itu. Hal ini disebabkan karena ia telah memperoleh
kerangka pengetahuan yang bermakna yang dapat digunakannya untuk melihat
hubungan-hubungan yang esensial dalam bidang studi itu sehingga dapat
memahami hal-hal yang mendetail.

Menurut Bruner,mengerti struktur suatu bidang studi ialah memahami


bidang studi itu demikian rupa,hingga dapat menghubungkan hal-hal lain
pada struktur itu secara bermakna. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
mempelajari struktur adalah mempelajari bagaimana hal-hal dihubungkan.
(Beberapa contoh belajar penemuan diberikan pada akhir bab ini).
B. Teori Instruksi Bruner
Dalam bagian terdahulu telah kita mengetahui beberapa prinsip belajar menurut
Bruner. Dalam bagian ini kita akan bahas bagaimana pengajaran atau instruksi
dilaksanakan sesuai dengan teori yang telah dikemukakan tentang belajar. Menurut
Bruner,sesuai teori instruksi (Bruner,1966) hendaknya meliputi;
1. Pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar;
2. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal;
3. Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal;
4. Bentuk dan pemberian reinforcement.
1. Pengalaman Optimal untuk Mau dan Dapat Belajar
Menurut Bruner,belajar dan pemecahan masalah bergantung pada penyelidikan
alternatif. Oleh karena itu,pengajaran atau instruksi harus memperlancar dan
mengatur penyelidikan-penyelidikan alternatif ditinjau dari segi siswa.
Penyelidikan alternatif membutuhkan aktivasi,pemeliharaan,dan pengarahan.
Dengan kata lain,penyelidikan alternatif membutuhkan sesuatu untuk dapat
mulai;sesudah dimulai keadaan itu harus dipelihara atau dipertahankan; kemudian
dijaga agar tidak kehilangan arah.
Kondisi untuk aktivasi ialah adanya suatu tingkat ketidaktentuan yang optimal.
Keinginan tahu yang begitu terperinci menghendaki sedikit penyelidikan; tugas
yang begitu tidak jelas dapat menimbulkan kebingungan dan kecemasan dengan
akibat mengurangi penyelidikan.
Setelah penyelidikan teraktifkan,situasi itu dipelihara dengan membuat resiko
seminim mungkin dalam penyelidikan itu. Belajar dengan pertolongan guru
seharusnya kurang mengambil risiko dibandingkan dengan belajar sendiri. Ini
berarti bahwa akibat membuat kesalahan,menyelidiki alternatif-alternatif yang
salah,hendaknya tidak banyak terjadi di bawah bimbingan guru dan hasil dari
penyelidikan alternatif yang benar dengan sendirinya besar.
Arah penyelidikan bergantung pada dua hal yang saling berkaitan,yaitu tujuan
tugas yang diberikan sampai batas-batas tertentu harus diketahui dan sampai
berapa jauh tujuan itu telah tercapai pun harus diketahui.
2. Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman Optimal
Struktur suatu domain pengetahuan mempunyai tiga ciri dan setiap ciri itu
mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya. Ketiga ciri itu ialah : cara
penyajian,ekonomi,dan kuasa. Cara penyajian, ekonomi,dan kuasa berbeda bila
dihubungkan dengan usia,gaya para siswa,dan macam bidang studi.

Kita sudah mengetahui bahwa ada tiga cara penyajian,yaitu cara


enaktif,ikonik,dan simbolis serta contoh-contoh untuk setiap cara penyajian itu
telah diberikan pula. Banyak bidang studi yang mempunyai berbagai alternatif
cara penyajian.
Ekonomi dalam penyajian pengetahuan dihubungkan dengan sejumlah
informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai
pemahaman. Makin banyak jumlah informasi yang harus dipelajari siswa untuk
memahami sesuatu atau untuk menangani suatu masalah,makin banyak langkah
yang harus ditempuh dalam memproses informasi untuk mencapai suatu
kesimpulan dan makin kurang ekonomis.
Lebih ekonomis untuk merangkum hubungan antara volume dan tekanan gas
dengan rumus PV=C misalnya, daripada menyajikan dalam bentuk tabel tentang
hasil-hasil pengamatan mengenai hubungan volume dan tekanan berbagai macam
gas .
Ekonomi berubah dengan cara penyajian. Ekonomi makin meningkat dengan
menggunakan diagram atau gambar. Dapat kita bandingkan suatu flow chart
dengan uraian mengenai cara menghasilkan gula dari tubuh misalnya.yang
manakah yang lebih ekonomis?
Kuasa suatu penyajian dapat diterangkan sebagai kemampuan penyajian itu
untuk menghubung-hubungkan hal-hal yang kelihatannya sangat terpisah-terpisah.
3. Perincian Urutan-Urutan Penyajian Materi Pelajaran Secara Optimal
Dalam mengajar,siswa dibimbing melalui urutan pernyataan suatu masalah atau
sekumpulan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menerima,mengubah,dan mentransfer apa yang telah dipelajarinya. Jadi, urutan
materi pelajaran dalam suatu domain,pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang
dihadapi siswa dalam mencapai penguasaan.
Biasanya ada berbagai urutan yang setara dalam kemudahan dan kesulitan bagi
para siswa.Tidak ada satu urutan yang khas bagi semua siswa dan urutan yang
optimal bergantung pada berbagai faktor,misalnya belajar sebelumnya,tingkat
perkembangan anak,sifat materi pelajaran,dan perbedaan individu.
Dikemukakan oleh Bruner bahwa perkembangan intelektual bergerak dari
penyajian enaktif melalui penyajian ikonik ke penyajian simbolis. Oleh karena
itu,urutan optimum materi pelajaran juga mengikuti arah yang sama.
4. Bentuk Pemberian Reinforcement
Dalam teori Bruner mengemukakan bahwa bentuk hadiah atau pujian dan
hukuman harus dipikirkan. Demikian pula bila pujian atau hukuman itu diberikan
selama proses belajar-mengajar. Secara intuitif,jelas bahwa selama proses belajarmengajar berlangsung,ada suatu ketika hadiah ekstrinsik bergeser ke hadiah
intrinsik. Sebagai hadiah ekstrinsik misalnya,berupa pujian dari guru,sedangkan
hadiah intrinsik timbul karena berhasil memecahkan masalah.Demikian pula ada
kalanya hadiah yang diberikan secara langsung,harus diganti dengan hadiah yang
pemberiannya harus ditunda atau ditangguhkan. Ketepatan waktu pergeseran dari

hadiah ekstrinsik ke hadiah intrinsik,dari hadiah intrinsik ke hadiah ekstrinsik,dan


dari hadiah langsung ke hadiah yang ditangguhkan, sedikit sekali
diketahui,sehingga dengan sendirinya penting untuk diperhatikan.
Akhirnya patut ditekankan bahwa tujuan mengajar ialah untuk menjadikan
siswa merasa puas. Umpan balik berupa perbaikan-perbaikan apapun juga
membawa bahaya bagi siswa karena siswa bersangkutan menjadi tetap bergantung
pada guru atau tutor. Tutor seharusnya memperbaiki siswa demikian rupa,hingga
akhirnya siswa itu dimungkinkan untuk mengganti fungsi tutor.

C.Menerapkan Mengajarkan Penemuan


Salah satu model instruksional kognitif yang paling berpengaruh ialah model belajar
penemuan Jerome Bruner (1966). Dalam bagian ini akan dibahas bagaimana menerapkan
belajar penemuan pada siswa yang ditinjau dari segi metode, tujuan, serta peranan guru.
1. Metode dan Tujuan
Dalam belajar penemuan,metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring. Tujuan belajar
bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sebenarnya ialah
untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan
intelektual para siswa serta merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi
kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui
belajar penemuan. Dalam bukunya yang berjudul Toward a Theory of
Instruction,Bruner mengemukakan:
We teach a subject not to produce little living libraries on that subject,but rather to
get the student to think mathematically for himself,to consider matters as an
historian does,to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a
process not a product.
(Bruner,1966:72)
Jadi, kalau kita mengajarkan sains misalnya,kita bukan akan menghasilkan
perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains,melainkan kita ingin
membuat anak-anak kita berpikir secara matematis bagi dirinya sendiri,berperan
serta dalam proses perolehan pengetahuan. Mengetahui itu adalah suatu
proses,bukan suatu produk.
Apakah impilkasi ungkapan Bruner itu? Tujuan mengajar hanya dapat
diuraikan secara garis besar dan dapat dicapai dengan cara yang tidak perlu sama
oleh para siswa yang mengikuti pelajaran yang sama itu.
Dengan mengajar seperti yang dimaksud oleh Bruner ini,bagaimana peranan
guru dalam proses belajar-mengajar? Dalam belajar penemuan,siswa mendapat
kebebasan sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki secara perorangan atau
dalam suatu tanya jawab dengan guru atau oleh guru dan / atau siswa-siswa lain
untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru atau oleh guru dan siswasiswa bersama-sama. Dengan demikian ,jelas bahwa peranan guru sangat berbeda
bila dibandingkan dengan peranan guru yang mengajar secara kuno dengan

metode ceramah . Dalam belajar penemuan ini guru tidak begitu mengendalikan
proses belajar mengajar .
2. Peranan Guru
Dalam belajar penemuan,peranan guru antara lain sebagai berikut ;
a. Guru merencanakan pelajaran demikian rupa sehinnga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
b. Guru materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran dapat mengarah pada
pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan,misalnya dengan
menggunakan fakta-fakta yang berlawanan. Guru hendaknya mulai dengan
sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa-siswa. Kemudian, guru mengemukakan
sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian,terjadi konflik dengan pengalaman
siswa. Akhirnya timbulah masalah. Dalam keadaan yang ideal , hal yang
berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk
menyelidiki masalah itu,menyususn hipotesis,dan mencoba menemukan kinsep
atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah itu.
c. Selain hal-hal yang tersebut di atas, guru juga harus memperhatikan tiga cara
penyajian yang telah dibahas terdahulu.
Cara-cara penyajian itu ialah cara
enaktif,ikonik,dan simbolis. Contoh cara-cara penyajian ini telah diberikan dalam
uraian terdahulu. Untuk menjamin keberhasilan belajar,guru hendaknya jangan
menggunakan cara penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kognitif siswa.
Disarankan agar guru mengikuti aturan penyajian dari enaktif,ikonik,lalu simbolis.
Perkembangan intelektual diasumsikan mengikuti urutan enaktif,ikonik,dan
simbolis,demikian pula harapan tentang urutan pengajaran.
d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis,guru
hendaknya berperan sebagai pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan
mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari,tetapi ia
hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan.sebagai seorang
tutor,guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.Umpan
balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan dengan cara demikian rupa,hingga
siswa tidak tetap bergantung pada pertolongan guru. Akhirnya siswa harus
melakukan sendiri fungsi tutor itu.
e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Seperti
kita ketahui,tujuan tidak dapat dirumuskan secara mendetail dan tujuan itu tidak
diminta sama untuk berbagai siswa. Lagipula tujuan dan proses tidak selalu
seiring. Secara garis besar,tujuan belajar penemuan ialah mempelajari
generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu.
Di lapangan,penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang
prinsip-prinsip dasar mengenai suatu bidang studi dan kemampuan siswa untuk
menetapkan prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Untuk maksud ini bentuk tes
dapat berupa tes objektif atau tes esai.

3. Contoh Belajar Penemuan


BELAJAR PENEMUAN
CONTOH 1
Pokok Bahasan : Pernapasan
Kelas
:VI

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Belajar penemuan merupakan salah satu model pembelajaran/belajar kognitif
yang dikembangkan oleh Brunner ( 1996 ). Menurut Brunner belajar bermakna hanya
dapat terjadi melalui belajar penenmuan. Agar belajar menjadi bermakna dan
memiliki struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif mengidentifikasi prinsipprinsip kunci yang ditemukan sendiri, bukan hanya menerima penjelasan dari guru
saja. ( Gagne/Berliner, 319-320 ).
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu
tentang discovery yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu,
karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang
berulang-ulang itu disebut kurikulum spiral kurikulum. Secara singkat, kurikulum
spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang
sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu
saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih
kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan secara utuh.Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan
cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep
dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain
itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang
baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran
penemuan.

DAFTAR PUSTAKA
Dahar,Ratna Wilis.2006.TEORI-TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN. Jakarta : Erlangga.
Arifwidiyatmoko.29juli2008.JEROMEBRUNER:BELAJAR PENEMUAN.http://arifwidiyatmoko
.wordpress.com/ diakses : Senin, 15 Oktober 2012.Pkl.19.00 WITA.
Tugino.7 Desember 2010. Belajar Penemuan Brunner.http://tugino230171.wordpress.com.
diakses : Senin, 15 Oktober 2012.Pkl.19.10 WITA.

Anda mungkin juga menyukai