BAB 7 Kelompok Teori Belajar
BAB 7 Kelompok Teori Belajar
KIMIA
FMIPA
UNIMA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dewasa mempunyai lebih dari 100 milyar neuron, yang satu sama
lain berhubungan secara spesifik dan rumit sehingga memungkinkan untuk
mengingat, melihat, belajar, berpikir, kesadaran dan lain-lain (Schatz 1992). Struktur
otak terbentuk sesuai dengan program yang secara biologis tersimpan dalam DNA,
dan organ tersebut baru bekerja setelah selesainya seluruh penataan yang rumit
tersebut.
Pada saat baru lahir, hampir seluruh neuron yang harus dimiliki sudah ada,
tapi berat otaknya hanya dari otak dewasa. Otak menjadi bertambah besar karena
pembesaran neuron, bertambahnya jumlah akson dan dendrit sesuai dengan
perkembangan hubungan antar sesamanya. Untuk menyempurnakan perkembangan
maka anak kecil harus diberi rangsangan melalui raba, speech (berbicara) dan images
(daya hayal) (Bloom 1988, Schatz 1992).
Menurut Bloom (1988) defenisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Secara praktis dan diasosiasikan
sebagai proses memperoleh informasi . Menurut Kupferman (1981) belajar adalah
proses dimana manusia dan binatang menyesuaikan tingkah lakunya sebagai hasil dari
pengalaman .
Memori ingatan adalah proses dimana informasi belajar disimpan dan dapat
dibaca kembali (dikeluarkan kembali). Ingatan atau memory tidaklah sesederhana
seperti ini. Memory adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus,
selalu diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita. Menurut Jerome Bruner
manusia mempunyai kapasitas dan kecendrungan untuk berubah karena menghadapi
kejadian yang umum. Ingatan mempunyai beberapa fase, yaitu waktunya sangat
singkat (extremely short term)/ingatan segera (immediate memory) (item hanya dapat
disimpan dalam beberapa detik). Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat
ditahan dalam beberapa menit), ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan
berlangsung beberapa jam sampai seumur hidup).
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar
akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga
tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh
pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami,
mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk
baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk
mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
BAB II
PEMBAHASAN
Jerome Bruner :BELAJAR PENEMUAN
A. Bruner dan Teorinya
Jerome S.Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi
belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah ekletik. Penelitiannya yang
demikian banyak itu meliputi persepsi manusia,motivasi,belajar dan berpikir. Dalam
mempelajari manusia,ia menganggap manusia sebagai pemroses,pemikir,dan pencipta
informasi.
Buku Bruner tentang The Process of Education yang diterbitkan pada 1960
merupakan rangkuman hasil konfersi Woods Hole yang diadakan pada tahun
1959,suatu konfersi yang membawa banyak pengaruh pada pendidikan yang pada
umumnya dan pengajaran sains pada khususnya.
Bruner rupanya tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis. Hal
yang penting baginya ialah cara bagaimana orang memilih,mempertahankan,dan
menstranformasi informasi secara aktif,dan inilah menurut Bruner inti dalam belajar.
Oleh karena itu,Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan
manusia dengan informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah
memperoleh informasi yang diskret itu mencapai pemahaman yang memberikan
kemampuan kepadanya.
1. Empat Tema tentang Pendidikan
Dalam bukunya(Bruner,1960).Bruner mengemukakan empat tema pendidikan.
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Kurikulum
hendaknya mementingkan struktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan
struktur pengetahuan,kita menolong para siswauntuk melihat bagaimana faktafakta yang kelihatannya tidak memiliki hubungan,dapat dihubungkan satu dengan
yang lain,dan pada informasi yang telah mereka miliki.
Tema kedua ialah kesiapan belajar.Menurut Bruner (1966;29) kesiapan terdiri
atas penguasaan keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan
seseorang untuk mencapai keterampilan yang lebih tinggi. Kesiapan untuk
geometri Euclidian misalnya,dapat diperoleh dengan memberikan kesempatan
pada para siswa untuk membangun konstruksi-konstruksi yang makin kompleks
dengan menggunakan pologon-poligon.
Tema yang ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan
intuisi,yang dimaksudkan oleh Bruner(1960;13) adalah teknik-teknik intelektual
untuk sampai pada formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analistis
untuk mengetahui apakah formulasi iti merupakan kesimpulan yang sahih atau
tidak. Hal yang dikemukakan oleh Bruner ini ialah semacam educated guess yang
kerap kali digunakan oleh para ilmuwan,artis,dan orang-orang kreatif lainnya.
Tema keempat dan terakhir ialah tentang motivasi dan keinginan untuk belajar
dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Pengalaman-pengalaman pendidikan yang merangsang motivasi ialah pengalaman
di mana para siswa berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alamnya.
Menurut Bruner,pengalaman belajar semacam ini dapat dicontohkan oleh
pengalaman belajar penemuan yang intuitif dan implikasi asumsi ini akan dibahas
dalam bagian-bagian yang akan datang.
2. Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi
(Rossser,1984).Asumsi pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan suatu
proses interaktif.Berlawanan dengan para penganut teori perilaku,Bruner yakin
bahwa orang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif; perubahan
tidak hanya akan terjadi di lingkungan,tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi
kedua ialah orang mengonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan
informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan atau yang diperoleh
sebelumnya - suatu model alam menurut dia. Model Bruner ini sangat mendekati
struktur kognitif Ausubel. Setiap model seseorang yang khas bagi dirinya.
Dengan menghadapi berbagai aspek pada likngkungan kita,kita akan membentuk
suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal
tertentu atau membangun suatu hubungan di antara hal-hal yang telah kita
ketahui.Dengan model ini kita dapat menyusun hipotesis untuk memasukkan
pengetahuan baru ke dalam struktur-struktur kita dengan memperluas strukturstruktur itu,atau dengan mengembangkan struktur satau subsstruktur baru dengan
mengembangkan harapan-harapan tentang apa yang akan terjadi.
Kemampuan yang mewakili sebagian dari model alami kita tidak asing lagi.
Ditunjukkan dalam gambar 7.1 .
Gambar ini merupakan bagian dari model alam yang kita miliki Anggaplah
suatu benda yang tidak kita kenal terdapat dalam lingkungan kita.Karena sifat
ingin tahu kita,kita ingin memasukkan benda ini ke dalam struktur kognitif kita.
Ketika kita melihat benda itu,ternyata ia bergerak. Salah satu hipotesis yang
mungkin ialah bila suatu organisme bergerak,organisme itu adalah hewan.
Dalam model kita tentang alam ini,kita telah mempunyai beberapa ciri tentang
hewan.jadi kita dapat mengecek ciri-ciri yang lain pada benda itu untuk melihat
apakah hipotesis kita betul atau tidak. Jika benda itu memiliki pula ciri-ciri lain
hewan,benda itu kita masukkan ke dalam kategori hewan dan bukan ke dalam
kategori tumbuhan.
Gambar 7.1 . Suatu Susunan Hierarki sebagai Bagian dari Struktur Kognitif.
Setelah mengamati lagi,kita mungkin menyimpulkan bahwa benda itu
mempunyai tulang belakang. Jadi kita dapat menggolongkan benda itu ke dalam
kategori yang lebih sempit ,yaitu vertebrata. Waktu mengembangkan model
kita,kita memberikan atribut-atribut tertentu pada setiap kategori. Dengan
mengecek atribut benda baru itu terhadap atribut kategori kategori yang telah
ditetapkan semula,akhirnya kita dapat menempatkan benda itu ke dalam kategori
kuda. Jika benda itu gagal untuk dimasukkan ke dalam klasifikasi-klasifikasi yang
lebih khusus tentang kuda (Appaloosa,Percheron,dan lain-lain),kita harus
menambahkan suatu kategori baru untuk menerimanya.
Menurut Bruner,dalam belajar hal-hal yang mempunyai kemiripan dihubungkan
menjadi suatu struktur yang memberikan arti pada hal-hal itu. Dalam proses
hidup-berinteraksi dengan lingkungan-orang mengembangkan model dalam atau
sistem koding untuk menyajikan alam sebagaimana yang diketahuinya.Kita dapat
membayangkan struktur ini sebagai suatu lemari map yang besar sekali dengan
banyak laci dan map dalam setiap lacinya. Manusia mempunyai kapasitas untuk
mengisi lemari ini dan menyimpan segala yang dimasukkan ke dalamnya selama
waktu yang lama. Jika kita gunakan Gambar 7.1,kita lihat bahwa lemari map itu
mungkin bernama makhluk hidup dan mempunyai laci-laci yang diberi nama
tumbuhan dan hewan. Setiap laci ini mempunyai beberapa map dan setiap map
mungkin dibagi lagi menjadi subbagian. Akan tetapi,jika ini yang terdapat dalam
sistem penyimpanan itu,struktur itu merupakan hal yang steril. Menurut
Bruner,keadaan yang sebenarnya ialah dalam sistem yang besar ini terdapat
banyak referensi silang yang saling menghubungkan map-map itu untuk
membentuk satu seri hubungan yang kompleks.Bila kita membaca kata kuda
misalnya,timbul banyak gagasan yang berbeda- suatu gambaran seekor kuda yang
khas,seekor kuda dalam sirkus,dalam cowboys,dalam pacuan kuda,dan lain-lain.
Pendekatan Bruner terhadap belajar dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan
kategorisasi . Bruner beraanggapan bahwa semua interaksi kita dengan alam
melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan bagi pengfusian manusia. Tanpa
kategori-kategori kita harus mempunyai satu laci dalam lemari map kita untuk
setiap objek ,benda,dan gagasan pengalaman kita. Kategori menyederhanakan
kekompleksan dalam lingkungan kita.
Karena sistem kategori kita,kita dapat mengenal objek-objek baru. Karena
objek-objek baru memiliki kemiripan dengan objek-objek yang telah ada dalam
sitem kode kita,kita dapat mengklasifikasikan dan memberikan ciri-ciri tertentu
pada benda atau gagasan baru. Dalam kenyataannya ,jika kita dihadapkan pada
suatu benda baru dan kita dapat mengategorisasikannya dengan cara-cara
tertentu,kita dapat menentukannya dan tidak dapat menempatkannya di dalam
sistem penyimpanan kita.
Selanjutnya yang penting menurut Bruner ialah kategori-kategori dapat
membawa kita ke tingkat yang lebih tinggi daripada informasi yang diberikan.
Kita menentukan objek-objek dengan mengasosiasikan objek itu dengan suatu
kelas. Bila kita mengklasifikasikan suatu objek,kita pengaruhi objek itu dengan
sekumpulan sifat,atribut krisis ,dan hubungan-hubungan. Kita melakukan hal ini
melalui infersi,menemukan lebih banyak daripada yang kita peroleh langsung dari
objek itu.
Ringkasnya,Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan
kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengodean. Berbagai kategori
saling berkaitan demikian rupa ,hingga setiap individu mempunyai model yang
unik tentang alam. Dlam model ini,belajar baru dapat terjadi dengan mengubah
model itu. Hal ini terjadi melalui pengubahan kategori-kategori,menghubungkan
kategori-kategori dengan suatu cara baru,atau dengan menambahkan kategorikategori baru.
3. Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung
hampir bersamaan. Ketiga proses itu ialah ;
1. Memperoleh informasi baru
2. Transformasi informasi dan
3. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner,1973)
Informasi baru dapat merupakan penghalusan informasi sebelumnya
yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat demikian rupa,hingga
berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Sebagai
contoh misalnya,seseorang setelah mempelajari bahwa darah itu beredar baru
ia belajar secara terperinci mengenai sitem peredaran atau sistem sirkulasi
darah. Demikian pula,setelah berpikir bahwa energi itu dibuang-buang atau
tidak dihemat, baru ia belajar tentang konservasi energi.
Dalam transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan
agar cocok atau sesuai dengan tugas baru. Jadi,tranformasi menyangkut cara
kita memperlakukan pengetahuan,apakah dengan cara ekstrapolasi atau
dengan mengubah menjadi bentuk lain. Kita menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan itu
cocok dengan tugas yang ada.
sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu ialah yang disebut tiga cara
penyajian oleh Bruner (1966).Ketiga cara itu ialah ; enaktik,ikonik,dan
simbolis.
Cara penyajian enaktik ialah melalui tindakan,jadi bersifat
manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek
kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi , cara ini
terdiri atas penyajian kejadian-kejadian masa lampau melalui responrespon motorik. Dengan cara ini juga dilakukan satu set kegiatan untuk
mencapai hasil tertentu.Misalnya seorang anak secara enaktik
mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan
disajikan oleh sekumpulan gambar yang mewakili suatu konsep,tetapi
tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga
menyatakan konsep kesegitigaan. Penyajian ikonik terutama
dikendalikan oleh prinsip-prinsip organisasi perseptual dan
transformasi secara ekonomis dalam organisasi perseptual. Ruparupanya,penyajian enaktik didasarkan pada belajar tentang respons dan
bentuk-bentukkebiasaan. Penyajian ikonik tertinggi pada umumnya
dijumpaipada anak-anak berumur antara 5 dan 7 tahun,yaitu periode
waktu anaksangat bergantung pada pengindraannya sendiri.
Dengan mendekati masa remaja,bagi seseorang,bahasa menjadi
makin penting sebagai suatu media berpikir. Maka,orang mencapai
suatu transisi dari penggunaan penyajian ikonik yang didasarkan pada
pengindraan ke penggunaan penyajian simbolis yang didasarkan pada
sistem berpikir abstrak,arbitrer,dan lebih fleksibel. Penjajian simbolis
menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolis dibuktikan
oleh kemampuan seseorang yang lebih memperhatikan proposisi atau
pernyataan daripada objek,memberikan struktur hierarkis pada konsepkonsep,dan memperhatiakn kemungkinan-kemungkinan alternatif
dalam suatu cara yang bersifat kombinasi.
Sebagai ilustrasi dari ketiga cara penyajian itu,Bruner memberikan
suatu contoh tentang pelajaran penggunaan timbangan(Bruner,1966).
Anak kecil hanya dapat nertindak berdasarkan prinsip-prinsip
timbangan dan menunjukkan hal itu dengan dapat menaiki papan
jungkat-jungkit (Gambar 7.2). Ia tau bahwa untuk dapat kebih jauh ke
bawah,dan ia harus duduk menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat
menyajikan timbangan pada diriny sendiri dengan suatu model atau
dengan suatu gambaran .bayangan timbangan itu dapat diperinci
seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan
dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa,tanpa pertolongan
gambar atau dapat pula dijelaskan secara matematik dengan
menggunakan Hukum Newton tentang momen.
4. Belajar Penemuan
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah
model dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar
penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuansecara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar bermakna dengan arti
seperti diberikan di atas merupakan satu-satunya macam belajar yang
mendapat perhatian Bruner.
Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui
partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka
dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimeneksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu
sendiri .
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kebaikan . pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lam diingat
atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang
dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai
efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata
lain,konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif
seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga, secara
menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan
untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih
keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah
tanpa pertolongan orang lain.
Selanjutnya dikemukakan bahwa belajar penemuan membangkitkan
keingintahuan siswa,memberi motivasi untuk bekerja terus sampai
menemukan jawaban-jawaban. Lagipula penedekatan ini dapat mengajarkan
keterampilan,memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan meminta
para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi,tidak hanya
menerima saja.
Bruner menyadari bahwa belajar penemuan yang murni memerlukan
waktu,sehingga dalam bukunya The Relevance of Education (1971),ia
menyarankan agar penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan sampai
batas-batas tertentu,yaitu dengan mengarahkannya pada struktur bidang studi.
Struktur suatu bidang studi terutama diberikan oleh konsep-konsep
dasar dan prinsip-prinsip bidang studi itu. Bila seseorang siswa telah
menguasai struktur dasar,tidak akan terlau sulit baginya untuk mempelajari
bahan-bahan pelajaran lain dalam bidang studi yang sama dan ia akan lebih
mudah ingat bahan baru itu. Hal ini disebabkan karena ia telah memperoleh
kerangka pengetahuan yang bermakna yang dapat digunakannya untuk melihat
hubungan-hubungan yang esensial dalam bidang studi itu sehingga dapat
memahami hal-hal yang mendetail.
metode ceramah . Dalam belajar penemuan ini guru tidak begitu mengendalikan
proses belajar mengajar .
2. Peranan Guru
Dalam belajar penemuan,peranan guru antara lain sebagai berikut ;
a. Guru merencanakan pelajaran demikian rupa sehinnga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
b. Guru materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran dapat mengarah pada
pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan,misalnya dengan
menggunakan fakta-fakta yang berlawanan. Guru hendaknya mulai dengan
sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa-siswa. Kemudian, guru mengemukakan
sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian,terjadi konflik dengan pengalaman
siswa. Akhirnya timbulah masalah. Dalam keadaan yang ideal , hal yang
berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk
menyelidiki masalah itu,menyususn hipotesis,dan mencoba menemukan kinsep
atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah itu.
c. Selain hal-hal yang tersebut di atas, guru juga harus memperhatikan tiga cara
penyajian yang telah dibahas terdahulu.
Cara-cara penyajian itu ialah cara
enaktif,ikonik,dan simbolis. Contoh cara-cara penyajian ini telah diberikan dalam
uraian terdahulu. Untuk menjamin keberhasilan belajar,guru hendaknya jangan
menggunakan cara penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kognitif siswa.
Disarankan agar guru mengikuti aturan penyajian dari enaktif,ikonik,lalu simbolis.
Perkembangan intelektual diasumsikan mengikuti urutan enaktif,ikonik,dan
simbolis,demikian pula harapan tentang urutan pengajaran.
d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis,guru
hendaknya berperan sebagai pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan
mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari,tetapi ia
hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan.sebagai seorang
tutor,guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.Umpan
balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan dengan cara demikian rupa,hingga
siswa tidak tetap bergantung pada pertolongan guru. Akhirnya siswa harus
melakukan sendiri fungsi tutor itu.
e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Seperti
kita ketahui,tujuan tidak dapat dirumuskan secara mendetail dan tujuan itu tidak
diminta sama untuk berbagai siswa. Lagipula tujuan dan proses tidak selalu
seiring. Secara garis besar,tujuan belajar penemuan ialah mempelajari
generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu.
Di lapangan,penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang
prinsip-prinsip dasar mengenai suatu bidang studi dan kemampuan siswa untuk
menetapkan prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Untuk maksud ini bentuk tes
dapat berupa tes objektif atau tes esai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Belajar penemuan merupakan salah satu model pembelajaran/belajar kognitif
yang dikembangkan oleh Brunner ( 1996 ). Menurut Brunner belajar bermakna hanya
dapat terjadi melalui belajar penenmuan. Agar belajar menjadi bermakna dan
memiliki struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif mengidentifikasi prinsipprinsip kunci yang ditemukan sendiri, bukan hanya menerima penjelasan dari guru
saja. ( Gagne/Berliner, 319-320 ).
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu
tentang discovery yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu,
karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang
berulang-ulang itu disebut kurikulum spiral kurikulum. Secara singkat, kurikulum
spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang
sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu
saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih
kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan secara utuh.Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan
cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep
dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain
itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang
baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran
penemuan.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar,Ratna Wilis.2006.TEORI-TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN. Jakarta : Erlangga.
Arifwidiyatmoko.29juli2008.JEROMEBRUNER:BELAJAR PENEMUAN.http://arifwidiyatmoko
.wordpress.com/ diakses : Senin, 15 Oktober 2012.Pkl.19.00 WITA.
Tugino.7 Desember 2010. Belajar Penemuan Brunner.http://tugino230171.wordpress.com.
diakses : Senin, 15 Oktober 2012.Pkl.19.10 WITA.