Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL SKRIPSI

STUDI EMPIRIS TERHADAP KARAKTERISTIK AUDITOR


INTERNAL YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU
PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN GO
PUBLIK DI BEI
1

Diajukan Oleh:
Irawati Ika Lestari
Nim: 12322053

Fakultas Ekonomi
Prodi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Gresik
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan Go Publik kini dituntut harus mampu menyajikan laporan keuangan yang
relevan dan handal agar dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Lalu bagaimana laporan
keuangan dikatakan relevan dan handal?. Salah satu pokok penting dalam pelaporan
keuangan yang handal dan relevan yaitu ketepatan waktu pelaporan kauangan itu sendiri.
Untuk perusahaan yang sudah Go Publik ketepatan waktu pelaporan keuangannya telah
diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Peraturan tersebut menyatakan bahwa semua emiten atau perusahaan publik yang
efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek di negara lain wajib
menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan
laporan keuangan tersebut kepada masyarakat. Peraturan mengenai penyampaian laporan
keuangan ini telah diperbaharui oleh Bapepam dan LK pada tahun 2012 Nomor: KEP431/BL/2012 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus 2012. Dalam peraturan tersebut
disebutkan Emiten atau Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi
efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK paling lama 4 (empat)
bulan setelah tahun buku berakhir.
Pentingnya ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan yang telah dijelaskan diatas
membuat pihak pihak yang ikut andil dalam penyusunan laporan keuangan perlu untuk
mengetahui faktor faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses penyusunan laporan
keuangan perusahaan. Salah satu pihak yang paling ikut andil dalam ketepatan waktu
pelaporan keuangan adalah internal auditor.
Auditor

internal

memilikiperananpentingdalammenjalankanfungsipengawasan,

DalamPernyataanStandar Auditing (PSA) No. 04 tahun 2001 disebutkan dalam standar umum
yang pertama bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
kemampuan dan pelatihan teknis pada fungsi auditor internal. Hubungan dengan ketepatan

waktu pelaporan keuangan sering dijadikan dasar untuk mengukur kinerja audit internal.
Kebijakan serta kepatuhan dalam menyusun laporan keuangan akan mempengaruhi ketepatan
waktu pelaporan keuangan perusahaan tersebut.
Internal auditor pada dasarnya hanyalah karyawan biasa di suatu perusahaan. Hanya
saja mereka memiliki kompetensi komptensi khusus yang di syaratkan untuk menjadi internal
auditor. Seorang Internal auditor harus mempunyai soft dan hard competensy. Selain itu
komposisi dalam unit audit harus pas dan memadai untuk mengemban tugas perusahaan.
Seringkali muncul banyak pertanyaan karakteristik manakah yang paling berpengaruh dalam
ketepatan pelaporan keuangan suatu perusahaan. Tentu hal ini akan membingungkan para
manajer dalam pemilihan unit internal audit karena ketidakpastian karakteristik manakah
yang sangat penting dan harus ada di diri para internal auditor. Seberapa berpengaruhnya
pada ketepatan waktu pelaporan keuangan yang akan mempengaruhi tingkat keandalan dan
relevansinya suatu laporan keungan yang disajikan untuk para pemakai.
Tiga dari karakteristik dari internal auditor yang ingin penulis buktikan mana yang
memiliki pengaruh paling signifkan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah
jumlah anggota unit internal audit, Kepribadian dan karakter ketua unit atau unit audit
internal dan tingkat pendidikan ketua unit audit internal.
Penulis merasa bahwa tiga karakteristik tersebut mampu mewakili apa yang menjadi
permasalahan yang telah dikemukakan pada paragraf sebelumnya. Penelitian hanya dibatasi
pada tiga karakteristik agar penelitian bisa fokus dan hasil akan lebih optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis merumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah adakah pengaruh dari tiga karakteristik internal auditor yakni jumlah anggota unit
internal audit, Kepribadian dan karakter ketua tim atau unit audit internal dan tingkat
pendidikan ketua unit audit internal terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan suatu
perusahan go publik.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan menenai pengaruh masing masing dari
tiga karakteristik internal auditor yakni jumlah anggota unit internal audit, Kepribadian dan
karakter ketua tim atau unit audit internal dan tingkat pendidikan ketua unit audit internal
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan suatu perusahan go publik.
Penelitian ini diharapkan mampu dan berhasil memberikan hasil yang akurat mengenai
karakteristik internal auditor dalam pengaruhnya terhadap pelaporan laporan keuangan
sehingga diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para manajer dalam
pemilihan para anggota unit Internal auditor dalam perusahaannya. Serta diharapkan
penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagaimana sistem pengendalian internal di suatu
perusahaan yang telah go publik yang bisa tercermin dalam bagaimana karakteristik para
internal auditornya. Tentunya hal tersebut bisa dimanfaatkan oleh para investor maupun calon
investor dan pemangku kepentingan perusahaan atau diluar perusahaan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


1. Teori Kepatuhan (compliance theory)
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.
Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan.

Tuntutan dan kepatuhan pada ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan tahunan
di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan
selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.6, Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: KEP-431/BL/2012, tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik.
Peraturan tersebut inilah yang secara hokum menyatakan bahwa adanya kepatuhan
setiap individu maupun organisasi (emiten atau perusahaan publik) yang efeknya tercatat di
bursa efek di Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada
Bapepam dan mengumumkan laporan keuangan tersebut kepada masyarakat.. Hal tersebut
inilah yang sesuai dengan teori kepatuhan(compliance).
Dalampenelitian Saleh (2004) menyatakan bahwa teori kepatuhan telah diteliti pada
ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada
pentingnya

proses

sosialisasidalammempengaruhiperilakukepatuhanseorangindividu..

Menurut Tyler (Saleh, 2004) terdapat dua perspektif dalam literatur sosiologi mengenai
kepatuhan kepada hukum, yang disebut instrumental dan normatif.
Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh
kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan
berlawanan dengan kepentingan pribadi.
2. Teori Keagenan
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders)
sebagai principal dan manajemen sebagai agen.Manajemen merupakan pihak yang dikontrak
oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka
dipilih, maka pihak manejemen harus mempertanggung jawabkan semua pekerjaannya
kepada pemegang saham.

Menurut Jansen dan Mecling (1976), teori ini menjelaskan hubungan antara agen
(manajemen usaha) dan prinsipal (pemilik usaha). Dalam hubungan keagenan terdapat suatu
kontrak dimana satu orang atau lebih (principle) memerintah orang lain (agent) untuk
melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberi wewenang kepada agent untuk
membuat keputusan terbaik bagi principle.
Informasi laporan keuangan yang disampaikan secara tepat waktu akan mengurangi
asimetri yang erat kaitannya dengan teory agency (Kim dan Verrechia, 1994) dalam (Saleh,
2004). Sehingga dalam hubungan keagenan, manajemen diharapkan dalam mengambil
kebijakan perusahaan terutama kebijakan yang menguntungkan pemilik perusahaan. Bila
keputusan manajemen merugikan bagi pemilik perusahaan, maka akan timbul masalah
keagenan (Ismiyanti dan Hanafi, 2004).
Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas
atau perusahaannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi sehingga
tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar pengguna eksternal
(Irfan, 2002). Sehingga untuk mengurangi asimetri informasi dan mencegah terjadinya
konflik keagenan, sudah menjadi kewajiban bagi pihak manajemen untuk melaporkan
laporan keuangan secara tepat waktu.
Jensen dan Meckling (1976) juga menyatakan bahwa terdapat tiga unsur yang dapat
membatasi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh agen. Unsur-unsur tersebut adalah
bekerjanya pasar tenaga manajerial, bekerjanya pasar modal dan bekerjanya pasar bagi
keinginan menguasai dan memiliki kepentingan perusahaan (market for corporate control).
Agen bisa tidak mempunyai masa depan bila kinerjanya buruk sehingga diberhentikan oleh
pemegang saham. Pasar tenaga manajerial akan menghapus kesempatan agen yang tidak
mempunyai kinerja baik dan berperilaku menyimpang dari keinginan pemegang saham
perusahaan yang dikelola oleh agen. Bekerjanya pasar modal secara efisien bisa menjadi
cermin kinerja manajer dari harga saham perusahaannya. Bekerjanya market for corporate

control bisa menghambat tindakan menguntungkan diri pengelola sendiri, dalam hal
menghentikan pengelola dari jabatannya jika perusahaan yang dikelolanya mempunyai
kinerja rendah yang memungkinkan pemegang saham baru menggantinya dengan pengelola
(agent) lain setelah perusahaan diambil alih.
Teorikeagenanmerupakanteori utama (grand theory) atas pemanfaatan jasa Satuan
Pengawas Internal (SPI) oleh instansi. Hubungan antara peran audit internal dengan teori
keagenan yang dikembangkan oleh Jansen dan Meckling (1976) ini menjelaskan adanya
perbedaan kepentingan antara manajemen (agent) dengan pemegang saham (stakeholders)
dan konflik tersebut menjadi pemicu perhatian manajemen (Wayan, 2010 dalam Maylia dan
Raharja, 2012).
MayliadanRaharja

(2012)

menyatakandalamkaitannyadenganSistemPengendalian

Intern (SPI), teori keagenan menjelaskan bahwa adanya perbedaan kepentingan antara
manajemen dengan para stakeholder, membuatpentingnyaSatuanPengawas Internal di
kalanganinstansi

BUMN.

Kecenderungandaripihakmanajemen

BUMN

yang

menginginkankeuntunganpribadi, akanmembuatdana yang diperoleh dari pemerintah mudah


disalahgunakan.
manakepaladari

OlehkarenaitudiperlukanperandariSatuanPengawas
SPI

inikedudukannyalangsungada

di

Internal

bawahkepalainstansi

yang
BUMN

dengantujuanketikahendakmengambiltindakandapatmaksimaltanpaadanyakecanggungan.Keti
kapihakmanajemenperusahaan BUMN mampumenjadiagen yang baik, maka sudah tentu
kinerja perusahaan tercapai, sehingga sebaiknya penyampaian laporan keuangan dilaporkan
tepa twaktu.
3. Ketepatan Waktu
Salah satu cara untuk mengukur transparansi dan kualitas pelaporan keuangan adalah
ketepatan waktu rentang waktu antara tanggal laporan keuangan perusahaan dan tanggal
ketika informasi keuangan diumumkan ke publik berhubungan dengan kualitas informasi
keuangan yang dilaporkan (McGee, 2007 dalam Sulistyo 2010).

Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Atik Sri Purwati (2006) menggunakan tiga kriteria
keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya:
1. Preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan
laporan akhir preleminary oleh bursa.
2. Auditors report lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal
laporan auditor ditandatangani.
3. Total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan
laporan dipublikasikan oleh bursa.
Menurut IAI (2007) bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Informasi yang relevan akan bermanfaat bagi para pemakai apabila tersedia tepat
waktu sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk mempengaruhi
keputusan yang akan diambil. Menurut Baridwan (1997) tepat waktu diartikan bahwa
informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk
membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari
tertundanya pengambilan keputusan tersebut. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi,
tetapi relevansi informasi tidak dimunkingkan jika laporan keuangan tidak tepat waktu.
Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar
Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang
merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para
pemakainya. Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat
diperbandingkan. Untuk mendapatkan informasi yang relevan tersebut, terdapat beberapa
kendala, salah satunya adalah kendala ketepatan waktu.
Hendriksen dan Van Breda (2006) dalam Adhy (2010) menyatakan bahwa informasi
tidak dapat relevan jika tepat waktu, yaitu hal itu harus tersedia bagi pengambil keputusan

sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan. Ketepatan waktu tidak


menjamin relevansinya, tetapi relevansi tidaklah mungkin tanpa ketepatan waktu. Oleh
karena itu, ketepatan waktu adalah batasan penting pada publikasi laporan keuangan.
Akumulasi, peringkasan dan penyajian selanjutnya informasi akuntansi yang dilakukan
secepat mungkin untuk menjamin tersedianya informasi sekarang di tangan pemakai.
Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa laporan keuangan harus disajikan pada kurun
waktu yang teratur yang memperlihatkan perubahan keadaan perusahaan yang pada
gilirannya mungkin akan mempengaruhi prediksi dan keputusan pemakai.
Sesuai dengan peraturan X.K.6 yang diterbitkan Bapepam, maka penyampaian laporan
keuangan tahunan yang telah diambil dikatakan tepat waktu apabila diserahkan sebelum atau
paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan
publik tersebut. Keterlambatan laporan keuangan bisa berakibat buruk bagi perusahaan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, para investor mungkin
menanggapi keterlambatan tersebut sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan. Secara
langsung, sebagai contoh di pasar modal Indonesia pada tahun 2009, perusahaan-perusahaan
publik yang melanggar prinsip keterbukaan dengan tidak menyampaikan laporan keuangan
tahunan tepat waktu telah dikenakan sanksi administrasi dan denda.
4. Audit Internal
Audit internal dilakukan oleh unit khusus dalam suatu organisasi yang independen
terhadap unit-unit organisasi yang diaudit dan dilakukan untuk kepentingan manajemen
organisasi. Menurut Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: KEP-496/BL/2008 Tentang Pedoman Dan Penyusunan Piagam Unit Audit
Internal menjelaskan bahwa audit internal merupakan suatu kegiatan pemberian keyakinan
(assurance) dan konsultansi yang bersifat independen dan obyektif, yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan, melalui pendekatan yang

sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian internal dan
proses good corporate governance.
2.2 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini karakteristik audit internal yang menjadi variabel independen yaitu
pada jumlah anggota unit audit internal, Kepribadian dan karakter ketua tim atau unit audit
internal dan tingkat pendidikan ketua unit audit internalyang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Jumlah Anggota Unit Audit Internal
Berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor: IX.1.7 mengenai Pembentukan dan Pedoman
Penyusunan Piagam Unit Audit Internal mensyaratkan Jumlah auditor internal dalam Unit
Audit Internal disesuaikan dengan besaran dan kompleksitas kegiatan usaha Emiten atau
Perusahaan Publik dan paling kurang terdiri dari satu orang auditor internal. Dalam hal Unit
Audit Internal terdiri dari satu orang auditor internal, maka auditor internal tersebut bertindak
pula sebagai kepala Unit Audit Internal.
Namun, jumlah anggota audit internal pada perusahaan publik di Indonesia bermacammacam, hal ini memunculkan paradigma bahwa semakin banyak jumlah anggota audit
internal, maka dapat meningkatkan kualitas dari laporan keuangan dan menyajikan laporan
keuangan tepat waktu, dengan semakin banyaknya jumlah anggota audit internal maka
cenderung untuk memiliki kekuatan atau power yang lebih besar (Kalbers dan Fogarty, 1993
dalam Wijaya, 2012). Berdasarkan logika berfikir di atas, maka hipotesis pertama dalam
penelitian ini adalah:
H1 : Jumlah anggota unit audit internal berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.
2. Kepribadian dan karakter ketua tim atau unit audit internal
Menurut Purnamasari (2005) dalam Mirayani dan Ni Wayan, (2012), pengalaman kerja yang
tinggi dari seorang auditor akan bermanfaat dalam mendeteksi kesalahan dan mampu mencari
penyebab kesalahan yang terjadi. Auditor yang berpengalaman dapat lebih banyak

menemukan item-item yang tidak umum dan wajar dibandingkan auditor yang kurang
berpengalaman sehingga dapat mempersingkat waktu penyelesaian tugas-tugas dan tanggung
jawab yang diberikan.
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.6 mengenai hal-hal yang dipersyaratkan
dalam uraian mengenai unit audit internal salah satunya adalah mengungkapkan riwayat
jabatan, pengalaman kerja yang dimiliki, dan dasar hukum penunjukkan. Hal tersebut dapat
menjelaskan bahwa seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengalaman yang
dimiliki, akan dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada yang tidak atau kurang
memiliki pengalaman yang cukup dalam tugasnya. Auditor yang berpengalaman, dipandang
dapat lebih cepat dalam menyelesaikan penugasan audit yang diberikan. Berdasarkan uraian
di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:
H2 : Pengalaman dari ketua unit audit internal berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.
3. Tingkat Pendidikan Ketua Unit Audit Internal
Standar umum auditing dalam Prayanti dan I Ketut (2012) mengemukakan bahwa
dalam melaksankan kegiatan auditing haruslah dilakukan oleh seseorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sehingga dalam
melakukan auditing diperlukan pendidikan formal. Tingkat pendidikan yang memadai, akan
dapat mempermudah seorang auditor dalam menjalankan profesinya dengan seefektif dan
seefisien mungkin. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada kinerja dimana dapat
diindikasikan dari jumlah temuan dan kualitas hasil pemeriksaannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh ketua unit audit internal, berarti semakin cepat dan akurat
dalam ketepatan waktu penyelesaian dan pelaporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas,
maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:
H3 : Tingkat pendidikan ketua unit audit internal berpengaruh positif terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan.

2.3 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran dari penelitian ini yaitu :
Gambar Kerangka Pemikiran

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010 sampai dengan 2013. Teknik dalam pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling. Adapun karakter sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2010
sampai 2013.

2. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan perusahaan BUMN yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia untuk periode tahun 2010 sampai dengan 2013, website-website resmi perusahaan
BUMN yang tercatat di BEI, serta data yang diperoleh dari artikel, jurnal dan penelitianpenelitian terdahulu.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
Jumlah anggota unit audit internal
Jumlah anggota unit audit internal didefinisikan sebagai banyaknya jumlah anggota auditor
internal pada satu emiten atau perusahaan. Variabel Jumlah anggota unit audit Jumlah
anggota unit audit internal
Pengalaman

ketua

unit

Ketepatan waktu pelaporan keuangan

auditor internal
Tingkat pendidikan ketua unit auditor internal
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
Jumlah anggota unit audit internal
Jumlah anggota unit audit internal didefinisikan sebagai banyaknya jumlah anggota auditor
internal pada satu emiten atau perusahaan. Variabel Jumlah anggota unit audit Ekomaks
Volume 2 Nomor 1 Maret 2013 PENGARUH KARATERISTIK AUDIT.96

internal, diukur dengan skala rasio Menurut Ghozali (2005) skala rasio adalah skala interval
yang memiliki nilai dasar (based value) yang tidak dapat dirubah. Dalam penelitian ini
jumlah anggota audit internal diukur dari banyaknya jumlah anggota unit audit internal yang
ada dalam satu perusahaan. Pengukuran tersebut merujuk pada penelitian Purwati (2006) dan
Wijaya (2010). Pengalaman ketua unit audit internal Pengalaman Ketua Unit Audit Internal
didefinisikan sebagai pengalaman masa kerja dari ketua unit audit internal yang dianggap
dapat menyelesaikan laporan keuangan dengan tepat waktu karena dapat menemukan
kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Dalam penelitian ini pengalaman ketua unit
auditor internal diukur berdasarkan selisih periode awal memulai masa kerja ketua unit audit
internal dengan tahun penelitian menggunakan skala rasio.
a. Tingkat pendidikan ketua unit audit internal

Tingkat pendidikan berkelanjutan oleh seorang auditor merupakan suatu kompetensi yang
akan dapat mempermudah auditor tersebut dalam menjalankan profesinya dengan seefektif
dan seefisien mungkin. Variabel tingkat pendidikan, diukur dari jenjang pendidikan yang
dimiliki ketua unit audit internal, dengan menggunakan skala ordinal yang merupakan
pengukuran bertingkat. Skor untuk tingkat pendidikan D3 diberi angka: 1; Strata 1 diberi
angka: 2; Strata 2 diberi angka: 3. Pengukuran tersebut merujuk pada penelitian Andriani
(2010). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:
a. Ketepatan waktu pelaporan keuangan

Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan didefinisikan pada kualitas ketersediaan


informasi untuk menunjukkan kinerja perusahaan terhadap pasar saham dan penetapan harga
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan para stakeholder. Variabel ketepatan waktu
dalam penelitian ini diukur secara kuantitatif dengan menggunakan skala rasio. Sebagai
contoh, laporan keuangan perusahaan periode 2009 dengan tanggal tutup buku 31 Desember

2009 mempunyai laporan auditor dengan tanggal 21 Maret 2010. Dengan demikian interval
hari pelaporan tersebut sebesar 80 hari.
1. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam pengujian pengaruh karakteristik auditor internal
terhadap ketepatan waktu menggunakan time series regressions dengan bantuan program
Statistical Package for Special Science (SPSS) 18.0 for windows. HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN Hasil Pengumpulan Data Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI
pada tanggal 31 Desember 2009-2011 terdiri dari 18 perusahaan. Perusahaan yang menjadi
sampel penelitian ini berjumlah 13 perusahaan selama 3 tahun pengamatan sehingga jumlah
lkaporan keuangan yang dijadikan sampel penelitian berjumlah 39 laporan keuangan BUMN.
Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu disajikan statistik deskriptif yang dapat
dilihat dalam tabel 3.

Anda mungkin juga menyukai