Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

Glumerulonefritis Akut
Pembimbing :
dr. Sudarmanto, Sp. A.

Presentan:
Dewangga Leonita, S.Ked
Rayi Kumalasari, S.Ked
Devi Mayasari, S.Ked
Stase Ilmu Kesehatan Anak RSUD DR Harjono Ponorogo
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
2012

Definisi
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu
inflamasi dan proliferasi sel glomerulus. Peradangan
tersebut terutama disebabkan mekanisme imunologis yang
menimbulkan kelainan patologis glomerulus dengan
mekanisme yang masih belum jelas. Pada anak kebanyakan
kasus glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling
sering infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A

Insidensi

dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering


pada golongan umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada
bayi.
laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan.
Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1.
Suku atau ras tidak berhubungan dengan prevelansi
penyakit ini,
prevalensi meningkat pada orang yang sosial ekonominya
rendah, sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak sehat

Etiologi

Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus,


Sterptoccocus Viridans, Gonococcus, Leptospira,
Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus,
Salmonella typhi dll
Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus,
parvovirus, influenza, parotitis epidemika dl
Parasit
: malaria dan toksoplasma 1,8.
(75%) glomerulonefritis akut timbul setelah infeksi saluran
pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman
Streptokokus beta hemolitikus grup A

patofis
Diduga respon imun yang berlebihan neuraminidase yang dihasilkan oleh
streptokokus akan mengubah IgG endogen menjadi autoantigen.

Terbentuknya autoantibody terhadap IgG yang telah berubah tersebut,


mengakibatkan pembentukan komplek imun yang bersirkulasi, kemudian
mengendap dalam membran basal

Disini terjadi aktivasi sistim komplemen yang melepas substansi yang akan
menarik neutrofil

Enzim lisosom yang dilepas netrofil merupakan faktor responsif untuk merusak
glomerulus

Gejala klinis
Lebih dari 50 % kasus GNAPS adalah asimtomatik.
Anamnesis
diawali dengan infeksi saluran napas atas dengan nyeri tenggorok dua
minggu sebelum timbul GNA
Hematuria (gross hematuria) terjadi pada 30-50 % pasien yang
dirawat.
demam, malaise, nyeri, nafsu makan menurun, nyeri kepala, atau lesu.
pemeriksaan fisik
hipertensi pada hampir semua pasien GNAPS dapat mendadak
tinggi selama 3-5 hari 1-2 minggu.
Edema bisa berupa wajah sembab, edem pretibial atau berupa
gambaran sindrom nefrotik.
Asites dijumpai pada sekitar 35% pasien dengan edem.
takipne dan dispne.
penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan urin
Volume urin sering berkurang dengan warna gelap atau kecoklatan seperti air cucian Daging
Hematuria makroskopis maupun mikroskopis dijumpai pada hampir semua pasien.
Eritrosit khas terdapat pada 60-85% kasus, menunjukkan adanya perdarahan glomerulus.2,19
Proteinuria biasanya sebanding
Sekitar 2-5% anak disertai proteinuria masif seperti gambaran nefrotik.

Pemeriksaan darah
Anemia volume cairan esktraselular. Beberapa peneliti pemendekan masa hidup eritrosit.
Kadar albumin dan protein serum sedikit menurun karena proses dilusidan berbanding terbalik
dengan jumlah deposit imun kompleks pada mesangial glomerulus.
Pemeriksaan bakteriologis
Apusan tenggorok atau kulit penting untuk isolasi dan identifikasi streptokokus
uji serologi
Peningkatan titer antibodi terhadap streptolisin-O (ASTO) terjadi 10-14 hari setelah infeksi
streptokokus

Biopsi Ginjal
Pada GNAPS biopsi ginjal tidak diindikasikan. Biopsi dipertimbangkan bila, 7,10
Gangguan fungsi ginjal berat khususnya bila etiologi tidak jelas
(berkembang menjadi gagal ginjal atau sindrom nefrotik).
Tidak ada bukti infeksi streptokokus
Tidak terdapat penurunan kadar komplemen
Perbaikan yang lama dengan hipertensi yang menetap, azotemia, gross
hematuria setelah 3 minggu

Diagnosa banding
Glomerulonefritis

kronik dengan

eksaserbasi akut
Purpura Henoch-Schoenlein yang
mengenai ginjal
Hematuria idiopatik
Nefritis herediter (sindrom Alport )
Lupus eritematosus sistemik

Pengobatan
Suportif
Istirahat total 34 minggu
Diet rendah protein (1 g/kgbb/hari)
Diet rendah garam (1 g/hari).
Simtomatik
Diuretik kuat: Furosemid 40 80 mg
Anti hipertensi
Drug of Choice: golongan vasodilator prozasin HCL dosis 3 x 12 mg/hari
Antibiotika
Penisilin : 2 x 600.000 unit, 50.000 unit /kg BB (7 10 hari)
Dan dilanjutkan per oral 2 x 200.000 IU selama fase konvalesen.

komplikasi
Komplikasinya

adalah komplikasi gagal


ginjal akut, dan meliputi kelebihan
volume,kongesti
sirkulasi,
hipertensi,
hiperkalemia,
hiperfosfatemia,
hipokalsemia, asidosis, kejang,uremia,
dan anemia

Prognosis
Glomerulonefritis akut pasca streptokok pada anak-anak
mempunyai prognosis baik, penyembuhan sempurna dapat
mencapai 99% dan kematian kurang dari 1%. Penyembuhan
sempurna pada pasien dewasa mencapai 80-90%, meninggal selama
fase akut 0-5%, terjun menjadi sindrom RPGN 5-10%, dan menjadi
kronis 5-10%.
Tanda-tanda prognosis buruk bila oliguria atau anuri
berlangsung
beberapa
minggu,
penurunan
LFG,
hipokomplemenemi menetap, kenaikan konsentrasi circulating
fibrinogen-fibrin complexes, dan kenaikan konsentrasi Fibrin
Degradation Product (FDP) dalam urin

Daftar pustaka

Travis LB, Kalia. Acute nephritic syndrome. Dalam: Poslethwaite RJ, penyunting.
Clinical pediatric nephrology. Edisi ke-2. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1994. h.
201-9.
Sekarwana HN. Rekomendasi mutahir tatalaksana glomerulonefritis akut pasca
streptokokus. Dalam: Aditiawati, Bahrun D, Herman E, Prambudi R, penyunting. Buku
naskah lengkap simposium nefrologi VIII dan simposium kardiologi V. Ikatan Dokter
Anak Indonesia Palembang, 2001. h. 141-62.
Noer MS. Glomerulonefritis. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO,
penyunting. Buku ajar nefrologi anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002. h.
345-53.
Gauthier B,Edelmann CM, Barnett HL. Clinical acute glomerulonephritis. Dalam:
Nephrology and urology for the pediatrician. Edisi ke-1. Boston: Little Brown & Co,
1982. h. 109-22.
Travis LB. Acute post infections glomerulonephritis. Dalam: Rudolph AM, Hoffman JIE,
Axelrod S, penyunting. Pediatrics. Edisi ke-18. Connecticut: Appleton & Lange, 1987.
h. 1169-71.
Langman CB. Hematuria. Dalam: Stockman III JA, penyunting. Difficult diagnosis in
pediatrics.Philadelphia: W.B.Saunders, 1990. h. 315-22.
Ramayati R dan Rusdidjas. Penanggulangan glomerulonefritis kronik pada anak.
Disampaikan pada: Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak X. Bukit Tinggi: Pancaran
Ilmu, 1996. h. 105-19.

Ogle JW. Infections: bacterial and spirochaetal. Dalam: Hay WW, Grothuis JR, Hayward AR,
Levin MJ, penyunting. Current pediatric diagnosis & treatment. Edisi ke-13. Connecticut:
Appleton & Lange, 1997. h. 1003-6.
Svensson MD, Sjorbring U dan Bessen DE. Selective distribution of a high affinity
plasminogen-binding site among group A Streptococci associated with impetigo. Infect and
Immun1999; 67:3915-20.
Bergstein JM. Condition particularly associated with hematuria. Dalam:Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson texbook of pediatrics. Edisi ke- 16.
Philadelphia: WB Saunders, 2000. h. 1577-82.
Nordstrand A, McShan WM, Ferretti JJ, Holm SE dan Norgren M.Allele substitution of the
streptokinase gene reduces the nephritogenic capacity of group A streptoccocal strain NZ131.
Infect and Immun 2000; 68:1019-25.
Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta.
Agustian. 2003. Ginjal. Ilmu Penyakit Dalam. Rumah Sakit Immanuel Bandung. hal. 367-371.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_HematuriPadaAnak.pdf/11_HematuriPadaAnak.html
. Accessed April 8th, 2009.

Anda mungkin juga menyukai