Penulis :
Irwan Rinaldi
Cetakan Pertama, Juni 2013
44 ; 148 x 105 mm
Desain Sampul dan Tata Letak :
Mumtaz Mumpuni
Penerbit
Ayah untuk Semua
2013
Barang siapa ingin dan berkenan menggandakan seluruh atau
sebagian isi buku ini, dengan ikhlas kami persilahkan,
dalam rangka sosialisasi pentingnya peran ayah.
Daftar Isi
SEKADAR MENGANTAR
SEKADAR MENGANTAR 2
10
15
20
22
24
28
32
35
37
39
Sekedar Mengantar
Dulu Begitu, Sekarang Begini
Dulu ketika anak-anak belum lahir, saya berjanji akan
menjadi ayah idaman. Ayah yang sabar dalam memahami
tingkah laku anak. Ayah yang berhari-hari kurang tidur. Tenang
dan arif menghadapi lengkingan tangis ketika kemauan anakanak tidak terpenuhi. Tetap tersenyum menangani perkelahian
antara mereka meski dengan alasan yang tidak jelas.
Tapi, ketika anak-anak lahir, saya mengingkari semua janji
tersebut. Saya selalu terjebak untuk bersikap negatif pada
anak. Saya menjadi ayah yang cerewet, penuntut, tukang
kritik, dan kadang-kadang benci pada anak sendiri.
Mungkin jika ada yang menilai keterampilan saya sebagai
ayah, akan memberikan nilai C minus atau mungkin D alias
tidak lulus. Saya memang merasa menyesal dan sadar masih
banyak yang harus saya pelajari untuk menjadi ayah idaman.
Terutama ayah yang bisa bersabar.
Sekadar Mengantar 2
Bersabar adalah Bersabar
Jika ada banyak hal yang mempesonakan di muka bumi
ini, salah satunya tentulah dunia anak. Di dunia ini, segala
keajaiban mungkin saja terjadi. Kita, ayah, tidak pernah tahu
apa yang akan dilakukan anak dari detik ke detik. Kita tidak
dapat mencegah dengan memasukkan dunia atau cara
berpikir orang dewasa pada dunianya.
Suatu hari, sehabis menonton televisi, anak-anak bisa
saja membayangkan atau merencanakan suatu pertunjukan
meloncat dari balkon lantai dua. Persis seperti adegan yang
dilihatnya di layar persegi. Atau mereka akan seperti tokoh
dalam sebuah komik: bertelanjang dada dengan sebilah pisau
dapur terselip di pinggang, berjalan, dan berlari ke sana ke
mari menegakkan kebenaran. Mungkin memaki dengan
kalimat-kalimat yang mereka tidak paham benar artinya.
Celakanya, kita tidak (jarang) betah menikmati adeganadegan dalam dunia tersebut. Sebagian besar kita mungkin
lebih sabar antri di kasir supermarket, atau menunggu tayangan
7
PERTAMA :
Berpikirlah Positif
Menghadapi kasus-kasus di atas, tidak ada jalan lain kita
harus mengubah pusat perhatian pada dimensi positif menjadi
ayah. Karena pada kenyataannya tingkah laku negatif anak
dapat diatur dan diatasi dengan pendekatan yang positif.
Berdasarkan prinsip di atas, inilah beberapa pendekatan
dalam berpikir positif :
- Mengatasi konflik dan bukan memperburuk
Keributan antara anak dengan anak atau anak dengan
ayah tidak akan berhenti jika tidak pernah diselesaikan. Ayah
yang berpikir positif adalah ayah yang mencoba mencari akar
permasalahan dan mencari jalan keluar yang jelas. Bukan ayah
yang gegabah memangkas atau menyimpulkan sesuatu di
ujung persoalan.
Contoh:
Banyak anak kita yang sangat susah tidur di malam hari.
Mereka mampu bertahan bermain berjam-jam melewati
batas kantuk orang dewasa. Biasanya, ini menjadi masalah
10
11
bilang sama Ayah. Nanti insya Allah, kalau Ayah ada uang,
Ayah akan belikan atau nanti Ayah kasih uang tambahan
untuk menabung. Ingat ya Mah.
Kalau Imah melaksanakan peraturan yang sudah
disepakati, berikan pujian dan hargai usaha anak.
- Lakukan kendali/kontrol, jangan pasif
Anak-anak dapat menguasai hidup kita, mendominasi
waktu dan membuat ayah menjadi tidak berdaya. Ayah yang
positif akan melakukan kendali pada anaknya.
Contoh:
Setiap kali pulang sekolah, Ami selalu membawa mainan
baru. Ketika ditanya oleh ayahnya, Ami mengatakan ia tidak
meminta tapi dihadiahkan oleh temannya.
Yang harus dilakukan:
Ayah tidak boleh percaya begitu saja. Ayah harus
melakukan pengecekan secara detil. Kalau perlu, ayah harus
pergi ke sekolah tanpa setahu Ami. Untuk meyakinkan
bahwa Ami tidak meminta tapi memang temannya yang
memberikan.
13
14
KEDUA :
Mengubah Tanpa Kritik Pedas
Anak-anak senang mencari perhatian ayahnya. Dan
mereka pandai menemukan titik lemah ayah. Misalnya, ada
ayah yang tidak tega dan akhirnya menyerah pada permintaan
anak jika sudah menangis.
Sebagai ayah yang berpikir positif, berikan anak perhatian
saat bertingkah laku baik. Usahakanlah tidak terlalu berlebihan
memerhatikan tingkah laku negatif, karena akan membuat
anak mengambil kesimpulan bahwa lebih baik dimarahi
daripada tidak diperhatikan.
Kritik yang dilontarkan pada anak secara terus-menerus
akan membuat anak kehilangan rasa percaya dirinya.
Mengkritik tetap dibutuhkan tapi jika terlalu banyak,
berdampak tidak baik.
Berikut ini beberapa pendekatan dalam mengkritik:
- Beritahukan nama perasaan
Jika anak kita marah, sampaikan kepada anak nama
perasaan yang sedang dialaminya.
15
Contoh:
Sari, 4 tahun, tiba-tiba melemparkan seluruh mainannya.
Sari merasa ayahnya tidak mendengarkan permintaannya
karena pada waktu yang sama, ayah sedang menerima
telepon.
Yang harus dilakukan:
Hindarkan meng-counter tingkah laku secara langsung.
Segeralah mencari titik temu dengan menamai perasaan Sari.
Oh, maaf sayang. Ayah tahu kamu sedang marah sampai
melempar semua mainan ke dinding. Marah boleh tapi tidak
lempar-lempar mainan, sambil langsung mengambil mainan
di sekitar anak yang sudah dan akan dilempar.
- Tunjukkan ciri positif anak
Daripada mengkritik anak karena kesalahannya, lebih baik
tunjukkan ciri positif anak.
Contoh:
Ayah tahu pasti tentang kelakuan Fakhri akhir-akhir
ini di sekolah. Laporan-laporan tidak mengenakkan sudah
diterimanya dari intel-intel-nya, seperti bapak guru dan
teman-teman Fakhri.
Yang harus dilakukan:
Hari ini dan Insya Allah juga hari berikutnya, Ayah akan
16
18
19
KETIGA :
Sabar Butuh Latihan
Semua orang pada dasarnya mampu bersabar. Sabar
dapat dilatih dengan cara memahami sifat, sikap, perasaan,
dan harapan yang kita miliki.
Sabar dimulai dari sikap. Jika kita seorang perfeksionis,
maka sekarang waktunya untuk meninggalkan itu. Sadari
bahwa rumah tidak akan kembali normal, bersih, dan rapi
(semua tertata ditempatnya) sampai anak-anak tumbuh
dewasa. Pandanglah kenakalan anak sebagai fase normal dan
akan segera berlalu.
Contoh:
Ayah selalu kesal setiap kali anak-anak membongkar kotak
mainannya. Ayah takut kalau ada tamu, rumah berantakan
sekali. Ayah jadi sering marah ketika anak mulai membongkar
mainannya. Ayah inginnya anak selalu rapi. Setiap kali
mengambil mainan harus mengembalikannya.
Yang harus dilakukan:
Carikan tempat untuk membongkar kotak mainan.
Jelaskan kepada anak, ruangan mana saja yang boleh dipakai
20
21
Lihat
KEEMPAT :
Kenakalan Dengan Santai
23
KELIMA :
Cari Gelombang Sabar yang Pas
Kadang-kadang seseorang marah karena terlalu lelah,
tertekan, atau terlalu banyak pekerjaan. Atau, karena tidak
ada yang membantu dan tidak punya cukup waktu untuk diri
sendiri.
Berikut ini cara mencari gelombang sabar yang pas :
- Berbagi tugas
Ajaklah anggota keluarga berbagi tugas. Jika anak masih
kecil dan satu-satunya anggota keluarga adalah istri, ajak dia
berpartisipasi dalam menangani anak di rumah.
Contoh:
Pekerjaan rumah yang paling berat (mungkin) untuk
dilakukan adalah membangunkan anak, menemani
mengerjakan PR dan sejenisnya.
Yang harus dilakukan:
Bagilah tugas sesuai dengan kemampuan pasangan.
Sebagai manajer, kita tinggal membuat perencanaan
24
27
KEENAM :
Sadarilah : Butuh Waktu
Untuk Penyabar
Menjadi sedikit penyabar memang butuh latihan. Latihan
selalu berhubungan dengan waktu. Kalau dengan waktu pun
kita ternyata mempunyai masalah, mungkin di bawah ini layak
dicoba:
- Milikilah waktu yang lebih panjang
Kesabaran akan hilang jika waktu terbatas. Terlambat
menunaikan janji misalnya, sering membuat orang tidak
sabar. Atau, meminta anak menyelesaikan pekerjaan yang
relatif berat dengan alokasi waktu yang pendek.
Contoh:
Ayah Lili adalah seorang ayah yang bekerja. Setiap pagi,
Ayah Lili tegang karena takut terlambat datang ke tempat
kerja. Ayah Lili biasanya akan segera membangunkan anakanak agar tidak terlambat sekolah dan marah jika anaknya
terlambat mandi, makan, ganti baju, dan lain-lain. Kemarahan
Ayah Lili ternyata tidak membuat anak-anaknya cepat
mengerjakan tapi justru semakin lambat.
28
29
30
31
KETUJUH :
Yakinilah : Sabar Itu Besar Hikmahnya
Orangtua (terutama Ayah) dan guru yang sabar
merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan anak.
Ayah dan guru yang kurang sabar dapat merusak proses
pendidikan anak, baik dalam segi kepribadian, perilaku,
maupun hubungan sosial. Oleh karena itu tidak heran jika
Rasulullah SAW berpesan kepada seorang sahabat jangan
engkau marah. Sabar merupakan sikap yang sulit dilakukan
secara kontinyu. Makanya manusia diperintahkan sabar dan
memperjuangkan kesabaran, ketika sulit menjadi sabar (Q.S.
Ali Imrn 3: 200).
Keutamaan sabar dalam Islam :
- Menjadi pemimpin yang senantiasa mendapat hidayah
(Q.S. As Sajdah 32: 24),
- Mendapatkan kalimah (rahmat) Allah yang baik dan
sempurna (Q.S. Al Arf 7: 137),
- Mendapat balasan yang tidak terhingga (Q.S. Az Zumar
39: 10) dan juga hadits Rasulullah SAW. tiada pemberian
32
34
KEDELAPAN :
Contohkan Kesabaran Kepada Anak
Ada cara yang lebih cepat dan tepat dalam membangun
rasa sabar. Ajaklah anak ikut bersabar dalam berbagai hal
dengan mengajarkan mereka kesabaran.
Anak-anak secara fitrah memang kurang sabar dan
mudah frustrasi. Jika ayah meladeni sikap negatif anak dengan
yang sama, maka anak akan sulit mengubah sikapnya. Sikap
kalem dan tenang dari kita, merupakan cara terbaik untuk
mengajarkan anak, bahwa apa pun masalahnya, segala
sesuatu bisa diselesaikan dengan ketenangan dan kesabaran.
Contoh:
Ayah marah kepada Nunik anaknya, 5 tahun, karena
menggunting rambutnya sendiri. Ayah tahu bahwa rambut
Nunik akan tumbuh lagi. Tapi memikirkan penampilan
anaknya yang sebentar lagi mau masuk sekolah dengan
kepala botak, tidak kuat hati Ayah.
Yang harus dilakukan:
Jika ini terjadi, jangan sungkan untuk meminta maaf
kepada anggota keluarga. Keteladanan yang ditunjukkan
35
36
KESEMBILAN :
Arahkan Nafsu, Keluarkan Kesabaran
37
- Berdoalah
Agar dijadikan orang yang selalu bersabar dan dapat
menahan amarah. Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah
adalah Ya Allah, Rabb Nabi Muhammad. Ampunilah dosaku,
hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah aku dari
fitnah-fitnah yang menyesatkan. (H.R. Ibnu Sina).
Nafsu kadang-kadang tidak selamanya negatif.
Bagi kita, ayah, tinggal berusaha mengarahkan
nafsu kepada kebaikan agar rasa sabar muncul
dengan sendirinya.
38
Raih
KESEPULUH :
dan Bangun Kerjasama
dengan Anak
39
40
42
Tentang Penulis
Irwan Rinaldi, menamatkan pendidikannya di Universitas
Indonesia serta di salah satu Sekolah Tinggi Filsafat di
Jakarta. Pria Kelahiran dusun Biaro Bukittinggi ini terus
belajar membaktikan dirinya kepada persoalan Pengasuhan
(Parenting), khususnya ke-Ayah-an.
Alamat email : ir1_iqro@yahoo.com
43
44