BAGIAN 1

HIDRO-OSEANOGRAFI

NUR YUWONO
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN,
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA

GELOMBANG
TEORI GELOMBANG

KETERANGAN
= potensial kecepatan
= frekuensi gelombang
a = amplitudo gelombang
=H
H = tinggi gelombang
L = panjang gelombang
C = kecepatan rambat
gelombang
g = percepatan grafitasi
k = angka gelombang
d = kedalaman
y = sumbu/jarak vertikal
x = sumbu/jarak horisontal
t = waktu

d
Y = -d
k= 2 /L ; = 2 /T

GELOMBANG
TEORI GELOMBANG

d
Y = -d

Teori gelombang diturunkan dari

persamaan kontinyuitas untuk aliran
tak rotasi (persamaan Laplace):

2
2

0
2
2
x
y

Kondisi.batas.bawah

v
0
y
Kondisi.batas. permukaan
persamaan.Bernoulli
1 2
p
2
(u v ) gy 0
t 2

dilinieris asi
1

y
g t
1

y 0
g t

1 2
v

t
g t 2
ag cosh k (d y )

sin( kx 3t )

cosh kd

GELOMBANG

TEORI GELOMBANG
Rumus gelombang linier (Small amplitude wave theory) (Airy):

L C.T
C

g .L
tanh(2d / L )
2

L
C

H
cos(kx t )
2

Keterangan:
C = kecepatan rambat gelombang

L = panjang gelombang
T = periode gelombang
d = kedalaman air
H = tinggi gelombang

k= 2

/L ; = 2 /T

TEORI GELOMBANG
KLASIFIKASI GELOMBANG

KLASIFIKASI GELOMBANG BERDASARKAN KEDALAMAN

Gelombang perairan dangkal

Gelombang perairan transisi
Gelombang perairan dalam

Gelombang perairan dalam

2d
tanh
1
L
Gelombang perairan dangkal

tanh

2d 2d

L
L

:
d/L < 1/20
: 1/20 < d/L < 1/2
:
d/L > 1/2

gT
C0
1,56.T
2
gT 2
L0
1,56.T 2
2
C g .d
L T . g .d

TEORI GELOMBANG
DEFORMASI GELOMBANG

Pendangkalan (shoaling)

Refraksi

Proses pemindahan energi gelombang ke arah daerah yang

terlindung, sehingga pada daerah terlindung tersebut terjadi
gelombang.

Refleksi

Proses berbeloknya arak gerak gelombang akibat perubahan

kedalaman

Difraksi

Proses perubahan tinggi gelombang karena perubahan kedalaman.

Proses pemantulan energi gelombang akibat adanya bangunan

yang menghalangi gerak gelombang. Proses refleksi pada
gelombang terjadi seperti refleksi cahaya pada cermin.

Gelombang pecah

Gelombang pecah karena kedalaman

Gelombang pecah karena steepness (Wave steepness = 1/7)
6

TEORI GELOMBANG

PENDANGKALAN DAN REFRAKSI GELOMBANG

P1

P E.n.C E 1 gH 2

B1

P1.B1 P2 .B2
E1.n1.C1.B1 E2 .n2 .C2 .B2
1
1
2
g.H1 .n1.C1.B1 g.H 22 .n2 .C2 .B2
8
8
H2
n1.C1 B1
Ks

H1
n2 .C2 B2

n1C1
n2C2

1
2k .d

n 1
2 sinh( 2k .d )

B1
B2

KR

Ks = Koefisien Shoaling

KR = Koefisien Refraksi

H
H
'
H0 H0

B1
B2

TEORI GELOMBANG

HUKUM SNELL pada refraksi gelombang

d 1 > d2

C1 > C2
L 1 > L2

d1
d2

sin 1 C1

sin 2 C2

TEORI GELOMBANG
REFRAKSI GELOMBANG

sin(1 ) C1 L1

sin( 2 ) C2 L2
L0
L1

x
sin( 0 ) sin(1 )
B0
B1
x
cos( 0 )
cos(1 )
KR

B0
cos( 0 )

B1
cos(1 )

B0

Hukum Snell

d/L= 0,5

x
B1

1
x

TEORI GELOMBANG
REFRAKSI GELOMBANG

10

TEORI GELOMBANG
REFRAKSI GELOMBANG

11

TABEL C-1, SHORE PROTECTION MANUAL (1984)

d/Lo

d/L

Ks=H/Ho

Tanh(kd)

0,01

0,04032

1,435

0,9792

0,2480

0,02

0,05763

1,226

0,9588

0,3470

0.03

0,07135

1,125

0,9388

0,4205

0,04

0,08329

1,064

0,9192

0,4802

0,05

0,09416

1,023

0,8999

0,5310

0,06

0,1043

0,9932

0,8811

0,5753

0,07

0,1139

0,9713

0,8627

0,6144

0,08

0,1232

0,9548

0,8448

0,6493

0,09

0,1322

0,9422

0,8273

0,6808

0.10

0,1410

0,9327

0,8103

0,7093

0,15

0,1833

0,9133

0,7325

0,8183

0,20

0,2251

0,9181

0,6677

0,8884

0,25

0,2679

0,9340

0,6120

0,9367

0,30

0,3121

0,9490

0,5777

0,9611

0,35

0,3579

0,9640

0,5501

0,9780

0,40

0,4050

0,9761

0,5314

0,9877

0,45

0,4511

0,9847

0,5192

0,9933

0,50

0,5018

0,9905

0,5115

0,9964

0,60

0,6006

0,9965

0,5040

0,9990

12

TEORI GELOMBANG
DIFRAKSI GELOMBANG
H(Q) =KD(Q).HP
Keterangan:

H(P) = tinggi gelombang di titik P

H(Q) = tinggi gelombang dititik Q

KD(Q) = koefisien difraksi = f(r, ,

13

TEORI GELOMBANG
DIFRAKSI GELOMBANG

14

TEORI GELOMBANG
DIFRAKSI GELOMBANG

15

TABEL KOEFISIEN DIFRAKSI (KD) (WIEGEL, 1962)

(derajat)

r/L
0

30

60

= 15

90

120

150

180

0,5

0,49

0,83

0,97

1,03

1,01

0,99

1,00

1,0

0,38

0,83

1,04

0,99

1,01

1,00

1,00

2,0

0,21

0,86

1,03

1,02

1,00

1,00

1,00

5,0

0,13

0,99

1,03

0,99

1,00

1,00

1,00

10,0

0,35

1,10

0,98

1,01

1,00

1,00

1,00

= 30

0,5

0,61

0,68

0,87

1,03

1,03

0,99

1,00

1,0

0,50

0,63

0,95

1,05

0,98

1,01

1,00

2,0

0,40

0,59

1,07

0,96

0,98

0,99

1,00

5,0

0,27

0,55

1,04

1,02

0,99

1,01

1,00

10,0

0,20

0,54

1,06

0,99

1,00

1,00

1,00

= 45

0,5

0,49

0,55

0,73

0,96

1,06

1,00

1,00

1,0

0,38

0,47

0,76

1,07

0,98

1,01

1,00

2,0

0,29

0,39

0,83

1,04

1,03

1,01

1,00

5,0

0,18

0,29

1,01

1,05

1,00

1,01

1,00

10,0

0,13

0,22

1,13

0,96

1,02

1,00

1,00

16

TABEL KOEFISIEN DIFRAKSI (KD) (WIEGEL, 1962)

(derajat)

r/L
0

30

60

= 60

90

120

150

180

0,5

0,40

0,45

0,60

0,85

1,04

1,03

1,00

1,0

0,31

0,36

0,57

0,96

1,06

0,98

1,00

2,0

0,22

0,28

0,55

1,08

0,96

0,98

1,00

5,0

0,14

0,18

0,53

1,04

1,03

0,99

1,00

10,0

0,10

0,13

0,52

1,07

0,98

1,00

1,00

= 75

0,5

0,34

0,38

0,50

0,71

0,97

1,05

1,00

1,0

0,25

0,29

0,43

0,75

1,02

0,98

1,00

2,0

0,18

0,22

0,36

0,83

1,04

1,03

1,00

5,0

0,12

0,13

0,27

1,01

1,05

0,99

1,00

10,0

0,08

0,10

0,20

1,14

0,96

1,01

1,00

= 90

0,5

0,31

0,33

0,41

0,59

0,85

1,03

1,00

1,0

0,22

0,24

0,33

0,56

0,96

1,05

1,00

2,0

0,10

0,18

0,26

0,54

1,08

0,96

1,00

5,0

0,10

0,11

0,16

0,53

1,04

1,02

1,00

10,0

0,07

0,08

0,13

0,52

1,07

0,99

1,00

17

TABEL KOEFISIEN DIFRAKSI (KD) (WIEGEL, 1962)

(derajat)

r/L
0

30

60

= 105

90

120

150

180

0,5

0,28

0,29

0,35

0,49

0,72

0,97

1,00

1,0

0,20

0,24

0,27

0,42

0,75

1,06

1,00

2,0

0,14

0,13

0,20

0,35

0,83

1,03

1,00

5,0

0,09

0,10

0,13

0.27

1,02

1,04

1,00

10,0

0,07

0,08

0,09

0,20

1,14

0,97

1,00

= 120

0,5

0,25

0,27

0,31

0,41

0,60

0,87

1,00

1,0

0,18

0,19

0,23

0,33

0,57

0,95

1,00

2,0

0,13

0,14

0,17

0,26

0,55

1,07

1,00

5,0

0,08

0,08

0,11

0,16

0,53

1,04

1,00

10,0

0,06

0,06

0,07

0,13

0,52

1,06

1,00

= 135

0,5

0,24

0,25

0,26

0,32

0,42

0,63

1,00

1,0

0,18

0,18

0,19

0,23

0,34

0,59

1,00

2,0

0,12

0,13

0,14

0,17

0,26

0,56

1,00

5,0

0,08

0,08

0,08

0,11

0,17

0,54

1,00

10,0

0,05

0,06

0,06

0,08

0,13

0,53

1,00

18

TEORI GELOMBANG
REFLEKSI GELOMBANG
HR =KRHi

HR

Keterangan:

HR = tinggi gelombang reffleksi

Hi = tinggi gelombang datang
KR = koefisien refleksi

Hi
19

TEORI GELOMBANG
REFLEKSI GELOMBANG

Hmaks

Hi
i
cos(kx t )
2
Hr
r
cos(kx t )
2
H maks H min
Hr
2
H
H min
H i maks
2
Hi
i r (1 K R ) cos(kx). cos(t )
2
KOEFISIEN REFLEKSI

Hmin

Hmaks

No

TIPE BANGUNAN

KR

Dinding vertikal dengan

puncak di atas air

0,70 1,00

Dinding vertikal dengan

dinding terendam

0,50 0,70

Tumpukan batu sisi

miring

0,30 0,60

Tumpukan blok beton

0,30 0,50

20

TEORI GELOMBANG

GELOMBANG PECAH KARENA KEDALAMAN

Gelombang dari deep water
menjalar ke pantai, pada saat
mencapai kedalaman tertentu (db),
gelombang tersebut akan pecah.
Tipe gelombang pecah ada tiga
macam: Spilling, Surging dan

Plunging

db

21

TEORI GELOMBANG
TIPE GELOMBANG PECAH

Plunging

Spilling
Surging ?
22

TEORI GELOMBANG
TIPE GELOMBANG PECAH

PLUNGING
23

TIPE GELOMBANG PECAH

SPILLING BREAKER

SURGING BREAKER

PLUNGING BREAKER

UNTUK PANTAI YANG RELATIF HORISONTAL,

GELOMBANG AKAN PECAH PADA KEDALAMAN
d = 1,28 H

24

WAVE TRANSMISI

25

TEORI GELOMBANG
TIPE GELOMBANG PECAH

26

SURVEY GELOMBANG

1. Angin

2.

5. Sedimen (Dasar dan Layang)

6. Properti Fisik Air Laut (non

Gelombang sedimen)

3. Pasang Surut

7. Rupabumi (Topografi-Batimetri)

4. Arus
Yang diukur adalah tinggi dan periode gelombang:
- Arah juga bisa diukur, membutuhkan yang alat lebih rumit
- Biasanya diukur setiap 0,5 detik (2 Hz).
27

SENIX ADT dan

Senix ADT

PERLENGKAPAN

Fungsi:
Pengukuran gelombang.

Batere
kering

Data Logger

Notebook

Kotak
berisi
baterai
kering
dan data
logger

Senix ADT

Alat ukur gelombang

yang ditempatkan
di atas air (secara langsung)
28

Alat ukur gelombang

yang ditempatkan
di bawah air
30

Alat ukur gelombang

yang ditempatkan
di bawah air

31

32