Anda di halaman 1dari 21

Rima Puspitasari

121411026
3A D3 Teknik Kimia
AUDIT PRODUKSI BERSIH
Tahap 2 : Assesment
Pada tahap ini dilakukan inventarisasi dan analisis proses produksi. Data yang dikumpulkan
pada tahap ini mencakup beberapa aspek terkait produksi bersih, diantaranya :
1. Aspek umum
2. Aspek proses/teknis
3. Aspek produk dan bahan
4. Aspek ekonomis
5. Aspek lingkungan hidup
2.1 Aspek umum
Aspek umum mencakup Peraturan Perundangan yang terkait Produksi Bersih; Diagram
Organisasi; Manuals, guidelines Produksi Bersih; dan Standar-standar lingkungan.
2.1.1 Peraturan Perundangan yang terkait Produksi Bersih
Beberapa kebijakan pemerintah terkait produksi bersih untuk mendorong terwujudnya
pembangunan berkelanjutan:
1. Mempromosikan program produksi bersih agar semua pihak terkait mempunyai
persepsi yang sama, sehingga dapat dicapai suatu konsensus yang dinyatakan dalam
Komitmen Nasional dalam penerapan strategi produksi bersih di Indonesia.
2. Menganjurkan

pelaksanaan

produksi

bersih

termasuk

berbagai

perangkat

manajemen lingkungan, seperti audit lingkungan, sistem manajemen lingkungan (ISO


14001), evaluasi kinerja lingkungan, ecolabel, dan produktivitas ramah lingkungan
(green productivity) di Indonesia.
3. Mengkaji kembali kebijakan dan program nasional dalam pengelolaan lingkungan
untuk mengantisipasi diberlakukannya kebijakan lingkungan yang bersifat global.
4. Melaksanakan pembinaan teknis dengan cara memberikan bantuan tenaga ahli,
melaksanakan proyek-proyek percontohan serta menyebarluaskan informasi
mengenai teknologi bersih melalui seminar, penyuluhan, internet, pendidikan dan
latihan. (Sumber : www.menlh.go.id)

2.1.2 Diagram Organisasi

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero)

Direktur Refinery bertanggung jawab untuk membawahi 6 kilang, dimana salah satunya
yakni kilang RU-III. Masing-masing Refinery Unit (RU) memiliki struktur organisasi yang berbedabeda, dibawah kendali pusat. Struktur organisasi di PT PERTAMINA (Persero) RU III dapat dilihat
pada Gambar 6.2. Secara struktural, Penanggung jawab tertinggi Refinery Unit-III adalah seorang
General Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Director Refinery atas target
produksi dan kinerja kilang RU-III.

Gambar 2. Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong

2.4 Aspek Lingkungan Hidup


Limbah utama PT PERTAMINA adalah minyak sisa long residu yang tidak dapat diolah lagi
dan sisa-sisa hasil kebocoran pipa yang tercampur dengan air. Untuk proses pemisahan air dan
minyak digunakan oil catcher (OC). Prinsip kerja dari oil catcher ialah memisahkan air dan
minyak berdasarkan densitasnya. Kilang Plaju memiliki delapan OC dan kilang Sungai Gerong
memiliki dua oil separator (OS). Minyak sisa long residu yang tidak dapat diolah lagi diekspor ke
China yang akan diolah menjadi oli melalui proses cracking.
Unit lain yang digunakan dalam pengelolaan limbah ialah flaring system. Flaring
(cerobong api) digunakan untuk membakar gas buang yang akan dikeluarkan ke lingkungan dan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Tujuan dari dilaksanakannya flaring yaitu untuk
mencegah terjadinya pencemaran udara dan juga untuk mencegah terjadinya kebocoran gas
eksplosif dalam kilang akibat tekanan gas berlebih pada reaktor. Oleh karena itu, setiap tangki
dan alat pengolahan yang berhubungan dengan pengendalian tekanan harus terdapat pipa
penyaluran menuju flaring, untuk alasan keselamatan.

Alur proses yang terjadi pada sistem IPAL dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertamatama, air limbah yang berasal dari tangki SWS Area, Supernatan, dan Backwash multimedia
filter masuk ke dalam bak ekualisasi untuk menstabilkan kualitas dan kapasitas air limbah
yang akan diproses. Air limbah dari bak ekualisasi dipompakan masuk ke dalam bak
netralisasi yang sebelumnya diinjeksikan dengan Nasco 820 untuk mendapatkan kondisi pH
asam agar proses oksidasi dapat berlangsung dengan baik.
Selanjutnya, air limbah dialirkan menuju bak netralisasi sebelum diolah pada proses
koagulasi dan flokulasi. Proses koagulasi dan flokulasi yang dilakukan sangat dipengaruhi
oleh jumlah suspended solid, pH, dan dosis optimum koagulan-flokulan yang ditambahkan.
Setelah itu, air limbah dimasukkan ke dalam bak DAF (Dissolved Air Floataion) untuk proses
pemisahan minyak. Air limbah yang sudah tidak lagi mengandung minyak kemudian
dialirkan menuju pengolahan biologis di dalam bak lumpur aktif untuk menurunkan kadar
BOD dan COD dengan bantuan mikroorganisme aerobik. Sebagian lumpur hasil dari porses
lumpur aktif diendapkan menggunakan Clarifier Tank. Sedangkan sebagian lagi akan
dikembalikan dengan menggunakan pompa Clarifier Sludge Pump masuk ke bak lumpur
aktif. Kelebihan sludge disalurkan menuju ke tangki Sludge Thickener, sedangkan air yang
jernih masuk ke dalam bak Clarifier Water Tank.
Apabila level lumpur sudah lebih dari 45 %, kelebihan lumpur akan di keluarkan dan
dimasukkan ke dalam sludge thickener yang kemudian akan di pompakan menuju decanter
untuk memisahkan lumpur dan air. Hasil dari pengolahan ini berupa lumpur padat yang
akan diolah sebagai limbah B3, sedangkan air yang terpisah ditampung di dalam bak
supernatant untuk dikembalikan lagi menuju tangki ekualisasi untuk diproses kembali.
Air limbah keluaran dari Clarifier Water Tank dipompakan masuk ke dalam unit
filtrasi untuk disisihkan ialah partikel tersuspensi hingga 30 mikron dengan menggunakan
medium filter antrachite. Diharapkan air yang keluar dari sistem IPAL ini sudah memenuhi
nilai baku mutu air limbah sesuai dengan Permen LH No 19 Tahun 2010, sehingga tidak
berbahaya lagi dan dapat dibuang dengan aman ke lingkungan.
Selain limbah padat, cair, dan gas, juga dihasilkan limbah B3 yang diklasifikasikan sebagai
berikut.
1) Oil sludge, bersumber dari tank cleaning dan pengelolaannya dilakukan SOR dan Co
Processing.

2) Spent Catalyst bersumber dari proses catalyst cracking dan pengelolaannya dilakukan Co
Processing dan pembuatan con block.
3) Act Carbon, bersumber dari unit utility. Biasanya digunakan untuk proses penjernihan air.
Dikelola dengan melakukan Co Processing terhadap limbah.
4) Isolasi, bersumber dari unit maintenance. Isolasi ini digunakan untuk membungkus pipa
steam. Pengelolaan limbah isolasi ini secara Co Processing
5) Ex Chemical, bersumber dari laboratorium dan pengelolaannya dilakukan secara Co
Processing.
6) Tube gas detector, bersumber dari Occupational Health Section. Tube gas Detektor
merupakan alat pengukur kadar bau. Dilakukan Co Processing dalam pengolahan
limbahnya.
7) Filter bekas, bersumber dari workshop dan pengelolaannya dilakukan Co Processing.
8) Catridgedan toner, bersumber dari bagian IT. Pengelolaan limbah ini dilakukan secara Co
Processing.
9) Baterai bekas, bersumber dari workshop, maintenance dan operation. Pengelolaan
limbah ini dilakukan secara Co Processing.
10) Drum bekas, bersumber dari workshop, maintenance dan operasi. Pengelolaannya
dilakukan dengan cara Co Processing.
11) Alat Kesehatan, bersumber dari rumah sakit. Pengelolaan limbahnya dilakukan dengan
incinerator.
12) Sludge hasil pengolahan biologi, diolah dengan cara Co Processing.

Setelah itu, Sistem Pengolahan limbah B3 dilanjutkan oleh pihak ketiga, PT Wastec
Internasional. Namun, sebelum diangkut oleh PT Wastec International limbah limbah
kategori B3 ini disimpan terlebih dahulu di gudang penyimpanan sementara maksimal 90
hari.

2.1.3 Standar Lingkungan


Limbah yang dihasilkan PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong sudah melalui
proses pengolahan, sehingga limbah yang dibuang ke lingkungan sudah memenuhi baku
mutu yang sudah ditetapkan.

2.2

Aspek Teknis/Proses

2.2.1 Diagram alir proses

2.2.2 Penjelasan Proses Operasi


Unit Crude Distiller II memiliki kapasitas produksi sebesar 2000 T/D dengan bahan baku
crude oil yang berasal dari Cocktail dan Gresik sebagai main feed.
Unit CD II terdiri dari satu buah kolom evaporator dan lima buah kolom fraksionator.
Crude oil yang mengandung komponen C1-C50 dipompa dari tanki penyimpanan dengan
menggunakan pompa P-31/32/33 ke dalam kolom evaporator setelah melewati tungku-I
(furnace-I). Agar mengurangi beban tungku, crude oil dialirkan melalui pemanas awal (preheater) 6-5/6 dan 6-1/2/3/4 terlebih dahulu hingga mencapai temperatur 138oC.
Pemanasan awal ini memanfaatkan panas produk long residue kolom-IV. Crude oil panas
tersebut dipanaskan lagi dalam tungku hingga mencapai temperatur operasi flash zone dari
evaporator, yaitu 255oC, lalu diumpankan ke dalam evaporator bertekanan 1.8 kg/cm2g.
Pada evaporator, terjadi pemisahan yang menghasilkan produk atas yang mengandung
komponen C1-C16 dan produk bawah yang mengandung komponen C17-C50.
Produk atas evaporator diumpankan ke dalam kolom-I pada tray 10. Pada kolom I, terjadi
pemisahan lebih lanjut sehingga menghasilkan produk atas (C1-C10) sebagai umpan kolomV, produk side stream (C11-C14) sebagai umpan kolom-II, dan produk bawah (C14-C16) yang
digabungkan dengan aliran side stream kolom IV menuju ke Light Gas Oil Stripper 2-1.
Produk bawah stripper didinginkan di pendingin sehingga didapatkan produk LCT (C21-C30),
sedangkan produk atas stripper masuk ke kolom-IV.
Produk bawah evaporator dipanaskan dalam tungku-II hingga mencapai temperatur
344oC, lalu dimasukkan ke dalam kolom-IV pada tray 4. Produk atas kolom-IV dikondensasi,
lalu dikembalikan ke dalam kolom-IV sebagai reflux, sedangkan produk bawah kolom-IV
yang berupa long residue dikirim ke High Vacuum Unit (HVU-II)-Sungai Gerong.
Pada kolom-II, terjadi pemisahan lebih lanjut produk side stream kolom-I. Produk atas
kolom-II yang mengandung komponen C11-C12 dikondensasikan dalam kondensor dan
dimasukkan ke dalam akumulator, lalu digunakan sebagai reflux kolom-I dan kolom-II.
Produk bawah kolom-II didinginkan dalam pendingin 4-9/10 dan diambil sebagai LKD.
Produk atas kolom-I diumpankan ke dalam kolom V pada tray 3. Produk atas kolom-V
dikondensasikan dalam kondensor parsial 5-3/4/5/6/7 dan 8-20.
Aliran gas kondensor dibagi dua. Aliran pertama langsung diumpankan ke SRMGC,
sedangkan aliran kedua dikondensasi lagi dalam kondensor 4-7/8, lalu di-flash dalam tangki

8-9. Gas dari 8-9 yang tidak terkondensasi dialirkan ke SRMGC, sedangkan cairannya diambil
sebagai crude butane. Cairan kondensor 8-20 di-flash dalam tangki 8-8, gas dialirkan ke
SRMGC, sedangkan cairan hasil flash ada yang dialirkan sebagai reflux kolom-V dan sebagian
lainnya diambil sebagai SR Tops (C5-C7). Sebagian produk bawah kolom-V dialirkan sebagai
reflux kolom-I dan sebagian lagi ke kolom V. Side stream kolom-V diumpankan ke dalam
kolom-III, selanjutnya terjadi pemisahan. Produk atas kolom-III dikembalikan ke kolom-V,
sedangkan produk bawahnya didinginkan sehingga diperoleh produk nafta-II.
2.2.3 Layout pabrik, mesin, dan peralatan

Layout Pabrik
PERTAMINA (Persero) RU-III terbagi menjadi dua kilang, yakni kilang Plaju dan kilang

Sungai Gerong. Kedua kilang ini dipisahkan oleh Sungai Komering dan di sebelah utara
berbatasan dengan Sungai Musi.

Penempatan lokasi yang demikian, cukup berdampak positif karena dapat


memberikan beberapa keuntungan, seperti:
1) Proses transportasi bahan baku dan produk dapat melalui Sungai Musi dan Sungai
Komering;
2) Sumber bahan baku dan pendukung yang relatif dekat, yaitu berasal dari daerah
Sumatera, teutama Sumatera bagian selatan (Sumbagsel);
3) Sumber air pendingin dapat diambil dari Sungai Komering;
4) Air hasil proses di kilang dapat dibuang di Sungai Komering dan Sungai Musi.

Peralatan
Sistem Pemproses Crude Distiller dan Gas Plant (CD & GP)

(1) Crude Distiller II (CD II)


Peralatan proses utama di CD II terdiri dari empat kolom distilasi dan satu kolom evaporator.

(2) Crude Distiller III (CD III)


Peralatan proses utama di CD III terdiri dari tiga kolom distilasi dan satu kolom stabilizer.

(3) Crude Distiller IV (CD IV)


Peralatan proses utama di CD IV terdiri dari tiga kolom distilasi dan satu kolom stabilizer.

(4) Crude Distiller V (CD V)


Peralatan proses utama di CD V terdiri dari lima kolom distilasi.

(5) Unit Stabilizer C/A/B


Peralatan proses utama di Stabilizer C/A/B terdiri dari tiga kolom stabilizer yaitu kolom C,A,
dan B.

(6) Unit SRMGC


SRMGC merupakan unit pendukung yang ada di CD&GP. Unit ini berfungsi untuk
meningkatkan tekanan dari gas yang berasal dari CD sebelum diumpankan ke BB Distiller.
Unit ini terdiri dari tiga buah kompresor.

(7) Unit BB Distiller


Alat proses utama unit Butane-Butylene Distiller terdiri dari kolom absorber,
depropaneeizer, debuthanizer, dan stripper.

(8) Unit BB Treater


Unit BB Treater terdiri dari dua bagian, yaitu Settler A dan Settler B.

(9) Unit Alkilasi


Unit Alkilasi terdiri dari sebuah reaktor dan empat kolom distilasi. Kolom destilasi terdiri
dari kolom deisobuthanizer, depropaneeizer, stabilizer, dan rerun.

(10) Unit Polimerisasi


Unit Polimerisasi memiliki tiga set converter (masing-masing set tersebut memiliki tiga
buah converter) dan satu kolom stabilizer. Pada kondisi normal hanya dua set converter
yang berfungi, sedangkan satu set yang lain berada dalam kondisi penggantian katalis.
Converter yang digunakan adalah jenis shell and tube. Pada bagian tube terdapat katalis,
selain itu tube juga merupakan tempat terjadinya reaksi, sedangkan minyak dialirkan pada
bagian shell sebagai pengatur kestabilan temperatur reaksi.

Sistem Pemproses Crude Distiller & Light Ends (CD&L)


1) Crude Distiller VI
Alat pemproses utama CD VI adalah dua kolom fraksinator.

2) High Vacuum Unit (HVU-II)


HVU-II menggunakan satu kolom yang terbagi atas dua bagian, yaitu bawah yang berupa
tray column dan bagian atas yang berupa packed column. HVU-II menggunakan ejector
steam untuk menciptakan kondisi vakum.

3) Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU)

2.3 Aspek Produk dan Bahan


2.3.1 Bahan
Bahan baku utama
Kilang RU-III dirancang untuk mengolah crude oil dalam negeri, terutama daerah
Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sekitarnya. Bahan baku yang berupa crude oil ini
kemudian disimpan dalam 40 crude oil tank.

Sebelum melalui proses pengolahan di berbagai unit, crude oil mengalami proses
treating untuk menghilangkan kandungan air (water content) dan blending crude oil untuk
menyesuaikan Specific Gravity (SG) karena umpan untuk masing-masing crude oil yang ada
di kilang RU-III berbeda-beda spesifikasinya. Hasil dari pengolahan tersebut disebut
cocktail.
Bahan-bahan Penunjang
Selain bahan baku utama, proses pengolahan juga membutuhkan bahan-bahan
penolong (penunjang) lain, seperti katalis, solvent, dan bahan aditif yang berfungsi untuk
mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi produk.

2.3.2 Produk
Bahan Bakar Khusus (BBK)
Bahan bakar khusus terdiri dari avtur dan pertamax.
1) Avtur
Avtur merupakan bahan bakar untuk pesawat turbin yang dihasilkan dari unit gas plant
dengan kapasitas produksi 1.67 MBCD. Avtur memiliki warna kuning muda.
2) Pertamax
Pertamax merupakan bahan bakar khusus untuk kendaran bermotor berwarna kuning
muda dengan bilangan oktan 98. Pertamax dihasilkan dari unit RFCCU (Riser Fluide Catalytic
Cracking Unit/Catalytic Cracking) dengan kapasitas produksi 0.5 MBCD.
Produk Bahan Bakar Minyak (BBM)
Produk-produk BBM yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
1) Avigas (Low lead)
Avigas merupakan bahan bakar pesawat baling-baling yang berwarna hijau. Hingga saat
ini, Indonesia, Australia, dan Italia yang masih memproduksi avigas. Kilang RU-III merupakan
satu-satunya kilang yang memproduksi avigas di Asia. Avigas dihasilkan dari unit gas plant
dengan kapasitas produksi 0.06 MBCD.
2) Premium atau motor gasoline (Mogas)
Premiun merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang berwarna kuning dan
memiliki bilangan oktan 88. Premium yang dihasilkan merupakan hasil dari pencampuran
bahan bakar beroktan tinggi dari unit RFCCU dengan bahan bakar beroktan rendah dari unit
Crude Distiller sehingga menghasilkan bilangan oktan 88. Kapasitas produksi premium
adalah sebesar 22.1 MBCD.
3) Kerosin (Minyak Tanah)
Kerosin atau yang bisa dikenal dengan sebutan minyak tanah merupakan bahan bakar
keperluan rumah tangga yang berwarna kuning muda hasil blending Low Kerosine Distillate
(LKD) dan High Kerosine Distillate (HKD) dihasilkan dari unit Crude Distiller (CD). Kapasitas
produksi kerosin adalah sebesar 14.33 MBCD.
4) Solar/ADO (Automotive Diesel Oil)
Solar atau ADO merupakan bahan bakar kendaraan bermotor bermesin diesel yang
berwarna oranye dihasilkan dari unit Crude Distiller dengan kapasitas produksi 30.82 MBCD.

5) IDO (Industrial Diesel Oil)


IDO merupakan bahan bakar mesin diesel untuk keperluan industri (mesin-mesin pabrik),
berwarna hitam dengan harga dan kualitas di bawah solar (ADO). IDO dihasilkan dari Crude
Distiller dengan kapasitas produksi 1.75 MBCD.
6) IFO (Industrial Fuel Oil)
IFO merupakan bahan bakar untuk keperluan industri (mesin non-diesel), berwarna hitam
dengan harga dan kualitas di bawah premium. IFO dihasilkan dari unit Crude Distiller dengan
kapasitas produksi 18.69 MBCD.
7) Racing Fuel
Racing Fuel merupakan bahan bakar untuk kendaraan balap yang diproduksi oleh PT
PERTAMINA (Persero) RU-III. Racing Fuel memiliki bilangan oktan sangat tinggi, yakni 100.
Produk non Bahan Bakar Minyak (non-BBM)
Produk-produk non-BBM yang dihasilkan adalah sebagai berikut.

1) LPG
LPG atau Liquified Petroleum Gas merupakan bahan bakar yang biasa digunakan untuk
keperluan rumah tangga (kompor gas). LPG merupakan campuran dari propane dan butane,
dihasilkan dari unit Gas Plant dengan kapasitas produksi 3.75 MBCD.
2) SBPX dan LAWS
Special Boiling Point X (SBPX) dan Low Aromat White Spirit (LAWS) merupakan produk
pelarut yang banyak digunakan di industri kimia, seperti industri cat dengan kapasitas
produksi sebesar 1.19 MBCD. SBPX adalah produk dari unit Stab C/A/B, sedangkan LAWS
adalah produk dari unit Gas Plant.
3) LSWR
Low Waxy Sulphur Residue (LSWR) adalah bahan bakar yang biasa digunakan untuk
industri kimia. LSWR merupakan salah satu produk dari unit RFCCU dengan kapasitas
produksi 56.35 MBCD.
4) MusiCool
MusiCool merupakan produk yang dikembangkan dan hanya dihasilkan oleh RU-III
dengan kapasitas produksi sebesar 167.3 T/D. MusiCool merupakan alternatif pengganti
refrigerant yang bersifat ramah lingkungan (tidak merusak lapisan ozon) dengan efisien

hingga 70%. Musicool terdiri dari tiga macam varian yakni propane murni, isobutane murni,
dan campuran propane-isobutan.

Produk Petrokimia
Produk petrokimia yang dihasilkan unit Polypropylene adalah polypropylene yang

merupakan bahan baku pembuatan plastik dengan kapasitas produksi sebesar 225,000
Ton/tahun. Polypropylene yang dihasilkan terbagi atas empat jenis atau grade, yaitu sebagai
berikut.
1) Film grade (PF), sebagai bahan baku plastik pembungkus makanan, pakaian, dll.
2) Yarn grade (PY), sebagai bahan baku plastik filamen, seperti tali, jaring, karpet, tekstil, dll.
3) Injection molding grade, sebagai bahan baku plastik untuk peralatan rumah tangga, parts
dari mesin, dll.
4) Non-standard grade, merupakan plastik yang tidak memenuhi spesifikasi standar yang
ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai