121411026
3A D3 Teknik Kimia
AUDIT PRODUKSI BERSIH
Tahap 2 : Assesment
Pada tahap ini dilakukan inventarisasi dan analisis proses produksi. Data yang dikumpulkan
pada tahap ini mencakup beberapa aspek terkait produksi bersih, diantaranya :
1. Aspek umum
2. Aspek proses/teknis
3. Aspek produk dan bahan
4. Aspek ekonomis
5. Aspek lingkungan hidup
2.1 Aspek umum
Aspek umum mencakup Peraturan Perundangan yang terkait Produksi Bersih; Diagram
Organisasi; Manuals, guidelines Produksi Bersih; dan Standar-standar lingkungan.
2.1.1 Peraturan Perundangan yang terkait Produksi Bersih
Beberapa kebijakan pemerintah terkait produksi bersih untuk mendorong terwujudnya
pembangunan berkelanjutan:
1. Mempromosikan program produksi bersih agar semua pihak terkait mempunyai
persepsi yang sama, sehingga dapat dicapai suatu konsensus yang dinyatakan dalam
Komitmen Nasional dalam penerapan strategi produksi bersih di Indonesia.
2. Menganjurkan
pelaksanaan
produksi
bersih
termasuk
berbagai
perangkat
Direktur Refinery bertanggung jawab untuk membawahi 6 kilang, dimana salah satunya
yakni kilang RU-III. Masing-masing Refinery Unit (RU) memiliki struktur organisasi yang berbedabeda, dibawah kendali pusat. Struktur organisasi di PT PERTAMINA (Persero) RU III dapat dilihat
pada Gambar 6.2. Secara struktural, Penanggung jawab tertinggi Refinery Unit-III adalah seorang
General Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Director Refinery atas target
produksi dan kinerja kilang RU-III.
Alur proses yang terjadi pada sistem IPAL dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertamatama, air limbah yang berasal dari tangki SWS Area, Supernatan, dan Backwash multimedia
filter masuk ke dalam bak ekualisasi untuk menstabilkan kualitas dan kapasitas air limbah
yang akan diproses. Air limbah dari bak ekualisasi dipompakan masuk ke dalam bak
netralisasi yang sebelumnya diinjeksikan dengan Nasco 820 untuk mendapatkan kondisi pH
asam agar proses oksidasi dapat berlangsung dengan baik.
Selanjutnya, air limbah dialirkan menuju bak netralisasi sebelum diolah pada proses
koagulasi dan flokulasi. Proses koagulasi dan flokulasi yang dilakukan sangat dipengaruhi
oleh jumlah suspended solid, pH, dan dosis optimum koagulan-flokulan yang ditambahkan.
Setelah itu, air limbah dimasukkan ke dalam bak DAF (Dissolved Air Floataion) untuk proses
pemisahan minyak. Air limbah yang sudah tidak lagi mengandung minyak kemudian
dialirkan menuju pengolahan biologis di dalam bak lumpur aktif untuk menurunkan kadar
BOD dan COD dengan bantuan mikroorganisme aerobik. Sebagian lumpur hasil dari porses
lumpur aktif diendapkan menggunakan Clarifier Tank. Sedangkan sebagian lagi akan
dikembalikan dengan menggunakan pompa Clarifier Sludge Pump masuk ke bak lumpur
aktif. Kelebihan sludge disalurkan menuju ke tangki Sludge Thickener, sedangkan air yang
jernih masuk ke dalam bak Clarifier Water Tank.
Apabila level lumpur sudah lebih dari 45 %, kelebihan lumpur akan di keluarkan dan
dimasukkan ke dalam sludge thickener yang kemudian akan di pompakan menuju decanter
untuk memisahkan lumpur dan air. Hasil dari pengolahan ini berupa lumpur padat yang
akan diolah sebagai limbah B3, sedangkan air yang terpisah ditampung di dalam bak
supernatant untuk dikembalikan lagi menuju tangki ekualisasi untuk diproses kembali.
Air limbah keluaran dari Clarifier Water Tank dipompakan masuk ke dalam unit
filtrasi untuk disisihkan ialah partikel tersuspensi hingga 30 mikron dengan menggunakan
medium filter antrachite. Diharapkan air yang keluar dari sistem IPAL ini sudah memenuhi
nilai baku mutu air limbah sesuai dengan Permen LH No 19 Tahun 2010, sehingga tidak
berbahaya lagi dan dapat dibuang dengan aman ke lingkungan.
Selain limbah padat, cair, dan gas, juga dihasilkan limbah B3 yang diklasifikasikan sebagai
berikut.
1) Oil sludge, bersumber dari tank cleaning dan pengelolaannya dilakukan SOR dan Co
Processing.
2) Spent Catalyst bersumber dari proses catalyst cracking dan pengelolaannya dilakukan Co
Processing dan pembuatan con block.
3) Act Carbon, bersumber dari unit utility. Biasanya digunakan untuk proses penjernihan air.
Dikelola dengan melakukan Co Processing terhadap limbah.
4) Isolasi, bersumber dari unit maintenance. Isolasi ini digunakan untuk membungkus pipa
steam. Pengelolaan limbah isolasi ini secara Co Processing
5) Ex Chemical, bersumber dari laboratorium dan pengelolaannya dilakukan secara Co
Processing.
6) Tube gas detector, bersumber dari Occupational Health Section. Tube gas Detektor
merupakan alat pengukur kadar bau. Dilakukan Co Processing dalam pengolahan
limbahnya.
7) Filter bekas, bersumber dari workshop dan pengelolaannya dilakukan Co Processing.
8) Catridgedan toner, bersumber dari bagian IT. Pengelolaan limbah ini dilakukan secara Co
Processing.
9) Baterai bekas, bersumber dari workshop, maintenance dan operation. Pengelolaan
limbah ini dilakukan secara Co Processing.
10) Drum bekas, bersumber dari workshop, maintenance dan operasi. Pengelolaannya
dilakukan dengan cara Co Processing.
11) Alat Kesehatan, bersumber dari rumah sakit. Pengelolaan limbahnya dilakukan dengan
incinerator.
12) Sludge hasil pengolahan biologi, diolah dengan cara Co Processing.
Setelah itu, Sistem Pengolahan limbah B3 dilanjutkan oleh pihak ketiga, PT Wastec
Internasional. Namun, sebelum diangkut oleh PT Wastec International limbah limbah
kategori B3 ini disimpan terlebih dahulu di gudang penyimpanan sementara maksimal 90
hari.
2.2
Aspek Teknis/Proses
8-9. Gas dari 8-9 yang tidak terkondensasi dialirkan ke SRMGC, sedangkan cairannya diambil
sebagai crude butane. Cairan kondensor 8-20 di-flash dalam tangki 8-8, gas dialirkan ke
SRMGC, sedangkan cairan hasil flash ada yang dialirkan sebagai reflux kolom-V dan sebagian
lainnya diambil sebagai SR Tops (C5-C7). Sebagian produk bawah kolom-V dialirkan sebagai
reflux kolom-I dan sebagian lagi ke kolom V. Side stream kolom-V diumpankan ke dalam
kolom-III, selanjutnya terjadi pemisahan. Produk atas kolom-III dikembalikan ke kolom-V,
sedangkan produk bawahnya didinginkan sehingga diperoleh produk nafta-II.
2.2.3 Layout pabrik, mesin, dan peralatan
Layout Pabrik
PERTAMINA (Persero) RU-III terbagi menjadi dua kilang, yakni kilang Plaju dan kilang
Sungai Gerong. Kedua kilang ini dipisahkan oleh Sungai Komering dan di sebelah utara
berbatasan dengan Sungai Musi.
Peralatan
Sistem Pemproses Crude Distiller dan Gas Plant (CD & GP)
Sebelum melalui proses pengolahan di berbagai unit, crude oil mengalami proses
treating untuk menghilangkan kandungan air (water content) dan blending crude oil untuk
menyesuaikan Specific Gravity (SG) karena umpan untuk masing-masing crude oil yang ada
di kilang RU-III berbeda-beda spesifikasinya. Hasil dari pengolahan tersebut disebut
cocktail.
Bahan-bahan Penunjang
Selain bahan baku utama, proses pengolahan juga membutuhkan bahan-bahan
penolong (penunjang) lain, seperti katalis, solvent, dan bahan aditif yang berfungsi untuk
mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi produk.
2.3.2 Produk
Bahan Bakar Khusus (BBK)
Bahan bakar khusus terdiri dari avtur dan pertamax.
1) Avtur
Avtur merupakan bahan bakar untuk pesawat turbin yang dihasilkan dari unit gas plant
dengan kapasitas produksi 1.67 MBCD. Avtur memiliki warna kuning muda.
2) Pertamax
Pertamax merupakan bahan bakar khusus untuk kendaran bermotor berwarna kuning
muda dengan bilangan oktan 98. Pertamax dihasilkan dari unit RFCCU (Riser Fluide Catalytic
Cracking Unit/Catalytic Cracking) dengan kapasitas produksi 0.5 MBCD.
Produk Bahan Bakar Minyak (BBM)
Produk-produk BBM yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
1) Avigas (Low lead)
Avigas merupakan bahan bakar pesawat baling-baling yang berwarna hijau. Hingga saat
ini, Indonesia, Australia, dan Italia yang masih memproduksi avigas. Kilang RU-III merupakan
satu-satunya kilang yang memproduksi avigas di Asia. Avigas dihasilkan dari unit gas plant
dengan kapasitas produksi 0.06 MBCD.
2) Premium atau motor gasoline (Mogas)
Premiun merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang berwarna kuning dan
memiliki bilangan oktan 88. Premium yang dihasilkan merupakan hasil dari pencampuran
bahan bakar beroktan tinggi dari unit RFCCU dengan bahan bakar beroktan rendah dari unit
Crude Distiller sehingga menghasilkan bilangan oktan 88. Kapasitas produksi premium
adalah sebesar 22.1 MBCD.
3) Kerosin (Minyak Tanah)
Kerosin atau yang bisa dikenal dengan sebutan minyak tanah merupakan bahan bakar
keperluan rumah tangga yang berwarna kuning muda hasil blending Low Kerosine Distillate
(LKD) dan High Kerosine Distillate (HKD) dihasilkan dari unit Crude Distiller (CD). Kapasitas
produksi kerosin adalah sebesar 14.33 MBCD.
4) Solar/ADO (Automotive Diesel Oil)
Solar atau ADO merupakan bahan bakar kendaraan bermotor bermesin diesel yang
berwarna oranye dihasilkan dari unit Crude Distiller dengan kapasitas produksi 30.82 MBCD.
1) LPG
LPG atau Liquified Petroleum Gas merupakan bahan bakar yang biasa digunakan untuk
keperluan rumah tangga (kompor gas). LPG merupakan campuran dari propane dan butane,
dihasilkan dari unit Gas Plant dengan kapasitas produksi 3.75 MBCD.
2) SBPX dan LAWS
Special Boiling Point X (SBPX) dan Low Aromat White Spirit (LAWS) merupakan produk
pelarut yang banyak digunakan di industri kimia, seperti industri cat dengan kapasitas
produksi sebesar 1.19 MBCD. SBPX adalah produk dari unit Stab C/A/B, sedangkan LAWS
adalah produk dari unit Gas Plant.
3) LSWR
Low Waxy Sulphur Residue (LSWR) adalah bahan bakar yang biasa digunakan untuk
industri kimia. LSWR merupakan salah satu produk dari unit RFCCU dengan kapasitas
produksi 56.35 MBCD.
4) MusiCool
MusiCool merupakan produk yang dikembangkan dan hanya dihasilkan oleh RU-III
dengan kapasitas produksi sebesar 167.3 T/D. MusiCool merupakan alternatif pengganti
refrigerant yang bersifat ramah lingkungan (tidak merusak lapisan ozon) dengan efisien
hingga 70%. Musicool terdiri dari tiga macam varian yakni propane murni, isobutane murni,
dan campuran propane-isobutan.
Produk Petrokimia
Produk petrokimia yang dihasilkan unit Polypropylene adalah polypropylene yang
merupakan bahan baku pembuatan plastik dengan kapasitas produksi sebesar 225,000
Ton/tahun. Polypropylene yang dihasilkan terbagi atas empat jenis atau grade, yaitu sebagai
berikut.
1) Film grade (PF), sebagai bahan baku plastik pembungkus makanan, pakaian, dll.
2) Yarn grade (PY), sebagai bahan baku plastik filamen, seperti tali, jaring, karpet, tekstil, dll.
3) Injection molding grade, sebagai bahan baku plastik untuk peralatan rumah tangga, parts
dari mesin, dll.
4) Non-standard grade, merupakan plastik yang tidak memenuhi spesifikasi standar yang
ditentukan.