Anda di halaman 1dari 12

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sapi merupakan salah satu penghasil daging terbesar di Indonesia,
setidaknya 30 persen kecukupan daging di Indonesia dipenuhi melalui daging
sapi, namun seperti yang kita ketahui peternakan sapi di Indonesia masih belom
dapat untuk memenuhi kuota kebutuhan daging sehingga pemerintah melakukan
impor daging sapi. Program pemerintah sebenarnya telah merencanakan
mengurangi daging sapi impor melalui berbagai upaya antara lain adalah
menggalakkan program teknologi reproduksi, seperti inseminasi buatan (IB) dan
transfer embrio (TE). TE merupakan teknologi reproduksi terbaru yang sedang
gencar dilaksanakan di Indonesia yang bertujuan agar dapat memaksimalkan
fungsi organ reproduksi sapi betina.
Sinkronisasi estrus adalah penyerentakan siklus estrous untuk mempermudah
peternak dalam menentukan waktu terjadinya perkawinan. Menurut (Hafez, 2000)
metode sinkronisasi estrus dapat menggunakan CIDR (Controlled Internal Drug
Release) yang dimasukkan ke dalam vagina dengan penyuntikan PGF2 pada hari
ke 7 dan dilepaskan kemudian estrus akan timbul 84 jam setelah penyuntikan
PGF2. Penggunaan progesterone device ini diharapkan mampu memberikan efek
positif dalam program sinkronisasi estrus.
Embrio merupakan hasil dari fertilisasi antara sel gamet jantan dan betina,
mumnya setiap satu kali siklus estrous sapi betina hanya menghasilkan satu sel
telur dan embrio. Siklus estrous pada sapi betina muncul setiap 21 hari sekali,
sehingga akan diperlukan waktu yang lama apabila tidak terjadi proses fertilisasi.
Pengaturan siklus estrous perlu dilakukan untuk mengefisiensikan waktu dalam
satu kali proses perkawinan, teknologi reproduksi yang dapat digunakan dalam hal
ini salah satunya adalah sinkronisasi estrus.
Sapi Angus merupakan jenis sapi potong impor dengan pertumbuhan daging
yang cukup baik namun di Indonesia sapi tersebut kurang diminati oleh peternak
di Indonesia, peternak di Indonesia lebih cenderung menyukai sapi potong impor
jenis Limousine dan Brahman tetapi pada kenyataannya sapi Angus dapat
menghasilkan rata rata embrio yang lebih bnyak dari pada tipe sapi limousine dan

brahman. Hal ini dapat dilihat dari penilitain sebelumnya rataan produksi sapi
Angus 7,33 4,80, sapi limousine 6,55 6,05, sapi brahman 5 2,93 (Marsan,
2012).
Saat ini sedang banyak penelitian yang dilaksanakan mengenai transfer
embrio, namun belum banyak penelitian yang membahas perbedaan kuantitas dan
kualitas embrio hasil sinkronisasi estrus dan estrus alam pada sapi Angus secara
invivo sehingga diperlukan penelitian yang lebih lanjut.

1.2. Perumusan Masalah


Kuantitas dan kualitas embrio ada kaitanya dengan proses sinkronisasi
estrus dan estrus alam, kuantitas dan kualitas embrio yang dimaksud dalam hal ini
adalah jumlah dan grade embrio (layak transfer dan tidak layak transfer). Embrio
layak transfer merupakan embrio yang diharapkan ketika proses produksi embrio
dengan meminimalisir jumlah embrio yang tidak layak transfer. Masalah yang
akan dibahas dalam hal ini adalah apakah adanya perbedaan hasil kuantitas dan
kualitas embrio melalui proses sinkronisasi estrus dan estrus alam pada sapi
Angus secara invivo.

1.3. Hipotesis
Kuantitas dan kualitas embrio melalui sinkronisasi estrus lebih baik
ketimbang melalui estrus alam sehingga terjadi perbedaan di dalamnya.
1.4. Tujuan Penelitian
1.

Mengetahui perbedaan jumlah total embrio hasil sinkronisasi estrus dan


estrus alam pada sapi Angus secara invivo.

2.

Mengetahui perbedaan kualitas embrio hasil sinkronisasi estrus dan estrus


alam pada sapi Angus secara invivo.

1.5. Manfaat Penelitian


1.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jumlah


total dan kualitas embrio hasil sinkronisasi estrus dan estrus alam pada sapi
Angus secara invivo.

2.

Penelitian ini diharapkan dapat menunjang program aplikasi TE.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sapi Angus


Sapi Angus (Aberden angus) berasal dari Inggris dan Skotlandia. Sapi ini
tidak memiliki tanduk dan umur dewasa sapi Angus adalah 2 tahun, sapi ini
memiliki hasil karkas yang tinggi sebagai penghasil daging dan tidak digunakan
untuk menghasilkan susu.
Di Indonesia sapi Angus dari Selandia Baru di perkenalkan pada tahun 1973
di beberapa tempat di Jawa Tengah. Ciri ciri dari sapi Angus adalah berbulu hitam
legam, berukuran agak panjang, keriting dan halus, tubuhnya kekar padat, rata,
panjang dan ototnya padat. Sapi Angus ini tidak bertanduk dan kakinya pendek.
Berat badan sapi Angus jantan dapat mencapai 900 kg, sedangkan betinanya dapat
mencapai 700 kg. Persentase karkas sapi Angus dapat mencapai 60 persen,
dengan mutu daging sangat baik dan lemak menyebar dengan baik di dalam
daging (Blakely dan Bade, 1985).

2.2. Sinkronisasi Estrus


Sinkronisasi estrus adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada
sekelompok ternak betina sehat dengan memanipulasi mekanisme hormonal,
sehingga keserentakan estrus dan ovulasi dapat terjadi pada hari yang sama atau
dalam kurun 2 atau 3 hari setelah perlakuan dilepas (Toelihere, 1985). Sikronisasi
ini mengarah pada hambatan ovulasi dan penundaan aktivitas regresi Corpus
Luteum (CL) (Hafez, 1993). Regresi korpus luteum menyebabkan penurunan
produksi progesteron (Husnurrizal, 2008).
Protokol kombinasi insersi CIDR dan injeksi GnRH menghasilkan konsepsi
terbaik dan sesuai dengan kondisi peternakan sapi rakyat di Indonesia. Inseminasi
buatan terjadwal setelah perlakuan ini, dengan perlakuan ganda (48 dan 72 jam
setelah pencabutan implan) atau tunggal (60 jam) mempunyai hasil konsepsi sama
(Putro, 2008).
Salah satu metode untuk sinkronisasi estrus adalah dengan stimulasi
progesteron yang terkandung dalam CIDR. CIDR ditempatkan dalam vagina
selama 12 sampai 14 hari. Selama periode tersebut sapi tidak akan estrus karena

tingginya kadar progesteron dalam darah. Sebaliknya bila CIDR dicabut, kadar
progesteron dalam darah menurun drastis sehingga merangsang perkembangan
folikel secara serempak, sejalan dengan itu kadar estrogen pun meningkat.
Meningkatnya

kadar

estrogen

akan

merangsang

proses

ovulasi

dan

mengakibatkan timbulnya tanda tanda estrus.

2.3. Estrus alam


Menurut Toelihere (1993) Guna mengetahui sapi yang sedang estrus,
umumnya ditandai dengan tingkah laku ternak yang mempunyai ciri-ciri antara
lain nafsu makan kurang, keluar lendir bening dari vulva, sering menguak dan
gelisah serta menaiki sapi yang lain.

2.4. Kuantitas dan kualitas embrio


Embrio merupakan hasil dari inti sel spermatozoa yang bersatu dengan inti sel
ovum menjadi sel baru bersifat diploid yang disebut gamet satu sel, kemudian
membelah menjadi dua sel atau lebih yang disebut embrio. Pertumbuhan dan
pembelahan embrio tidak merubah besarnya embrio karena terjadi di dalam zona
pellucida dan sel-sel yang terbentuk semakin lama semakin kecil.

Kelas embrio berdasarkan penampilan morfologi (Adriani, et al., 2008)


No

Kelas

Penampilan Morfologi

1.

A (excellent)

Konformasi umum sempurna, embrio bersih, granula


sempurna

2.

B (good)

Konformasi umum sempurna, embrio bersih, terdapat


sedikit debris di dalam embrio

3.

C (poor)

Konformasi umum baik, sebagian kecil sel embrio


degenarasi, terdapat sedikit debris di dalam embrio

4.

Konformasi kurang baik, sebagian sel embrio degenarasi,


terdapat banyak debris di dalam embrio

5.

Konformasi jelek, sebagian besar atau sel embrio rusak,


banyak debris dalam embrio

III.

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

3.1. Metode Penelitian


3.1.1. Materi
Penelitian dilakukan dengan metode survei dan sampel data diperoleh
melalui metode convenience sampling yaitu berdasarkan data yang ada di
lokasi, yaitu pengambilan sampel dari populasi sapi Angus sebanyak 5 - 10 ekor
tahun 2012 - 2013 berumur 4 - 9 tahun dengan perlakuan sinkronisasi estrus
menggunakan metode pemasangan progesterone device (Cuemate) kemudian
superovulasi dengan penyuntikan FSH pada hari ke 9 dan penyuntikan PGF2
pada hari ke 11 dan IB pada hari ke 13 sebanyak 3 kali (pagi, sore dan pagi)
menggunakan semen impor dalam straw 0.25 ml dan flushing dilakukan 7 hari
setelah IB.
Bedanya estrus alam dengan estrus sinkronisai adalah pada penentuan H 0
yaitu ketika sapi estrus, pada berhi alam ketika sapi estrus maka hari itu dihitung
H 0 namun penentuan H 0 pada sinkronisasi estrus adalah ketika pemasangan
progesterone device. Ukuran Body Condition Score (BCS) sapi Angus 2.75 - 3.25
dengan pakan 10 persen hijauan (rumput gajah, rumput raja atau jagung) dan 1
persen konsentrat di Balai Embrio Ternak Cipelang -Bogor. Data yang diperoleh
kemudian disusun ke dalam Tabel.

3.1.2. Lokasi Penelitian


Penelitian akan dilakukan di Balai Embrio Ternak (BET), Cipelang, Bogor,
Jawa Barat.

3.1.3. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan menggunakan data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait sesuai dengan objek
penelitian.

3.1.4. Variabel Penelitian


a. Jumlah total embrio sapi Angus
b. Kualitas embrio sapi Angus (embrio layak transfer dan embrio tidak
layak transfer).

3.1.5. Metode Penetapan Sampel


Penelitian dilakukan dengan metode survei dan sampel data diperoleh
melalui metode convenience sampling yaitu berdasarkan data yang ada di
lokasi, yaitu pengambilan sampel dari populasi sapi Angus sebanyak 5 - 10 ekor
tahun 2012 - 2013 berumur 4 9 kemudian dimasukan ke dalam Tabel.

3.1.6. Kerangka Pemikiran Konseptual Peneliti


Faktor yang memengaruhi kuantitas dan kualitas embrio salah satunya
adalah proses estrus.

3.1.7. Definisi Operasional


1. Kuantitas embrio adalah jumlah embiro yang dihasilkan dalam satu kali
produksi embrio
2. Kualitas embrio adalah embrio layak transfer dan embrio tidak layak
transfer
3. Sinkronisasi estrus adalah mengatur siklus estrus dengan menekan sejumlah
hormon dalam tubuh dengan pemberian alat progesterone device atau
pemecahan corpus luteum.
4. Estrus alam adalah siklus estrus yang terjadi secara alami tanpa pengaruh
campur tangan peternak

3.2. Metode Analisis


3.2.1. Peubah yang diamati
1. Jumlah total embrio yang dihasilkan berdasarkan jumlah embrio grade A; B;
C; DG.
2. Proporsi Embrio Layak Transfer (PELT), yaitu jumlah embrio kelas A, B, C
terhadap jumlah total embrio.

3. Proporsi Embrio Tidak Layak Transfer (PETLT), yaitu jumlah embrio kelas
DG terhadap jumlah total embrio.

3.2.2. Model Matematik


Data yang terkumpul melalui survei diolah dengan menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan yaitu sinkronisasi estrus dan estrus
alam menggunakan satu bangsa sapi yaitu sapi Angus untuk melihat parameter
total embrio, proporsi embrio layak transfer dan proporsi embrio tidak layak
transfer. Model matematikanya dari rancangan tersebut mengikuti model
matematika Gapersz (1991):

Keterangan :
Yijk = data pengamatan pada satuan produksi ke-j dan ulangan ke-k
= rataan umum hasil percobaan
= pengaruh perlakuan
ijk = pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-k
Data dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA). Apabila terdapat hasil
yang nyata, akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Semua data dianalisis
dengan bantuan program statistik komputer SPSS 16.
1. Tabulasi Data
Perlakuan
A
B

U1
Y11

U2
Y12

Ulangan
U3 U4
Yij

U5

U5
Y15
Y25

Total Perlakuan
(Yi.)

Total

(Y..)

Ket :
Yij : Nilai hasil pengukuran dari perlakuan ke I dan ulangan ke j
Yi. : Jumlah perlakuan ke I untuk semua ulangan
Y.. : Jumlah semua perlakuan

Menghitung Jumlah Kuadrat :


a.
b.

c.

d. JK Galat = JK Total JK Perlakuan


2. Analisis Variansi
Sumber
Jumlah Derajat Kuadrat
Variasi
Kuadrat Bebas Tengah
Perlakuan
JKP
t-1
KTP
Galat
JKG
t(r-1)
KTG
Total
JKT
tr-1

F
Hitung
KTP/KTG

F Tabel
0.05 0.01

3. Analisis Lanjut
Analisis lanjut untuk menguji perbedaan pasangan kelompok dapat diuji
dengan Uji Beda Nyata Jujur.
BNJ = Q ( p ; DBgalat ; ) x
Ket :
Q = tabel Q
p = jumlah perlakuan yang akan diuji
r = jumlah ulangan dari perlakuan yang dibandingkan
= taraf nyata 0.05 dan 0.01
(Steel dan Torrie, 1993)

3.3. Tata Urutan Kerja Penelitian


3.3.1. Tahap Persiapan
Kegiatan pada tahap persiapan meliputi pra survei untuk mengetahui kondisi
lapang tempat penelitian dan pengambilan data yang berhubungan dengan materi
penelitian. Tahap selanjutnya adalah penyusunan proposal usulan penelitian
dengan bantuan dosen pembimbing selaku pengajar tetap Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman dan pegawai negeri Balai Embrio Ternak

Cipelang. Proposal usulan penelitian yang telah disetujui oleh pembimbing


kemudian diseminarkan.
3.3.2. Tahap Pengumpulan Data
Pengambilan data diperoleh dari data produksi total dan kelas embrio di BET
Cipelang, Bogor. Prosedur program produksi embrio di BET adalah sebagai
berikut :
1. Pemilihan sapi betina dengan palpasi rektal untuk melihat ada atau
tidaknya corpus luteum.
2. Pemasangan progesteron device (Cuemate) untuk sinkronisasi estrus
dengan dosis 1.56 g progesteron dibagian intravagina sapi selama 11 hari.
3. Superovulasi pada hari ke 9 dengan penyuntikan hormon FSH 400 mg
yang dilarutkan dengan pelarut sebanyak 20 ml secara intramuskular,
namun sebelumnya dilakukan pengecekan ada atau tidaknya corpus
luteum secara palpasi rektal.
4. Penyuntikan PGF2 secara intramuskular dengan dosis 5 mg yang
dilarutkan dengan pelarut sebanyak 5 ml, kemudian progesteron device
(Cuemate) dilepaskan dari intravagina pada hari ke 11.
5. Inseminasi buatan dilaksanakan pada hari ke 13 dan 14 (pagi, sore dan
pagi) dengan menggunakan mini straw sapi impor yang injeksikan ke
dalam uterus setelah cincin keempat serviks dengan insemination gun.
6. Panen embrio dilaksanakan pada hari ke 20 atau hari ke tujuh setelah
inseminasi buatan dengan cara :
a. Siapkan media flushing (ringer laktat 500 ml + 1 % Fetal Calf Serum
(FCS) (PBS 4 ml dan FCS 1 ml) + 2 % Penicillin Streptomycin ( 100
mg ) yang dibuat dalam waterbath dengan suhu 370 C dan anastesia
lokal (Lidocain HCl 2 % (4 ml) ).
b. Siapkan peralatan : kateter Foley, stilet, serviks expander, selang
silicon, botol penampung media, jarum suntik 18 G, spuit 50 ml, 20
ml, 10 ml, 5 ml, gunting bengkok, plastik glove, intra uterin injector
atau gun spul.
c. Sapi donor ditempatkan pada kandang jepit kemudian keluarkan
feses dari rektum.

10

d. Bersihkan bagian belakang/sekitar rektum, vulva dengan air bersih,


kemudian desinfeksi dengan kertas tissue dan kapas alkohol.
e. Berikan anastesi epidural dengan menggunakan Lidocain HCl 2 % (4
ml) tulang sakral-tulang ekor I atau diantara tulang ekor I-II.
f. Setelah anastesi memberikan reaksi, yang ditandai dengan ekor yang
lemas, maka ekor diikat dengan menggunakan tali.
g. Memanipulasi alat reproduksi dengan serviks expander untuk
mempermudah pembukaan serviks, kemudian masukkan foley
kateter dan menempatkannya dalam uterus kiri atau kanan dan balon
kateter diisi udara sesuai dengan besar lubang saluran uterus (10 15
ml) dengan menggunakan spuit 20 ml.
h. Perlakuan selanjutnya adalah stilet dicabut, kemudian balon kateter
disambung dengan selang plastik yang menghubungkan botol media
flushing dengan botol penampung media.
i. Pembilasan dilakukan secara berulang-ulang menggunakan media
flushing antara 30 - 60 ml per pembilasan hingga mencapai volume
media sebanyak 500 ml untuk masing-masing kornua kiri dan kanan.
Media yang masuk dan keluar dari uterus kemudian ditampung
dalam botol penampung, diusahakan dalam jumlah yang sama.
j. Setelah selesai flushing, sapi donor disuntik dengan preparat PGF2
sebanyak satu dosis dengan tujuan melisiskan embrio agar tidak
terjadi kebuntingan, kemudian uterus dispul dengan antibiotic atau
antiseptik (Penstrep atau Iodin Povidon 2 % sebanyak 30 - 50 ml)
dengan menggunakan intrauterin injektor.
7. Evaluasi embrio dilakukan setelah panen embrio dilaksanakan dengan
cara:
a. Media disaring dengan filter embrio 0.2 mikron dan dipindahkan ke
dalam cawan petri ukuran 100 x 100 mm, kemudian dihilangkan
buihnya dengan nyala api korek gas untuk memudahkan pencarian
embrio di bawah mikroskop.
b. Setelah embrio diperoleh, selanjutnya dipindahkan ke dalam cawan
petri ukuran 35 x 10 mm yang berisi PBS + 2 % Fecal Calf Serum

11

dengan menggunakan pipet pasteur yang disambung melalui selang


kecil.
c. Klasifikasi Embrio
Embrio yang diperoleh diamati di bawah mikroskop stereo dengan
pembesaran 40 x 10 kali untuk dievaluasi kelasnya yang ditentukan
berdasarkan

beberapa

parameter.

Beberapa

parameter

untuk

menentukan kualitas embrio antara lain permukaan atau dinding zona


pellucida yang rata warnanya, kekompakan sel, banyaknya sel yang
mengalami degenerasi, permukaan rata, warna, kekompakan sel,
banyaknya sel yang mengalami degenerasi dan kelas embrio dinilai
berdasarkan fase perkembangan (stage) dan kualitas (quality)
embrio.

3.3.3. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan setelah usulan penelitian ini disetujui, mulai
tanggal . sampai dengan tanggal ....... bertempat di Balai Embrio Ternak
(BET) Cipelang, Bogor, Jawa Barat.

3.3.4. Waktu Pelaksanaan

No
1
2
3
4
5

Jadwal Kegiatan
Persiapan
Percobaan invivo
Pengambilan data
Analisis data
Penyusunan laporan akhir

Bulan Ke
1
2
3
4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, B, Rosadi., dan Depison. 2008. Jumlah dan Kualitas Embrio Sapi
Brahman Cross Setelah Pemberian Hormon FSH dan PMSG. Journal
Animal Production 11 (2), 96-102.
Blakely, J., dan D. Bade. 1985. Ilmu Peternakan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Amirco, Bandung.
Hafez, E. S. E. 1993. Reproduction in Farm Animal.6 th Ed. Lea and Febiger.
Philadelphia
Hafez, E. S. E., dan B. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animal. 7th ed.
Lippincott: Philadelphia.
Husnurrizal. 2008. Sinkronisasi estrus dengan preparat hormon prostaglandin
(pgf2a). Lab. Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah
Kuala, Aceh
Marsan, A. 2012. Kualitas Embrio Hasil Superovulasi pada Bangsa yang Berbeda.
Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Putro, P. P. 2008. Dinamika perkembangan folikel dominan dan korpus luteum
setelah
sinkronisasi
estrus
pada
sapi
peranakan Friesian
Holstein. Disertasi S3, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Steel, G. D., dan J.H, Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika.
Diterjemahkan B, Sumantri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Toelihere, M. R. 1985. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Mutiara. Bandung

Toelihere, M. R., 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa.


Bandung.

Anda mungkin juga menyukai