Anda di halaman 1dari 3

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting
morbiditas dan mortalitas pada anak. ISPA dapat terjadi pada saluran
pernapasan atas maupun saluran pernapasan bawah. Sebagian besar ISPA
biasanya terbatas pada saluran pernapasan atas saja, tetapi sekitar 5% juga
melibatkan saluran pernapasan bawah terutama pneumonia. Kasus ISPA
menempati urutan pertama dalam jumlah rawat jalan terbanyak di Indonesia. Hal
ini menunjukkan angka kesakitan akibat ISPA masih tinggi (Trisnawati &
Khasanah, 2013).
Menurut WHO (2003), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara sedang
berkembang. Sekitar empat dari limabelas juta perkiraan kematian pada anak
berusia dibawah 5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak 2/3 kematian tersebut
adalah bayi (Winarni, 2009).
Menurut Hasil RISKESDAS (2013) menunjukan bahwa ISPA yang
tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Sedangkan pada profil
kesehatan provinsi sulawesi utara 2008, bahwa infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) tersebar di seluruh Provinsi Sulawesi Utara dengan bervariasi dengan
rerata prevalensi tingkat Provinsi dalam satu bulan terakhir sebesar 20,5%,
dengan rentang (12,1 34,6%). Angka prevalensi ISPA dalam sebulan di atas
20% ditemukan di 5 kabupaten/ kota (Dinkes Sulut, 2009). Sedangkan survey
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliiti dipuskesmas sagerat kurun waktu 3

bulan sejak september sampai novembe, total kunjungan anak dengan ISPA
berjumlah 90 balita.
Hasil

penelitian Wati (2005)

menunjukan bahwa

Episode

ISPA

mempunyai hubungan paling kuat terhadap pertumbuhan bayi 3 sampai 6 bulan


dan bayi yang sering menderita ISPA mempunyai laju pertumbuhan sebesar
0,155 SD. Menurut Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara
alamiah, tetapi proses tersebut sangat tergantung kembang anak adalah masa
balita (Dhamayanti, 2006).
Orang tua memilik peran yang penting dalam kesehatan anak, karena
kesehatan anak sepenuhnya tergantung pada orang tua. Kecemasan orang tua
terhadap suatu penyakit menentukan bagaimana orang tua bertindak dalam
melakukan usaha pencegahan ataupun pengobatan pada anak. Kecemasan
adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam
kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang
sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau
bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Ramaiah,
2003).
Berdasarkan fenomena ini maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan orang tua terhadap penyakit
ISPA pada anak Balita di Wilayah kerja Puskesmas Sagerat Kota Bitung.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian masalah di atas maka peneliti menyusun sebuah
rumusan masalah yaitu :Apakah ada hubungan tingkat kecemasan orang tua
dengan penyakit ISPA pada anak balita di Puskesmas Sagerat Kecamatan
Matuari

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1

Umum
Diketahuinya tingkat kecemasan orang tua dengan penyakit ISPA pada
anak Balita di wilayah kerja Puskesmas Sagerat Kecamatan Matuari Kota
Bitung

1.3.2

Khusus
1. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan orang tua dengan penyakit
ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Sagerat
Kecamatan Matuari Kota Bitung
2. Untuk menganalisis tingkat kecemasan orang tua dengan penyakit
ISPA pada anak Balita di wilayah kerja Puskesmas Sagerat
Kecamatan Matuari Kota Bitung

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1

Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan ilmu bagi
pengembangan

ilmu

keperawatan

khususnya

pada

cabang

ilmu

keperawatan anak
1.4.2

Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi keluarga
khsusunya orang tua dalam memberikan pencegahan penyakit ISPA
pada anak Balita

Anda mungkin juga menyukai