Anda di halaman 1dari 23

Tugas Kelompok

PENCEMARAN UDARA
ADSORPSI

Dosen Pengampu : Fajri Anugroho, STP, M.Agr, Ph.D

Disusun Oleh :

Fritz Kevin M.
Patriciyane M.
Yurieke Petrosina R.
Agnes Geraldin M.
Hendar Kharis Suhud
Puji Sri Lestari
Jefri Argaditya
Renanda Ariska F.
Ken Raras C.F
Aprilia Dwi Astutik
Zakia Ahdiany Santosa
Charista Dewa
Siti Amanah
Riza Faradina
Tia Dwi Irawandani

115100906111003
115100906111004
115100906111005
115100906111006
115100907111003
115100907111004
115100907111005
115100907111010
115100907111012
115100907111013
115100907111014
115100907111015
115100913111001
115100913111001
115100913111005

PROGRAM STUDI TEKNIK SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI ERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Seperti halnya kinetika
kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi
lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari permukaan zat. Adsorpsi digunakan
untuk menyatakan bahwa zat lain yang terserap pada zat itu, misalnya karbon aktif dapat
menyerap molekul asam asetat dalam larutannya. Tiap partikel adsorban dikelilingi oleh
molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik-menarik. Zat-zat yang terlarut dapat
diadsorpsi oleh zat padat, misalnya CH3COOH oleh karbon aktif, NH3 oleh karbon aktif,
fenolftalein dari larutan asam atau basa oleh karbon aktif, Ag+ atau Cl- oleh AgCl. C lebih baik
menyerap non elektrolit dan makin besar BM semakin baik. Zat anorganik lebih baik
menyerap elektrolit. Adanya pemilihan zat yang diserap menyebabkan timbulnya adsorpsi
negatif. Dalam larutan KCl, H2O diserap oleh arang darah, hingga konsentrasi naik.
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau
gas akan terakumulasi. Fenomena ini juga disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait dengan
penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk
mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid
tergolong besar Karena partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini
telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau
molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat
cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang
mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya
adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke
dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada
permukaannya (Sukardjo, 1990). Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate),
sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben (adsorbent / substrate).
Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah dalam makalah
adsopsi ini adalah :
a. Apakah Adsorpsi itu ?
b. Ada berapa jeniskah Adsorpsi itu?
c. Apa sajakah Indikator Adsorpsi?
d. Apakah Kinetika Adsorpsi itu ?
e. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Adsorpsi ?
f. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Daya Serap Adsorpsi ?
g. Apakah Adsorben itu ?
h. Jenis-jenis adsorben apakah yang sering digunakan ?
i. Model persamaan dari Adsorpsi apa saja?
1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah yang ada, maka tujuan dari makalah tentang
adsorpsi ini diantaranya yaitu :
a. Mengetahui Definisi Adsorpsi
b. Mengetahui Jenis Adsorpsi
c. Mengetahui Definisi Kinetika Adsorpsi
d. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Adsorpsi
e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Daya Serap Adsorpsi
f. Mengetahui Definisi Adsorben
g. Mengetahui Jenis-jenis adsorben yang sering digunakan
h. Mengetahui Model Persamaan dari Adsorpsi

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar
fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau
adsorben.Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben, sedang
absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana disebut dengan
fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut adsorbat, sedang bahan
yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben (Atkins, 1997).
Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau cair
dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul-molekul tadi

mengembun pada permukaan padatan tersebut (Suryawan, 2004). Adsorpsi adalah proses
dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan melekat pada permukaan padatan
(Nasruddin, 2005).
2.2 Jenis Adsorpsi
Jenis adsorpsi yang umum dikenal adalah adsorpsi kimia (kemisorpsi) dan
adsorpsi fisika (fisisorpsi).
a. Adsorpsi Kimia (Kemisorpsi)
Adropsi kimia adalah adsorpsi yang terjadi akibat adanya interaksi proses
kimia antara padatan dengan material yang terserap (Treyyball,1981). Adsorpsi kimia
terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi kimia. Pada adsorpsi
kimia, hanya satu lapisan gaya yang terjadi. Besarnya energi adsorpsi kimia 100
kj/mol. Adsorpsi jenis ini menyebabkan terbentuknya ikatan secara kimia sehingga
diikuti dengan reaksi kimia, maka adsorpsi jenis ini akan menghasilkan produksi
reaksi berupa senyawa yang baru. Ikatan kimia yang terjadi pada kemisorpsi sangat
kuat mengikat molekul gas atau cairan dengan permukaan padatan sehingga sangat
sulit untuk dilepaskan kembali (irreversibel). Dengan demikian dapat diartikan bahwa
pelepasan kembali molekul yang terikat di adsorben pada kemisorpsi sangat kecil
(Alberty, 1997).
b. Adsorpsi Fisika (Fisisorpsi)
Adsorpsi fisika adalah adsorpsi yang terjadi karena adanya tarik menarik
antar gaya inter molekul antara molekul-molekul padatan dengan material yang
melayang (Treyyball,1981). Adsorpsi fisika terjadi karena adanya gaya-gaya fisika.
Pada adsorpsi fisika, terjadi beberapa lapisan gas. Besarnya energi adsorpsi fisika
10 kj/mol. Molekul-molekul yang diadsorpsi secara fisika tidak terikat kuat pada
permukaan, dan biasanya terjadi proses balik yang cepat (reversibel), sehingga
mudah untuk diganti dengan molekul yang lain. Adsorpsi fisika didasarkan pada gaya
Van Der Waals serta dapat terjadi pada permukaan yang polar dan non polar.
Adsorpsi juga mungkin terjadi dengan mekanisme pertukaran ion. Permukaan
padatan dapat mengadsorpsi ion-ion dari larutan dengan mekanisme pertukaran ion.
Oleh karena itu, ion pada gugus senyawa permukaan padatan adsorbennya dapat
bertukar tempat dengan ion-ion adsorbat. Mekanisme pertukaran ini merupakan
penggabungan dari mekanisme kemisorpsi dan fisisorpsi, karena adsorpsi jenis ini
akan mengikat ion-ion yang diadsorpsi dengan ikatan secara kimia, tetapi ikatan ini
mudah dilepaskan kembali untuk dapat terjadinya pertukaran ion (Atkins, 1990).
ADSORPSI FISIKA

ADSORPSI KIMIA

Adsorpsi yang terjadi karena adanya tarik

Adsorpsi yang terjadi akibat adanya

menarik antar gaya inter molekul antara

interaksi proses kimia antara padatan dengan

molekul-molekul padatan dengan material

material yang terserap.

yang melayang.
Molekul terikat pada adsorben oleh gaya
Van der Walls.
Mempunyai entalphi reaksi -4 sampai -40
kJ/mol
Dapat membentuk lapisan multilayer
Terjadi pada suhu dibawah titik didih
adsorbat.
Jumlah
adsorpsi
pada
permukaan
merupakan fungsi adsorbat.
Tidak melibatkan energi aktivasi tertentu.
Bersifat tidak spesifik

Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan


kimia.
Mempunyai entalphi reaksi -40 sampai 800
kJ/mol.
Membentuk lapisan monolayer
Terjadi pada suhu tinggi
Jumlah
adsorpsi
pada
permukaan
merupakan karakteristik adsorben &
adsorbat.
Melibatkan energi aktivasi tertentu
Bersifat sangat spesifik

2.3 Indikator Adsorpsi


Dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 1. Indikator Adsorpsi

2.4

Kinetika
Adsorpsi
Kinetika

adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben dalam fungsi
waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau
molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat
cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang
mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya
adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke
dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada
permukaannya (Sukardjo, 1990).
Suatu adsorbens dengan bahan dan jenis tertentu, banyaknya gas yang dapat
diserap, makin besar bila temperatur kritis semakin tinggi atau gas tersebut mudah dicairkan.
Semakin luas permukaan dari suatu adsorben yang digunakan, maka semakin banyak gas
yang dapat diserap. Luas permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya serap dihitung

tiap satuan massa adsorben. Daya serap zat padat terhadap gas tergantung dari jenis
adsorben, jenis gas, luas permukaan adsorben, temperatur dan tekanan gas (Atkins, 1990).
Proses adsorpsi yang terjadi pada kimisorpsi, partikel melekat pada permukaan
dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat
yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan substrat. Peristiwa adsorpsi
disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens. Dimana adsorben
yang biasa digunakan dalam percobaan adalah kabon aktif, sedangkan zat yang diserap
adalah asam asetat (Keenan, 1999).
Secara umum analisis kinetika adsorpsi terbagi atas tiga bagian yaitu orde satu, orde
dua dan orde tiga. Peristiwa kinetika adsorpsi dapat dipelajari hubungan konsentrasi spesies
terhadap perubahan waktu. Kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat dapat
ditentukan dengan mengukur perubahan konsentrasi asam asetat sebagai fungsi waktu dan
menganalisisnya dengan analisis harga k (konstanta kesetimbangan adsorpsi) atau dengan
grafik (Tony, 1987).
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi
Menurut Pohan dan Tjiptahadi, 1987 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
adsorpsi antara lain :
1. Jenis Adsorbat
a) Ukuran Molekul Adsorbat
Ukuran molekul zat adsorbat merupakan hal penting agar proses adsorbsi
dapat terjadi, karena molekul-molekul yang dapat diadsorpsi adalah molekul yang
diameternya lebih kecil / sama dengan diameter pori adsorben.

b) Kepolaran Zat
Apabila berdiameter sama , molekul-molekul polar lebih kuat diadsorpsi
daripada molekul-molekul tidak polar. Molekul-molekul yang lebih polar dapat
menggantikan molekul-molekul kurang polar yang terlebih dahulu teradsorpsi.
2. Karakteristik Adsorben
a) Kemurnian Adsorben
Sebagai zat untuk mengadsorpsi, adsorben yang lebih murni diinginkan
karena kemampuan adsorpsi lebih baik.
b) Luas Permukaan & Volume Pori Adsorben
Jumlah molekul adsorbat yang teradsop meningkat dengan
bertambahnya luas permukaan dan volume pori adsorben.
3. Tekanan Adsorbat
Kenaikan tekanan adsorbat dapat menaikkan jumlah yang diadsorpsi

4. Temperatur Absolute
Adsorbat melekat pada permukaan adsorben akan terjadi pembebasan
sejumlah energi yang disebut Exothermic.
5. Interaksi Potensial
Interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding adsorben sangat
bervariasi, tergantung dari sifat adsorbat-adsorben.
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Serap Adsorpsi
Menurut (Anonim, 2010) faktor-faktor

yang mempengaruhi daya serap adsorpsi

yaitu:
1. Jenis Adsorbent
Tiap adsorbent mempunyai karakteristik sendiri. Adsorbent yang baik untuk
mengadsorpsi zat yang satu belum tentu baik untuk zat yang lain.
2. Jenis Zat Yang Diadsorpsi (Adsorbate)
Zat yang bersifat asam akan lebih mudah diadsorpsi basa begitu pula
sebaliknya karena asam dan basa akan saling tarik menarik.
3. Konsentrasi Zat Adsorbate
Semakin tinggi konsentrasi adsorbate,maka semakin besar solute yaang
teradsorpsi.
4. Luas Permukaan Adsorbent
Semakin luas permukaan adsorbent maka semakin besar kemampuannya
untuk menarik solute (adsorbate).
5. Suhu dan Tekanan Operasi
6. Daya Larut Solvent Terhadap Solute
Jika daya larut solvent terhadap solute tinggi maka proses adsorpsi akan
terhambat sebab gaya untuk melarutkan solute berlawanan dengangaya tarik
adsorbent terhadap solute.
7. Jumlah Stage
Bila adsorpsi dilakukan dalam jumlah stage yang banyak (multistage), akan
memberikan jumlah solute yang teradsorpsi lebih besar daripada single stage.
Untuk adsorbent dengan luas permukaan dan berat tertentu,zat yang diadsorpsi
tergantung pada konsentrasi solute di sekitar solvent. Makin tinggi konsentrasinya makin
besar pula zat yang diadsorpsi. Proses adsorbsi adalah keadaan setimbang, apabila
kecepatan suatu zat ditambah atau dikurangi maka akan terjadi keadaan setimbang yang
baru.

2.7 Pengertian Adsorben


Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu
fase fluida (Saragih, 2008). Kebanyakan adsorben adalah bahan- bahan yang sangat berpori
dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori- pori atau pada letak-letak tertentu di
dalam partikel itu. Oleh karena pori-pori biasanya sangat kecil maka luas permukaan dalam
menjadi beberapa orde besaran lebih besar daripada permukaan luar dan bisa mencapai
2000 m/g. Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau karena perbedaan
polaritas yang menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan tersebut lebih erat
daripada molekul lainnya.
Menurut Brady (1999), Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat
lain (baik cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik,
hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi,
disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang paling
banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Karbon aktif yang
merupakan contoh dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan cara membakar tempurung
kelapa atau kayu dengan persediaan udara (oksigen) yang terbatas. Tiap partikel adsorben
dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik menarik. Zat ini banyak
dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat
selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas
oleh zat padat.
Definisi lain mengatakan bahwa adsorben adalah cairan yang dapat melarutkan
bahan yang akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik ataupun dengan reaksi
kimia. Adsorben itu sendiri harus memiliki kriteria yang baik. Adsorben yang baik memiliki
beragam persyaratan seperti :

Memiliki daya melarutkan bahan yang besar

Selektif

Memiliki tekanan uap yang rendah

Sedapat mungkin tidak korosif

Mempunyai viskositas yang relatif rendah

Stabil secara termis

Harga terjangkau
Adsorben pada dasarnya dibagi mejadi tiga yaitu (Ginting, 2008 ):
1. Adsorben yang mengadsorbsi secara fisik (karbon aktof, silica gek, dan zeloit)
2. Adsorben yang mengadsorbsi secara kimia (calcium cholide, metal hydrida, dan
complex salt)
3. Composite Adsorbent, adsorbent yang mengadsorbsi secara kimia dan fisika
Menurut Saragih, 2008 Adsorben yang digunakan secara komersial dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu :
Adsorben Polar disebut juga hydrophilic. Jenis adsorben yang termasuk kedalam
kelompok ini adalah silika gel, alumina aktif, dan zeolit.

Adsorben Non Polar disebut juga hydrophobic. Jenis adsorben yang termasuk
kedalam kelompok ini adalah polimer adsorben dan karbon aktif
2.8 Jenis Adsorben Yang Sering Digunakan
Untuk proses adsorbsi dan desorpsi ada 3 jenis adsorben yang biasa dipakai yaitu
(Delesev, 2008) :
1. Silika Gel
Silika gel cenderung mengikat adsorbat dengan energi yang relatif lebih kecil
dan membutuhkan temperatur yang rendah untuk proses desorpsinya, dibandingkan
jika menggunakan adsorben lain seperti karbon atau zeolit. Kemampuan desorpsi
silika gel meningkat dengan meningkatnya temperatur. Silika gel terbuat dari silica
dengan ikatan kimia mengandung air kurang lebih 5%. Pada umumnya temperature
kerja silica gel sampai pada 200 oC, jika dioperasikan lebih dari batas temperatur
kerjanya maka kandungan air dalam silica gel akan hilang dan menyebabkan
kemampuan adsorpsinya hilang. Bentuk butiran silica gel yang banyak digunakan
untuk proses adsorpsi dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini :

Gambar 1. Bentuk Butiran Silika Gel

2. Aktif karbon
Aktif karbon dapat dibuat dari batu bara, kayu, dan tempurung kelapa melalui
proses pyrolizing dan carburizing pada temperature 700 sampai 800 oC. Hampir
semua adsorbat dapat diserap oleh karbon aktif kecuali air. Aktif karbon dapat
ditemukan dalam bentuk bubuk dan granular. Pada umumnya karbon aktif dapat
mengadsorpsi methanol atau amonia sampai dengan 30%, bahkan karbon aktif super
dapat mengadsorpsi sampai dua kalinya. Bentuk butiran karbon aktif dapat dilihat
pada Gambar 2. berikut ini :

Gambar 2. Bentuk Butiran Karbon Aktif

3. Zeolit
Zeolit mengandung kristal zeolit yaitu mineral aluminosilicate yang disebut
sebagai penyaring molekul. Mineral aluminosilicate ini terbentuk secara alami. Zeolit
buatan dibuat dan dikembangkan untuk tujuan khusus, diantaranya 4A, 5A, 10X, dan
13X yang memiliki volume rongga antara 0.05 sampai 0.30 cm 3/gram dan dapat
dipanaskan sampai 500

C tanpa harus kehilangan mampu adsorpsi dan

regenerasinya. Zeolit 4A (NaA) digunakan untuk mengeringkan dan memisahkan


campuran hydrocarbon. Zeolit 5A (CaA) digunakan untuk memisahkan paraffins dan
beberapa Cyclic hydrocarbon. Zeolit 10X (CaX) dan 13X (NaX) memiliki diameter pori
yang lebih besar sehingga dapat mengadsorpsi adsorbat pada umumnya. Bentuk
butiran zeolite dapat dilihat pada Gambar 3. dibawah ini :

Gambar 3. Bentuk Butiran Zeolit

Adsorben yang digunakan dalam proses pemucatan terdiri dari tipe polar (hidrofilik)
dan nonpolar (hidrofobik). Adsorben polar antara lain silica gel, alumina yang diakivasi dan

beberapa jenis tanah liat (clay). Adsorben non polar antara lain adalah arang (karbon dan
batu bara) dan arang aktif, yang biasa digunakan untuk menghilangkan zat warna yang
kurang polar. Adsorben tipe polar secara kualitatif sangat mirip satu sama lain dalam hal
selektivitas untuk menyerap komponen dari beberapa campuran. Salah satu dari adsorben
yang saat ini sering digunakan adalah bentonit. Bentonit adalah suatu istilah nama dalam
dunia perdagangan yang sejenis lempung plastis yang mempunyai kandungan mineral
monmorilonit lebih dari 85% dengan rumus kimianya Al2O3.4SiO2 x H2O. Nama monmorilonit
ini berasal dari jenis lempung plastis yang diketemukan di Montmorillon, Perancis pada
tahun 1947. Pengamatan dengan mata terhadap lempung monmorilonit memberikan ciri-ciri;
mempunyai kilap lilin, umumnya lunak, plastis, sarang, berwarna pucat dengan kenampakan
putih, hijau muda, kelabu, merah muda dalam keadaan segar dan menjadi krem apabila
lapuk untuk kemudian berubah menjadi kuning, merah atau coklat serta hitam. Bila diraba
terasa licin seperti sabun dan kadang-kadang pada permukaannya dijumpai cermin sesar,
sedangkan kalau dimasukkan kedalam air akan menghisap air tersebut sedikit atau banyak.
Bila kena hujan singkapan bentonit berubah seperti bubur, sedang jika kekeringan akan
menimbulkan rekahan yang nyata (Riyanto, 1994).
Hasil bentonit dari tambang yang berupa bongkahan selanjutnya diolah melalui
beberapa proses yaitu penghancuran, pemanasan, penggilingan dan pengayakan.
Selanjutnya dilakukan proses aktivasi bentonit, proses pengaktivan khusus dilakukan untuk
jenis bentonit yang tidak mengembang (Ca-Mg bentonit). Jenis ini dapat dibagi dua macam
yaitu bentonit yang aktif dan bentonit yang tidak aktif. Pengaktifan disini adalah bertujuan
untuk melarutkan unsur-unsur pengganggu seperti : Ca, Al, Mg, Fe, Na, K dan lain-lain
dengan memakai media pengaktifan H2SO4 (5%) dan HCl (5%) pada suhu 100oC dalam
selang waktu 2-4 jam (Riyanto, 1994).
2.9 Tahapan Pengendalian Suatu Polutan Dengan Proses Adsorpsi
Pengendalian suatu polutan/ pencemar gas dengan proses adsorpsi dibedakan
menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Tahap Adsorpsi
Tahap dimana terjadi proses adsorpsi
Adsorbate tertahan pada permukaan adsorbent (tertahannya gas atau uap /
molekul pada permukaan padatan).
Pada proses adsorpsi umumnya dilakukan untuk senyawa organic dengan berat
molekul (BM) lebih besar dari 46 dan dengan konsentrasi yang kecil.. Semakin
besar BM maka proses adsorpsi akan semakin baik.
2. Tahap Desorpsi

Tahap ini merupakan kebalikan pada tahap adsorpsi, dimana adsorbate


dilepaskan dari adsorbent (lepasnya gas atau uap atau molekul pada permukaan
padatan). Desorpsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah :
Menaikkan temperature adsorbent di atas temperature didih adsorbent, dengan
cara mengalirkan uap panas/ udara panas atau dengan pemansan
Menambahkan bahan kimia atau secara kimia
Menurunkan tekanan
3. Tahap Recovery
Tahap ini merupakan tahap pengolahan dari gas, uap atau molekul yang telah
di desorpsi, dimana recovery dapat dilakukan dengan :
Kondensasi
Dibakar
Solidifikasi

2.10Tipe Sistem Adsorpsi


1. Fixed or Stationary Bed
Terdiri dari satu atau dua adsorbent (1=on stream adsorbing, 2= regeneration).
Dual adsorber system dapat dioperasikan secara simultan
Kedalaman bed 12 36 inchi

2. Moving Bed

Continuous regeneration
Waktu regenerasi untuk setiap segmen bed pendek sehingga tidak memerlukan
bed yang panjang
Compac system dan mampu reduce pressure drop
Kerugian maintaining seal pada moving parts

3. Fluidized Bed
Resirkulasi
regeneration
Velocity

kontinyu melalui adsorption


cycle
udara sekitar 240fpm

Counter current movement meningkatkan efektivitas penggunaan karbon, lebih


banyak solvent yang dapat direcovery dibandingkan dengan stationary / rotary bed
sistem.

2.11 Model Persamaan


1. Model
dari
Model ini

Dari Adsorpsi
Langmuir
pertama kali dikembangkan

pada tahun 1918 u/ proses


penyerapan gas pada permukaan solid. Model langmuir diambil berdasarkan
asumsi-asumsi sebagai berikut :

Energi dari adsorpsi adalah konstan & tidak tergantung pada sifat permukaan.
Adsorpsi terjadi hanya pada bagian yang terbatas & tidak ada interaksi antara

molekul-molekul adsorbat.
Adsorpsi maksimum terjadi pada saat terbentuk monolayer yang menyeluruh.
Permukaan bersifat heterogenous, afinitas pada tiap tempat terjadinya ikatan
adalah sama.

2.

Model dari Freundlich


Persamaan Freundlich sangat tepat dipergunakan bila :
Tidak terjadi adsorpsi kimia
Tidak ada assosiasi / dissosiasi dari molekul setelah teradsorp pada
permukaan adsorbent.
Persamaan Freundlich dapat dinyatakan sebagai berikut :

3.

Model mathematic Langmuir Isotherm

Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa : Phase adsorbed adalah uni molecular
layer.

Pada kondisi equilibrium,rate adsorption sama dengan rate desorption dari


permukaan media

4. Model mathematic Freundlich Isotherm

Pada persamaan Langmuir isotherm di atas, apabila pada kondisi intermediate


maka :
0

5.
Lain

Persamaan

Hal-hal yang harus dipertimbangkan :


1. Ukuran partikel adsorbent
Berpengaruh pada pressure drop dan diffusion rate. Pressure drop akan
rendah jika bentuk dan ukuran partikel (d) adsorbent seragam dan spherical.
Peningkatan pressure drop terjadi dengan peningkatan angka Reynolds. Kecepatan
transfer massa meningkat berbanding terbalik dengan d3/2dan internal adsorption
rate berbanding terbalik dengan d2.
2. Physical adsorbent bed depth
Berhubungan dengan kedalaman zona transfer dan kapasitan adsorpsi.

3. Gas Velocity
Kecepatan gas yang melalui bed ditentukan dengan crushing velocity (dari
manufactured adsorbent). Panjang MTZ proporsional dengan velocity, biasanya lebih
tinggi dari velocity dan lebih lama dari MTZ.

4. T inlet gas buang dan adsorbent


Suhu meningkat maka adsorbent capacity menurun. Adsoption proses terjadi
exothermic, selama aktivitas penyerapan panas akan tertransfer ke bed adsorbent.
Perbedaan suhu yang terjadi selama adiabatic operasi dapat diperkirakan dengan
rumus :

5. Konsentrasi kontaminan yang akan diserap

6. Removal efisiensi (60 80%)


7. Kemungkinan terjadinya dekomposisi dan polymerization ketika kontak dengan
adsorbent. Sehinggs dapat menyebabkan menurunkan kapasitas adsorpsi dan
proses regenerasi
8. Frekuensi operasi
9. Regenerasi / Desorption, diklasifikasikan dalam empat type :
Thermal Swing Cycle
Menggunakan direct heat transfer yaitu mengkontakkan bed dengan hot fluida
atau indirect transfer melalui permukaan adsorbent dengan peningkatan suhu. Suhu
antara 300 600oF, memerlukan cooling step.
Pressure swing cycle
Menggunakan tekanan rendah atau vacumm untuk desorpsi bed.
Dioperasikan mendekati kondisi isothermal dengan tanpa heating atau cooling step.
Purge Gas Stripping Cycles
Desorption bed dengan reduksi tekanan partial adsorbed, lebih efisien
dioperasikan pada suhu lebih tinggi dan pressure yang lebih rendah.
Displacement Cycles

2.12Reaktor Adsorpsi

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adsorpsi merupakan suatu proses kimia ataupun fisika yang terjadi ketika suatu
fluida, cairan maupun gas yang terikat kepada suatu padatan atau cairan (adsorben) dan
akhirnya membentuk suatu lapisan film (adsorbat) pada permukaannya. Berdasarkan
proses terjadinya ada dua jenis adsorbsi, yaitu adsorbsi kimia dan adsorbsi fisika. Proses
adsorbsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: waktu kontak, luas permukaan, jenis
adsorbat, jenis adsorben, ukuran molekul adsorbat, konsentrasi adsorbat, kecepatan putar
sentrifugasi, pH, dan temperatur.

ADSORPSI

Proses

ADSORBEN

akumulasi Padatan / cairan yang

suatu zat di permukaan.

mengadsorpsi.

ADSORBAT
Substansi dalam
bentuk cair / gas
yang terkonsentrasi
pada permukaan
adsorben.

Prinsip Kerja Adsorbsi


Dengan memanfaatkan besarnya daya serap adsorben
terhadap adsorbate

Aplikasi Adsorbsi
1. Penjernihan Air
2. Proses Pemutihan Gula Pasir
3. Pewarnaan Serat Sutra, Wol / Kapas Pada industri Tekstil

DAFTAR PUSTAKA

Alberty, R. A. 1997. Physical Chemistry. John Willey and Sons Inc : New York.
Anonim. 2010. Proses Pengambilan Kembali Bioetanol Hasil Fermentasi dengan Metode
Adsorpsi Hidrophobik. Diakses pada tanggal 7 Desember 2014. Pukul
22.00WIB.eprints.undip.ac.id/13831/1/laporan_penelitian_adsorpsi_bioetanol.pdf.
Atkins, P. W. 1990. Physical Chemistry. Oxford University Press : London.

Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Brady and James. 1999. Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta.


Delesev, Ferdinan G. 2008. Pengujian Alat Pendingin Dengan Adsorpsi. FT UI : Jakarta.
Ginting, Ferdinan D. 2008. Pengujian Alat Pendingin. FT UI : Depok.

Keenan, C.W. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.


Nasruddin. 2005. Dynamic Modeling and Simulation of a Two-Bed Silicagel-Water
Adsorption Chiller. Disertation. Rwth Aachen : Germany.
Pohan, H. G., dan B. Tjiptahadi. 1987. Pembuatan Desain/Prototipe Alat Pembuatan Arang
Aktif dan Studi Teknologi Ekonominya. BBPP IHP Proyek Penelitian dan
Pengembangan Industri Hasil Pertanian IPB : Bogor.
Riyanto Asril. 1994. Bahan Galian Industri Bentonit. Direktorat Jendral Pertambangan Umum
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral : Jakarta.
Saragih, Sehat A. 2008. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Batubara Riau
sebagai Adsorben. Tesis. Pascasarjana FT UI : Jakarta.
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Bina Aksara : Jakarta.
Suryawan, B. 2004. Karakteristik Zeolit Indonesia Sebagai Adsorpen Uap Air. Disertasi.
Universitas Indonesia : Jakarta.
Treyyball, R.E. 1981. Mass Transfer Operations. 3rd.ed. McGraw.Hill : Singapore.

Anda mungkin juga menyukai