Ipi 62973

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kimia Indonesia

Vol. 1 (2), 2006, h. 59-66

Produksi Alkaloid oleh Mikroba Endofit yang Diisolasi dari Batang Kina
Cinchona Ledgeriana Moens dan Cinchona Pubescens Vahl (Rubiaceae)
Ermin K. Winarno
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN
Pasar Jumat, Jakarta
Email: erminkk@batan.go.id
Abstrak. Telah dilakukan isolasi dan skrining mikroba endofit dari batang C. ledgeriana dan C.
pubescens yang dapat menghasilkan senyawa alkaloid seperti yang dihasilkan pada kulit batang kina.
Hasil isolasi diperoleh 88 isolat kapang. Skrining dilakukan dengan menggunakan media Potato
Dextrose Broth, A dan B untuk memperoleh kondisi optimum produksi alkaloid oleh mikroba endofit.
Analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa alkaloid dilakukan menggunakan kromatografi lapisan tipis
dan kromatografi cair bertekanan tinggi. Dari hasil skrining diperoleh 2 jenis kapang endofit (LMC 19
dan LMC 29) yang dapat memproduksi senyawa alkaloid. Dalam media Potato Dextrose Broth dan B,
LMC 19 dan LMC 29 memproduksi kinin, sedangkan dalam media B LMC-29 juga dapat
memproduksi sinkonin.
Kata kunci: alkaloid, kinin, sinkonin, mikroba endofit, Cinchona ledgeriana Moens, Cinchona
pubescens Vahl, Rubiaceae.

Pendahuluan
Tanaman dan mikroorganisme mempunyai
hubungan yang sangat erat satu sama lain.
Mikroorganisme dapat menyerang tanaman
sehingga menyebabkan penyakit pada tanaman
induknya, sementara ada pula mikroorganisme
yang bersimbiosis sangat baik dengan tanaman
induknya. Mikroorganisme pada tanaman terdiri
dari 2 jenis yaitu mikroorganisme yang tinggal di
permukaan tanaman disebut epifit (epiphyte) dan
mikroorganisme yang tinggal di dalam tanaman
disebut endofit (endophyte).
Studi akhir-akhir ini telah banyak dilakukan
para peneliti menggunakan tanaman tropis. Data
menunjukkan bahwa tanaman induk di daerah
tropis kaya akan mikroba endofit yang belum
diklasifikasikan dan kemungkinan mengandung
genera dan spesies baru. Hubungan antara mikroba
endofit dan tanaman dalam menghasilkan
metabolit sekunder sangat menarik dipelajari.
Sejak tahun 1993 penelitian produksi taxol yang
merupakan obat kanker oleh kapang endofitik
Taxomyces
andreanae
dan
Pestalotiopsis
telah
dilaporkan.1
Taxomyces
microspora
andreanae menghasilkan taxol sebanyak 24 50
ng per liter dalam medium S-7. Pestalotiopsis
microspora merupakan endofit dari kulit batang
Taxodium distienum (L.) Rich (bald cypress) yang

telah menghasilkan taxol 50 - 1487 ng/liter


medium.2
Dalam bioteknologi, mikroba endofit ini sangat
potensial sebagai penghasil senyawa-senyawa baru
berkhasiat obat, metabolit sekunder, pengontrol
biologi dan berbagai senyawa yang bermanfaat.
Dengan demikian diperlukan pengembangan atau
penelitian untuk mempelajari hubungan antara
tanaman dan endofitik pada kondisi tropis.
Salah satu tanaman tropis adalah Cinchona
(Rubiaceae) yang kita kenal sebagai pohon kina
telah dimanfaatkan sebagai obat terapi berharga.
Kulit Cinchona mempunyai aktivitas sebagai anti
malaria yang telah diketahui selama berabad-abad,
dan digunakan secara luas.3 Senyawa aktif tersebut
adalah kinin (Gambar 1), merupakan senyawa
mayor pada kulit batang kina, senyawa mayor yang
lain yaitu kinidin. Kulit batang kina dipanen
setelah 7 12 tahun, umumnya di dalam ekstrak C.
ledgeriana Moens dan C. pubescens VAHL
terdapat 12 - 18 % alkaloid.4 Selain kinin dan
kinidin, juga ditemukan 35 senyawa alkaloid lain
seperti sinkonin dalam pohon kina. Menurut
Scragg dan Allan, kebutuhan kinin dan kinidin
mencapai 500.000 kg.5 Menurut laporan
UNCTAD/GATT 1982, diperkirakan total
penjualan alkaloid Cinchona mencapai sebanyak
50.000 US $ per tahun.3

Dapat dibaca di www.kimiawan.org/journal/jki

Ermin K Winarno

HO

9H

H
N

HO
H

H3CO 6'

N
Kinin

N
Sinkonin

Gambar 1. Struktur kimia senyawa kinin dan sinkonin

Mengingat kebutuhan akan senyawa alkaloid


ini makin meningkat, maka sejak tahun 1974
banyak peneliti telah mengembangkan teknik
untuk memproduksi senyawa-senyawa berguna ini
dalam sistim kultur sel tanaman.6 Pada tahun 1987
Scragg dan Allan telah mengembangkan
biosintesis alkaloid Cinchona dengan teknik kultur
sel tanaman, mereka berkesimpulan bahwa
produksi alkaloid yang dihasilkan masih rendah
yaitu 0,039% berat kering, sementara biaya
produksinya sangat mahal.5 Sampai saat ini belum
ada proses bioteknologi yang efektif dan efisien
untuk
menghasilkan
alkaloid
Cinchona.
Pengembangan selanjutnya mungkin dengan
biosintesis menggunakan enzim atau mikroba.3
Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan
skrining terhadap mikroorganisme yang terdapat
pada batang C. ledgeriana Moens dan C.
pubescens Vahl yang dapat menghasilkan alkaloid
seperti pada tanaman induknya. Setelah diperoleh
isolat yang mampu menghasilkan senyawa alkaloid,
maka akan dilakukan beberapa percobaan terhadap
hasil seleksi tersebut, agar dapat diproduksi
senyawa alkaloid secara optimal.
Bahan dan Metode
Bahan tanaman. Batang tua kina (berdiameter
1 cm) dari jenis Cinchona ledgeriana dikoleksi
dari Gambung Quinine Research Center (tahun
1999), dari Cibodas (tahun 2000 dan 2001), dari
Gunung Mas (tahun 2000), sedang Cinchona
pubescens dari Cibodas (tahun 2000). Ketiga
daerah ini terdapat di propinsi Jawa Barat.
Bahan Kimia dan Peralatan. Bahan kimia
yang digunakan yaitu Potato Dextrose Agar (PDA),
Potato Dextrose Broth (PDB), media S-77 yang
telah dimodifikasi, dan medium Phoma8 yang telah
dimodifikasi, pereaksi Dragendorf, KH2PO4,
CH3CN (HPLC grade), quinine. HCl.2H2O, etanol,
Na-hipoklorit, corn meal-malt agar, kloramfenikol,
nutrient agar dan nistatin. Peralatan yang
digunakan yaitu kromatografi cair bertekanan
tinggi (KCKT) 3 dimensi (Hitachi), kolom Capcell

60

PAPC-C18 (250 mm x 4,6 mm), detektor diode


array, lampu UV ( 254 nm dan 366 nm) dan alatalat gelas.
Isolasi dan Pemurnian Mikroba. Batangbatang kina (panjang 2 cm, 1 cm) dicuci dengan
air, lalu disterilkan dengan etanol 70% selama 1
menit, natrium hipoklorit 5,3% selama 5 menit,
dan etanol 75% selama 0,5 menit. Batang kina
dibelah dua secara longitudinal, lalu diletakkan di
atas cawan petri berisi corn meal-malt agar
(CMMA)
yang
telah
dicampur
dengan
kloramfenikol 0,05 mg/mL. Batang yang sama
diletakkan juga di atas nutrient agar yang
dicampur dengan nistatin 0,10 mg/mL. Keduanya
diinkubasi selama 3 hari pada suhu 27C,
kemudian koloni dipindahkan ke PDA dalam
cawan petri dan selanjutnya diinkubasi lagi pada
suhu 27C dan dilakukan pengecekan secara
berkala untuk pemurnian lebih lanjut. Masingmasing endofit diisolasi melalui beberapa kali
pemindahan, sehingga diperoleh isolat murni.
Sebanyak 88 mikroba endofit yang telah diisolasi,
ditanam pada agar miring (PDA) dan diinkubasi
dalam inkubator suhu 29C, selanjutnya setiap 2
bulan sekali dikultivasi kembali. Sebagian kecil
isolat disimpan dalam medium PDA pada suhu
-80C.
Kultivasi Mikroba Endofit. Pengembangan
atau pertumbuhan setiap mikroba endofit
menggunakan media cair sebanyak 30 mL di
dalam tabung reaksi 100 mL. Media diinokulasi
dengan mikroba endofit, diletakkan miring dalam
inkubator pada suhu 28-30C dan dikocok pada
kecepatan 115 rpm. Pengambilan contoh dilakukan
pada hari ke-2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Medium cair
yang digunakan untuk pertumbuhan endofit yang
akan diuji agar menghasilkan alkaloid adalah
Potato Dextrose Broth (PDB, 24 gr/L), medium A7
(S-7 yang telah dimodifikasi), dan medium B8
(Phoma yang telah dimodifikasi). Selanjutnya
dicari kondisi atau teknik pengembangan mikroba
endofit yang terbaik sehingga mikroba endofit
hasil seleksi tersebut dapat menghasilkan senyawa
alkaloid secara optimal.
Kultivasi Kapang LMC-19 dan LMC-29.
Kultivasi kapang endofit LMC-29 dilakukan
dengan beberapa cara. Pertama, kapang diambil
dari agar miring PDA, diinokulasi ke larutan PDB
30 mL (pH 5,22) dalam tabung reaksi 150 mL, dan
diletakkan pada posisi miring dalam inkubator
pada suhu 28-30 oC dan digoyang pada kecepatan
115 rpm. Kedua, LMC-19 dan LMC-29 yang
berasal dari agar miring dan tabung berisi serpihan

Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(2), 2006

Produksi Alkaloid oleh Mikroba Endofit yang Diisolasi dari Batang Kina Cinchona Ledgeriana Moens dan
Cinchona Pubescens Vahl (Rubiaceae)

batang kina, masing-masing dikultivasi dalam 20


mL media cair B atau PDB dalam erlenmeyer 50
mL yang kena cahaya dan tidak kena cahaya
(erlenmeyer dibungkus dengan karbon). Inkubasi
dilakukan pada suhu 28-30C dan digoyang pada
kecepatan 115 rpm. Ketiga, LMC-29 yang berasal
dari kultur agar miring PDA, ditanam dulu dalam 3
buah tabung reaksi kecil, masing-masing berisi 2
ml akuades dan potongan (serpihan) kecil batang C.
Succirubra, C. Calisaya, dan C. Ledgeriana, yang
beratnya masing-masing 100 mg. Setelah 35, 65,
78, dan 97 hari, isolat diambil dan ditanam pada
PDA dalam cawan petri. Setelah 13 hari isolat
diambil untuk prekultur dalam media cair PDB, A,
dan B, masing-masing sebanyak 25 mL dalam
erlenmeyer 50 mL. Setelah 1 hari, media dan
biomassa dituang ke dalam erlenmeyer 500 mL
yang telah berisi masing-masing 225 ml media
tersebut di atas. Pengambilan contoh, ekstraksi,
dan identifikasi dengan kromatografi lapisan tipis
(KLT) dilakukan setelah 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, dan 9
hari.
Ekstraksi dan Identifikasi Alkaloid. Medium
sebanyak 5 mL dipipet dan ditambah 1 atau 2
buah biomassa kapang, dihancurkan dan

dihomogenkan sampai halus, lalu diekstraksi


dengan 5 mL CHCl3 sebanyak 3 kali. Fase
kloroform dikumpulkan dan diuapkan, lalu
dianalisis kualitatif dengan KLT. Fase gerak yang
digunakan adalah CHCl3 :MeOH : air = 7:3:1.
Penampak bercak digunakan pereaksi Dragendorf
untuk melihat adanya alkaloid dengan munculnya
bercak warna jingga. Analisis kuantitatif juga
dilakukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) 3 dimensi menggunakan kolom Capcell
PAPC-C18 (250 mm x 4,6 mm), detektor diode
array dan eluen KH2PO4 20 mM pH 2,50:CH3CN
= 9:1, dan kecepatan alir 1,0 mL/menit.
Hasil dan Pembahasan
Isolasi dan Pemurnian Mikroba Endofot.
Jumlah isolat yang diperoleh sebanyak 88 isolat,
dan diberi kode seperti disajikan pada Tabel 1.
Cinchona ledgeriana dikoleksi dari Gambung
Quinine Research Center pada tahun 1999 (9
isolat), pada tahun 2000 dari Cibodas (12 isolat),
dari Gunung Mas (25 isolat), pada tahun 2001 dari
Cibodas (17 isolat) dan Cinchona pubescens dari
Cibodas (25 isolat ).

Tabel 1. Isolat-isolat yang telah dimurnikan (belum diidentifikasi)


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

C. ledgeriana
Gambung Quinine
Research Center, 1999
Cib.5-1(CMM)
Cib.5-1(WA)
Cib.5-1(WA)
QRC-233-1(CMM)
QRC-233-1(WA)
QRC-233-1(NA)
QRC-233-1(CMM)
QRC-233-1(WA)
QRC-233-1(NA)

C. ledgeriana
(Cibodas, 2000)
COLC-1
COLC-2
NOLC-1
NOLC-2
NOLC-3
NOLC-4
NOLC-5
WOLC-1
WOLC-2
WOLC-3
WOLC-4
WOLC-5

Keterangan: CMM = Corn Meal Medium; NA

C. ledgeriana
(Gunung Mas, 2000)
COLG-1
COLG-2
COLG-3
COLG-4
COLG-5
COLG-6
COLG-7
COLG-8
COLG-9
COLG-10
COLG-11
COLG-12
COLG-13
NOLG-1
NOLG-2
NOLG-3
NOLG-4
NOLG-5
NOLG-6
WOLG-1
WOLG-2
WOLG-3
WOLG-4
WOLG-5
WOLG-6
= Nutrient agar; WA

C. ledgeriana
(Cibodas, 2001)

C. pubescens
(Cibodas, 2000)

LCC-1(CMM)
LCC-2(CMM)
LCC-3(CMM)
LCC-4 (CMM)
LCC-5(CMM)
LCC-6(CMM)
LCW-1(WA)
LCW-2(WA)
LCW-3(WA)
LMC-11(CMM)
LMC-17(CMM)
LMC-19(CMM)
LMC-23(CMM)
LMC-29(CMM)
LMN-1(NA)
LMW-1(WA)
CMC-8(CMM)

COPC-1
COPC-2
COPC-3
COPC-4
COPC-5
COPC-6
COPC-7
COPC-8
COPC-9
COPC-10
COPC-11
COPC-12
COPC-13
NOPC-1
NOPC-2
NOPC-3
NOPC-4
NOPC-5
NOPC-6
NOPC-7
WOPC-1
WOPC-2
WOPC-3
WOPC-4
WOPC-5

= Water agar

61

Ermin K Winarno

Analisis Kualitatif Produksi Alkaloid oleh


Isolat. Seluruh isolat sebanyak 88 yang telah
dimurnikan, satu persatu ditumbuhkan dalam 3
jenis media cair, yaitu PDB, medium A dan
medium B. Hasil skrining awal dari 88 isolat yang
diuji dalam ketiga jenis media tersebut, diperoleh 2
kapang endofit yang menghasilkan senyawa
alkaloid, yang ditunjukkan dengan adanya bercak
oranye pada KLT dengan penampak bercak
pereaksi Dragendorf (Gambar 2).
Hasil KLT ekstrak CHCl3 dari LMC-19 pada
agar miring yang ditumbuhkan dalam media cair
ditunjukkan pada Gambar 2(a) menghasilkan
bercak warna oranye dengan jarak migrasi Rf 0,49
sama seperti standar kinin. Hal ini menunjukkan
bahwa kapang tersebut dapat menghasilkan kinin
dalam media cair PDB setelah 3 hari. Demikian
juga LMC-29 asal agar miring dalam media PDB
setelah 7 hari (Gambar 2b) dan dalam media B
setelah 2 hari (Gambar 2c), masing-masing
menghasilkan kinin (Rf 0,49) sama dengan Rf
standar kinin.
Pada percobaan kedua kapang endofit ini
ditumbuhkan dalam erlenmeyer berisi ketiga
macam media cair seperti di atas, namun
erlenmeyer dibungkus dengan karbon selama
inkubasi, supaya tidak mendapat cahaya. Hasil
percobaan terhadap endofit tanpa adanya cahaya
tersebut memberikan hasil negatif pada KLT
dengan penampak bercak yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa produksi alkaloid oleh
kapang endofit membutuhkan cahaya.
Pada percobaan ketiga, inkubasi kapang
dilakukan dalam air yang mengandung serpihan
batang kina. Berdasarkan uji kualitatif dengan
KLT diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 2.
Terjadinya produksi alkaloid ditunjukkan adanya

bercak warna jingga hasil KLT LMC-19 dan


LMC-29 ditunjukkan pada Gambar 3. Pada
Gambar 3a terlihat hasil KLT kapang dalam 250
ml medium PDB. Dalam medium ini kapang
LMC-19 pada hari ke-3 baik asal agar miring (no.
1) maupun yang berasal asal dari serpihan batang
C. ledgeriana (inkubasi pada selama 65 hari, no.2)
menghasilkan bercak jingga. Rf senyawa yang
dihasilkan sesuai dengan Rf 0,49 senyawa kinin
sebagai standar. Pada KLT no. 3 kapang LMC-29
pada hari ke-7 baik yang berasal dari agar miring
maupun yang berasal dari serpihan batang C.
ledgeriana (inkubasi selama 78 hari, no. 4),
masing-masing memberikan bercak warna jingga
pada Rf 0,49 yang sesuai dengan Rf standar kinin.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua kapang tersebut
dalam medium PDB dapat menghasilkan kinin
baik asal agar miring maupun yang diinkubasi
terlebih dahulu pada serpihan batang C.
Ledgeriana.
Selanjutnya pada Gambar. 3b dari no. 5 sampai
dengan no. 10 merupakan hasil KLT dari kapang
LMC-19
dan
LMC-29
masing-masing
ditumbuhkan dalam 250 mL medium B. KLT no. 5
dan no. 7 adalah hasil KLT pada hari ke-2 dari
kapang LMC-19 dan LMC-29 yang berasal dari
serpihan batang C. ledgeriana (inkubasi selama 78
hari), senyawa alkaloid yang dihasilkan sama,
yaitu kinin (Rf 0,49). Pada hari ke-3 LMC-29 yang
berasal dari serpihan batang C. calisaya (inkubasi
selama 62 hari, no. 8) juga menghasilkan kinin
dengan Rf 0,49. Selanjutnya pada Gambar 3b KLT
no. 10 pada hari ke-6 LMC-29 (dalam medium B)
dari serpih batang C. Succirubra (inkubasi selama
65 hari) dapat menghasilkan senyawa alkaloid lain
dengan jarak migrasi Rf 0,47 sesuai dengan standar
sinkonin.

P D B = P o ta to D e x tr o s e B r o th
B

.
PDB Qn Cn

(a )

. . . . . . . .
7

PDB

(b )

6 Qn

= m e d ia P h o m a

Qn

= k in i n

Cn

= s i n k o n in

= L M C -1 1

= L M C -2 3

= L M C -2 9

= L M N -1

= C M C -8

Qn

Cn

= L C W -3

= L M C -1 9

(c)

Gambar 2. (a). Hasil skrining awal KLT kapang LMC-19 (PDB), dan (b). LMC-29 (PDB) dan (c). LMC-29 (B)

62

Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(2), 2006

Produksi Alkaloid oleh Mikroba Endofit yang Diisolasi dari Batang Kina Cinchona Ledgeriana Moens dan
Cinchona Pubescens Vahl (Rubiaceae)
Tabel 2. Hasil pewarnaan (pereaksi Dragendorf) KLT ekstrak CHCl3 dari kapang dalam media uji
Isolat

Asal Isolat

LMC-19
LMC-19

agar miring
serpih batang
C.ledgeriana
agar miring
serpih batang
C.ledgeriana
serpih batang
C.ledgeriana
serpih batang
C.succirubra
serpih batang
C.calisaya

LMC-29
LMC-29
LMC-29
LMC-29
LMC-29

Waktu
inkubasi
3 hari
3 hari

Produksi alkaloid
PDB
A
B
Kinin
Kinin
Kinin

7 hari
2 hari

Kinin
-

Kinin

7 hari

Kinin

5,6,7,8
dan 9 hari
3 hari

Sinkonin

Kinin

PDB = Potato Dextrose Broth ; A = S-7 yang telah dimodifikasi; B = Phoma yang telah dimodifikasi

.
PD B

.
Qn

.
Cn

.
1

.
2

.
3

.
4

.
B

.
Qn

.
Cn

.
5

(a )
1
2
3
4

=
=
=
=

LM
LM
LM
LM

C -1 9
C -1 9
C -2 9
C -2 9

a g a r m i r in g
p d s e r p ih b a t a n g C . le d g e r ia n a 6 5 h a r i
a g a r m i r in g
p d s e r p ih b a t a n g C . le d g e r ia n a 7 8 h a r i

.
6

.
7

.
8

.
9

.
10

(b )
5
6
7
8
9
10

=
=
=
=
=
=

L M C -1 9
L M C -2 9
L M C -2 9
L M C -2 9
L M C -2 9
L M C -2 9

pd
pd
pd
pd
pd
pd

s e r p ih
s e r p ih
s e r p ih
s e r p ih
s e r p ih
s e r p ih

b a ta n g
b a ta n g
b a ta n g
b a ta n g
b a ta n g
b a ta n g

C.
C.
C.
C.
C.
C.

le d g e r ia n a 7 8 h a r i
le d g e r ia n a 6 2 h a r i
le d g e r ia n a 7 8 h a r i
c a l is a y a 6 2 h a r i
s u c c iru b r a 3 5 h a ri
s u c c iru b r a 6 5 h a ri

Gambar 3. (a) LMC-19 dan LMC-29 media PDB, (b) LMC-19 dan LMC-29 dalam B

Hasil uji kualitatif KLT produksi kapang yang


dinduksi pada media air yang mengandung
masing-masing serpih batang C. Ledgeriana,
C.succirubra, dan C. calisaya cukup menjanjikan
untuk produksi alkaloid oleh kapang endofitik.
Sementara kapang yang dikultivasi pada agar
miring dengan berjalannya waktu penyimpanan
dan berganti ke generasi selanjutnya, produksi
alkaloid makin berkurang dan akhirnya tidak
memproduksi alkaloid lagi.
Analisis Kuantitatif Kinin dengan KCKT.
Kromatogram hasil KCKT ekstrak CHCl3 dari
LMC-19 (medium PDB) dan LMC-29 (media PDB
dan B) ditunjukkan pada Gambar 4, 5 dan 6. Pada
Gambar 4a terlihat kromatogram KCKT kapang

LMC-19 dalam media PDB setelah 8 hari. Waktu


retensi senyawa yang dihasilkan 12,00 menit
sesuai dengan waktu retensi standar kinin (Gambar
4b). Spektrum kinin ditunjukkan pada insert
sebelah kanan Gambar 4b.
Kromatogram pada Gambar 5a menunjukkan
bahwa kapang LMC 29 dapat memproduksi
alkaloid dalam media PDB setelah 2 hari dengan
waktu retensi 12,99 menit dengan konsentrasi yang
tinggi. Setelah diencerkan (Gambar 5b) waktu
retensinya alkaloid tersebut sesuai dengan waktu
retensi standar kinin (12,28 menit, Gambar 5c).
Berdasarkan pola spektrum uv, senyawa tersebut
identik dengan spektrum kinin (insert pada
Gambar 5c).

63

Ermin K Winarno

Serapan (AU)

Gambar 4. Kromatogram hasil KCKT ekstrak CHCl3 dari LMC-19 (dari serpihan batang C. ledgeriana) dalam
media PDB (a), kromatogram dan spektrum standar kinin 0,1 mg/L (b). Eluen KH2PO4 20 mM pH 2,50 : CH3CN =
9 : 1, dan kecepatan alir 1 mL/menit dan = 210 nm.

Serapan (AU)

W a k tu (m e n it)

S p e k tru m k in in

P a n ja n g g e lo m b a n g (n m )

Gambar 5. Kromatogram hasil KCKT ekstrak CHCl3 dari LMC-29 (dari serpihan batang C. ledgeriana) dalam
media B (a), kromatogram dan spektrum standar kinin 0,1 mg/L (b). Eluen KH2PO4 20 mM pH 2,50 : CH3CN = 9 :
1, dan kecepatan alir 1 mL/menit dan = 210 nm.

Kapang LMC-29 juga dapat memproduksi


senyawa alkaloid lain, yaitu sinkonin dalam
medium B setelah 6 hari (Gambar 6a). Waktu
retensi senyawa tersebut 9,47 menit sesuai dengan
waktu retensi senyawa standar sinkonin 9,48 menit.
Berdasarkan pola spektrum uv, senyawa tersebut
identik dengan spektrum sinkinin (insert pada
Gambar 6b).

64

Pada penelitian lanjut terhadap LMC-19 dan


LMC-29, menunjukkan bahwa kedua kapang
tersebut menghasilkan kinin masing-masing dalam
media B dan PDB ditunjukkan pada Gambar 7.
Kapang LMC-19 dapat menghasilkan kinin
maksimal pada hari ke-6 sebesar 0,117 mg/L
dalam
medium
B,
sedangkan
LMC-29
menghasilkan kinin sebesar 0,610 mg/L pada hari
ke-7 dalam medium PDB.

Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(2), 2006

9.47

Serapan (AU)

Sinkonin
dari LMC-29

Waktu (menit)

9.48

Sinkonin
standar

Spektrum
Sinkonin

panjang gelombang (nm)

Gambar 6. Kromatogram hasil KCKT ekstrak CHCl3 dari LMC-29 (dari serpihan batang C. succirubra) dalam
media B (a), kromatogram dan spektrum standar sinkonin 0,046 mg/L (b). Eluen KH2PO4 20 mM pH 2,50 : CH3CN
= 9 : 1, dan kecepatan alir 1 mL/menit dan = 210 nm.

0.7
0.6

LMC-19

[Kinin] mg/L

0.5

LMC-29

0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
1

2.5

Hari ke-

juga dapat memproduksi kinin maksimum 0,423


mg/L pada hari ke-7. Kapang LMC-29 yang
diinkubasi lebih dulu pada serpihan batang C.
Calisaya selama 78 hari, pada hari ke-5 produksi
kinin mencapai maksimum baik dalam media B
maupun PDB, masing-masing sebesar 0,079 mg/L
dan 0,128 mg/L. Inkubasi kapang LMC-29 pada
serpihan batang C. Succirubra selama 78 hari,
pada hari ke-7 kultivasi dalam media PDB
mencapai maksimum 0,080 mg/L, sedangkan
dalam media B, alkaloid tidak diproduksi.

Gambar 7. Produksi kinin oleh kapang LMC-19 dan


LMC-29 dari agar miring dan ditumbuhkan dalam
media cair B dan PDB.

Gambar 8 menunjukkan produksi kinin oleh


kapang LMC-29 yang diinkubasi dulu di antara
serpihan batang kina C. calisaya, C. succirubra
dan C. ledgeriana, lalu ditumbuhkan dalam media
B dan PDB. Pada hari ke-2 produksi kinin dalam
media B (kapang yang diinkubasi pada serpihan C.
Ledgeriana selama 78 hari) terlihat paling tinggi
dibandingkan dengan hari ke-3 dan seterusnya,
sebesar 5,914 mg dalam 250 mL medium B
(23,656 mg/L). Pada hari ke-3 alkaloid tidak
terdeteksi, pada hari ke- 4, 6 dan 7 kinin yang
diproduksi kecil, masing-masing 0,008; 0,010; dan
0,015 mg/L. Dalam medium PDB kapang LMC-29

Gambar 8. Produksi kinin oleh kapang LMC-29 yang


diinkubasi lebih dulu pada serpihan batang kina C.
calisaya, C. succirubra dan C. ledgeriana.

65

Ermin K Winarno

1.2
1.0

[Kinin] mg/L

Medium B

0.8

Medium PDB

0.6
0.4
0.2
0.0
2

Hari ke-

Gambar 9. Produksi kinin oleh kapang LMC-19 yang


tumbuh di antara serpihan batang kina C. ledgeriana.

Penghargaan. Penulis menyampaikan terima


kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H.
Shibuya yang telah memberikan bimbingan dan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian ini dalam rangka Training Search for
Bioactive Substances from Tropical Medicinal
Plants di Laboratorium Kimia Bahan Alam,
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kefarmasian di
Universitas Fukuyama, Hiroshima, Jepang

0 .4

le d g /7 8
c a li/7 8
s u c c /3 5
s u c c /6 5

[Sinkonin] mg/L

0 .3

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemurnian mikroba endofit
dari batang kina Cinchona ledgeriana Moens
diperoleh dua jenis kapang dengan kode LMC-19
dan LMC-29 yang dapat menghasilkan senyawa
alkaloid kinin dan sinkonin. Produksi kinin
tertinggi oleh kapang LMC-19 sebesar 0,978 mg/L
dalam media Potato Dextrose Broth. Kapang
LMC-29 dalam medium B dapat menghasilkan
kinin dan sinkonin tertinggi, masing-masing
sebesar 23,656 mg/L dan 0,312 mg/L setelah
didahului dengan inkubasi selama 78 hari pada
serpihan batang kina Cinchona ledgeriana Moens.

0 .2

0 .1

Pustaka
0 .0
1

H a ri k e -

Gambar 10. Produksi sinkonin oleh kapang LMC-29


yang lebih dulu diinkubasi pada serpihan batang kina C.
calisaya, C. succirubra dan C. ledgeriana dalam media
B.

Pada Gambar 9 ditunjukkan produksi kinin oleh


kapang LMC-19 paling tinggi dalam medium PDB,
yaitu sebesar 0.978 mg/L pada hari ke-8. Dalam
media B, LMC-19 dapat juga memproduksi kinin
dan mencapai maksimum pada hari ke-5, sebesar
0,105 mg/L. Kapang LMC-29 yang diinkubasi
pada serpihan kina C. ledgeriana selama 78 hari
dan ditumbuhkan dalam media cair B dapat
menghasilkan sinkonin setelah 1 sampai 7 hari, dan
mencapai maksimum pada hari ke-3 yaitu sebesar
0,312 mg/L (Gambar 10). Inkubasi pada serpihan
batang kina C. calisaya selama 78 hari dan
ditumbuhkan dalam media cair B, LMC-29 dapat
menghasilkan sinkonin setelah hari pertama
sampai 7 hari, mencapai maksimum pada hari ke-3
yaitu sebesar 0,225 mg/L. Sedangkan pada
serpihan batang C. succirubra selama 35 hari,
dalam media cair B setelah hari ke-2 produksi
mencapai maksimum yaitu sebesar 0,227 mg/L,
sedangkan inkubasi selama 65 hari produksi
sinkonin mencapai maksimum pada hari ke-2
sebesar 0,160 mg/L.

66

1. Stierle, A.; Stierle, D.; Strobell, G.; Bignami, G.;


Grothaus, P. Endophytic fungi of Pacific yew (Taxus
brevifolia) as a source of Tacol, Taxanes, and other
pharmacophores in Bioregulators for Crop
Protection and Pest control. American Chemical
Society, 1994, 64-77.
2. Li, J.; Strobel, G.; Sidhu, R.; Hess, W.M.; Ford, E.J.
Endophytic taxol-producing fungi from bald cypress,
Taxodium distichum. Microbiology,1996, 142, 22232226.
3. Wijnsma, R.; Verpoorte,R. Quinoline alkaloids of
Cinchona, Cell Culture and Somatic Cell Genetics of
Plants, 1988, 5, 335-355.
4. Smit, E. Analysis of Cinchona alkaloids by highperformance liquid chromatography. Application to
the analysis of quinidine gluconate and quinidine
sulphate and their dosage forms. J. Chromatography,
1984, 299, 233-244.
5. Scragg, A.H.; Allan, E.J. The potential of plant cell
culture for the production of quinine. Acta Leidensia,
1987, 55, 45-51.
6. Chatterjee, S.K.; Vegetative propagation of high
quinine yielding Cinchona. Indian J. Hortic, 31,
174-177.
7. Stowe, B.B.; Yamaki, T. Ann. Rev. Plant. Physiol.
1957, 8, 181.
8. Yang, X.; Strobel, G.; Stierle, A.; Hess, W.M.; Lee,
J.; Clardy, J. A fungal endophyte-tree relationship:
Phoma sp. in Taxus wallachiana. Plant Science,
1994, 102, 1-9.

Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(2), 2006

Anda mungkin juga menyukai