Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kurikulum memiliki peranan yang sangat penting di bidang pendidikan, mau


dibawa kemana arah pendidikan, bagaimana proses maupun hasil dan dampak
pendidikan sangat ditentukan oleh kesempurnaan dan kualitas suatu
kurikulum. Begitu besar pengaruh yang dimiliki maka penyusunan kurikulum
tidak

dapat

dilakukan

secara

sembarangan.

Penyusunan

kurikulum

membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil


pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan
pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap
kegagalan proses pengembangan manusia.

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai


suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta
didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk
pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta
nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat.

Dalam rangka mempersiapkan dan memberi bekal terhadap CPNS, lembaga


Administrasi Negara sebagai pihak yang betanggung jawab dalam
melaksanakan kegiatan Prajabatan, telah berupaya menyusun kurikulum
Diklat Prajabatan baik untuk Golongan I, II dan Golongan III. Hampir setiap

tiga tahun sekali LAN melakukan inovasi kurikulum Diklat Prajabatan dalam
menjawab tantangan dam sekaligus kebutuhan masyarakat.

Permasalahan yang terjadi informasi secara umum yang diperoleh, ada


kecenderungan alumni diklat Prajabatan tidak begitu signifikan memberikan
efek yang positif terhadap kinerja PNS dimana mereka bertugas.Oleh karena
itu perlu ada inovasi berupa pengembangan yang komprehensif terhadap
kurikulum yang berlaku selama ini. Melalui tulisan yang singkat ini penulis
berupaya untuk mendisain kurikulum Diklat Prajabatan khususnya kurikulum
Diklat Prajabatan Golongan I, II, dan III , mengingat golongan III adalah cikal
bakal pemimpin masa depan di jajaran Pegawai Negeri sipil.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan

Kurikulum

Diklat Prajabatan diselenggarakan untuk

membentuk PNS yang profesional yaitu PNS yang karakternya dibentuk oleh
nilai-nilai dasar profesi PNS, sikap dan perilaku displin PNS, dan pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dalam Negara Kesatauan Republik
Indonesia, sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara
profesional sebagai pelayan masyarakat. Sasaran penyelenggaraan Diklat
Prajabatan adalah terwujudnya PNS yang profesional.

BAB II
ISI

2.1 Kurikulum

Kurikulum

adalah

suatu

perencanaan

untuk

mendapatkan

keluaran

(out7 comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut


disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan
pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi
di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals)
dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Kurikulum seiring dengan berjalannya waktu akan kerap kali dan terus
mengalami perubahan. Hal ini tentunya juga sangat menguntungkan karena
nantinya sistem pendidikan yang ada di seluruh negara akan menjadi lebih
baik dan tertata dengan rapi. Tanpa adanya kurikulum maka bisa dibayangkan
sendiri apa nantinya yang akan terjadi. Para pengajar akan kesulitan dalam
mengetahui target yang harus mereka capai. Disamping itu, adanya kurikulum
juga akan bisa mengatur banyak hal secara signifikan dimana didalamnya
terdapat informasi mengenai apa saja yang harus dilakukan oleh guru dalam
mengajar siswanya dan tingkat tertentu hingga sampai tingkat mana.
Dalam sebuah kurikulum biasanya ada banyak sekali komponen yang
terlampir didalamnya. Komponen ini tentu saja akan berfungsi penting dalam
mencapai tujuan pengajaran bersama yang sesuai dengan sistem yang ada.
Disamping itu, komponen tersebut selalu berkaitan dengan satu sama lain.
Sayangnya para ahli banyak yang berbeda pendapat mengenai hal ini. Ahli
Pendidikan Indonesia Sumanto mengatakan bahwa komponen yang ada pada

kurikulum dalam sebuah pendidikan itu hanya terbagi menjadi empat saja,
mereka adalah Tujuan, Isi dan Materi, Interaksi Belajar Mengajar di Sekolah,
dan yang terakhir adalah Penilaian. Pendapat tersebut layak untuk
diaplikasikan dalam kurikulum yang ada di setiap sekolah.
Kemudian, pendapat dari Soemanto tersebut juga diikuti oleh Ahli Pendidikan
Indonesia Nasution. Beliau mengatakan bahwa komponen yang memiliki 4
poin tersebut akan mampu untuk membentuk strategi pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan bagi para siswanya. Namun demikian, meskipun
banyak ahli yang setuju dengan hal tersebut ada beberapa yang kontras.
Beberapa ahli lainnya menyebutkan bahwa komponen yang ada dalam sebuah
kurikulum itu tidak terbagi menjadi 4 yaitu menjadi 5. Yaitu Tujuan, Isi
Materi, Sarana dan Prasarana, Strategi dan Proses Belajar Mengajar.
Meskipun banyak perbedaan dalam hal ini namun maknanya tetap sama yaitu
kurikulum adalah sebuah media yang penting untuk mengatur strategi sistem
belajar mengajar yang baik dan juga melakukan evaluasi langsung terhadap
siswa yang diajar nantinya. Fungsi dari kurikulum itu sendiri juga ada
beragam banyaknya. Fungsi dari kurikulum adalah untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan. Yakni menciptakan generasi penerus bangsa dan
negara yang cerdas dan mampu berkompeten dalam ilmu pengetahuan yang
ada saat ini. Para generasi penerus juga wajib untuk belajar dengan sungguhsungguh untuk masa depannya. Sementara para pengajar nantinya akan
memfasilitasi para murid dengan sistem pembelajaran yang sudah ada dan
juga digunakan oleh semua kalangan.
2.2 Analisis dan Deskripsi Struktur Kurikulum Diklat Prajabatan
Untuk mencapai kompetensi PNS yang profesional seperti yang diuraikan
pada Bab I, struktur kurikulum Diklat Prajabatan Golongan I, II, dan III terdiri
atas empat tahap pembelajaran yaitu :
1. Tahap Internalisasi NilaiNilai Dasar Profesi PNS;
2. Tahap Pembentukan Sikap dan Perilaku Displin PNS;

3. Tahap Pembentukan Pengetahuan Tentang Kedudukan dan Peran PNS


dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);dan
4. Tahap Aktualisasi.
Keempat tahap pembelajaran tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Tahap Internalisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS
Tahap pembelajaran ini membekali peserta dengan nilai-nilai dasar yang
dibutuhkan dalam menjalankan tugas jabatan Profesi PNS secara
profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai dasar tersebut
meliputi:
a. Akuntabilitas
Mata

Diklat

ini

memfasilitasi

pembentukan

nilai-nilai

dasar

akuntabilitas pada peserta Diklat melalui pembelajaran nilai-nilai dasar


akuntabilitas, konflik kepentingan dalam masyarakat, netralitas PNS,
keadilan dalam pelayanan publik, dan sikap serta perilaku konsisten.
Mata Diklat disajikan berbasis experiencial learning, dengan
penekanan pada proses internalisasi nilai-nilai dasar tersebut, melalui
kombinasi metode ceramah interaktif, diskusi, studi kasus, simulasi,
menonton film pendek, studi lapangan dan demonstrasi. Keberhasilan
peserta dinilai dari kemampuannya mengaktualisasikan nilai-nilai
dasar akuntabilitas dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
b. Nasionalisme
Mata

Diklat

ini

memfasilitasi

pembentukan

nilai-nilai

dasar

nasionalisme dan public value pada peserta Diklat melalui


pembelajaran keragaman bangsa dan berbagai aspeknya, nilai-nilai
perjuangan kemerdekaan Indonesia,nilai-nilai gotong royong dalam
masyarakat. Mata Diklat disajikan berbasis experiencial learning,
dengan penekanan pada proses internalisasi dasar tersebut, melalui
kombinasi metode ceramah interaktif, diskusi, studi kasus, simulasi,
menonton film pendek, studi lapangan dan demonstrasi. Keberhasilan

peserta dinilai dari kemampuannya mengaktualisasikan nilai-nilai


dasar nasionalisme dan public value dalam mengelola pelaksanaan
tugas jabatannya.
c. Etika
Mata Diklat ini memfasilitasi pembentukan nilai-nilai dasar etika
publik pada peserta Diklat melalui pembelajaran kode etik dan
perilaku pejabat publik, bentuk-bentuk kode etik dan implikasinya,
aktualisasi kode etik PNS. Mata Diklat disajikan berbasis experiencial
learning, dengan penekanan pada proses internalisasi nilai-nilai dasar
tersebut, melalui kombinasi metode ceramah interaktif, diskusi, studi
kasus, simulasi, menonton film pendek, studi lapangan dan
demonstrasi. Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya
mengaktualisasikan

nilai-nilai

dasar

etika

dalam

mengelola

pelaksanaan tugas jabatannya.


d. Komitmen Mutu
Mata Diklat ini memfasiltasi pembentukan nilai dasar inovatif atau
komitmen mutu pada peserta Diklat melalui pembelajaran efisiensi,
kebaruan dan kualitas penyelenggaraan pemerintahan, konsekuensi
dari perubahan, aktualisasi nilai-nilai dasar komitmen mutu. Mata
Diklat disajikan berbasis experiencial learning, dengan penekanan
pada proses internasilisasi dasar tersebut, melalui kombinasi metode
ceramah interaktif, diskusi, studi kasus, simulasi, menonton film
pendek, studi lapangan dan demonstrasi. Keberhasilan peserta dinilai
dari kemampuannya mengaktualisasikan nilai-nilai dasar inovatif dan
atau komitmen dalam mengelola pelaksanaan tugas jabatannya.
e. Anti Korupsi
Mata Diklat ini memfasilitasi pembentukan nilai-nilai dasar anti
korupsi pada peserta Diklat melalui pembelajaran nilai-nilai dasar anti
korupsi, proses internalisasi nilai-nilai dasar anti korupsi, dan
6

aktualisasi nilai-nilai dasar anti korupsi. Mata Diklat disajikan berbasis


experiencial learning, dengan penekanan pada proses internalisasi
dasar tersebut, melalui kombinasi metode ceramah interaktif, diskusi,
studi kasus, simulasi, menonton film pendek, studi lapangan dan
demonstrasi. Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar anti korupsi dalam mengelola
pelaksanaan tugas jabatannya
2. Tahap Pembentukan Sikap dan Perilaku Displin PNS
Tahap

pembelajaran

ini

membekali

peserta

dengan

kemampuan

meningkatkan sikap perilaku disiplin, kesehatan jasmani dan rohani


sebagai pelayan masyarakat yang meliputi :
a. Kesamaptaan
Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan menunjukkan
sikap kesiapsiagaan dalam pelaksanaan tugas jabatannya melalui
pembelajaran kesiapsiagaan fisik dan kesiapsiagaan mental. Mata
Diklat disajikan secara interaktif melalui kombinasi metode ceramah
interaktif, diskusi, tanya jawab, studi kasus, simulasi, menonton film
pendek, studi lapangan dan demonstrasi. Keberhasilan peserta dinilai
dari kemampuannya menunjukkan sikap dan perilaku kesiapsiagaan
dalam pelaksanan tugas di instansinya
b. Tata Upacara Sipil
Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan melaksanakan
tata upacara sipil melalui pembelajaran peraturan dan praktek tata
upacara sipil. Mata Diklat disajikan secara interaktif melalui
kombinasi metode ceramah interaktif, diskusi, tanya jawab, studi
kasus, simulasi, menonton film pendek dan demonstrasi. Keberhasilan
peserta dinilai dari kemampuannya melaksanakan tata upacara sipil.

c. Kesehatan Jasmani dan Kesehatan Mental


Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan menjaga dan
meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan mental dalam
melaksanakan tugas jabatannya melalui pembelajaran

peranan

kesegaran jasmani dalam pelaksanaan tugas, peranan kesehatan mental


dalam pelaksanaan tugas, praktek menjaga kesegaran jasmani, praktek
menjaga kesehatan mental. Mata Diklat disajikan secara interaktif
melalui kombinasi metode ceramah interaktif, diskusi, tanya jawab,
studi kasus, simulasi, menonton film pendek dan demonstrasi.
Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya menjaga dan
meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan mental dalam
melaksanakan tugas jabatannya.
3. Tahap Pembentukan Pengetahuan Tentang Kedudukan dan Peran
PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tahap
pembelajaran ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS sebagai Pilar Kesatuan Bangsa dan sebagai
Penyelenggara Pemerintahan. Yang meliputi :
a. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(SANKRI)
Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan
posisi dan kedudukan unit organisasinya dalam SANKRI melalui
pembelajaran Lembaga-Lembaga Negara, Sistem Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara, mekanisme dan hubungan kerja. Mata Diklat
disajikan secara interaktif, melalui kombinasi metode ceramah
interaktif, tanya jawab, diskusi, studi kasus, simulasi, menonton film
pendek

dan

demonstrasi.

Keberhasilan

peserta

dinilai

dari

kemampuannya menjelaskan posisi dan kedudukan unit organisasinya


dalam SANKRI.

b. NKRI dan Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan menjelaskan
NKRI dan hubungan pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui
pembelajaran konsep NKRI, Dinamika hubungan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah, Problematika membangun sinergi Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, Interkoneksi dan sinergi Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Mata Diklat disajikan secara interaktif,
melalui kombinasi metode ceramah interaktif, tanya jawab, diskusi,
studi kasus, simulasi menonton film pendek dan demonstrasi.
Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya menjelaskan fungsi
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.
c. PNS Sebagai Pengawal Negara
Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan untuk memiliki
pemahaman tentang peranan PNS sebagai pengawal negara melalui
pembelajaran globalisasi, demokrasi dan desentralisasi, daya saing
bangsa, kepentingan nasional, keberlangsungan Negara, internalisasi
sikap pengawal negara. Mata Diklat disajikan secara interaktif, melalui
kombinasi metode ceramah interaktif, tanya jawab, diskusi, studi
kasus, simulasi menonton film pendek dan demonstrasi. Keberhasilan
peserta dinilai dari kemampuannya dalam memiliki pemahaman
tentang peranan PNS sebagai pengawal negara.
d. Kinerja PNS
Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan untuk
meningkatkan kinerjanya melalui pembelajaran rencana kinerja,
mematuhi tata naskah dinas, memenuhi hak dan kewajiban PNS,
keuangan, inventaris kekayaan milik negara, system operating
procedure, teknik mengidentifikasi permasalahan kinerja, dan teknik
berkomunikasi untuk peningkatan kinerja. Mata Diklat disajikan secara

interaktif, melalui kombinasi metode ceramah interaktif, tanya jawab,


diskusi, studi kasus, simulasi menonton film pendek dan demonstrasi.
Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya dalam meningkatkan
kinerjanya secara berkelanjutan.
e. Pelayanan Publik
Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan untuk
memberikan pelayanan publik yang berkualitas melalui pembelajaran
konsep dan prinsip pelayanan publik, pola pikir PNS sebagai
pelayanan publik, praktek etiket pelayanan publik. Mata Diklat
disajikan secara interaktif, melalui kombinasi metode ceramah
interaktif, tanya jawab, diskusi, studi kasus, simulasi menonton film
pendek

dan

demonstrasi.

Keberhasilan

peserta

dinilai

dari

kemampuannya dalam memberikan pelayan publik yang berkualitas.


4. Tahap Aktualisasi
Tahap pembelajaran ini memfasilitasi peserta dalam mengaktualisasikan
nilai-nilai dasar Profesi PNS, Sikap dan Perilaku Displin PNS, dan
Pengetahuan Tentang Kedudukan dan Peran PNS dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Yang meliputi :
a. Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS
Mata

Diklat

ini

membekali

peserta

dengan

kemampuan

mengaktualisasikan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS


dalam NKRI di tempat kerjanya yang meliputi PNS sebagai pengawal
Negara, kinerja PNS dan pelayan publik. Mata Diklat disajikan dengan
metode penulisan kertas kerja dan presentasi yang bersifat mandiri.
Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya mengaktualisasikan
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI di
instansinya masing-masing.

10

b. Aktualiasi Kompetensi Pengetahuan Tentang Kedudukan dan


Peran PNS dalam NKRI
Mata Diklat ini membekali peserta dalam mengaktualisasikan nilainilai dasar profesi PNS, sikap dan perilaku disiplin PNS dan
pengetahuan tentang Kedudukan dan Peran PNS dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui pembelajaran kembali
kompetensi-kompetensi

yang

masih

dibutuhkan

dalam

mengaktualisaikan nilai-nilai dasar, sikap dan perilaku disiplin dan


pengetahuan tersebut. Mata Diklat disajikan dengan menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi berbasis elektronik. Keberhasilan
peserta dinilai dari kemampuannya melaksanakan tahap aktualisasi
tersebut di tempat kerjanya masing-masing.
c. Rencana Kerja Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS dan
Kompetensi Pengetahuan Tentang Kedudukan dan Peran PNS
dalam NKRI.
d. Pembimbingan (Coaching) di tempat kerja
Mata Diklat ini membekali peserta dalam mengaktualisasikan nilainilai dasar profesi PNS, sikap dan perilaku disiplin PNS dan
pengetahuan tentang Kedudukan dan Peran PNS dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui pembelajaran kembali
kompetensi-kompetensi

yang

masih

dibutuhkan

dalam

mengaktualisaikan nilai-nilai dasar, sikap dan perilaku disiplin dan


pengetahuan tersebut. Mata Diklat disajikan dengan menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi berbasis elektronik. Keberhasilan
peserta dinilai dari kemampuannya melaksanakan tahap aktualisasi
tersebut di tempat kerjanya masing-masing.
e. Perkonsultasian (Counselling) di tempat kerja
Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan untuk
membangun motivasi diri dalam melaksanakan tahap nilai-nilai dasar
profesi PNS, sikap dan perilaku disiplin PNS dan pengetahuan tentang
11

Kedudukan dan Peran PNS dalam Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI) melalui konsultansi peningkatan motivasi dalam
menerapkan nilai-nilai dasar, sikap dan perilaku disiplin dan
pengetahuan tersebut. Mata Diklat disajikan dengan menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi berbasis elektronik. Keberhasilan
peserta dinilai dari kemampuannya memiliki motivasi yang tinggi
dalam mengaktualisasikan nilai-nilai dasar, sikap dan perilaku disiplin
dan pengetahuan di tempat kerjanya masing-masing.
2.3 Analisis dan Deskripsi Komponen Kurikulum Diklat Prajabatan
Dalam Pembahasan kurikulum ini penulis merujuk kepada empat komponen
kurikulum yang dikembangkan oleh Tyler, yaitu (1) tujuan (2) konten (3)
pengorganisasian (4) evaluasi. Adapun analisis penjelasan deskripsinya
adalah sebagai berikut :
1. Komponen Tujuan yang Ingin Dicapai
Dengan ditetapkan tujuan pendidikan dan pelatihan yang dicapai , maka
akan jelas apa, materi yang harus dimiliki peseta diklat, bagaimanan cara
pencapaian tujuan tersebut, sehingga pengajar/widyaiswara tahu mampu
mengorganisasikan materi dengan baik sehingga mampu menjawab
kebutuhan dan memberikan bekal yang kuat terhadap calon pegawai
negeri sipil.
Dengan menetapkan tujuan tingkat sekolah atau lembaga, maka itu
berfungsi untuk menentukan materi-materi dan kegiatan belajar, metode
dan evaluasi yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar,
sedangkan tujuan tingkat mata kuliah adalah sebagai penentu atau kriteria
keberhasilan proses belajar mengajar serta evaluasi.
Dalam mendesain kurikulum Diklat Prajabatan, Lembaga Administrasi
Negara terkesan sekedar memenuhi kewajiban sebagai pihak yang
bertanggung jawab terhadap Pendidikan dan Pelatihan terhadap diklat

12

Prajabatan maupun diklat Dalam Jabatan. Pengamatan penulis lima tahun


terakhir, cenderung ada penambahan hari dan konten diklat yag harus
dipelajari, seolah-olah kurang memperhatikan kemana arah diklat ini
sesungguhnya, permasalahan dilapangan, ada sebagian peserta merasa
berat mengikuti materi yang begitu padat, disisi lain juga Widyaiswara
juga merasa kelelahan mengajar dari pagi hingga sore dan kebanyakan
alumni seolah merasa keluar dari masa persakitan setelah selesai
mengikuti diklat. Materi yang di pelajari kurang mampu memberi bekal
terhadap dunia tugas yang menghadang.
Melihat regulasi LAN dalam mendisain kurikulum diklat prajabatan
selama ini, berarti pendidikan dan pelatihan(Diklat) yang dilaksanakan
belum memiliki fokus atau arah kemana yang akan dicapai , tidak
memiliki guide apa yang harus dicapai dan apa yang akan diukur atau
yang akan dievaluasi kalau hal ini terjadi, maka pendidikan yang berjalan
tidak akan memenuhi target secara lembaga dan tidak memenuhi
kebutuhan para peserta dalam mempersiapkan mereka untuk terjun di
masyarakat. Karena mereka tidak paham terhadap yang mereka pelajrai
dan hanya ada keterpaksaan, karena dipersyaratkan gagal jadi PNS jika
tidak lulus mengikuti Diklat Prajabatan. Barangkali kegiatan ini hanya
sekedar proses transfer of knowledge menjelang diangkat secara penuh
menjadi PNS.Padahal Tujuan Diklat Prajabatan Sesuai dengan PP Nomor
101 tahun 200I hanya bersifat umum, yang diharapkan adalah tenaga
terampil dan profesional dibidangnya tujuan dimaksud adalah antara lain:
a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk
dapat melaksanakan tugas secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi;
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat;

13

d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam


melaksanakan tugas pemeritahan umum dan pembangunan demi
terwujudnya kepemerintahan yang baik
Dalam menetapkan tujuan menurut Mohd Ansyar bahwa perlu
diperhatikan:
1. Audience
2. Behaviour atau tingkah laku atau kompetensi yang akan dicapai anak
3. Kondisi sekolah, siswa dan pengajar, apakah bisa mencapai tujuan
tersebut
4. Tingkat pemahaman anak sesuai dengan yang hendak dicapai
5. Cara pencapaian dan konsekwensinya apa yang akan dilakukan.
Menurut Tyler (1949, hal 3) tujuan pendidikan merupakan kriteria bagi
penyusunan materi, pengembangan prosedur instruksional, penyiapan testes dan ujian
Dengan demikian tujuan kurikulum diklat Prajabatan seharusnya
memperhatikan teori-teori yang membicarakan bagaimana merumuskan
suatu tujuan, agar tujuan yang harapkan sesuai dengan visi dan misi yang
telah dirumuskan benar-benar terpenuhi. Dan perlu di ingat bahwa
komponen tujuan adalah komponen utama dari sebuah perencanaan, jika
tujuannya bagus ykinlah bahwa kurikulum akan mampu menjawab
kebutuhan pelanggan.
2. Komponen Konten dan Pengalaman Belajar

Tyler dalam komponen kurikulum menyatakan pengalaman belajar


( Learning experience ) apa yang akan dimiliki anak. Learning experience
yang terdiri dari konten + kegiatan belajar, sehingga bisa menghasilkan
pengalaman belajar.

14

Menurut Tyler 91949, hal 63)" Learning take place through the active
behavior of the student; it is what he does that he learns, not whatthe
teacher does " Dari kontek ini jelas bahwa kegiatan belajar timbul dari
interaksi aktif antara peserta didik dengan kondisi eksternal dalan suatu
prosesn belajar mengajar.

Sementara aturan kurikulum yang berlaku selama ini, materi pelajaran


sangat padat sekali tanpa ada praktek lapangan terhadap teori yang telah
dipelajari. Praktik

itu

sesungguhnya

akan

mampu

memberikan

pengalaman terhadap peserta diklat.

Menurut Ansyar bahwa learning experience bukan hanya konten saja


yang merupakan alat untuk mencapai tujuan, maka learning activity yang
meaning full ( berarti) untuk mencapai untuk mencapai tujuan pada waktu
itu yang menjadi kriteria learning activity sangat berpengaruh terhadap
content, sehingga kontennya harusterintegrasi ke tiga ranah dalam satu
mata perkuliahan.

Sehingga bisa dikembangkan knowing, doing dan learning experience


secara kumulatif untuk mencapai kompetensi. Pendapat John Dewey
tekanan yang lebih besar diberikan pada kegiatan siswa merupakan suatu
tindakan yang krusual yang harus dilakukan. Integritas konten yang terdiri
dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor dan learning activity.

Sebagai gambaran konten yang diajarkan kepada peserta sangat padat


yakni, 174 Jam Pelajaran yang dilaksanakan selama 19 hari untuk Gol. II
dan 216 Jam Pelajaran yang dilaksanakan selama 24 hari untuk Gol. III.
Dapat dibayangkan satu hari penuh setiap hari berupa kegiatan tatap
muka, ditambah pula dengan kegiatan ekstra lainnya, pada akhirnya
peserta benar-benar merasakan kelelahan daripa konten yang diharapkan.

15

Dalam hal proses pembelajaran idealnya para widyaiswara memiliki dan


memahami ilmu mendidik orang dewasa berupa ilmu andragogi.
Kenyataan di lapangan tidak semua widyaiswara memiliki besik ilmu
pendidikan dan kebanyakan mereka adalah manatan pejabat, sehingga
kegiatan belajar (learning activity yang bermakna akan sulit diharapkan).

Jika ditinjau dari aspek substansi materi, peserta diklat rata-rata belajar
satu hingga dua hari berturut-turur untuk satu mata diklat, dimana satu
harinya 24 Jam Pelajaran, tanpa ada pengontrolan terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan oleh Widyaiswara Selain itu juga terdapat
overlap beberapa mata diklat disebabkan yang diserahkan kepada
widyaiswara hanya konten dan pengembangannya diserahkan kepada
pengajar itu sendiri , ditambah lagi tidak danya kon trol dari pimpinan
terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung selama ini.
Jelas Peserta tidak akan pernah mencapai pengetahuan, learning
experience apalagi competensi, berarti mutu pendidikan dan pelatihan
Prajabatan tidak dapat mengaharapkan kebutuhan dimasa datang.

Dengan demikian konten atau isi dalam hal ini mata diklat yang
ditawarkan hendklah memperhitungkan dari berbagai aspek, jangan
sampai mengabaikan tujuan yang sesungguhnya dari suatu pelatihan.

3. Komponen Pengorganisasian Pengalaman Belajar

Kalau pengorganisasian kurikulum seperti di atas berarti peserta tidak


memiliki pengetahuan yang terintegrasi dengan baik, tidak jelas urutan
dari mana yang harus dimulai dan diakhiri, sehingga peserta
diklat memiliki ilmu yang dangkal. Berarti calon pengabdi bangsa ini
tidak siap dan tidak dapat menggali dan mengembangkan potensinya yang
ada, karena materi terlalu dangkal , praktek tidak ada sama sekali hanya
mengejar teori, pada akhirnya semua materi tidak seimbang dengan

16

kebutuhanpeserta dan

kebutuhan

masyarakat, karena

peserta tidak

dipaham, tidak menguasai materi dengan baik.

Dengan kondisi ini berarti peserta diklat dijejal dengan materi yang tidak
relevan dengan kehidupannya di masa yang akan datang, Apapun profesi
atau bidang tugas yang diemban, semuanya menerima materi yang sama,
tanpa memperhitungkan kebutuhan ril di lapangan yang sesungguhnya,
dan pada akhirnya selesai diklat maka selesailah masa persakitan mereka,
semua materi tidak punya pengaruh yang signifikan terhadap bidang tugas
masing-masing. Jika di analisis semua mata diklat yang diberikan adalah
bagus, akan tetapi kajiannya hanya bersifat umum di samping masih ada
materi yang harus diberikan di samping mata diklat yang ada.

Penggorganisasian kurikulum menurut Tyler (1949, hal 84 ) melihat


susunan pengalaman belajar dalam kaitannya dengan waktu dan mata
pelajaran yang disebutnya dengan susunan vertikal dan susunan
horizontal. Selanjutnya Tyler (1949) mengajukan tiga kriteria dalam
membuat kelompok pengalaman belajar mengajar yang efektif :
kontiniunitas, sekuen dan integrasi dari keseluruhan materi.

Organisasi horizontal merupakan kaitan antara satu materi dengan materi


pelajaran

lainnya.

Organisasi

vertikal

mencakup

urutan

dan

kesinambumgan materi pelajaran berupa hubungan longitudinal materi


/pengalaman belajar peserta didik

Pengalaman selama ini oleh karena didesak oleh waktu yang padat,
organisasi horizontal berupa keterkaitan antara mata diklat yang satu
cenderung terabaikan. Begitu juga kemampuan widyaiswara sangat
terbatas

Dalam hal ini heart kurikulum tidak ada dalam kurikulum Diklat
Prajabatan berarti proses belajar mengajar tidak memiliki personal

17

meaning dan peserta yang diisi hanya head peserta, tapi juga perlu
dipertanyakan kemangkusannya, mengingat belajar terlalu dipaksakan. Di
samping itu bagian terpenting dari pendidikan itu sendiri ialah aspek
karakter dan tingkah laku, atau integritas menjadai terabaikan. Adalah
wajar PNS di negeri ini selalu mendapatkan kritikan negatif oleh
masyarakat selama ini.
Ada lima kriteria organisasi konten dan pengalaman belajar yaitu:
a. Ruang lingkup,
b. Integrasi,
c. Urutan,
d. Kesinambungan dan
e. Keseimbangan/artikulasi (Orrnstein & Hunkins, 1988)
Adapun Kriteria ruang lingkup mencakup materi dan pengalamn belajar
baik dilihat dari segi keluasan dan kedalaman, kriteria integrasi
menyangkut hubungan horizontal materi pelajaran yang satu dengan
semua mata pelajaran yang terkait, kriteria urutan menyangkut
usahauntuk menghasilkan belajar kumulatif dan berkelanjutan secara
vertikal. Ada empat prinsip urutan yaitu :
1. Dari yang sederhana ke yang kompleks merupakan pelajaran yang
diajarkan dimulai dari materi yang mudah ke materi yang sulit.
Termasuk dalam urutan ini adalah dari yang konkret ke yang abstrak
2. Dari bagian keseluruhan bagian-bagian dari suatu materi harus
dikuasai terlebih dahulu sebelum bagian lainnya.
3. Dari keseluruhan ke bagian dengan mendahulukan pemahaman secara
keseluruhan yang bersifat abstrak sebelum memahami bagiannagiannya.
4. Dari satu waktu ke waktu yang lain merupakan susunan materi
berurutan menurut waktu kejadian, seperti dalam materi pelajaran
sejarah dan lain-lain.
Kriteria kontiniunitas menyangkut hubungan vertikal materi / kegiatan
belakar,kriteria artikulasi dan keseimbangan menyangkut saling terkait

18

berbagai materi pelajaran baik vertikal maupun horizontal, artikulasi


vertikal adalah hubungan yang harus ada antara materi pokok bahasan,
topik atau materi pelajaran, sedangkan kriteria artikulasi horizontal adalah
; timbul apabila ada interelasi antara atau antar materi beberapa mata
pelajaran yang berbeda yang diajarkan pada waktu yang bewrsamaan.
Kriteria keseimbangan memperhatikanagar ada tekanan yang seimbang
pada semua aspek yang ada.
4. Komponen Evaluasi

Komponen evaluasi menyangkut pencarian informasi dan bukti untuk


mengetahui apakah semua materi yang direncanakan dan yang telah
diajarkan

mencapai

tujuan

atau

tidak.

Oleh

karena

itu

komponen kurikulum evaluasi memberikan indikasi tentang keberhasilan


atau kegagalan proses pengajaran dalam mencapai tujuan yang telah
direncanakan.

Menurut Zais fungsi kurikulum yang utama adalah mencari informasi


mana diantara 4 komponen desain kurikulum yang tidak melakukan
fungsinya secara tidak benar ( orly worning system). Manfaat evaluasi
kurikulum (1) mengetahui keberhasilan belajar peserta didik;(2)
memeperbaiki program belajar atau proses belajar mengajar ;(3)
mengukur tingkat pencapaian tujuan pendidikan (Olivia 1982).

Evaluasi juga berfungsi mengidentifikasi kekuatan kurikulum sebelum


diimplementasikana dan efektifitas kurikulum setelah diimplementasikan
( Ornstein

dan

Hunkins).

Selain itu manfaat

evaluasi

adalah

mengetahui kesesuaian kurikulum demgan tingkat kecerdasan peserta


didik dan kesesuaian antara metode mengajar dengan tujuan serta
kesesuaian antara materi dengan tujuan-tujuan itu sendiri.

Selama ini aspek evaluasi diklat Prajabatan hanya sekedar pemberian


angka setelah berakhirnya peserta menerima semua materi, yang

19

seharusnya dilakukan setelah berakhirnya menerima materi setiap mata


diklat, yang juga idealnya Widyaiswara yang bersangkutan langsung
melakukan evaluasi, akan tetapi yang berlaku selama ini evaluasi
cenderung diselesaikan sepenuhnya oleh panitia. sehingga tidak ada
feedback untuk masa yang akan datang tentang program pengajaran yang
telah selesai dilaksanakan.

Setelah berakhirnya pembelajaran biasanya juga ada evaluasi peserta


terhadap para widyaiswara mauupun terhadap panitia, akan tetapi
penilaian hanya sekedar formalitas tanpa ada fedback yang diharapkan
dari evaluasi itu.

Dengan demikian aspek evaluasi seharusnya menjadi aspek sama penting


sebagai salah satu bagian terpenting dari empat kompnen yang ditawarkan
tyler. Evaluasi yang benar sebenarnya tidak hanya bermanfaat terhadap
widyaiswara, melainkan juga terhadap panitia apalagi sebagai bahan
pertimbangan oleh pimpinan dalam melakukan regulasi berikutnya.

20

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan penjabaran di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Supaya permasalahan dalam mendesain kurikulum Diklat Prajabatan perlu
memperhatikan bebrapa hal , sehingga empat komponen kurikulum saling
berintegrasi

dalam

mendesaian

kurikulum

supaya

menghasailkan

pendidikan yang bermutu dan memiliki kompeten


2. Untuk mendesain kurikulum terlebih dahulu ditetapkan tujuan secara
lembaga dan tujuan mata diklat, baru setelah itu ditentukan apa konten
yang akan dipelajaripeserta.
3. Untuk merealisasikan suatu kurikulum formal perlu mendesain program
pendidikan perlu memahami beberapa hal di bawah ini :
a. Sasaran akhir suatu kurikulum diklat adalah timbulnya perkembangan
pribadi peserta dmelalui pengalaman belajar yang diperoleh melalui
kegiatan belajar, jadi materi pelajaran merupakan " means " bukan
"end".
b. untuk

mengimplementasikan

kurikulum

diperlukan

program

pendidikan yang terdiri dari program studi yang memuat " cultural
heritage " dan " store of knowledge.
c. Setiap pengembangan dan pengajaran harus beupaya peduli terhadap
empat komponen kurikulum, yaitu : (a) tujuan yang ingin dicapai, (b)
pengalaman belajar, (c) susunan pengalaman belahar dan (d) evaluasi.

21

Anda mungkin juga menyukai