Anda di halaman 1dari 14

Problem Based Learning

Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science

Stroke Ischemic
Oleh:
Gian Oktavianto
102010216
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
e-mail: maximilianus.gian@gmail.com

Pendahuluan
Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah
otak yang menyebabkan deficit neurologis mendadak akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi darah otak. Dari definis tersebut jelas sekali bahwa kelainan utama stroke
adalah kelainan pembuluh darah yang tentu saja merupakan bagian dari pembuluh
darah sistemik. Oleh karena itu stroke dapat dianggap sebagai komplikasi penyakit
sistemik. Disamping itu, kematian otak yang sudah terjadi tidak akan dapat diobati
dengan cara apapun. Insiden stroke sangat tinggi pada populasi usia lanjut dan
komorbiditas berbagai organ dan system merupakan hal yang sangat penting.
Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang
Tanda cardinal stroke adalah onset mendadak (biasanya dalam detik) dan deficit
neurologis misalnya lemas, baal, disfasia, dan sebagainya. Kapan pertama kali
memperhatikan adanya deficit neurologis? Apakah timbul mendadak atau bertahap?
Gejala apa yang teramati: lemas, baal, diplopia, disfasia, atau jatuh? Adakah
pengabaian sensoris? Adakah gejala penyerta berikut: nyeri kepala, mual, muntah, atau
kejang? Adakah defek neurologis lain baru-baru ini seperti TIA atau amaurosis fugax?
Adakah saksi mata atas peristiwa tersebut?
Adakah masalah selanjutnya misalnya aspirasi, atau keruskan karena jatuh?
Pernahkah pasien jatuh atau mengalami trauma kepala sebelumnya? Pertimbangkan
hematom subdural atau ekstradural.

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
Sejauh mana disabilitas dan adakah efek gangguan fungsional? Nilai aktivitas
kehidupan sehari-hari misalnya dengan Barthels Index of Daily Living.1
Aktivitas

Skor

Makan

0= tidak mampu
1= perlu bantuan memotong, mengoles mentega, dsb, atau
perlu mengubah diet
2= independen

Mandi

0= dependen
1= independen (atau mandi pancuran)

Merawat diri

0= perlu bantuan untuk perawatan pribadi


1= independen untuk wajah/ rambut/ gigi/ bercukur (alat
tersedia)

Berpakaian

0= dependen
1= perlu bantuan tapi bisa melakukan sendiri setengah
dibantu
2= independen (termasuk kancing, reseleting, pita, dsb)

Buang air besar

0= inkontinensia (atau perlu diberi enema)


1= kadang-kadang kecelakaan
2= kontinen

Buang air kecil

0= inkontinensia atau terpasang kateter dan tidak mampu


mengatur sendiri
1= kadang-kadang mengompol (< sekali sehari)
2= kontinen

Menggunakan toilet

0= dependen
1= perlu bantuan, tetapi bisa melakukan sesuatu sendiri
2= independen (menyalakan dan mematikan, berpakaian,
mengelap)

Bergerak (dari tempat

0= tidak mampu, tidak seimbang saat duduk

tidur ke kursi dan

1= perlu banyak bantuan (satu atau dua orang, fisik), bisa

kembali lagi)

duduk
2= sedikit bantuan (verbal atau fisik)
3= independen

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
Mobilitas (pada tempat

0= imobil atau <50 yards

datar)

1= tergantung pada kursi roda, termasuk di sudut, >50 yards


2= berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik),
>50 yards
3= independen ( tetapi mungkin perlu bantuan misalnya
tongkat), >50 yards

Tangga

0= tidak mampu
1= perlu bantuan (verbal, fisik, membawa alat bantu)
2= independen

Tabel 1: Indeks Barthel untuk Aktivitas Harian1


Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat stroke sebelumnya, TIA, amaurosis fugax, kolaps, kejang, atau
pendarahan subaraknoid?
Adakah riwayat penyakit vascular yang diketahui? Adakah riwayat perdarahan
atau kecenderungan pembekuan? Adakah kemungkinan sumber embolik misalnya
fibrilasi atrium, katup buatan, stenosis karotis, diseksi karotis atau vertebra? Adakah
riwayat hipertensi, hiperkolesterolemia, atau merokok?
Apakah pasien mengkonsumsi antikoagulan atau obat anti platelet? Apakah barubaru ini pasien mengkonsumsi trombolitik?
Adakah riwayat stroke pada keluarga?
Apakah pasien merokok atau mengkonsumsi alcohol?1
Pemeriksaan Fisik
Pasien harus menjalani pemeriksaan fisik lengkap yang berfokus pada system
berikut:2

Sistem pembuluh perifer


Lakukan auskultasi pada arteri karotis untuk mencari adanya bruit dan periksa
tekanan darah di kedua lengan untuk dibandingkan.

Jantung
Perlu dilakukan pemeriksaan jantung lengkap, dimulai dengan auskultasi jantung
dan EKG. Murmur dan disritmia merupakan hal yang harus dicari karena pasien

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
dengan fibrilasi atrium, infark miokard akut, atau penyakit katub jantung dapat
mengalami embolus obstruktif.

Retina
Periksa ada tidaknya cupping diskus optikus, perdarahan retina, kelainan
diabetes.

Ekstremitas
Evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai tanda-tanda embolus perifer.

Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan Penunjang
Banyak kemajuan telah dicapai dalam tes diagnostic untuk menyokong diagnosis
klinis dari stroke, tetapi tes ini tidak bertindak sebagai pengganti anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Untuk menegakkan diagnosis stroke yang benar diperlukan
kemampuan untuk memeriksa klinik yang cepat dan tepat disertai ketajaman
pemeriksaan diagnostic yang akurat. Kemajuan dalam teknologi CT dan MRI sangat
meningkatkan derajat keakuratan diagnosis stroke iskemik akut. Apabila dilakukan
kombinasi pemeriksaan CT perfusi dan angiografi CT dalam 24 jam setelah awitan
stroke, maka terjadi peningkatan derajat akurasi dalam penentuan lokalisasi secara dini,
lokalisasi vascular, dan diagnosis etiologi. Namun untuk membedakan kausa embolik
dan thrombus pada stroke iskemik masih sulit dilakukan.2,7
Semua pasien dengan suspek stroke akut harus dilakukan beberapa pemeriksaan
berikut saat masuk ke UGD yang meliputi:7
1. EKG
2. Pencitraan otak: CT nonkontras atau MRI dengan perfusi dan difusi
3. Pemeriksaan laboratorium darah, antara lain hematologi rutin, GDS, fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin), APTT, PT, INR, profil lipid, CRP, LED, panel metabolic
dasar (Na, K, Cl, bikarbonat), dan pemeriksaan lain atas indikasi.
Diffusion-weighted imaging (DWI) yang didasarkan pada deteksi gerakan acak
proton dalam molekul air, adalah penyempurnaan teknologi MRI. Gerakan ini terbatas
dalam sel tetpi tidak terbatas di ruang ekstrasel. Pada stroke, jaringan saraf mengalami
iskemia, integritas membrane sel terganggu sehingga kebebasan molekul air bergerak
menjadi terbatas. Berdasarkan perubahan terhadap gerakan molekul ini, jaringan saraf
yang mengalami cedera dapat dideteksi dengan DWI yang memperlihatkan daerah yang

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
mengalami infark sebagai daerah putih terang. Teknik ini sangat sensitive, dapat
mengungkapkan kelainan perfusi pada lebih dari 95% pasien yang terbukti mengidap
stroke. Teknik ini sangat bermanfaat dalam identifikasi dini lesi-lesi akut, sehingga
jumlah, ukuran, lokasi, dan teritori vascular lesi otak dapat ditentukan.2-6
Perfusion-weighted imaging (PWI) adalah pemindaian sekuensial selama 30 detik
setelah penyuntikan gadolinium. Daera otak yang kurang mendapat perfusi akan lambat
memperlihatkan pemunculan zat warna kontras yang disuntikan tersebut, dan aliran
darah yang lambat tampak warna putih.2-6
Angiografi serebrum dapat memberi informasi penting dalam diagnosis kausa
dan lokasi stroke. Secara spesifik angiografi serebrum dapat mengungkap lesi
ulseratif,stenosis,

displaisa

fibromuskular,

fistula

arteriovena,

vaskulitis,

dan

pembentukan thrombus di pembuluh besar. Kegunaan metode ini sangat terbatas oleh
penyulit yang dapat dijumpai hampir pada 12% psien stroke. Resiko utama prosedur ini
adalah robeknya aorta atau arteri karotis dan embolisasi pembuluh besar ke pembuluh
intrakranium.2-6
Trans cranial Doppler (TCD) yaitu ultrasonografi yang menggabungkan citra dan
suara, memungkinkan kita untuk menilai aliran di dalam arteri dan mengidentifikasi
stenosis yang mengancam aliran darah ke otak. Teknologi ini juga dapat digunakan
untuk menilai aliran darah kolateral dan CBF total di aspek anterior dan posterior
sirkulus Willisi. Keunggulan prosedur ini adalah dapat dilakukan di tempat tidur,
noninvasive, dan relative murah. Prosedur ini sangat penting untuk memantau awitan
dan resolusi vasospame arteri setalh perdarahn intrakranium.2-6
Ekokardiogram transesofagus (TEE) sangat sensitif dalam mendeteksi sumber
kardioembolus potensial. Ekokardiogram telah menjadi komponen rutin dalam evaluasi stroke
iskemik apabila dicurigai kausa stroke adalah kardioembolus tetapi fibrilasi atrium sudah
disingkirkan sebagai penyebab embolus.2-6
Epidemiologi
Di seluruh dunia stroke merupakan penyakit utama yang mengenai populasi usia
lanjut. Insiden pada usia 75-84 tahun sekitar sepuluh kali dari populasi berusia 55-64
tahun. Di Inggris stroke merupakan penyakit kedua setelah infark miokard akut.
Sedangkan di Amerika stroke masih merupakan penyebab kematian ketiga dengan
angka kematian setiap tahun lebih dari 200,000. Dengan makin meningkatnya upaya

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
pencegahan terhadap hipertensi, diabetes mellitus, dan gangguan lipid, insiden stroke di
negara-negara maju semakin menurun. Insiden stroke secara nasional diperkirakan
750,000 per tahun dengan 200,000 merupakan stroke rekuren. Di Amerika perempuan
membentuk lebih dari separuh kasus stroke, terutama perempuan dengan factor resiko
berusia diatas 30 tahun yang merokok dan mengkonsumsi kontrasepsi oral dengan
kandungan estrogen yang lebih tinggi memiliki resiko stroke 22 kali lebih besar.2,8
Etiologi
Berdasarkan atas jenisnya, stroke terbagi atas stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik (stroke iskemik). Stroke non hemoragik atau stroke iskemik pada dasarnya
disebabkan oleh oklusi pembuluh darah otak yang kemudian menyebabkan terhentinya
pasokan oksigen dan glukosa ke otak. Strok ini sering diakibatkan oleh thrombosis
akibat plak arterosklerosis pembuluh darah otak atau suatu emboli yang tersangkut di
pembuluh darah otak. Strok non hemoragik merupakan stroke yang sering dijumpai,
sekitar 80-85% dari semua stroke. Stroke jenis ini juga bisa disebabkan berbagai hal
yang menyebabkan terhentinya aliran darah otak, antara lain syok, hipovolemi, atau
berbagai penyakit lain. Strok hemoragik merupakan sekitar 15-20% dari semua stroke
yang diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma di otak, dibedakan antara
perdarahan intraserebral, subdural, dan subaraknoid. Hematom subdural biasanya
disebabkan oleh trauma. Sebagian besar perdarahan intraserebral berkaitan dengan
hipertensi. Pendarahan subaraknooid bisanya terjadi akibat aneurisma sakular atau,
yang lebih jarang, suatu malformasi arteriovena.2,8
Patogenesis
Secara umum apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20
menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Tetapi perlu di ingat bahwa oklusi di
suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah yang diperdarahi oleh arteri
tersebut. Hal ini karena mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah
tersebut. Proses patologis yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses
yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak, berupa:2

Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, sperti pada arterosklerosis
dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah, atau peradangan.

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science

Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau
hiperviskositas darah.

Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus, infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ektrakranium.

Ruptur vascular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.


Suatu stroke mungkin di dahului oleh serangan iskemik transien atau transient

ischemic attack (TIA) yang serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah
serangan-serangan deficit neurologis yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak
fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi,
tetapi biasanya dalam 24 jam. Serangan-serangan ini menimbulkan beragam gejala,
tergantung pada lokasi jaringan otak yang terkena, dan disebabkan oleh gangguan
vascular yang sama dengan yang menyebabkan stroke.2
Oklusi akut daripada pembuluh darah intrakranial menyebabkan berkurangnya aliran
darah menuju daerah otak yang diperdarahinya. Bagian terpenting dari berkurangnya aliran
ini adalah fungsi dari perdarahan kolateral dan semua ini bergantung dari anatomi pembuluh
darah individu yang bersangkutan, lokasi oklusi, dan tekanan darah sistemik. Penurunan
aliran darah otak sampai angka nol menyebabkan kematian jaringan otak dalam waktu 4-10
menit; berkurangnya aliran hingga <16 -18 mL/100gr jaringan per menit menyebabkan infark
dalam waktu satu jam; dan berkurangnya aliran hingga <20mL/100 gr jaringan per menit
menyebabkan iskemi tanpa infark kecuali kondisi tersebut terjadi selama beberapa jam atau
hari. Jika penurunan aliran darah tersebut teratasi sebelum kematian sel yang signifikan,
pasien hanya akan mengalami simptom transien, dan sindrom klinisnya disebut TIA
(Transient Ischemic Attacks). Jaringan yang mengelilingi pusat infark yang mengalami iskemi
namun dapat mengalami perbaikan disebut penumbra iskemi. Penumbra dapat terlihat dalam
pemeriksaan MRI atau CT-scan menggunakan perfusion-diffusion imaging. Penumbra iskemi
tersebut dapat menjadi infark jika tidak ada perbaikan aliran darah dan menyelamatkan
penumbra dari infark adalah tujuan dari terapi revaskularisasi. 2-6
Iskemi menghasilkan nekrosis dengan membuat neuron kekurangan glukosa dan
oksigen, yang selanjutnya menyebabkan kegagalan mitokondria untuk menghasilkan ATP.
Tanpa ATP, pompa ion membran berhenti berfungsi dan neuron mengalami depolarisasi,
menyebabkan peningkatan jumlah ion kalsium intrasel. Depolarisasi neuron juga
menyebabkan pelepasan glutamat dari sinaps terminal; jumlah glutamat ekstrasel yang
berlebih menyebabkan neurotoksisitas dengan mengaktifkan reseptor glutamat post-sinaps

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
yang meningkatkan influks kalsium neuron. Radikal bebas dihasilkan dari degradasi lipid
membran dan disfungsi mitokondria. Radikal bebas menyebabkan destruksi katalitik pada
membran dan turut merusak fungsi vital lain dari sel. Pada iskemi yang lebih ringan, seperti
iskemi pada penumbra, proses apoptosis menjadi proses yang lebih sering terjadi, yang
menyebabkan kematian sel beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. Demam dan
hiperglikemi [glukosa >11.1 mmol/L (200 mg/dL)] memperburuk kerusakan otak yang
sedang dalam kondisi iskemik. Oleh sebab itu, penting sekali untuk mencegah terjadinya
demam dan hiperglikemi sebisa mungkin saat stroke terjadi.2-6
Manifestasi Klinis
Stroke merupakan suatu kedaruratan medis karena intervensi dini dapat
menghentikan, bahkan memulihkan kerusakan pada neuron akibat gangguan perfusi.
Tanda utama stroke adalah munculnya secara mendadak satu atau lebih deficit
neurologi fokal. Defisit tersebut mungkin mengalami perbaikan dengan cepat,
perburukan progresif, atau menetap. Gejala umum berupa rasa baal atau lemas
mendadak di wajah, lengan, atau tungkai di salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan,
bingung mendadak, tersandung saat berjalan, pusing bergoyang, hilang keseimbangan
atau koordinasi, dan nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas. Gambaran klinis
utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri ke otak dapat bersifat fokal dan
temporer, atau disfungsinya mungkin permanen, disertai kematian jaringan dan deficit
neurologis.2
Diagnosis Kerja
Sekitar 80-85% stroke adalah stroke non hemoragik atau stroke iskemik yang
terjadi akibat obstruksi di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (thrombus) yang terbentuk di dalam suatu
pembuluh otak atau pembuluh organ distal. Pada thrombus vascular distal, bekuan
dapat terlepas dan kemudia dibawa melalui system arteri ke otak sebagai suatu
embolus. Sebagian besar stroke iskemik tidak menimbulkan nyeri karena jaringan otak
tidak peka terhadap nyeri.2
Diagnosis Banding

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
Stroke hemoragik yang merupakan sekitar 15-20% dari semua stroke dapat
terjadi apabila lesi vascular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi
perdarahan ke ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Perdarahan
dapat dengan cepat menimbulkan gejala neurologic karena tekanan pada strukturstruktur saraf di dalam tengkorak. Iskemia adalah konsekuensi sekunder dari
perdarahan, baik spontan maupun traumatic. Biasanya stroke hemoragik secara cepat
menyebabkan kerusakan fungsi otak dan kehilangan kesadaran. Namun apabila
perdarahan berlangsung lambat, pasien kemungkinan besar mengalami nyeri kepala
hebat, yang merupakan scenario khas perdarahan subaraknoid (PSA).2
Penatalaksanaan
Stroke adalah suatu kejadian yang berkembang, karena terjadinya jenjang perubahan
metabolik yang menimbulkan kerusakan saraf dengan lama bervariasi setelah terhentinya
aliran darah ke suatu bagian otak. Dengan demikian perlu dilakukan intervensi secara cepat.
Salah satu tugas terpenting dokter pada saat menghadapi pasien dengan defisit neurologis
akut, fokal, dan nonkonvulsif adalah menentukan apakah kausanya perdarahan atau iskemiainfark. Terapi darurat untuk kedua tipe stroke tersebut berbeda, karena terapi untuk
pembentukan trombus dapat menyebabkan perdarahan. Pendekatan pada terapi darurat
memiliki tiga tujuan, yaitu mencegah cedera otak akut dengan mengembalikan perfusi ke
daerah iskemik noninfark, membalikan cedera saraf sedapat mungkin, dan mencegah cedera
neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel di daerah penumbra iskemik dari kerusakan
lebih lanjut.2
Terapi yang terbukti efektif dalam memulihkan fungsi otak dan memperkecil
kerusakan neuron setelah stroke iskemik adalah aspirin yang diberikan dalam 48 jam, terapi
trombolitik yang diberikan dalam 3 jam, dan perawatan intensif di unit stroke khusus. Carotid
stenting dilaporkan cukup efektif dan berhasil memulihkan perfusi ke daerah otak yang
terkena.2
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar cedera
jaringan neuron dapat dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa
yang disebut sebagai strategi neuroprotektif. Hipotermia adalah terapi neuroprotektif yang
sudah lama digunakan pada kasus trauma otak dan terus diteliti pada stroke. Cara kerja
metode ini adalah menurunkan aktivitas metabolisme dan kebutuhan oksigen sel-sel neuron,
sehingga neuron terlindungi dari kerusakan lebih lanjut. Selain itu dapat juga dengan

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
pemakaian obat-obatan imunoprotektif. Tantangan dalam mengusahakan neuroproteksi
pascacedera adalah menentukan obat yang selektif yang memiliki indeks terapeutik yang baik.
Suatu obat neuroprotektif yang menjanjikan adalah serebrolisin (CERE). Karena sifat cedera
sel otak iskemik yang multidimensi dan sekuensial, kemungkinan diperlukan kombinasi
beberapa obat agar potensi pemulihan dapat diupayakan secara penuh.2
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150
mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar
gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv
sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya. 11-12
Demam, nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan
sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik 220
mmHg, diastolik 120 mmHg, mean arterial blood pressure (MAP) 130 mmHg (pada 2
kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal
jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat
yang direkomendasikan: natrium nitro- prusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE,
atau antagonis kalsium. 11,12
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90 mm Hg, diastolik 70 mmHg, diberi
NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8
jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum ter- koreksi, yaitu tekanan darah sistolik
masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 g/kg/menit sampai tekanan darah sistolik
110 mmHg. 11,12
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv perlahan selama 3 menit, maksimal 100 mg
per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan peroral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang
muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang.11,12
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25
sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum
memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus
dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol). Sebagai alternatif, dapat diberikan larutan
hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid. 11,12
Antikoagulan oral diindikasikan pada stroke yang disebabkan oleh fibrilasi atrium.
Diperlukan antikoagulan dengan dosis lebih tinggi untuk pasien stroke yang memiliki katup
prostetik mekanis. Dapat digunkan aspirin tersendiri atau kombinasi dengan dipiridamol
sebagai terapi antotrombotik awal untuk profilaksis stroke.2,

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
Satu-satunya obat yang telah disetujui FDA Amerika Serikat untuk terapi stroke
iskemik adalah recombinant tissue plasminogen activator (rTPA). Terapi TPA intravena
menjadi standar perawatan stroke pada tiga jam pertama setelah awitan gejala.2,11,12
Edema otak terjadi pada sebagian besar kasus infark serebrum iskemik. Terapi
konservatif dengan membuat pasien sedikit dehidrasi, dengan natrium serum normal atau
sedikit meningkat.2
Pencegahan
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya perbaikan gaya hidup dan
pengendalian berbagai factor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat dan
kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke. Strategi masyarakat dan
populasi sehat didasarkan pada peraturan dan program pendidikan yang bertujuan
mengurangi perilaku beresiko pada seluruh populasi. Strategi resiko tinggi
mengarahkan upaya untuk orang-orang yang memiliki resiko stroke di atas rata-rata.2,7
Hipertensi adalah factor resiko paling prevalen, dan telah dibuktikan bahwa
penurunan tekanan darah memiliki dampak yang sangat besar pada resiko stroke.
Akhir-akhir ini perhatian ditujukan pada pentingnya hipertensi sistolik saja yang
sekarang dianggap sebagai factor resiko utama untuk stroke.2
Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan resiko
serangan stroke. Sebaliknya konsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol
dapat mencegah serangan stroke. Beberapa jenis makanan yang dianjurkan untuk
pencegahan primer terhadap stroke adalah:7
1. Makanan biji-bijian yang membantu menurunkan kadara kolesterol:
a. Serat larut yang banyak terdapat dalam beras merah, bulgur, jagung, dan
gandum
b. Oat (beta glucan)
c. Kacang kedelai beserta produk olahannya
d. Kacang-kacangan, termasuk biji kenari dan kacang mede
2. Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke
a. Makanan atau zat yang membantu mencegah peningkatan homosistein
seperti asam folat, vitamin B6, B12, dan riboflavin
b. Susu yang mengandung protein, Ca, Zn, dan B12

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
c. Ikan tuna dan salmon yang mengandung omega-3, eicosapentenoic acid
(EPA), dan docosahexonoic acid (DHA)
d. Makanan kaya vitamin dan antioksidan, banyak terdapat dalam sayur,
buah, dan biji-bijian
e. Teh hitam dan hijau yang mengandung antioksidan
3. Anjuran lain tentang makanan
a. Menambah

asupan

kalium

dan

mengurangi

asupan

natrium

(<6gram/hari)
b. Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan trans fatty acid
c. Mengutamakan makanan yang mengandung PUFA, MUFA, serat, dan
protein nabati
d. Nutrien harus berasal dari makanan, bukan suplemen
e. Perhatikan menu seimbang, dan makanan sebaiknya bervariasi
f. Hindari makanan dengan densitas kalori tinggi dengan kualitas nutrisi
rendah
g. Utamakan makanan yang mengandung polisakarida seperti nasi, roti,
pasta, sereal, dan kentang. Hindari makanan yang mengandung gula
(monosakarida dan disakarida)
Istirahat cukup dan tidur teratus antara 6-8 jam sehari. Mengendalikan stress
dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa sehat menurut WHO, menyelesaikan
tugas satu per satu, mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, mensyukuri hidup
yang ada. Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah karena itu penanganan stress
dapat menghasilkan respon relaksasi yang menurunkan denyut jantung dan tekanan
darah.7
Faktor-faktor resiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dyslipidemia, dan
diabetes mellitus (DM) harus dipantau secara teratur. Faktor-faktor resiko ini dapat
dikoreksi dengan pengobatan teratur, diet, dan gaya hidup sehat.7

Pengendalian hipertensi dilakukan dengan target tekanan darah <140/90 mmHg.


Jika menderita DM atau penyakit ginjal kronik, target tekanan darah <130/80
mmHg.

Pengendalian KGD pada penderita DM dengan target HbA1C <7%.

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science

Pengendalian kadar kolesteol pada penderita dyslipidemia dengan diet dan obat
penurun lemak. Target LDL <100 mg/dL. Penderita berisiko tinggi stroke
sebaiknya target LDL <70 mg/dL.
Merokok tidak direkomendasikan karena studi epidemiologi menunjukan

hubungan yang konsisten antara merokok dengan stroke iskemik maupun perdarahan
subaraknoid. Resiko perokok pasif sama dengan perokok aktif, sehingga perlu untuk
menghindari lingkungan dengan paparan asap rokok.7
Aktivitas fisik direkomendasikan karena berhubungan dengan penurunan resiko
stroke. Pada orang dewasa dianjurkan melakukan latihan fisik aerobic minimal selama
150 menit setiap minggu dengan intensitas sedang, atau 75 menit setiap minggu dengan
intensitas lebih berat.7
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder mengacu pada strategi untuk mecegah kekambuhan
stroke. Pendekatan utama adalah mengendalikan hipertensi, CEA, dan mengkonsumsi
obat antiagregat antitrombosis. Aggrenox adalah satu-satunya kombinasi aspirin dan
dipiridamol yang telah dibuktikan efektif untuk mencegah stroke sekunder.2
Prognosis
Stroke adalah penyebab kematian utama kedua di seluruh dunia. Lebih dari 75%
dari pasien stroke primer bertahan hidup pada tahun pertama, dan lebih dari setengah
bertahan lebih dari 5 tahun.9,10
Prognosis setelah stroke iskemik akut sangat bervariasi, tergantung pada tingkat
keparahan stroke dan pada kondisi premorbid pasien, usia, dan komplikasi poststroke.
Beberapa pasien mengalami transformasi hemoragik dari infark mereka. Hal ini diperkirakan
terjadi pada 5% dari stroke iskemik yang tidak rumit, dengan tidak adanya trombolitik.
Hemoragik transformasi tidak selalu dikaitkan dengan penurunan neurologis dan berkisar dari
perdarahan petekie kecil untuk evakuasi hematoma yang membutuhkan. Dalam studi
Framingham Stroke dan Rochester, angka kematian secara keseluruhan pada 30 hari setelah
stroke adalah 28%, tingkat kematian pada 30 hari setelah stroke iskemik adalah 19%, dan 1tahun kelangsungan hidup tingkat untuk pasien dengan stroke iskemik adalah 77%. 4-6,11

Problem Based Learning


Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007. H 176-7.
2. Hartwig MS. Penyakit serebrovaskular. Dalam: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit. Vol 2. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2005. H 11063. Clarke C, Howard R, Rossor M, Shorvon SD. Neurology: a queenshare textbook.
USA:John Wiley and Sons;2011.Hal 125-43
4. Brust JCM. Current diagnosis and treatment in neurology. : McGraw-Hill Companies;
2006. Hal 107-41.
5. McPhee SJ, Ganong WF. Patophysiology of disease: an introduction to clinical
medicine. Edisi 5.USA: McGraw-Hill Companies; 2005. Hal 582-4.
6. McPhee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis and treatmen. International
Edition. USA: McGraw-Hill Companies; 2008. Hal 975-80.
7. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI). Guidline stroke tahun 2011. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2011. H 4-19, 32-41, 79-82.
8. Kuswardani T, Martono H. Strok dan penatalaksanaannya oleh internis. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (editors). Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing, 2010. H 892-7.
9. http://www.umm.edu/patiented/articles/what_risk_factors_a_stroke_000045_3.
htm
10. http://health.nytimes.com/health/guides/disease/stroke/prognosis.html
11. Fauci AS, et al. Harrisons principles of internal medicine.Edisi 18. USA: McGrawHill Companies; 2011. Hal. 3270-99.
12. Algoritma Kegawatdaruratan Stroke menurut American Heart Association. Diunduh
dari http://ummc-acls.org/mod/resource/view.php?id=14. Diunduh tanggal 7 Januari
2012.

Anda mungkin juga menyukai