Semester 5
Blok 22: Neurology and Behavior Science
Stroke Ischemic
Oleh:
Gian Oktavianto
102010216
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
e-mail: maximilianus.gian@gmail.com
Pendahuluan
Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah
otak yang menyebabkan deficit neurologis mendadak akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi darah otak. Dari definis tersebut jelas sekali bahwa kelainan utama stroke
adalah kelainan pembuluh darah yang tentu saja merupakan bagian dari pembuluh
darah sistemik. Oleh karena itu stroke dapat dianggap sebagai komplikasi penyakit
sistemik. Disamping itu, kematian otak yang sudah terjadi tidak akan dapat diobati
dengan cara apapun. Insiden stroke sangat tinggi pada populasi usia lanjut dan
komorbiditas berbagai organ dan system merupakan hal yang sangat penting.
Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang
Tanda cardinal stroke adalah onset mendadak (biasanya dalam detik) dan deficit
neurologis misalnya lemas, baal, disfasia, dan sebagainya. Kapan pertama kali
memperhatikan adanya deficit neurologis? Apakah timbul mendadak atau bertahap?
Gejala apa yang teramati: lemas, baal, diplopia, disfasia, atau jatuh? Adakah
pengabaian sensoris? Adakah gejala penyerta berikut: nyeri kepala, mual, muntah, atau
kejang? Adakah defek neurologis lain baru-baru ini seperti TIA atau amaurosis fugax?
Adakah saksi mata atas peristiwa tersebut?
Adakah masalah selanjutnya misalnya aspirasi, atau keruskan karena jatuh?
Pernahkah pasien jatuh atau mengalami trauma kepala sebelumnya? Pertimbangkan
hematom subdural atau ekstradural.
Skor
Makan
0= tidak mampu
1= perlu bantuan memotong, mengoles mentega, dsb, atau
perlu mengubah diet
2= independen
Mandi
0= dependen
1= independen (atau mandi pancuran)
Merawat diri
Berpakaian
0= dependen
1= perlu bantuan tapi bisa melakukan sendiri setengah
dibantu
2= independen (termasuk kancing, reseleting, pita, dsb)
Menggunakan toilet
0= dependen
1= perlu bantuan, tetapi bisa melakukan sesuatu sendiri
2= independen (menyalakan dan mematikan, berpakaian,
mengelap)
kembali lagi)
duduk
2= sedikit bantuan (verbal atau fisik)
3= independen
datar)
Tangga
0= tidak mampu
1= perlu bantuan (verbal, fisik, membawa alat bantu)
2= independen
Jantung
Perlu dilakukan pemeriksaan jantung lengkap, dimulai dengan auskultasi jantung
dan EKG. Murmur dan disritmia merupakan hal yang harus dicari karena pasien
Retina
Periksa ada tidaknya cupping diskus optikus, perdarahan retina, kelainan
diabetes.
Ekstremitas
Evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai tanda-tanda embolus perifer.
Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan Penunjang
Banyak kemajuan telah dicapai dalam tes diagnostic untuk menyokong diagnosis
klinis dari stroke, tetapi tes ini tidak bertindak sebagai pengganti anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Untuk menegakkan diagnosis stroke yang benar diperlukan
kemampuan untuk memeriksa klinik yang cepat dan tepat disertai ketajaman
pemeriksaan diagnostic yang akurat. Kemajuan dalam teknologi CT dan MRI sangat
meningkatkan derajat keakuratan diagnosis stroke iskemik akut. Apabila dilakukan
kombinasi pemeriksaan CT perfusi dan angiografi CT dalam 24 jam setelah awitan
stroke, maka terjadi peningkatan derajat akurasi dalam penentuan lokalisasi secara dini,
lokalisasi vascular, dan diagnosis etiologi. Namun untuk membedakan kausa embolik
dan thrombus pada stroke iskemik masih sulit dilakukan.2,7
Semua pasien dengan suspek stroke akut harus dilakukan beberapa pemeriksaan
berikut saat masuk ke UGD yang meliputi:7
1. EKG
2. Pencitraan otak: CT nonkontras atau MRI dengan perfusi dan difusi
3. Pemeriksaan laboratorium darah, antara lain hematologi rutin, GDS, fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin), APTT, PT, INR, profil lipid, CRP, LED, panel metabolic
dasar (Na, K, Cl, bikarbonat), dan pemeriksaan lain atas indikasi.
Diffusion-weighted imaging (DWI) yang didasarkan pada deteksi gerakan acak
proton dalam molekul air, adalah penyempurnaan teknologi MRI. Gerakan ini terbatas
dalam sel tetpi tidak terbatas di ruang ekstrasel. Pada stroke, jaringan saraf mengalami
iskemia, integritas membrane sel terganggu sehingga kebebasan molekul air bergerak
menjadi terbatas. Berdasarkan perubahan terhadap gerakan molekul ini, jaringan saraf
yang mengalami cedera dapat dideteksi dengan DWI yang memperlihatkan daerah yang
displaisa
fibromuskular,
fistula
arteriovena,
vaskulitis,
dan
pembentukan thrombus di pembuluh besar. Kegunaan metode ini sangat terbatas oleh
penyulit yang dapat dijumpai hampir pada 12% psien stroke. Resiko utama prosedur ini
adalah robeknya aorta atau arteri karotis dan embolisasi pembuluh besar ke pembuluh
intrakranium.2-6
Trans cranial Doppler (TCD) yaitu ultrasonografi yang menggabungkan citra dan
suara, memungkinkan kita untuk menilai aliran di dalam arteri dan mengidentifikasi
stenosis yang mengancam aliran darah ke otak. Teknologi ini juga dapat digunakan
untuk menilai aliran darah kolateral dan CBF total di aspek anterior dan posterior
sirkulus Willisi. Keunggulan prosedur ini adalah dapat dilakukan di tempat tidur,
noninvasive, dan relative murah. Prosedur ini sangat penting untuk memantau awitan
dan resolusi vasospame arteri setalh perdarahn intrakranium.2-6
Ekokardiogram transesofagus (TEE) sangat sensitif dalam mendeteksi sumber
kardioembolus potensial. Ekokardiogram telah menjadi komponen rutin dalam evaluasi stroke
iskemik apabila dicurigai kausa stroke adalah kardioembolus tetapi fibrilasi atrium sudah
disingkirkan sebagai penyebab embolus.2-6
Epidemiologi
Di seluruh dunia stroke merupakan penyakit utama yang mengenai populasi usia
lanjut. Insiden pada usia 75-84 tahun sekitar sepuluh kali dari populasi berusia 55-64
tahun. Di Inggris stroke merupakan penyakit kedua setelah infark miokard akut.
Sedangkan di Amerika stroke masih merupakan penyebab kematian ketiga dengan
angka kematian setiap tahun lebih dari 200,000. Dengan makin meningkatnya upaya
Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, sperti pada arterosklerosis
dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah, atau peradangan.
Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau
hiperviskositas darah.
Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus, infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ektrakranium.
ischemic attack (TIA) yang serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah
serangan-serangan deficit neurologis yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak
fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi,
tetapi biasanya dalam 24 jam. Serangan-serangan ini menimbulkan beragam gejala,
tergantung pada lokasi jaringan otak yang terkena, dan disebabkan oleh gangguan
vascular yang sama dengan yang menyebabkan stroke.2
Oklusi akut daripada pembuluh darah intrakranial menyebabkan berkurangnya aliran
darah menuju daerah otak yang diperdarahinya. Bagian terpenting dari berkurangnya aliran
ini adalah fungsi dari perdarahan kolateral dan semua ini bergantung dari anatomi pembuluh
darah individu yang bersangkutan, lokasi oklusi, dan tekanan darah sistemik. Penurunan
aliran darah otak sampai angka nol menyebabkan kematian jaringan otak dalam waktu 4-10
menit; berkurangnya aliran hingga <16 -18 mL/100gr jaringan per menit menyebabkan infark
dalam waktu satu jam; dan berkurangnya aliran hingga <20mL/100 gr jaringan per menit
menyebabkan iskemi tanpa infark kecuali kondisi tersebut terjadi selama beberapa jam atau
hari. Jika penurunan aliran darah tersebut teratasi sebelum kematian sel yang signifikan,
pasien hanya akan mengalami simptom transien, dan sindrom klinisnya disebut TIA
(Transient Ischemic Attacks). Jaringan yang mengelilingi pusat infark yang mengalami iskemi
namun dapat mengalami perbaikan disebut penumbra iskemi. Penumbra dapat terlihat dalam
pemeriksaan MRI atau CT-scan menggunakan perfusion-diffusion imaging. Penumbra iskemi
tersebut dapat menjadi infark jika tidak ada perbaikan aliran darah dan menyelamatkan
penumbra dari infark adalah tujuan dari terapi revaskularisasi. 2-6
Iskemi menghasilkan nekrosis dengan membuat neuron kekurangan glukosa dan
oksigen, yang selanjutnya menyebabkan kegagalan mitokondria untuk menghasilkan ATP.
Tanpa ATP, pompa ion membran berhenti berfungsi dan neuron mengalami depolarisasi,
menyebabkan peningkatan jumlah ion kalsium intrasel. Depolarisasi neuron juga
menyebabkan pelepasan glutamat dari sinaps terminal; jumlah glutamat ekstrasel yang
berlebih menyebabkan neurotoksisitas dengan mengaktifkan reseptor glutamat post-sinaps
asupan
kalium
dan
mengurangi
asupan
natrium
(<6gram/hari)
b. Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan trans fatty acid
c. Mengutamakan makanan yang mengandung PUFA, MUFA, serat, dan
protein nabati
d. Nutrien harus berasal dari makanan, bukan suplemen
e. Perhatikan menu seimbang, dan makanan sebaiknya bervariasi
f. Hindari makanan dengan densitas kalori tinggi dengan kualitas nutrisi
rendah
g. Utamakan makanan yang mengandung polisakarida seperti nasi, roti,
pasta, sereal, dan kentang. Hindari makanan yang mengandung gula
(monosakarida dan disakarida)
Istirahat cukup dan tidur teratus antara 6-8 jam sehari. Mengendalikan stress
dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa sehat menurut WHO, menyelesaikan
tugas satu per satu, mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, mensyukuri hidup
yang ada. Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah karena itu penanganan stress
dapat menghasilkan respon relaksasi yang menurunkan denyut jantung dan tekanan
darah.7
Faktor-faktor resiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dyslipidemia, dan
diabetes mellitus (DM) harus dipantau secara teratur. Faktor-faktor resiko ini dapat
dikoreksi dengan pengobatan teratur, diet, dan gaya hidup sehat.7
Pengendalian kadar kolesteol pada penderita dyslipidemia dengan diet dan obat
penurun lemak. Target LDL <100 mg/dL. Penderita berisiko tinggi stroke
sebaiknya target LDL <70 mg/dL.
Merokok tidak direkomendasikan karena studi epidemiologi menunjukan
hubungan yang konsisten antara merokok dengan stroke iskemik maupun perdarahan
subaraknoid. Resiko perokok pasif sama dengan perokok aktif, sehingga perlu untuk
menghindari lingkungan dengan paparan asap rokok.7
Aktivitas fisik direkomendasikan karena berhubungan dengan penurunan resiko
stroke. Pada orang dewasa dianjurkan melakukan latihan fisik aerobic minimal selama
150 menit setiap minggu dengan intensitas sedang, atau 75 menit setiap minggu dengan
intensitas lebih berat.7
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder mengacu pada strategi untuk mecegah kekambuhan
stroke. Pendekatan utama adalah mengendalikan hipertensi, CEA, dan mengkonsumsi
obat antiagregat antitrombosis. Aggrenox adalah satu-satunya kombinasi aspirin dan
dipiridamol yang telah dibuktikan efektif untuk mencegah stroke sekunder.2
Prognosis
Stroke adalah penyebab kematian utama kedua di seluruh dunia. Lebih dari 75%
dari pasien stroke primer bertahan hidup pada tahun pertama, dan lebih dari setengah
bertahan lebih dari 5 tahun.9,10
Prognosis setelah stroke iskemik akut sangat bervariasi, tergantung pada tingkat
keparahan stroke dan pada kondisi premorbid pasien, usia, dan komplikasi poststroke.
Beberapa pasien mengalami transformasi hemoragik dari infark mereka. Hal ini diperkirakan
terjadi pada 5% dari stroke iskemik yang tidak rumit, dengan tidak adanya trombolitik.
Hemoragik transformasi tidak selalu dikaitkan dengan penurunan neurologis dan berkisar dari
perdarahan petekie kecil untuk evakuasi hematoma yang membutuhkan. Dalam studi
Framingham Stroke dan Rochester, angka kematian secara keseluruhan pada 30 hari setelah
stroke adalah 28%, tingkat kematian pada 30 hari setelah stroke iskemik adalah 19%, dan 1tahun kelangsungan hidup tingkat untuk pasien dengan stroke iskemik adalah 77%. 4-6,11